• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VIII Perlindungan Konsumen, Literasi, dan Inklusi Keuangan

B. Literasi dan Inklusi Keuangan

6. Safari Ramadhan

Pada bulan suci Ramadhan tahun 2017, OJK kembali melaksanakan kegiatan Safari

Ramadhan sebagai bentuk edukasi

keuangan dan perencanaan keuangan yang diselenggarakan secara rutin khusus pada bulan Ramadhan. Serupa dengan tahun sebelumnya, Safari Ramadhan dilaksanakan di empat lokasi yaitu:

1. Safari Ramadhan I – Jakarta

Rangkaian Safari Ramadhan perdana dimulai dengan target komunitas ibu-ibu Kelompok Pengajian dan Wanita Muslimah bekerja sama

dengan Ikatan Ahli Ekonomi

Indonesia (IAEI) dengan peserta sebanyak 126 orang. Materi yang disampaikan meliputi perencanaan keuangan, asuransi syariah, dan pembiayaan syariah. Selain itu, juga terdapat special address dari Menteri

Perencanaan dan Pembangunan Nasional sekaligus Ketua Umum IAEI serta pengenalan tugas dan fungsi

OJK oleh Anggota Dewan

Komisioner merangkap Kepala

Eksekutif Pengawas IKNB. 2. Safari Ramadhan II - Bogor

OJK bekerja sama dengan Badan Kontak Majelis Taklim Kabupaten

Bogor melaksanakan Kegiatan

Edukasi Keuangan dalam bentuk Safari Ramadhan Tahun 2017 di Yayasan Perguruan Al-Nur Cibinong, Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut diikuti oleh 137 peserta yang terdiri dari ibu-ibu pengurus dan anggota Badan Kontak Majelis Taklim Kabupaten Bogor.

Adapun materi yang disampaikan meliputi perencanaan Keuangan,

pergadaian, serta asuransi

pendidikan syariah. Selain itu, peserta edukasi juga mendapatkan materi OJK dan Waspada Investasi dengan yang disampaikan oleh Anggota Dewan Komisioner OJK merangkap Ketua Dewan Audit. 3. Safari Ramadhan III – Jakarta

Sebagai rangkaian dari kegiatan Edukasi Keuangan selama bulan

Ramadhan, OJK kembali

melaksanakan kegiatan Safari Ramadhan di Jakarta yang diikuti 77 peserta masyarakat umum dengan tema “Haji Mabrur dan Investasi Berkah Bersama Produk & Jasa Keuangan”. Kegiatan ini juga merupakan hasil kerja sama dengan Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia (IAEI).

Materi yang disampaikan mencakup investasi ilegal, layanan jasa keuangan seperti tabungan haji, asuransi syariah, dan pembiayaan syariah.

4. Safari Ramadhan IV- Jakarta

OJK kembali melaksanakan kegiatan

safari ramadhan di Jakarta

bekerjasama dengan pengurus

Kongres Wanita Indonesia

(KOWANI). Kegiatan safari ramadhan ini dihadiri oleh anggota dan

pengurus KOWANI sebanyak 131 peserta.

Tema yang diusung dalam safari ramadhan kali ini adalah “Cerdas Keuangan Syariah, Kunci Berkah dan Sejahtera”. Adapun materi yang disampaikan antara lain Pengenalan OJK, Waspada Investasi, pengenalan produk dan layanan jasa keuangan seperti, tabungan emas, dan reksa

dana syariah, serta materi

LAMPIRAN I

Rumus Indikator Kinerja Perbankan dan Penilaian Profil Risiko

No. Nama Rumus

Indikator Kinerja Perbankan

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

2. Return on Asset (ROA)

3. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

4. Net Interest Margin (NIM)

5. Net Operation Margin (NOM)

6. Finance to Deposit Ratio (FDR)

7. Cash Ratio (CR)

Risiko Kredit

8. Rasio Kredit Kepada Debitur Inti 9. Rasio Kredit pada Debitur Inti

terhadap Total Modal

10. Non Performing Loan (NPL) atau Non

Performing Finance (NPF) Gross

11. Non Performing Loan (NPL) atau Non

Performing Finance (NPF) Net

Risiko Pasar

12. Rasio PDN

13. Rasio PDN Valuta Utama

14. Rasio Signfikansi Aset, Trading, Derivatif, dan FVO

15. Rasio Signfikansi Kewajiban, Trading, Derivatif, dan FVO

Risiko Likuiditas

16. Rasio Aset Likuid Terhadap Total Aset

17. Rasio Aset Likuid Terhadap Pendanaan Jangka Pendek

18. Rasio Aset Likuid Terhadap Non Core

Funding

No. Nama Rumus

19. Rasio Aset Likuid Primer Terhadap Pendanaan Jangka Pendek Non Core

20. Loan to Deposit Ratio (LDR)

21. Rasio Deposan Inti

22. Rasio Ketergantungan pada Pendanaan Non Inti

23. Rasio Ketergantungan pada

Pendanaan Non Inti Jangka Pendek

LAMPIRAN II

Daftar Kebijakan dan Pengaturan yang diterbitkan pada Triwulan II-2017

No.

No POJK/ SEOJK

Perihal Tanggal Latar Belakang Pokok-Pokok Pengaturan/Perubahan Link

1 POJK Nomor 14/POJK.0 3/2017 Rencana Aksi (Recovery Plan) bagi Bank Sistemik 7 April 2017

POJK ini diterbitkan sebagai tindak lanjut dari UU RI Nomor 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK). POJK ini memuat aturan mengenai kewajiban bank sistemik untuk mempersiapkan rencana dalam rangka mencegah dan mengatasi permasalahan keuangan yang mungkin terjadi di Bank Sistemik dengan cara menyusun suatu Rencana Aksi (Recovery Plan). Dengan adanya Rencana Aksi (Recovery Plan) maka upaya penyelesaian permasalahan keuangan bank sudah dimulai sejak saat bank dalam kondisi normal namun terdapat masalah signifikan.

a. Bank Sistemik wajib:

1) menyusun dan menyampaikan rencana aksi (recovery plan/RP) kepada OJK. Penyampaian RP wajib disetujui oleh Dewan Komisaris dan pemegang saham dalam RUPS untuk selanjutnya ditandatangani oleh Direktur Utama, Komisaris Utama, dan PSP. Penyampaian RP pertama kali paling lambat dilakukan pada:

a) tanggal 29 Desember 2017 bagi Bank yang telah ditetapkan sebagai Bank Sistemik sebelum POJK ini berlaku, dan

b) enam bulan sejak ditetapkan sebagai Bank Sistemik bagi Bank yang ditetapkan sebagai Bank Sistemik pada saat atau setelah POJK ini berlaku.

2) memiliki instrumen utang atau investasi yang memiliki karakteristik modal, yang wajib dipenuhi paling lambat pada:

a) tanggal 31 Desember 2018 bagi Bank yang telah ditetapkan sebagai Bank Sistemik sebelum POJK ini berlaku, dan

b) 18 bulan sejak RP diterima secara

POJK Nomor 14/POJK.

No.

No POJK/ SEOJK

Perihal Tanggal Latar Belakang Pokok-Pokok Pengaturan/Perubahan Link

ditetapkan sebagai Bank Sistemik pada saat atau setelah POJK ini berlaku.

3) melakukan implementasi, evaluasi dan pengujian (stress testing), serta pengkinian RP. RP wajib diimplementasikan pada saat trigger level yang ditetapkan terpenuhi. Evaluasi dan pengujian dilakukan secara berkala, paling sedikit satu kali dalam satu tahun atau berdasarkan kondisi tertentu yang akan berpengaruh signifikan pada Bank. Pengkinian RP dilakukan secara berkala juga paling sedikit satu kali dalam satu tahun.

b. Bank Sistemik harus memiliki pedoman RP yang memuat peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang terkait dengan RP, prosedur implementasi RP dan disusun dengan memperhatikan prinsip tata kelola perusahaan yang baik pada Bank.

2 POJK Nomor 15/POJK.0

3/2017

Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank

Umum

7 April 2017

POJK ini diterbitkan sebagai tindak lanjut dari UU RI Nomor 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK) serta amandemen dan konversi dari PBI Nomor 15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum dan PBI Nomor 13/3/PBI/2011 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank.

a. POJK ini memuat aturan mengenai penanganan permasalahan bank, baik penanganan terhadap bank sistemik maupun penanganan terhadap bank selain bank sistemik.

b. Dalam ketentuan ini diatur bahwa status pengawasan bank terdiri dari tiga tahap, yaitu pengawasan normal, pengawasan intensif, dan pengawasan khusus, serta penetapan kriteria dari status pengawasan dimaksud.

POJK Nomor 15/POJK.

No.

No POJK/ SEOJK

Perihal Tanggal Latar Belakang Pokok-Pokok Pengaturan/Perubahan Link

ketentuan ini, yaitu mengenai aktivasi implementasi rencana aksi (recovery plan), persiapan penanganan (early entry) permasalahan solvabilitas bank oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan mekanisme penyerahan bank yang tidak dapat disehatkan kepada LPS, serta hubungan koordinasi antar lembaga.

3 POJK Nomor 16/POJK.0

3/2017

Bank Perantara 7 April 2017

POJK ini diterbitkan sebagai tindak lanjut dari UU RI Nomor 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK). Keberadaan Bank Perantara membuka opsi penanganan permasalahan solvabilitas bank tidak hanya dilakukan dengan cara pengalihan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban bank bermasalah kepada bank penerima, penyertaan modal sementara, atau pencabutan izin usaha bank, namun juga dapat dilakukan dengan pendirian Bank Perantara yang digunakan sebagai sarana resolusi untuk menerima aset dan/atau kewajiban yang mempunyai kualitas baik dari bank bermasalah.

Dalam POJK ini memuat aturan mengenai prosedur pendirian bank perantara, mulai dari proses pendirian, operasional, dan pengakhiran Bank Perantara, sebagai berikut:

a) Bank Perantara hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh LPS.

b) Bank Perantara dapat berupa Konvensional atau Syariah dan hanya dapat menerima pengalihan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban Bank Asal (bermasalah) yang memiliki kriteria tertentu.

c) Bank Perantara hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha setelah mendapat izin dari OJK. Pemberian izin dilakukan melalui persetujuan prinsip dan izin usaha. d) Kepemilikan saham LPS pada Bank Perantara

dikecualikan dari ketentuan berdasarkan UU Perseroan Terbatas dan Batas Maksimum Kepemilikan Saham, sehingga LPS menjadi pemilik tunggal pada Bank Perantara.

e) Infrastruktur Bank Perantara dapat menggunakan infrastruktur Bank Asal seperti jaringan kantor, SDM, IT, prosedur kerja, dan

POJK Nomor 16/SEOJK

No.

No POJK/ SEOJK

Perihal Tanggal Latar Belakang Pokok-Pokok Pengaturan/Perubahan Link

f) Pengakhiran Bank Perantara terjadi apabila LPS menjual saham Bank Perantara kepada pihak lain atau LPS mengalihkan seluruh aset dan/atau kewajiban kepada Bank atau pihak lain. 4 POJK Nomor 18/POJK.0 3/2017 Pelaporan dan Permintaan Informasi Debitur melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan

5 Mei 2017 POJK ini disusun dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan sebuah sistem baru yang mendukung akses informasi perkreditan yang bernama Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) terkait pengaturan mengenai pelaporan dan permintaan informasi debitur melalui SLIK. SLIK dapat dimanfaatkan untuk memperlancar proses penyediaan dana, penerapan manajemen risiko, penilaian kualitas debitur, dan meningkatkan disiplin industri keuangan.

Dalam POJK ini memuat aturan mengenai pelaporan dan permintaan informasi debitur melalui SLIK, mulai dari laporan debitur, keterbukaan kepada debitur dan informasi debitur, penanganan dan penyelesaian pengaduan, pegawai pelasana, pengawasan, sanksi dan ketentuan peralihan, sebagai berikut:

a) Pihak yang wajib menjadi Pelapor adalah Bank Umum, BPR, BPRS, Lembaga Pembiayaan yang memberikan Fasilitas Penyediaan Dana dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya yang memberikan Fasilitas Penyediaan Dana, kecuali lembaga keuangan mikro.

b) Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur kepada OJK setiap bulan untuk posisi akhir bulan secara daring (online) melalui SLIK.

c) Pelapor wajib menunjuk pegawai pelaksana dan/atau pejabat yang disampaikan kepada OJK dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditetapkan sebagai Pelapor oleh OJK.

d) OJK melakukan pengawasan secara langsung

POJK Nomor 18/SEOJK

No.

No POJK/ SEOJK

Perihal Tanggal Latar Belakang Pokok-Pokok Pengaturan/Perubahan Link

e) Pengaturan sanksi administratif berupa denda, penundaan pemberian Informasi Debitur, penurunan tingkat kesehatan, pembekuaan kegiatan usaha tertentu, penilaian kemampuan dan kepatutan, dan/atau sanksi administratif lain.

5 POJK Nomor 19/POJK.0

3/2017

Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank

Perkreditan Rakyat dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah

10 Mei 2017

POJK ini diterbitkan untuk menjembatani pengawasan normal BPR menuju pengawasan khusus. Evaluasi dilakukan terhadap pengaturan mengenai penyerahan BPR dan BPRS kepada LPS sebelum jangka waktu BPR Dalam Pengawasan Khusus berakhir berdasarkan penilaian pengawas. Selain itu, POJK ini juga merupakan harmonisasi peraturan dengan ketentuan mengenai KPMM dan rasio modal inti BPR dan BPRS.

a. Status pengawasan BPR dan BPRS yaitu: i)

pengawasan normal, ii) pengawasan intensif, dan iii) pengawasan khusus

b. Kriteria penetapan status pengawasan intensif

yaitu mengacu pada KPMM, Cash Ratio (CR) rata-rata enam bulan terakhir, dan tingkat kesehatan. Sementara status pengawasan khusus hanya mengacu pada KPMM dan/atau CR rata-rata enam bulan terakhir. BPR dan BPRS dapat ditetapkan dalam status pengawasan khusus tanpa melalui status pengawasan intensif apabila berdasarkan hasil pengawasan maupun pemeriksaan memenuhi kriteria status pengawasan khusus.

c. Threshold kriteria status pengawasan BPR

dan BPRS yang dibedakan sejak POJK mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2019 dan sejak 1 Januari 2020 yang didasarkan pada penerapan ketentuan mengenai KPMM dan pemenuhan modal inti minimum.

d. Kriteria BPR dan BPRS yang tidak dapat

disehatkan, yaitu:

1) BPR dan BPRS dalam pengawasan

khusus telah melampaui jangka waktu

POJK Nomor 19/SEOJK

No.

No POJK/ SEOJK

Perihal Tanggal Latar Belakang Pokok-Pokok Pengaturan/Perubahan Link

dalam pengawasan khusus dan tidak memenuhi kriteria BPR dan BPRS dalam pengawasan normal.

2) BPR dan BRPS masih berada dalam

jangka waktu pengawasan khusus untuk jangka waktu paling lama tiga bulan namun mengalami penurunan.

3) Selama jangka waktu khusus, OJK sewaktu-waktu dapat menetapkan BPR dan BPRS tidak dapat disehatkan dalam hal berdasarkan penilaian, BPR dan BPRS tidak mampu meningkatkan rasio KPMM dan/atau Cash Ratio rata-rata selama enam bulan terakhir.

e. Bagi BPR dan BPRS yang tidak dapat disehatkan, BPR dan BPRS tersebut diserahkan kepada LPS untuk ditindaklanjuti oleh LPS dengan dua opsi yaitu: i) dilakukan penyelamatan, dan ii) tidak dilakukan penyelamatan. Apabila tidak dilakukan penyelamatan oleh LPS maka BPR dan BPRS tersebut dapat dicabut izin usahanya oleh OJK.

f. Pengumuman dan pelaporan terkait dengan BPR dan BPRS yang ditetapkan dalam pengawasan khusus. 6 SEOJK Nomor 16/SEOJK. 03/2017 Penyampaian Informasi Nasabah Asing terkait Perpajakan 6 April 2017

SEOJK ini merupakan ketentuan pelaksanaan dari POJK Nomor 25/POJK.03/2016 tentang Penyampaian Informasi Nasabah Asing Terkait

a. Lembaga Jasa Keuangan (LJK) Pelapor yang terdiri dari i) Bank Umum, ii) Perusahaan Efek, iii) Bank Kustodian, dan iv) Perusahan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Asuransi Jiwa

SEOJK Nomor 16/SEOJK.

No.

No POJK/ SEOJK

Perihal Tanggal Latar Belakang Pokok-Pokok Pengaturan/Perubahan Link

Informasi secara Otomatis Antarnegara dengan menggunakan Standar Pelaporan Bersama (Common Reporting Standard)

Pelapor, identifikasi terhadap Nasabah LJK Pelapor, serta pernyataan persetujuan, instruksi atau pemberian kuasa.

c. Pelaporan rekening yang wajib dilaporkan, undocument account, laporan nihil, serta mekanisme dan waktu pelaporan.

7 SEOJK Nomor 21/SEOJK. 03/2017 Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum 6 April 2017

SEOJK ini merupakan ketentuan pelaksanaan dari POJK Nomor 38/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.

a. Pedoman manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi yaitu terkait kebijakan, standar, dan prosedur penggunaan teknologi informasi.

b. Pelaporan kondisi terkini meliputi rencana pengembangan Teknologi Informasi, realisasi, laporan insidentil, dan laporan hasil audit.

c. Pengajuan permohonan persetujuan untuk: 1) rencana kegiatan sebagai penyedia jasa

teknologi informasi dan/atau menerbitkan produk layanan perbankan elektronik,

2) penyelenggaraan sistem elektronik yang ditempatkan pada pusat data dan/atau pusat pemulihan bencana di luar wilayah Indonesia serta penyelenggaraan pemrosesan transaksi berbasis teknologi informasi kepada pihak penyedia jasa di luar wilayah Indonesia.

SEOJK Nomor 21/SEOJK.

No.

No POJK/ SEOJK

Perihal Tanggal Latar Belakang Pokok-Pokok Pengaturan/Perubahan Link

8 SEOJK Nomor 15/SEOJK. 03/2017 Standar Penyelenggaraan Teknologi Informasi Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah

6 April 2017

SEOJK ini merupakan ketentuan pelaksanaan dari POJK Nomor 75/POJK.03/2016 tentang Standar Penyelenggaraan Teknologi Informasi bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

a. Pedoman Standar Penyelenggaraan Teknologi Informasi

b. Laporan Rutin berupa laporan pelaksanaan fungsi audit intern dan Laporan Insidentil berupa laporan kondisi terkini, laporan realisasi kerja sama dengan penyedia jasa Teknologi Informasi, dan laporan kejadian kritis, penyalahgunaan, dan/atau kejahatan.

c. Tata cara penyampaian laporan.

SEOJK Nomor 15/SEOJK .03/2017 9 SEOJK Nomor 32/SEOJK. 03/2017 Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Perbankan 22 Juni 2017

SEOJK ini merupakan ketentuan pelaksanaan dari POJK Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) di Sektor Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 57 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6035). SEOJK ini disusun mengingat semakin berkembangnya kompleksitas produk dan layanan perbankan termasuk pemasarannya (multichannel marketing), serta semakin meningkatnya penggunaan teknologi informasi pada industri perbankan, perlu adanya peningkatan kualitas penerapan program APU dan PPT yang didasarkan pada pendekatan berbasis risiko (risk based approach) sesuai dengan prinsip-prinsip umum yang berlaku secara internasional dan ketentuan dalam POJK

a. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris serta Penanggung Jawab Penerapan Program APU dan PPT.

b. Kebijakan dan Prosedur antara lain: i) identifikasi dan verifikasi calon nasabah, nasabah, walk in customer, dan pemilik manfaat; ii) penerapan program APU dan PPT berbasis risiko; dan iii) cross border correspondent banking.

c. Pengendalian Intern.

d. Sistem Informasi Manajemen.

e. Sumber Daya Manusia dan Pelatihan. f. Pelaporan kepada OJK dan PPATK.

SEOJK Nomor 32/SEOJK

LAMPIRAN III

GLOSARRY

Istilah Keterangan

A

Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) Aset yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun selain pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank. (POJK Nomor 16/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah)

Aktivitas Bank Jasa yang disediakan oleh Bank kepada nasabah, antara lain adalah jasa keagenan dan/atau kustodian (SE No.11/35/DPNP tentang Pelaporan Produk dan Aktivitas Baru).

AL/DPK Indikator likuiditas yang membandingkan antara Alat Likuid (AL = Final Excess Reserve + Kas + Penempatan pada BI lainnya + Reserve Repo ) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK = Tabungan + Giro + Deposito). Likuiditas yang baik jika berada diatas threshold AL/DPK>10%.

AL/NCD Indikator likuiditas yang membandingkan antara Alat Likuid terhadap Non Core Deposit (NCD = 30% Tabungan + 30% Giro + 10% Deposito). Likuiditas yang baik jika berada diatas threshold AL/NCD>50%.

Anti Money Laundering/AML Suatu rezim yang mencegah dan membasmi segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana

sesuai dengan UU No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

B

Bancassurance Pemasaran produk asuransi yang dikembangkan dan dipertanggungkan oleh perusahaan asuransi dan

didistribusikan melalui jaringan bank.

Bank Persepsi Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk membantu pencapaian program Pemerintah.

Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) Pengelompokkan bank yang didasarkan pada modal inti, yaitu: (i) BUKU 1 = modal inti kurang dari Rp1 triliun; (ii) BUKU 2 = modal inti Rp1 triliun s.d kurang dari Rp5 triliun; (iii) BUKU 3 = modal inti Rp5 triliun s.d kurang dari Rp3 triliun; (iv) BUKU 4 = modal inti diatas Rp30 triliun (PBI No.14/25/PBI/2012)

Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)

Komite yang beranggotakan otoritas pengawas bank yang dibentuk oleh negara-negara yang tergabung dalam G-10 pada tahun 1975. BCBS dibentuk sebagai wadah untuk membahas persoalan terkait pengawasan perbankan.

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Pengukuran efisiensi yang diukur dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional.

C

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)

Istilah Keterangan

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio kecukupan modal yang diperoleh dari perhitungan (modal/ATMR)x100%, dengan threshold yang

ditetapkan oleh BIS (Bank for International Settlements) sebesar minimal 8%.

Cash Ratio (CR) Perbandingan antara alat likuid terhadap hutang lancar sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia

tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat dan perubahannya (PBI No.3/15/PBI/2001 tentang Penetapan Status BPR dalam Pengawasan Khusus dan Pembekuan Kegiatan Usaha).

Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA)

Alokasi dana usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang wajib ditempatkan pada aset keuangan dalam jumlah dan persyaratan tertentu (POJK No.11/POJK.03/2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum).

Concentration Ratio Concentration Risk digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi pada sejumlah entitas (n). Dalam hal ini,

pengukuran pada perbankan diukur melalui total aset.

Countering Financing Terrorism

(CFT)

Upaya pencegahan pendanaan terorisme yang merupakan segala perbuatan dalam rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris.

D

Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing.

Debitur Inti Debitur inti adalah 10, 15, atau 25 debitur/grup (one obligor concept) diluar pihak terkait sesuai total aset bank, yaitu sebagai berikut:

a. Bank dengan total aset sampai dengan 1 triliun, debitur inti = 10 debitur/grup b. Bank dengan total aset antara 1 triliun s.d 10 triliun, debitur inti = 15 debitur/grup c. Bank dengan total aset lebih besar dari 10 triliun, debitur inti = 25 debitur/grup (SE No.8/15/DPNP tanggal 12 Juli 2006 tentang Pedoman Laporan Berkala Bank Umum)

Deposito Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank (UU RI No.10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan)

Disaster Recovery Center (DRC) Pusat Pemulihan Bencana adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk memulihkan kembali data atau informasi

serta fungsi-fungsi penting Sistem Elektronik yang terganggu atau rusak akibat terjadinya bencana yang disebabkan oleh alam atau manusia.

E

Electronic Data Capture (EDC) Mesin yang berfungsi sebagai sarana penyedia transaksi dan alat pembayaran yang penggunaannya dengan

cara memasukkan atau menggesek kartu ATM, kartu debit maupun kartu kredit dalam suatu bank maupun antar bank, serta dilengkapi dengan fasilitas pembayaran lainnya yang terkoneksi secara realtime.

Istilah Keterangan

Executing Piinjaman yang diberikan dari BUK/S kepada BPR/S dalam rangka pembiayaan (untuk diteruspinjamkan)

kepada nasabah mikro dan kecil. Pencatatan di bank umum sebagai pinjaman/pembiayaan ke BPR/S dan pencatatan di BPR/S sebagai pinjaman/pembiayaan ke UMK (Generic Model Linkage Program).

F

Fair Value Option (FVO) Instrumen keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar. Sesuai standar akuntansi yang berlaku,

kategori FVO digunakan untuk menampung posisi instrumen keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh bank untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Bank dapat mengkategorikan instrumen keuangan sebagai FVO hanya apabila instrumen keuangan memiliki satu atau lebih derivatif melekat (embedded derivative) atau ketika melakukannya akan menghasilkan informasi yang lebih relevan (Handbook

Dokumen terkait