• Tidak ada hasil yang ditemukan

FRAKSI PARTAI BULAN BINTANG

FRAKSI PARTAI BULAN BINTANG atas

C. Rancangan Undang-undang tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara

3. RUU TENTANG PEMERIKSAAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

FKKI memahami usulan pemerintah tentang RUU tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah merupakan satu paket dengan RUU Keuangan Negara dan RUU· Perbendaharaan Negara, logikanya adalah bahwa keuangan negara yang pengelolaannya diatur dengan RUU Keuangan Negara dan RUU Perbendaharaan Negara perlu diawasi dan diperiksa.

Bahwa mekanisme pengawasan/pemeriksaan terhadap keuangan negara pada saat ini tidak hanya dilakukan oleh eksternal auditor Pemerintah dalam hal ini BPK tetapi juga oleh internal auditor Pemerintah dalam hal ini BPKP. Berdasarkan hal tersebut maka dalam RUU tentang Pemeriksaan Tanggung jawab Keuangan Negara juga harus dimasukkan bab atau pasal-pasal yang mengatur mengenai peranan dan tanggung jawab serta kewenangan pemeriksaan oleh aparat internal Pemerintah yang langsung bertanggung jawab kepada kepala pemerintahan, hal ini sangat perlu dan merupakan cerminan pelaksanaan modernisasi manajemen pengelolaan keuangan negara yang tidak diatur dalam UUD 1945.

Yang secara khusus perlu diingatkan oleh FKKI adalah: setiap pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan negara harus mempunyai tanggung jawab hukum yang spesifik

9

ARSIP

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI PERSERIKATAN DAULATUL UMMAH TERHADAP RUU TENTANG KEUANGAN NEGARA,

RUU TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA, DAN RUU TENTANG PEMERIKSAAN TANGGUNG JAWAB

KEUANGAN NEGARA Dibacalrnn oleh : DRS.H. ABDULLAH ALWAHDI Nomor : A - 276 Jakarta, 22 _Januari 2001 '1 '" '"

ARSIP

DPR

-.... � ·- ....

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI PERSERIKATAN DAULATUL UMMAH TERHADAP RUU TENTANG KEUANGAN NEGARA,

RUU TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA, DAN RUU TENTANG PEMERIKSAAN TANGGUNG JAWAB

KEUANGAN NEGARA

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera bagi kita semua

Dibacakan oleh : Drs. Abdullah AI-Wahdy Nomor Anggota : A-276

Yang terhornat Saudara Pimpinan Sidang,

Yang terhormat Saudara Menteri Keuangan yang mewakili pemerintah, Yang terhormat Para Anggota Dewan,

dan hadirin yang kami hormati,

Alhamdulillahirabil'alamin, dalam kesempatan yang berbahagia ini, marilah

kita sembahkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini, kita masih mampu menjalankan tugas konstitusional sebagaimana yang diamanatkan rakyat, bangsa dan negara kepada kita yakni untuk mendengarkan Pemandangan Umum Para Anggota De»1an terhadap RUU tentang Keuangan Negara, RUU tentang Perbendaharaan Negara, dan RUU tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Atas nama Fraksi POU, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Saudara Pimpinan Sidang atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami untuk menyampaikan pemandangan umum ini.

ARSIP

Hadirin yang kami hormati,

Sebagaimana kita ketahui, pada Pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa (1) Anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-undang. Apabila DPR tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu; (2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang; (3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-undang; ( 4) Hal Keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-undang; (5) Untuk memeriksa · tanggung jawab tentang keuangan . negara diadakan suatu Badan Pemeriksa keuangan yang pengaturannya ditetapkan dengan Undang-undang. Hasil Pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Harus kita akui, bahwa sifat dan karakter sebuah Undang-Undang Dasar memang hanya mengatur hal-hal yang prinsip dan pokok. Oleh karena itu, diperlukan suatu undang-undang yang menjabarkan pelaksanaan konsepsi Undang-undang Dasar tersebut. Sampai saat ini, peraturan tentang pengelolaan dan pemeriksaan negara Indonesia memang masih menggunakan produk-produk warisan kolonial Belanda. Hal ini ditunjukkan dari Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyatakan : Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku/ selama be/um diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. Pada kenyataannya, sampai saat iQi kita belum memiliki undang­ undang yang mengatur prinsip-prinsip umum pengelolaan dan pemeriksaan keuangan negara. Sebagai landasan hukum, produk-produk perundang-undang tersebut disusun untuk mendukung kelangsungan p_emerintahan kolonial Belanda. Sementara itu, sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, aturan­ aturan tersebut tentunya sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan negara dan pada sisi lain juga sudah tidak mampu lagi menjawab berbagai kebutuhan pengelolaan keua_ngan negara. Di sisi lain, FPDU juga menyadari bahwa tantangan dan tuntutan terhadap keterbukaan (transparansi) dan peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi agar penyelenggaraan pemerintahan dapat bersih dan baik.

2

ARSIP

Hadirin yang kami hormati,

Secara umum, Fraksi POU menghargai upaya Pemerintah dalam mengajukan ketiga paket RUU ini. Waiau begitu, secara materi dan substansi ketiga RUU ini masih terdapat banyak konsep yang masih perlu ditanyakan lebih lanjut, mengingat ketiga RUU ini berkaitan dengan masalah yang krusial yakni keuangan negara. Kewajiban kita adalah menyempurnakannya agar kelemahan. serta kekurangan yang ada dapat diminimalisir, sehingga nantinya tidak- lagi terjadi penyimpangan dan kebocoran pada tahap aplikasi.

RUU tentang Keuangan Negara

Salah satu konsep RUU ini yang menjadi pertanyaan kita adalah konsep mengenai Dewan Perencanaan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 7 mulai ayat (1) sampai dengan ayat (3) RUU ini. Pasal ini tidak menjabarkan dengan jelas apa fungsi dan tugas dewan tersebut. Apa manfaat dan faedah pembentukan Sadan ini?. Bila dikaitkan dengan Sadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Sappenas) yang sekarang ada, apakah nantinya tidak tumpang tindih dalam wewenang dan pelaksanaan tugasnya?. Ataukah memang sejak dari awal, RUU ini berkehendak untuk membubarkan Sappenas dengan cara membentuk Dewan . Perencanaan Nasional sebagai Sadan yang menggantikan fungsi Bappenas. Bila inf yang din;,aksud, maka .ada baiknya kalau kita memikirkan secara bening untung dan rugi pembubaran dan pembentukan baru sebuah Badan di bawah Presiden.

Pada Pasal 20, terdapat kata-kata yang mungkin masih menggangu yakni kata "badan-badan lain". Bagi kami, sebuah undang-undang idealnya merupakan produk final dari berbagai interpretasi yang ada. Dengan memakai kata "badan­ badan lain", maka akan menimbulkan multi-interpretasi pada pelaksanaannya.

Bagi kami, jika hal itu memang dianggap penting dan harus ada, maka harus dijelaskan dengan rinci bila hal itu dimungkinkan.

Selanjutnya, pada Pasal 26 Bab XIII mengenai kerugian negara, khususnya pada ayat (3) tentang tata cara/mekanisme penyelesaian kerugian

3

ARSIP

KASffl DBm BANOSA

.•

DE.\VAN PER\VAl{IlAN RA.KY \' ni_lBlJJC INDOl\T:ESIA.

l-;IlA.I(SI PAR'I'AI DEI\fOKlv\SI l(ASII-I BANGSA

( F-PDKB)

JI. Jenderal Gatot Subroto - Jakarta 10270

Sekretariat : Gd. Nusantara I Lt. 22 Telp. (021) 575-5966 / 67

PANDANGAN UMUM

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI KASIH BANGSA M EN G EN A I

RUU TENTANG KEUANGAN NEGARA,

RUUTENTANGPERBENDAHARA ANNEGARA,DAN

RUU TENTANG PEMERIKSA AN TANGGUNG JA WA B KEUANGAN NEGARA

Yth. Pimpinan Dewan, Yth. Para Anggota Dewan,

Yth. Saudara Menteri selaku Wakil Pemerintah, serta Hadirin yang saya muliakan.

Pertama-tama marilah kita ucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

kal:eha

rahmat dan karuniaNya yang telah kita terima sepanjang tahun 2000 serta memasuki tahun 2001 ini kita sekalian dapat bertemu dalam sidang Dewan yang mulia ini dalam kedaan sehat.

Pengajuan rancangan undang-undang (RUU) tentang Keuangan Negara, RUU tentang Perbendaharaan Negara, dan RUU tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara oleh Pemerintah merupakan suatu langkah yang patut didukung sepenuhnya karena merupakan bagian dari upaya bangsa Indonesia untuk menata dan membentuk sistem hukum dan perundang-undangan nasional yang bertolak dari cita hukum dan cita moral bangsa Indonesia sendiri.

Memasuki pembicaraan tingkat II pada hari m1, Fraksi PDKB menyampaikan berbagai catatan sebagai berikut:

I. Mengenai RUU tentang KEUANGAN NEGARA

Secara umum RUU tentang Keuangan Negara telah cukup memberikan gambaran yang j elas mengenai segala sesuatu yang hendak diatur

ARSIP

dalam undang-undang ini. Namun demikian Fraksi PDKB berpendapat bahwa sebaiknya undang-undang ini diperluas dengan substansi tentang Mata Uang Negara Republik Indonesia sesuai dengan amanat UUD

1945 Pasal 23 ayat (3) dan dengan demikian sekaligus ,!1�l12'8ts���nv l<­ persoalan tentang hal ini dalam pembahasan RUUv-tentang Bank Indonesia. Dengan demikian judul RUU ini menjadi RUU tentang KEUANGAN NEGARA DAN MATA UANG REPUBLIK INDONESIA. Disamping itu Fraksi PDKB juga hendak mengajukan berbagai penyempurnaan dan gagasan sebagai berikut:

1. Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 butir 4 dinyatakan bahwa Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah. Rumusan ini perlu diperjelas apakah apabila Pemerintah hanya memiliki sejumlah 5 persen dari saham perusahaan juga dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan negara dan karena itu juga berhak atas fasilitas tertentu dari Pemerintah.

2. Pada Pasal 2 butir c disebutkan terminologi "kekayaan negara" yang menurut hemat Fraksi PDKB sepatutnya dijelaskan pada Ketentuan Umum.

3. Sejalan dengan usulan untuk memperluas cakupan undang-undang ini, pada Pasal 4 dan pasal selanjutnya perlu dimuat hal-hal tentang mata uang yang tertuang dalam UU Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

4. Pada ketentuan Pasal 4 dinyatakan tentang perlunya jaminan cadangan emas untuk setiap uang yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Fraksi PDKB berpendapat bahwa jaminan terhadap uang juga harus diberikan dengan cadangan berlian sesuai dengan perkembangan intemasional. Sehubungan dengan itu perlu juga diatur perihal standarisasi ukuran dan kualitas emas dan berlian serta lembaga negara yang berweaang mengeluarkan sertifikat untuk itu. 5. Pada Pasal 5 tidak perlu disebutkan berbagai hal yang harus

ditetapkan dengan undang-undang, cukup mengatur secara umum saJa.

6. Batasan kekuasaan Menteri Keuangan dan Menteri lainnya yang dimaksud dalam Pasal 6 perlu dibedakan secara lebih jelas.

7. Adanya Dewan Perencanaan Nasional yang bertugas menyusun rencana strategis nasional tentang pengelolaan keuangan

2

ARSIP

sebagaimana dituangkan dalam Pasal 7 RUU ini, menurut hemat Fraksi PDKB merupakan hal yang agak berlebihan dan perlu dijaga agar undang-undang ini tidak mengabaikan kemandirian Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23 tahun 1999. 8. Muatan Pasal 9 ayat ( 1) tentang pengertian "anggaran negara"

sebaiknya dimuat dalam Pasal 1 tentang Ketentuan Umum.

9. Istilah lembaga "tinggi dan tertinggi negara" pada Pasal 9 ayat (3) sebaiknya tidak dipergunakan dan dirumuskan secara lebih umum. 1 O.Anggaran negara sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1)

seharusnya tidak hanya disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan penyelenggaran pemerintah, akan tetapi juga untuk penyelenggaraan pembangunan. Demikian pula pada Pasal 14 ayat (1).

I I .Proses pembahasan RUU APBN tidak perlu diatur lagi pada Pasal 12 ayat (2). (ayat ini dihapus)! Demikian pula Pasal 12 ayat (5) dan Pas al 16 ayat (2) dan ayat ( 5) sebaiknya dihapuskan.

12.Bab VI memuat Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Bank Sentral yang sudah diatur dalam UU Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, karena itu diusulkan untuk dihapuskan.

13.Bab VII tentang hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah sudah diatur dalam UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sehingga diusulkan untuk dihapuskan.

14.Pasal 20 menyebutkan tentang "fasilitas dari Pemerintah Pusat" dan "fasilitas dari Pemerintah Daerah" yang belum cukup jelas maksud dan batasannya, karena itu perlu diperjelas dalam Penjelasan.

15 .Pasal 21 dan Pasal 23 perlu lebih diperjelas maksudnya.

16.Bab XII tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Pengelolaan Keuangan Negara cukup menunjuk UU Nomor 5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan tidak perlu mengulang. II. Mengenai RUU tentang PERBENDAHARAAN NEGARA

Fraksi PDKB berpendapat bahwa hal-hal pokok dan mendasar dalam RUU tentang Perbendaharaan Negara dapat dimasukan dalam RUU tentang Keuangan Negara clan hal-hal lain yang lebih praktis

3

ARSIP

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah. Dengan demikian kita akan memiliki satu sistem pengaturan Keuangan Negara dan sistem mata uang yang diatur dalam satu undang-undang yang utuh dan terpadu. III. Mengenai RUU tentang PEMERIKSAAN TANGGUNG JAWAB

KEUANGAN NEGARA

Fraksi PDKB berpendapat bahwa RUU ini hanya memuat fungsi dan tugas serta kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan. Oleh karena itu sebaiknya disusun sebagai RUU Perubahan atas UU Nomor 5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian dapat sekaligus menyempurnakan UU tentang BPK.

Saudara Pimpinan dan Sidang Dewan yang mulia,

Demikianlah pokok-pokok pikiran yang merupakan Pandangan Umum Fraksi Partai Demokrasi Kasih Bangsa. Gagasan lebih rinci akan kami sampaikan dalam bentuk Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) yang akan kami sampaikan pada pembicaraan tingkat III.

Akhirnya marilah kita berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meningkatkan kemampuan dan kesadaran kita untuk menghitung-hitung hari, dimana kita semakin arif dan peka terhadap persoalan pokok rakyat dan negara Indonesia tercinta. Semoga.

Juru Bicara F- PDKB,

@: j-. pdkbl pu fj keu negara/sz.

KASIH DEMI BANGSA

Dokumen terkait