• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN Triwulan II-2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN Triwulan II-2017"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN

Triwulan II-2017

(3)
(4)

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya laporan triwulanan pelaksanaan tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dapat diselesaikan dengan baik.

Secara umum laporan ini memuat berbagai informasi tentang kinerja perbankan, profil risiko perbankan, kebijakan pengembangan pengawasan perbankan nasional dan kebijakan pengembangan pengawasan terintegrasi, serta hasil pengawasan perbankan selama triwulan II-2017. Selain itu, laporan ini juga memuat informasi mengenai koordinasi OJK dalam rangka Stabilitas Sistem Keuangan, koordinasi OJK dengan lembaga lain yang terkait, serta asesmen oleh lembaga internasional seperti Financial Sector Assessment Program (FSAP) dan Mutual Evaluation Review (MER). Selanjutnya, disajikan pula pelaksanaan kebijakan perlindungan konsumen, literasi dan inklusi keuangan selama triwulan II-2017.

Pada triwulan II-2017, di tengah pergerakan ekonomi dunia yang bervariasi, perekonomian domestik mengalami pertumbuhan meskipun relatif terbatas. Dari sisi perbankan, hal tersebut tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit yang antara lain dipengaruhi oleh pelunasan kredit dan masih minimnya pencairan kredit baru. Namun demikian, ketahanan industri perbankan tetap kuat yang didukung oleh tingginya kecukupan permodalan serta meningkatnya profitabilitas dan efisiensi perbankan. Selain itu, profil risiko perbankan masih terjaga tercermin dari risiko kredit yang menurun serta risiko likuiditas dan risiko pasar yang relatif rendah.

Selain itu, kondisi industri BPR dan BPRS juga cukup baik dengan pertumbuhan kredit/pembiayaan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Ketahanan BPR dan BPRS juga cukup solid didukung dengan perbaikan tingkat efisiensi, meskipun masih dibayangi dengan peningkatan risiko kredit/pembiayaan.

Di tengah kinerja sektor perbankan yang masih terjaga baik, diharapkan mitigasi risiko kredit lebih ditingkatkan mengingat potensi penurunan kualitas kredit yang masih besar. Pada saat yang sama, sektor perbankan juga diharapkan dapat membantu pelaku usaha di sektor riil antara lain melalui proses technical assistance, pemasaran produk, pendanaan UMKM, pengembangan efisiensi transaksi, dan lain-lain. Dengan demikian, perbankan akan lebih mampu meningkatkan peran fungsi intermediasi dalam mendukung pembangunan serta meningkatkan akses masyarakat terhadap jasa perbankan dalam rangka peningkatan sektor keuangan yang inklusif.

Akhirnya, kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Oktober 2017

Heru Kristiyana

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... 1 Daftar Isi ... 2 Daftar Tabel ... 5 Daftar Grafik ... 7 Daftar Box ... 8 Ringkasan Eksekutif... 9 Info Grafis ... 11

Bab I Kinerja Industri Perbankan Nasional ... 15

A. Overview Perekonomian Global dan Domestik... 15

B. Kinerja Perbankan Nasional ... 16

1. Kinerja Bank Umum ... 16

1.1 Aset ... 17

1.2 Sumber Dana ... 17

1.3 Penggunaan Dana ... 19

1.4 Rentabilitas ... 25

1.5 Permodalan ... 25

2. Kinerja Bank Syariah ... 25

2.1 Aset ... 26 2.2 Sumber Dana ... 26 2.3 Penggunaan Dana ... 27 2.4 Rentabilitas ... 29 2.5 Permodalan ... 29 3. Kinerja BPR Konvensional (BPRK)... 32 3.1 Aset ... 32 3.2 Sumber Dana ... 32 3.3 Penggunaan Dana ... 33 3.4 Rentabilitas ... 35 3.5 Permodalan ... 35 4. Kinerja BPR Syariah (BPRS) ... 35 4.1 Aset ... 36 4.2 Sumber Dana ... 36 4.3 Penggunaan Dana ... 37 4.4 Rentabilitas ... 37 4.5 Permodalan ... 37

Bab II Profil Risiko Perbankan ... 43

1. Risiko Kredit ... 43

1.1 Kualitas Kredit Perbankan ... 43

1.2 Risiko Kredit berdasarkan Peer Bank ... 44

1.3 Risiko Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan ... 45

1.4 Risiko Kredit berdasarkan Sektor Ekonomi ... 46

(6)

2. Risiko Pasar ... 49

2.1 Risiko Nilai Tukar ... 49

2.2 Risiko Suku Bunga ... 50

3. Risiko Likuiditas ... 51

4. Risiko Operasional ... 54

5. Tata Kelola Perbankan ... 55

5.1 Bank Umum ... 55

5.2 BPR ... 55

Bab III Kebijakan dan Pengembangan Pengawasan Perbankan Nasional ... 59

1. Bank Umum ... 59

1.1 Pengaturan ... 59

1.2 Pengembangan Pengawasan Bank Umum ... 60

2. Perbankan Syariah... 60

2.1 Pengembangan Pengawasan Perbankan Syariah ... 60

2.2 Kampanye Produk dan Edukasi Perbankan Syariah (iB Campaign) ... 61

3. BPR ... 61

3.1 Pengaturan ... 61

3.2 Pengembangan Pengawasan BPR ... 61

Bab IV Pengembangan Pengawasan Terintegrasi ... 65

1. Pengembangan Pengawasan Terintegrasi ... 65

2. Pengawasan Terintegrasi ... 66

Bab V Pengawasan Perbankan ... 69

1. Pemeriksaan Umum dan Pemeriksaan Khusus... 69

2. Perizinan Produk dan Aktivitas Bank ... 70

3. Layanan Keuangan tanpa Kantor dalam rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) ... 70

4. Penegakan Kepatuhan Bank ... 71

4.1 Uji Kemampuan dan Kepatutan (Existing) ... 71

4.2 Penanganan Dugaan Tindak Pidana Perbankan (Tipibank) ... 72

4.3 Pemberian Keterangan Ahli dan/atau Saksi ... 73

4.4 Sosialisasi ... 73

5. Jaringan Kantor dan Kelembagaan Perbankan ... 73

5.1 Bank Umum Konvensional ... 73

5.2 Bank Syariah ... 75

5.3 BPR ... 76

Bab VI Koordinasi Antar Lembaga... 81

1. Koordinasi dalam rangka Stabilitas Sistem Keuangan ... 81

1.1 Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)... 81

1.2 Koordinasi OJK dengan Bank Indonesia (BI) ... 82

2. Upaya OJK dalam rangka Fasilitasi Pengembangan Sektor Riil dan Implementasi APU dan PPT ... 83

2.1 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ... 83

2.2 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) ... 84

(7)

Bab VII Asesmen Lembaga Internasional ... 89

1. Financial Sector Assessment Program (FSAP) ... 89

2. Mutual Evaluation Review ... 91

Bab VIII Perlindungan Konsumen, Literasi, dan Inklusi Keuangan ... 95

A. Perlindungan Konsumen ... 95

1. Pelaksanaan Kebijakan Perlindungan Konsumen ... 95

1.1 Layanan Informasi ... 97

1.2 Layanan Pertanyaan ... 98

1.3 Layanan Pengaduan ... 98

2. Sosialisasi Pentingnya Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Perbankan, Perasuransian, dan Pembiayaan ... 98

3. Pelaksanaan Kegiatan Thematic Surveillance dan Operasi Intelijen Pasar ... 99

4. Forum Group Discussion Cybercrime Sektor Jasa Keuangan ... 99

5. Pemantauan Iklan Triwulanan ... 100

B. Literasi dan Inklusi Keuangan ... 100

1. Simpanan Pelajar (SimPel/SimPel iB)... 100

2. Kegiatan Coaching Clinic Tim Percepatan Akses Keuangan daerah (TPAKD) ... 100

3. Pembayaran Zakat melalui Agen Laku Pandai... 101

4. Edukasi Keuangan ... 102

5. Training of Trainer (ToT) ... 103

(8)

Daftar Tabel

Tabel 1 Indikator Bank Umum ... 16

Tabel 2 Tingkat Konsentrasi Aset Bank Umum ... 17

Tabel 3 Perkembangan Aset Bank Umum... 17

Tabel 4 DPK berdasarkan Kelompok Kepemilikan ... 18

Tabel 5 Penyebaran DPK berdasarkan Pangsa Wilayah Terbesar (Rp Miliar) ... 19

Tabel 6 Penggunaan Dana Bank Umum ... 19

Tabel 7 Kredit berdasarkan Jenis Mata Uang ... 20

Tabel 8 Konsentrasi dan Pertumbuhan Kredit berdasarkan Sektor Ekonomi ... 22

Tabel 9 Konsentrasi Penyaluran Kredit UMKM ... 23

Tabel 10 Porsi Kredit UMKM berdasarkan Kelompok Bank (Rp Miliar) ... 24

Tabel 11 Target Penyaluran KUR 2017 ... 24

Tabel 12 Indikator Bank Umum Syariah ... 26

Tabel 13 Pembiayaan Bank Syariah berdasarkan Sektor Ekonomi ... 27

Tabel 14 Pembiayaan Bank Syariah berdasarkan Penggunaan ... 28

Tabel 15 Indikator Umum BPR Konvensional ... 32

Tabel 16 Penyebaran DPK BPRK ... 33

Tabel 17 Kredit BPRK berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Miliar) ... 34

Tabel 18 Kredit BPRK berdasarkan Lokasi Penyaluran ... 35

Tabel 19 Indikator Umum BPRS ... 36

Tabel 20 Perkembangan Kualitas Kredit (Rp Triliun) ... 44

Tabel 21 Rasio NPL Gross per Kepemilikan ... 44

Tabel 22 Perkembangan Nominal Kredit dan NPL per Kepemilikan ... 45

Tabel 23 Perkembangan Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan ... 45

Tabel 24 NPL Gross berdasarkan Jenis Penggunaan... 46

Tabel 25 NPL Gross Peer Bank berdasarkan Jenis Penggunaan ... 46

Tabel 26 NPL Gross Lokasi (Spasial) berdasarkan Sektor Ekonomi ... 49

Tabel 27 Perkembangan Parameter IRRBB ... 51

Tabel 28 Minimal Pemenuhan LCR ... 52

Tabel 29 Perkembangan LCR ... 52

Tabel 30 Komponen Aset Likuid ... 53

Tabel 31 Rasio Likuiditas Aset Perbankan ... 53

Tabel 32 Rasio Likuiditas Kewajiban Perbankan ... 54

Tabel 33 Rekapitulasi Transaksi PUAB ... 54

Tabel 34 Pengaturan Bank Umum yang diterbitkan pada Triwulan II-2017 ... 59

Tabel 35 Pengaturan Bank Perkreditan Rakyat yang diterbitkan pada Triwulan II-2017 ... 61

Tabel 36 Pemeriksaan Umum Bank ... 69

Tabel 37 Pemeriksaan Khusus Bank ... 69

Tabel 38 Produk dan Aktivitas Baru Perbankan ... 70

Tabel 39 Realisasi Laku Pandai Triwulan II-2017 ... 71

(9)

Tabel 41 Statistik Penanganan Dugaan Tindak Pidana Perbankan ... 72

Tabel 42 Pemberian Keterangan Saksi/Ahli ... 73

Tabel 43 Jaringan Kantor Bank Umum Konvensional ... 74

Tabel 44 FPT Calon Pengurus dan Pemegang Saham Bank Umum ... 75

Tabel 45 Jaringan Kantor Bank Umum Syariah ... 76

Tabel 46 Perizinan BPR ... 77

Tabel 47 Daftar Hasil Fit and Proper Test New Entry BPR ... 77

Tabel 48 NPL Kegiatan Usaha Program JARING (%) ... 83

Tabel 49 Total Layanan Per Sektor ... 97

Tabel 50 Layanan Konsumen OJK Sektor Perbankan ... 97

(10)

Daftar Grafik

Grafik 1 Komposisi Sumber Dana Perbankan (%) ... 17

Grafik 2 Tren Pertumbuhan DPK Perbankan (yoy, %) ... 18

Grafik 3 Tren Pertumbuhan Kredit dan Undisbursed Loan (yoy) ... 20

Grafik 4 Pertumbuhan Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan ... 20

Grafik 5 Konsentrasi Pemberian Kredit 3 Sektor Terbesar (%) ... 20

Grafik 6 Penyebaran Kredit UMKM berdasarkan Wilayah ... 23

Grafik 7 Tren Aset Perbankan Syariah ... 26

Grafik 8 Pertumbuhan DPK Bank Syariah (yoy) ... 27

Grafik 9 Pembiayaan Perbankan Syariah berdasarkan Lokasi Bank Penyalur ... 29

Grafik 10 Laba dan ROA Perbankan Syariah ... 29

Grafik 11 Perkembangan Aset BPRK ... 32

Grafik 12 Perkembangan DPK BPRK ... 33

Grafik 13 Tren Aset BPRS ... 36

Grafik 14 Tren Pertumbuhan DPK BPRS... 37

Grafik 15 Tren Rasio NPL Gross dan NPL Net ... 43

Grafik 16 Pertumbuhan Nominal Kualitas Kredit (yoy) ... 43

Grafik 17 Pertumbuhan CKPN (NPL) dan Nominal NPL (yoy) ... 44

Grafik 18 Tren Pertumbuhan Kredit Sektor Ekonomi (yoy) ... 47

Grafik 19 Tren NPL Gross Sektor Ekonomi ... 47

Grafik 20 Tren NPL Gross berdasarkan Lokasi (Spasial) ... 49

Grafik 21 PDN dan Pergerakan Nilai Tukar ... 50

Grafik 22 Jumlah Bank terhadap Range PDN ... 50

Grafik 23 Pertumbuhan Nilai Wajar dan Keuntungan Surat Berharga (Rp Miliar) ... 50

Grafik 24 Perkembangan Parameter IRRBB ... 51

Grafik 25 Perkembangan Likuiditas Perbankan... 52

Grafik 26 Perkembangan Aset Likuid ... 53

Grafik 27 Jumlah BPR berdasarkan Pemenuhan Komposisi Jumlah Anggota Direksi dan Dewan Komisaris ... 56

Grafik 28 Perkembangan Konglomerasi Keuangan... 66

Grafik 29 Wilayah Penyebaran Agen Laku Pandai ... 71

Grafik 30 Penyebaran Jaringan Kantor BUK di Lima Wilayah di Indonesia ... 74

Grafik 31 Penyebaran Jaringan Kantor BUS di Lima Wilayah di Indonesia ... 76

Grafik 32 Jaringan Kantor BPR ... 77

Grafik 33 Realisasi dan NPL Program JARING ... 83

Grafik 34 Layanan Konsumen OJK per Sektor ... 96

Grafik 35 Lima Layanan Informasi Terbanyak Sektor Perbankan berdasarkan Jenis Permasalahan ... 97

Grafik 36 Lima Layanan Pertanyaan Terbanyak Sektor Perbankan berdasarkan Jenis Permasalahan ... 98

(11)

Daftar Box

Box 1 Perkembangan Kredit Properti ... 30 Box 2 Kajian Capping Suku Bunga Perbankan... 38

(12)

Ringkasan Eksekutif

Di tengah pergerakan ekonomi global yang masih belum solid, perekonomian domestik mengalami pertumbuhan meskipun relatif terbatas. Peningkatan ekonomi domestik pada triwulan II-2017 utamanya dipengaruhi oleh penguatan ekspor dan kenaikan investasi seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas serta berlanjutnya program pembangunan infrastruktur pemerintah dan swasta. Dalam pada itu, ketahanan industri perbankan nasional dalam mengabsorbsi potensi risiko masih sangat kuat yang didorong oleh kenaikan profitabilitas dan efisiensi, meskipun kredit mengalami perlambatan.

Berdasarkan kondisi perbankan yang relatif solid, hasil penilaian FSAP menunjukkan bahwa sistem keuangan Indonesia memiliki risiko sistemik yang rendah dan telah berhasil melalui krisis keuangan global. Selain itu, sistem perbankan terjaga kesehatannya serta memiliki kecukupan modal dan likuiditas yang sangat memadai. Lebih lanjut, dalam rangka persiapan menghadapi Mutual Evaluation Review (MER), OJK turut berkontribusi aktif dalam implementasi kepatuhan peraturan terkait anti pencucian uang (APU) dan pencegahan pendanaan terorisme (PPT) di Indonesia.

Terkait dengan implementasi Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK), OJK bersama dengan Lembaga terkait dalam KSSK secara rutin melakukan rapat berkala dalam memantau kondisi stabilitas sistem keuangan. Dalam kaitan tersebut, OJK telah menerbitkan tiga POJK yaitu terkait penetapan status dan tindak lanjut pengawasan bank umum, bank perantara, dan rencana aksi (recovery plan) bagi bank sistemik.

Dalam pelaksanaan pengawasan perbankan, OJK terus berupaya meningkatkan mitigasi risiko dengan melakukan beberapa pemeriksaan khusus yang mencakup pemeriksaan modal, aktivitas operasional, GCG, fraud, teknologi informasi, dan kegiatan bank lainnya. Di sisi lain, penguatan regulasi juga dilakukan dengan menerbitkan lima Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dan empat Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) antara lain terkait Rencana Aksi Bagi Bank Sistemik, Bank Perantara, Penerapan Manajemen Risiko penggunaan IT, dan Penerapan Program APU dan PPT di Sektor Perbankan.

Terkait pengawasan terintegrasi sektor jasa keuangan, sampai dengan triwulan II-2017 terdapat 42 Grup Konglomerasi Keuangan (KK) yang berada di bawah satuan kerja pengawasan terintegrasi. Dalam rangka meningkatkan pengawasan terintegrasi, telah dilakukan workshop manajemen likuiditas dan permodalan terintegrasi kepada Konglomerasi Keuangan.

Selanjutnya, pada pilar perlindungan dan edukasi konsumen, OJK terus berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan kepada masyarakat. Selain itu, dalam upaya perluasan akses keuangan, jumlah rekening dan PKS program SimPel OJK meningkat sehingga diharapkan dapat mendorong percepatan inklusi dan literasi keuangan kepada masyarakat.

(13)
(14)
(15)
(16)

Kinerja Industri

Perbankan Nasional

(17)
(18)

Bab I

Kinerja Industri Perbankan Nasional

Di tengah pergerakan ekonomi dunia yang masih belum solid, ekonomi domestik tumbuh terbatas. Dari sisi perbankan, kredit tumbuh melambat yang utamanya disebabkan oleh masih minimnya pencairan kredit baru sebagaimana tercermin dari kenaikan Undisbursed

Loan (UL). Namun demikian, ketahanan industri perbankan tetap kuat yang didukung

oleh tingginya kecukupan permodalan serta meningkatnya profitabilitas dan efisiensi perbankan.

A. Overview Perekonomian Global dan Domestik Selama triwulan II-2017, perekonomian

dunia mulai tumbuh namun dengan pergerakan yang bervariasi. Perekonomian Eropa dan Tiongkok mulai menunjukkan peningkatan, sementara ekonomi AS menunjukkan perlambatan. Peningkatan yang terjadi pada ekonomi Eropa dan Tiongkok berpotensi mendorong kenaikan

volume perdagangan dunia yang

selanjutnya dapat mempengaruhi ekonomi domestik. Terkait hal tersebut, ekonomi domestik tetap tumbuh meskipun relatif terbatas.

Ekonomi Tiongkok tumbuh lebih baik dari perkiraan semula yang ditandai oleh solidnya konsumsi dan kenaikan ekspor. Konsumsi yang solid tercermin dari kenaikan penjualan ritel menjadi 11,00% (yoy), lebih tinggi dari Juni 2016 sebesar 10,60% (yoy). Selain itu, ekspor Tiongkok tumbuh 11,31% (yoy) dibanding Juni 2016 yang turun -7,58% (yoy).

Di Eropa, ekonomi juga tumbuh lebih baik dari perkiraan sebelumnya dengan ditandai oleh kenaikan konsumsi. Kenaikan konsumsi Eropa tercermin dari peningkatan penjualan ritel dan kredit konsumsi Rumah Tangga (RT). Penjualan ritel Eropa naik 3,1% (yoy)

dari 0,8% (yoy) pada Juni 2016, sedangkan kredit konsumsi RT tumbuh 5,20% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan 4,32% (yoy) pada Juni 2016.

Sementara itu, ekonomi AS masih belum

sepenuhnya solid yang ditandai

melemahnya pengeluaran konsumsi.

Pengeluaran konsumsi tumbuh melambat 2,62% (yoy) dari Juni 2016 yang tumbuh 2,76% (yoy). Namun demikian, dari sisi investasi masih tumbuh lebih baik. Investasi swasta AS tumbuh 5,10% (yoy), lebih tinggi dibanding Juni 2016 yang hanya tumbuh 1,47% (yoy).

Beberapa faktor downside risk yang masih perlu diwaspadai ke depan, diantaranya terkait dengan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) dan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Semenanjung Korea. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia yang bergerak tidak seragam, ekonomi domestik pada triwulan II-2017 tumbuh relatif terbatas di tengah faktor musiman Hari Raya. Pada triwulan ini, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (yoy) atau sama dengan sebelumnya, namun lebih rendah dari triwulan II-2016 sebesar

(19)

Mar Jun Sep Des Mar Jun TW II '17 TW II '17 Total Aset (Rp Miliar) 6.168.182 6.362.713 6.465.680 6.729.799 6.829.581 7.025.811 2,87% 10,42%

Kredit (Rp milyar) 4.000.448 4.168.308 4.212.377 4.377.195 4.369.967 4.491.186 2,77% 7,75% DPK (Rp Miliar) 4.468.955 4.574.671 4.604.579 4.836.758 4.916.665 5.045.987 2,63% 10,30% - Giro (Rp Miliar) 1.041.838 1.072.274 1.069.357 1.124.235 1.146.021 1.193.577 4,15% 11,31% - Tabungan (Rp Miliar) 1.326.177 1.418.961 1.430.138 1.551.809 1.489.579 1.554.440 4,35% 9,55% - Deposito (Rp Miliar) 2.100.939 2.083.436 2.105.083 2.160.714 2.281.065 2.297.970 0,74% 10,30% CAR (%) 21,76 22,29 22,34 22,69 22,68 22,52 -16 23 ROA (%) 2,38 2,26 2,32 2,17 2,45 2,42 -3 17 NIM / NOM (%) 5,40 5,44 5,48 5,47 5,24 5,21 -3 -23 BOPO (%) 83,40 82,80 81,70 82,85 80,68 79,48 -121 -332 NPL / NPF Gross (%) 2,83 3,05 3,10 2,93 3,04 2,96 -8 -9 NPL / NPF Net (%) 1,37 1,48 1,42 1,24 1,34 1,41 7 -7 yoy qtq Rasio 2016 2017

5,18% (yoy). Hal tersebut turut dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga yang melambat

mengindikasikan bahwa daya beli

masyarakat masih belum solid. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95% (yoy), lebih rendah dibanding Juni 2016 yang tumbuh 5,07% (yoy). Pelemahan konsumsi rumah tangga tercermin dari melambatnya penjualan retail dan penurunan penjualan kendaraan bermotor. Penjualan ritel tumbuh melambat menjadi 6,26% (yoy) (Juni 2016 =16,27%, yoy) sedangkan penjualan kendaraan bermotor terkontraksi lebih dalam sebesar -26,9% (yoy), atau jauh lebih rendah dari kontraksi -9,7% (yoy) pada Juni 2016.

Faktor yang berperan positif terhadap PDB Indonesia utamanya berasal dari perbaikan kinerja ekspor dan investasi, baik investasi bangunan maupun non-bangunan. Nilai ekspor disepanjang tahun sampai dengan Juni 2017 tumbuh 14,03% (yoy), lebih tinggi dari akumulasi sampai bulan Juni 2016 yang turun -11,37% (yoy). Perbaikan kinerja ekspor didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas terutama ekspor manufaktur.

Investasi bangunan tumbuh 6,07% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Juni 2016 sebesar 5,07% (yoy). Hal ini sejalan dengan banyaknya proyek infrastruktur dari pemerintah dan proyek komersil swasta berupa properti rumah tinggal.

Sementara itu, kinerja industri perbankan masih cukup solid meskipun dibarengi pertumbuhan kredit yang melambat. Solidnya industri perbankan didukung oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR) serta ditopang profitabilitas dan efisiensi yang meningkat. Dalam pada itu, meskipun kredit tumbuh relatif rendah, risiko kredit menurun sejalan dengan mitigasi yang dilakukan perbankan dengan disertai pembentukan CKPN yang memadai.

B. Kinerja Perbankan Nasional 1. Kinerja Bank Umum

Kondisi bank umum pada triwulan II-2017 meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari tingkat profitabilitas yang cukup baik sejalan dengan membaiknya tingkat efisiensi perbankan serta ditopang tingkat permodalan yang sangat memadai, (Tabel 1).

(20)

CR4 % CR20 % 2013 44,4 80,02 2014 45,76 79,4 2015 44,49 76,57 2016 46,36 77,23 Mar-17 45,73 76,54 Jun-17 46,10 76,51 Year Asset ∆ qtq ∆ yoy

Jun Sep Des Mar Jun TW II'17 TW II'17

BUMN 2.428.159 2.487.925 2.666.516 2.662.078 2.737.346 38,96% 2,83% 12,73% BUSN Devisa 2.512.883 2.552.532 2.672.238 2.701.462 2.866.167 40,79% 6,10% 14,06% BUSN Non Devisa 100.829 89.187 73.684 76.063 80.236 1,14% 5,49% -20,42% BPD 539.706 554.140 529.746 584.848 616.845 8,78% 5,47% 14,29% Campuran 302.489 303.275 319.328 326.350 317.820 4,52% -2,61% 5,07% KCBA 478.646 478.620 468.286 478.781 407.398 5,80% -14,91% -14,89%

Total 6.362.713 6.465.680 6.729.799 6.829.581 7.025.811 100% 2,87% 10,42%

Kelompok Bank 2016 2017 Porsi

1.1 Aset

Aset perbankan tumbuh 10,42% (yoy) meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 7,24% (yoy). Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh meningkatnya pertumbuhan DPK yang salah satunya dipengaruhi oleh program Tax Amnesty.

Berdasarkan kelompok bank, nominal aset BUSN Devisa mengalami kenaikan terbesar dengan pertumbuhan 14,06% (yoy), diikuti BPD dan BUMN (Tabel 3). Sementara itu, BUSN Non Devisa dan KCBA mengalami

penurunan aset yang antara lain

dipengaruhi oleh penurunan kredit.

Berdasarkan concentration ratio (CR), 4 (empat) bank besar masih mendominasi aset industri perbankan dengan porsi sebesar 46,10%, sedangkan porsi 20 bank terbesar mencapai 76,51% (Tabel 2).

Tabel 2 Tingkat Konsentrasi Aset Bank Umum

Sumber: SPI Juni 2017, diolah

Tabel 3 Perkembangan Aset Bank Umum

Sumber: SPI Juni 2017

1.2 Sumber Dana

Sumber dana perbankan dari DPK masih mendominasi dengan porsi mencapai

89,30%, meskipun sedikit menurun

dibandingkan posisi Maret 2017 (90,11%, qtq) maupun dari posisi Juni 2016 (89,66%, yoy). Selain DPK, sumber pendanaan bank juga dapat berasal dari kewajiban kepada bank lain (pinjaman dari bank lain), pinjaman yang diterima (dari non bank), penerbitan surat berharga, kewajiban spot dan derivatif, kewajiban kepada Bank Indonesia (BI), setoran jaminan, dan lainnya (Grafik 1).

Grafik 1 Komposisi Sumber Dana Perbankan (%)

(21)

qtq yoy yoy

Jun '16 Mar '17 Jun '17 TW II'17 TW II'16 TW II'17

BUMN 1.785.720 1.932.453 2.012.115 39,88 4,12% 12,06% 12,68% BUSD 1.918.266 2.077.525 2.151.299 42,63 3,55% 7,69% 12,15% BUSND 78.840 57.899 60.657 1,20 4,76% -44,50% -23,06% BPD 429.136 464.270 493.929 9,79 6,39% -7,10% 15,10% Campuran 162.646 179.790 175.075 3,47 -2,62% 15,07% 7,64% KCBA 200.063 204.728 152.913 3,03 -25,31% 0,20% -23,57% TOTAL 4.574.671 4.916.665 5.045.987 100 2,63% 5,90% 10,30%

Kelompok Bank Nominal (Rp miliar) Porsi (%)

Sumber dana perbankan pada triwulan II-2017 tumbuh 10,74% (yoy). Peningkatan tersebut utamanya dipengaruhi oleh peningkatan DPK yang tumbuh 10,30% (yoy), meningkat dari pertumbuhan tahun sebelumnya (5,90%, yoy).

Dilihat dari porsinya, DPK didominasi oleh deposito (45,54%) diikuti tabungan dan giro masing-masing sebesar 30,81% dan 23,65%. Akselerasi DPK ditopang oleh kenaikan pertumbuhan Giro dan Deposito, sedangkan Tabungan justru melambat dibandingkan Juni 2016 (Grafik 2).

Grafik 2 Tren Pertumbuhan DPK Perbankan (yoy %)

Sumber: SPI Juni 2017

Secara triwulanan, pertumbuhan DPK juga meningkat menjadi 2,87% (qtq) dari 1,48%

(qtq) pada triwulan sebelumnya.

Peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya tabungan dan giro masing-masing 4,35% (qtq) dan 4,15% (qtq), sementara deposito tumbuh melambat 0,74% (qtq).

Berdasarkan kelompok bank, sebagian besar DPK masih dikuasai oleh kelompok BUSD (42 bank) sebesar 42,63%, diikuti kelompok BUMN (4 bank) sebesar 39,88%. Sementara itu, porsi DPK terendah terdapat pada BUSND yaitu hanya sebesar 1,20%. Dilihat dari pertumbuhannya, DPK BPD tumbuh tertinggi sebesar 15,10% (yoy) atau 6,39% (qtq), yang antara lain dipengaruhi oleh belum terealisasinya proyek-proyek Pemerintah Daerah.

Tabel 4 DPK berdasarkan Kelompok Kepemilikan

(22)

Jun '16 Mar '17 Jun '17 DKI Jakarta 2.281.885 2.503.709 2.538.233 50,30% Jawa Timur 433.109 461.657 475.879 9,43% Jawa Barat 385.656 403.422 416.135 8,25% Jawa Tengah 225.024 245.783 252.724 5,01% Sumatera Utara 194.915 207.798 211.832 4,20% Total DPK 5 Kota 3.520.589 3.822.369 3.894.803 77,19% Total DPK 4.574.671 4.916.665 5.045.956 Wilayah % Pangsa terhadap total DPK DPK qtq

Jun Mar Jun TW II'17 TW II'16 TW II'17

a Kredit Yang Diberikan 4.200.214 4.402.975 4.526.435 66,73% 2,80% 8,78% 7,77% - Kepada Pihak Ketiga 4.168.308 4.369.967 4.491.186 66,21% 2,77% 8,89% 7,75% - Kepada Bank Lain 31.906 33.008 35.249 0,52% 6,79% -3,69% 10,48% b Penempatan pada Bank Lain 219.545 224.103 268.987 3,97% 20,03% -20,05% 22,52% c Penempatan pada Bank Indonesia 589.981 668.068 675.031 9,95% 1,04% -7,34% 14,42% d Surat Berharga 803.547 944.173 906.900 13,37% -3,95% 22,58% 12,86% e Penyertaan 27.037 34.477 35.245 0,52% 2,23% 23,97% 30,36% f Cadangan Kerugian Penurunan 135.843 158.647 158.735 2,34% 0,06% 28,37% 16,85%

Nilai Aset Keuangan (CKPN)

g Tagihan Spot dan Derivatif 17.614 12.471 11.155 0,16% -10,55% -14,69% -36,67% h Tagihan Lainnya 162.529 233.904 201.201 2,97% -13,98% -33,73% 23,79%

TOTAL 6.156.310 6.678.819 6.783.689 100% 1,57% 5,75% 10,19%

porsi yoy

Penggunaan Dana 2016 2017

Secara spasial, pada triwulan II-2017, DPK masih terpusat di lima provinsi (DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara) sebanyak 77,19%, dengan porsi yang tertinggi berada di DKI Jakarta (50,30%) (Tabel 5).

Tabel 5 Penyebaran DPK berdasarkan Pangsa Wilayah Terbesar (Rp Miliar)

Sumber: SPI Juni 2017, diolah

1.3 Penggunaan Dana

Alokasi penggunaan dana terbesar adalah untuk penyaluran kredit. Sisanya digunakan untuk penempatan pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia, surat berharga, penyertaan, penyisihan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan, tagihan spot dan derivatif, dan tagihan lainnya.

Penggunaan dana perbankan pada triwulan II-2017 tumbuh 10,19% (yoy), meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 5,75% (yoy). Hal tersebut utamanya dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit dan pembelian surat berharga sebagai dua komponen terbesar meskipun hanya tumbuh masing-masing 7,75% (yoy) dan 12,86% (yoy).

Tabel 6 Penggunaan Dana Bank Umum

Sumber: SPI Juni 2017

Berdasarkan komposisi, 66,73% dana perbankan disalurkan dalam bentuk kredit. Porsi kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada pihak ketiga bukan bank (66,21%), sementara penyaluran kredit kepada bank lain hanya sebesar 0,52%. Penyaluran kredit pada periode laporan tumbuh 7,75% (yoy), sedikit melambat dari

tahun sebelumnya sebesar 8,89% (yoy). Perlambatan kredit antara lain dipengaruhi oleh pelunasan kredit yang cukup besar dan meningkatnya hapus buku, sementara realisasi kredit baru masih terbatas yang antara lain tercermin dari meningkatnya undisbursed loan (UL).

(23)

Jun Jun TW II'17 TW II'16 TW II '17 Rupiah 3.575 3.846 3,07% 12,25% 7,58% Valas 594 646 1,05% -7,76% 8,74% Total 4.168 4.491 2,77% 8,89% 7,75% 2017 qtq yoy Kredit 2016

Grafik 3 Tren Pertumbuhan Kredit dan

Undisbursed Loan (yoy)

Sumber: OJK, diolah

Berdasarkan jenis mata uang, kredit kepada pihak ketiga umumnya disalurkan dalam bentuk rupiah dengan porsi 85,63% sedangkan kredit valas hanya sebesar 14,37%. Pada triwulan II-2017, penyaluran kredit rupiah tumbuh 7,58% (yoy) melambat dari 12,25% (yoy) pada triwulan II-2016 sedangkan penyaluran kredit valas tumbuh 8,74% (yoy) atau jauh lebih tinggi dari triwulan II-2016 yang terkontraksi 7,76% (yoy).

Tabel 7 Kredit Berdasarkan Jenis Mata Uang

Sumber: SPI Juni 2017

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit masih didominasi kredit produktif (71,92%), yang terdiri dari kredit modal kerja (KMK) sebesar 46,83% dan kredit investasi (KI) sebesar 25,09%, sedangkan kredit konsumsi (KK) tercatat sebesar 28,08%.

Pertumbuhan kredit produktif pada periode laporan tercatat melambat dari tahun sebelumnya, dengan KMK dan KI masing-masing tumbuh 7,21% (yoy) dan 6,44% (yoy). Sementara itu, KK tumbuh sebesar

9,86% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 8,84% (yoy).

Grafik 4 Pertumbuhan Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: SPI Juni 2017

1.3.1 Kredit berdasarkan Sektor Ekonomi Berdasarkan sektor ekonomi non lapangan usaha, kredit perbankan masih didominasi oleh kredit rumah tangga sebesar 23,03%. Sementara berdasarkan lapangan usaha, kredit terbesar disalurkan pada sektor perdagangan besar dan eceran (18,82%) serta sektor industri pengolahan (17,47%) (Grafik 5).

Grafik 5 Konsentrasi Pemberian Kredit 3 Sektor Terbesar (%)

Sumber: SPI Juni 2017

Pertumbuhan kredit pada triwulan II-2017 utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya kredit ke sektor rumah tangga dan konstruksi yang tumbuh masing-masing 9,55% (yoy) dan 21,54% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya masing-masing 9,11% (yoy) dan 18,03%

(24)

(yoy). Peningkatan kredit rumah tangga utamanya di dorong oleh kredit kepemilikan rumah tinggal dan kendaraan bermotor. Sementara itu, tingginya kredit pada sektor konstruksi sejalan dengan berlanjutnya

proyek pembangunan infrastruktur

pemerintah dan konstruksi swasta.

Kredit sektor industri pengolahan tumbuh 5,25% (yoy), melambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,01% (yoy). Meski demikian, peningkatan kredit pada sektor ini utamanya dipengaruhi oleh kredit kepada sektor makanan dan minuman yang tumbuh 9,54% (yoy) lebih tinggi dari tahun sebelumnya (0,29%, yoy). Selain itu, peningkatan juga terjadi antara lain pada subsektor industri furnitur, pengolahan bahan galian non logam serta industri karet. Kredit sektor perdagangan besar dan eceran juga menunjukkan perlambatan menjadi 3,09% (yoy) atau turun dari 7,90% (yoy) pada triwulan II-2016. Perlambatan antara lain dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi global yang masih terbatas. Pertumbuhan kredit pada sektor ini antara

lain ditopang oleh meningkatnya

penyaluran kredit kepada subsektor perdagangan besar dalam negeri (a.l

penjualan makanan dan minuman, tekstil, produk antara), perdagangan eceran, dan penjualan kendaraan bermotor.

Di sisi lain, perbaikan signifikan terjadi pada

kredit sektor pertambangan dan

penggalian yang tumbuh 2,10% (yoy), dibandingkan Juni 2016 yang terkontraksi 14,47% (yoy). Hal tersebut utamanya ditopang oleh meningkatnya kredit pada subsektor pertambangan bijih logam. Selain itu, kredit pada subsektor pertambangan lainnya juga membaik seiring dengan mulai harga komoditas yang sudah relatif baik. Penyaluran kredit sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan dan sektor perikanan tumbuh cukup baik, yaitu masing-masing 11,49% (yoy) dan 11,14% (yoy) meskipun melambat dari tahun sebelumnya.

Secara triwulanan, pertumbuhan kredit pada periode laporan tumbuh 2,77% (qtq), meningkat dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi 0,17% (qtq). Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor musiman bulan Ramadhan dan Hari Raya yang turut meningkatkan kredit antara lain pada sektor rumah tangga, sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor industri pengolahan.

(25)

Mar '16 Jun '16 Mar '17 Jun '17 Lapangan Usaha

1 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 252,96 266,09 284,46 296,65 4,29% 20,09% 11,49% 6,61% 2 Perikanan 9,13 9,26 9,78 10,29 5,14% 14,11% 11,14% 0,23% 3 Pertambangan dan Penggalian 120,77 119,95 124,80 122,47 -1,87% -14,47% 2,10% 2,73% 4 Industri Pengolahan 729,42 745,52 756,53 784,68 3,72% 6,01% 5,25% 17,47% 5 Listrik, gas dan air 98,63 111,13 138,23 127,07 -8,07% 26,41% 14,34% 2,83% 6 Konstruksi 170,30 192,66 215,28 234,15 8,76% 18,03% 21,54% 5,21% 7 Perdagangan Besar dan Eceran 779,60 819,93 836,52 845,29 1,05% 7,90% 3,09% 18,82% 8 Penyediaan akomodasi dan PMM 88,08 90,76 94,40 96,72 2,46% 15,11% 6,57% 2,15% 9 Transportasi 175,91 177,59 171,08 173,98 1,70% 2,70% -2,04% 3,87% 10 Perantara Keuangan 167,33 179,55 196,33 212,05 8,01% 11,44% 18,10% 4,72% 11 Real Estate 184,04 198,24 206,87 211,33 2,16% 16,69% 6,60% 4,71% 12 Adminsitrasi Pemerintahan 13,52 13,69 22,64 22,19 -1,97% 24,26% 62,07% 0,49% 13 Jasa Pendidikan 8,10 8,43 8,89 9,25 4,06% 13,32% 9,66% 0,21% 14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 15,06 16,24 16,57 17,45 5,32% 18,71% 7,40% 0,39% 15 Jasa Kemasyarakatan 53,74 56,27 58,49 60,22 2,95% -7,32% 7,02% 1,34% 16 Jasa Perorangan 2,61 2,66 2,64 2,68 1,36% -2,39% 0,87% 0,06% 17 Badan Internasional 0,08 0,19 0,19 0,16 -15,10% 118,90% -14,34% 0,00% 18 Kegiatan yang belum jelas batasannya 11,22 12,04 2,39 3,25 35,74% 14,58% -73,02% 0,07%

Bukan Lapangan Usaha

19 Rumah Tangga 922 944 1.002 1.034 3,22% 9,11% 9,55% 23,03% 20 Bukan Lapangan Usaha Lainnya 197,55 204,04 221,86 227,04 2,34% 7,58% 11,27% 5,06%

4.000

4.168 4.370 4.491 2,77% 8,89% 7,75% 100%

No Sektor Ekonomi Kredit (Rp T)

Industri Porsi qtq TW II '17 yoy TW II'16 yoy TW II'17

Tabel 8 Konsentrasi dan Pertumbuhan Kredit berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: SPI Juni 2017

1.3.2 Penyaluran Kredit UMKM

Sementara itu, porsi kredit UMKM tercatat sebesar 18,50% dari total kredit perbankan, meningkat dari triwulan sebelumnya (18,29%) namun relatif stabil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (18,58%). Porsi tersebut sudah mencapai target minimal 15% terhadap total kredit pada akhir tahun 2017 sebagaimana diatur dalam PBI No.14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Berdasarkan kepemilikan bank, sebagian besar bank telah melampaui target minimal penyaluran kredit UMKM sebesar 15%,

kecuali KCBA dan Bank Campuran yang masih dibawah 10%.

Berdasarkan sektor ekonomi, kredit UMKM terkonsentrasi pada sektor perdagangan besar dan eceran (53,37%), diikuti oleh industri pengolahan (10,82%), serta pertanian, perburuan dan kehutanan (8,80%).

Pada triwulan II-2017, kredit UMKM tumbuh 7,26% (yoy), melambat dari triwulan II-2016 sebesar 8,96% (yoy). Perlambatan utamanya dipengaruhi oleh melambatnya kredit di sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh 5,65% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 12,35% (yoy). Dalam pada itu, kredit UMKM pada sektor industri pengolahan dan pertanian membaik yang mencerminkan tumbuhnya kegiatan usaha

(26)

Jun '16 Mar '17 Jun '17 Jun '16 Mar '17 Jun '17 TW II'17 TW II '16 TW II'17 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

Baki Debet 64.227 67.977 73.104 8,29% 8,50% 8,80% 7,54% 11,18% 13,82%

NPL 2.813 2.892 2.693 4,38% 4,25% 3,68% -6,88% 11,61% -4,25%

Industri pengolahan

Baki Debet 79.091 84.144 89.894 10,21% 10,53% 10,82% 6,83% 6,52% 13,66%

NPL 3.174 3.536 3.408 4,01% 4,20% 3,79% -3,62% 20,47% 7,37%

Perdagangan besar dan eceran

Baki Debet 419.701 433.551 443.403 54,18% 54,23% 53,37% 2,27% 12,35% 5,65%

NPL 17.391 19.125 19.395 4,14% 4,41% 4,37% 1,41% 6,57% 11,52%

Lainnya

Baki Debet 211.561 213.734 224.400 27,31% 26,74% 27,01% 4,99% 3,05% 6,07%

NPL 10.122 12.255 12.220 4,78% 5,73% 5,45% -0,29% 0,89% 20,73%

Baki Debet UMKM 774.581 799.406 830.801 3,93% 8,96% 7,26%

NPL UMKM 33.500 37.808 37.716 4,32% 4,73% 4,54% -0,24% 6,33% 12,59% Ket : Shaded area merupakan rasio NPL

Sektor Ekonomi Nominal (Rp M) Porsi Δ qtq Δ yoy

selama periode berjalan, di tengah derasnya isu daya beli masyarakat yang melemah. Selain itu, secara triwulan kredit UMKM tumbuh 3,93% (qtq) dari Rp799,4 triliun menjadi Rp830,8 triliun, meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 0,34% (qtq). Peningkatan pada triwulan berjalan utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya kredit UMKM ke sektor perdagangan besar dan eceran serta industri pengolahan dan pertanian seiring dengan faktor seasonal Hari Raya.

Tabel 9 Konsentrasi Penyaluran Kredit UMKM

Sumber: SPI Juni 2017

Secara spasial, sebaran kredit UMKM sebagian besar terpusat di wilayah Jawa yaitu 57,90%, dengan penyaluran terbesar berada di provinsi DKI Jakarta (14,41%), Jawa Timur (14,02%), Jawa Barat (12,71%), dan Jawa Tengah (11,12%). Setelah wilayah Jawa, kredit UMKM ke dua terbesar berada di wilayah Sumatera (19,23%) dengan porsi terbesar di Sumatera Utara yaitu 5,74%. Porsi penyebaran UMKM di wilayah Jawa

dan Sumatera jauh berbeda bila

dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian tengah dan timur (Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Maluku, dan Papua) yang hanya menikmati sebesar 22,87%, meskipun sedikit meningkat dari

tahun sebelumnya sebesar 22,55%.

Rendahnya penyaluran kredit UMKM di

wilayah Indonesia Bagian Timur dan Tengah antara lain disebabkan oleh masih banyaknya aktivitas kewirausahaan yang belum bankable di wilayah tersebut.

Grafik 6 Penyebaran Kredit UMKM berdasarkan Wilayah

Sumber: SPI Juni 2017

Berdasarkan kelompok kepemilikan bank, sebagian besar kredit UMKM disalurkan oleh BUMN dengan porsi 56,82%, diikuti Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)

(27)

1 BRI 9.500 61.500 200 71.200 20 BPD Sumut 900 100 - 1.000 2 Bank Mandiri 8.990 4.000 10 13.000 21 BPD Sumatera Barat 200 100 - 300 3 BNI 11.500 300 200 12.000 22 BPD Sumsel Babel 80 20 - 100 4 BCA 35 65 - 100 23 BPD Jawa Barat dan Banten 700 300 - 1.000 5 Bank Bukopin 300 - - 300 24 BPD Kalimantan Selatan 100 50 150 6 Maybank Indonesia 200 - 50 250 25 BPD Riau Kepri 250 50 300 7 Bank Sinarmas 50 10 25 85 26 BPD Nusa Tenggara Barat 70 30 - 100 8 Bank Permata 10 - - 10 27 BPD Lampung 50 100 - 150 9 BTPN 105 195 - 300 28 BPD Papua 35 15 - 50 10 OCBC-NISP 10 - - 10 29 BPD Bengkulu 25 - - 25 11 Bank Artha Graha 500 2.200 300 3.000 30 BPD Kalimantan Tengah 16 9 - 25 12 BRI Syariah - 500 - 500 31 BPD Jambi 7 13 - 20 13 BRI Agroniaga 130 - - 130 32 BPD Jateng 500 100 - 600 14 Bank CTBC - - 300 300 33 BPD Sulawesi Tenggara 100 66 - 166 15 BPD Bali 369 14 - 383 TOTAL Bank 35.218 70.040 1.085 106.343

16 BPD Kalimantan Barat 75 75 - 150 17 BPD NTT 150 100 - 250 18 BPD DIY 200 100 - 300 19 BPD Sulselbar 61 28 - 89 Target Penyaluran (Rp M) Total Target Penyaluran (Rp M) Ritel Mikro TKI Ritel Mikro TKI

No NAMA LJK Target Penyaluran (Rp M) Total Target Penyaluran (Rp M) No NAMA LJK Jun '17 TW II '17 TW II'17 BUMN 472.057 56,82% 3,99% 11,50% BPD 60.133 7,24% 5,67% 12,43% BUSN 290.937 35,02% 3,33% 2,86% KCBA dan Campuran 7.673 0,92% 9,72% -48,51%

Total UMKM 830.801 100% 3,93% 7,26%

Porsi Δ yoy Baki Debet

(RpM) Δ qtq Kelompok Bank

(35,02%), BPD (7,24%), serta KCBA dan bank Campuran sebesar 0,92%. Kelompok BUMN mengalami peningkatan terbesar mencapai Rp48,7T atau tumbuh 11,50% (yoy), sementara kredit UMKM pada kelompok KCBA dan Bank Campuran terkontraksi 48,51% (yoy) (Tabel 10). Meskipun demikian, secara triwulanan kredit UMKM pada kelompok KCBA dan Bank Campuran tumbuh tertinggi sebesar 9,72% (qtq). Untuk mendorong perkembangan sektor UMKM, Pemerintah menyelenggarakan program KUR yang merupakan bagian dari kredit UMKM. Target penyaluran KUR tahun

2017 tercatat Rp106,34 triliun, dengan penyaluran terbesar diberikan oleh tiga Bank BUMN (90,46%), dengan rincian masing-masing: BRI (66,95%); Bank Mandiri (12,22%); dan BNI (11,28%).

Tabel 10 Porsi Kredit UMKM berdasarkan Kelompok Bank (Rp Miliar)

Sumber: SPI Juni 2017

Tabel 11 Target Penyaluran KUR 2017

Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian Penyaluran KUR sampai dengan triwulan II-2017 mencapai Rp45,13 triliun atau 42,44% dari target. KUR terbesar disalurkan oleh BRI sebesar Rp34,60 triliun atau 48,59% dari target. Namun demikian, persentase realisasi pencapaian tertinggi terdapat pada

Bank OCBC-NISP yang berhasil

menyalurkan KUR sebesar 85,50% atau

Rp8,55 miliar dari target penyaluran KUR sebesar Rp10 miliar.

Berdasarkan jenisnya, realisasi KUR terbesar berada pada KUR Mikro (Rp32,11 triliun), diikuti KUR Retail (Rp12,91 triliun), dan KUR TKI (Rp113,20 miliar). Dari sisi jumlah debitur, KUR Mikro memiliki jumlah debitur terbanyak yaitu 1.920.885 debitur atau 94,86% dari total debitur KUR.

(28)

1.4 Rentabilitas

Rentabilitas bank umum pada triwulan II-2017 meningkat dengan pertumbuhan laba sebesar 18,58% (yoy) menjadi Rp331,5 triliun. Hal tersebut tercermin pada ROA yang meningkat menjadi 2,42% dari 2,26%

pada periode yang sama tahun

sebelumnya. Peningkatan ROA utamanya ditopang oleh peningkatan efisiensi sebagaimana terlihat penurunan BOPO menjadi 79,48% (TW I’17=80,68%; TW II’16=82,80%).

Dilihat dari kelompok bank, ROA tertinggi berada pada KCBA sebesar 2,88%. Namun demikian, peningkatan laba tertinggi berada pada BUSN Devisa dan BUMN yang tumbuh masing-masing 28,66% (yoy) dan 19,56% (yoy).

1.5 Permodalan

Modal Bank Umum (tidak termasuk KCBA) terdiri dari modal inti (91,49%) dan modal pelengkap (8,51%). Modal inti didominasi oleh modal inti utama (Common Equity Tier 1/CET 1) yang pada triwulan II-2017 tumbuh 16,40% (yoy) dipengaruhi oleh meningkatnya laba sebesar 24,57% (yoy), diikuti peningkatan modal disetor sebesar 11,00% (yoy). Sementara itu, khusus untuk KCBA, permodalan diatur dalam bentuk Capital Equivalency Maintained Assets

(CEMA). Porsi CEMA dalam total

permodalan industri perbankan tercatat sebesar 14,69%, sedikit turun dari tahun sebelumnya (15,98%).

Secara total, dengan peningkatan modal inti dan pertumbuhan laba, modal bank umum (termasuk KCBA) tumbuh 8,72% (yoy). Disisi lain, total ATMR industri perbankan tumbuh 7,62% (yoy) atau sedikit lebih rendah dari pertumbuhan modal. Dengan pertumbuhan modal yang lebih tinggi dibanding ATMR, CAR bank umum pada triwulan II-2017 tercatat sebesar 22,52%, meningkat 23 bps (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar 22,29%.

Berdasarkan kelompok bank, CAR tertinggi berada pada kelompok KCBA, yaitu 51,23%, jauh di atas CAR industri (22,52%). Hal tersebut merupakan dampak kewajiban KCBA dalam memenuhi pembentukan CEMA, yang umumnya ditempatkan pada Surat Utang Negara (SUN) yang memiliki bobot ATMR sebesar 0%. Tingginya CAR KCBA sesuai dengan karakteristik KCBA yang mendapat dukungan pendanaan dari head office untuk memperkuat operasional KCBA.

2. Kinerja Bank Syariah

Kinerja bank syariah pada triwulan II-2017 secara umum membaik dibandingkan triwulan II-2016. Hal tersebut didukung permodalan yang masih solid, serta peningkatan rentabilitas dan efisiensi. Risiko kredit juga terjaga, tercermin dari turunnya NPF gross dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

(29)

qtq yoy Mar Jun Sep Des Mar Jun TW II '17 TW II '17

BUS dan UUS

Total Aset (Rp milyar) 297.772 306.225 331.763 356.504 358.742 378.198 5,42% 23,50%

Pembiayaan (Rp milyar) 213.482 222.175 235.005 248.007 250.536 265.317 5,90% 19,42%

Dana Pihak Ketiga (Rp milyar) 232.657 241.336 263.522 279.335 286.178 302.013 5,53% 25,14% - Giro Wadiah (Rp milyar) 19.711 23.839 29.068 27.972 30.620 35.970 17,47% 50,88% - Tabungan Mudharabah (Rp milyar) 68.066 70.243 78.354 85.188 85.841 86.939 1,28% 23,77% - Deposito Mudharabah (Rp milyar) 144.880 147.254 156.100 166.174 169.717 179.103 5,53% 21,63%

CAR (%) - BUS 14,90 14,72 15,43 16,63 16,98 16,42 -56 169 ROA (%) 1,26 1,11 1,04 0,95 1,53 1,49 -5 38 NOM (%) 1,41 1,21 1,12 1,03 1,70 1,65 -5 44 BOPO (%) 91,16 92,36 92,83 93,63 88,58 87,13 -145 -523 NPF gross (%) 4,89 5,05 4,31 4,16 4,29 3,99 -30 -106 FDR (%) 91,76 92,06 89,18 88,78 87,55 87,85 30 -421 2016 2017 Rasio

Tabel 12 Indikator Umum Bank Syariah

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (SPS), Juni 2017

2.1 Aset

Pada triwulan II-2017, pangsa aset bank syariah1 sebesar 5,38%, meningkat dari

triwulan sebelumnya (5,25%) maupun tahun sebelumnya (4,81%). Aset bank syariah saat ini masih didominasi oleh aset BUS sebesar 71,88%. Komponen aset bank syariah sebagian besar berupa piutang (39,21%), diikuti pembiayaan bagi hasil (27,68%) dan penempatan pada Bank Indonesia (12,22%). Aset bank syariah tumbuh 23,50% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 11,97% (yoy). Peningkatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya DPK dan modal. Pada komponen aset, peningkatan tercermin pada meningkatnya pembiayaan bagi hasil dan piutang yang masing-masing tumbuh 29,04% (yoy) dan 15,36% (yoy).

Searah dengan pertumbuhan tahunan, secara triwulanan aset bank syariah juga meningkat 5,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 0,63% (qtq).

1 Sampai dengan Desember 2016, bank syariah terdiri dari

Grafik 7 Tren Aset Perbankan Syariah

Sumber: SPS Juni 2017 2.2 Sumber Dana

Sumber dana perbankan syariah didominasi oleh DPK dengan komposisi 59,30% deposito mudharabah, diikuti oleh tabungan mudharabah dan giro wadiah masing-masing sebesar 28,79% dan 11,91%.

Pada triwulan II-2017, DPK bank syariah

tumbuh 25,14% (yoy), meningkat

dibandingkan Juni 2016 (13,05%, yoy). Peningkatan terjadi pada semua komponen DPK, dengan pertumbuhan tertinggi terdapat pada giro wadiah sebesar 50,88% (qtq) (Grafik 8).

Searah dengan pergerakan tahunan, secara triwulanan DPK bank syariah juga tumbuh

(30)

Jun' 16 Mar '17 Jun '17 TW I '17 TW II '17 TW II '16 TW II '17 Pertanian, Perburuan, Kehutanan 7.830 9.484 9.847 3,71% 11,17% 3,82% 13,67% 25,75% Perikanan 1.379 1.492 1.350 0,51% 6,19% -9,54% 50,87% -2,15% Pertambangan dan Penggalian 6.301 6.833 7.085 2,67% 3,47% 3,70% 25,53% 12,45% Industri Pengolahan 18.300 20.055 20.558 7,75% 1,57% 2,51% 19,46% 12,34% Listrik, Gas dan Air 7.204 8.262 7.857 2,96% 1,78% -4,90% 21,86% 9,05% Konstruksi 10.826 14.409 19.782 7,46% -0,18% 37,29% -10,23% 82,74% Perdagangan Besar dan Eceran 28.457 29.320 30.450 11,48% -3,30% 3,85% 10,99% 7,00% Akomodasi dan PMM 2.768 3.425 3.489 1,32% 12,56% 1,87% 60,17% 26,08% Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 11.293 10.387 11.028 4,16% -4,90% 6,18% -9,88% -2,34% Perantara Keuangan 19.596 18.106 19.385 7,31% -4,45% 7,07% 10,55% -1,08% Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan 10.297 11.354 11.657 4,39% -11,27% 2,67% 15,66% 13,21% Adm. Pmrnthn,Perthn&Jamsos 263 8 9 0,00% -10,73% 13,25% 939,86% -96,52% Jasa Pendidikan 3.436 4.107 4.390 1,65% 8,50% 6,89% 25,47% 27,75% Jasa Kesehatan & Kesos 2.723 3.229 3.511 1,32% 6,56% 8,76% 26,32% 28,93% Kemasyarakatan, Sosbud & lainnya 4.613 4.518 4.895 1,84% -2,13% 8,33% -24,94% 6,11% Jasa Perorangan yang melayani RT 338 329 343 0,13% -2,41% 4,22% 70,09% 1,46% Badan Internasional & lainnya 1 - - 0,00% 0,00% 0,00% 0,46% -100% Kegiatan yang belum jelas 1.537 688 752 0,28% -9,53% 9,28% -34,51% -51,10% Rumah Tangga 81.681 101.669 106.214 40,03% 4,17% 4,47% 13,99% 30,03% Bukan lapangan usaha lainnya 3.330 2.863 2.715 1,02% -4,75% -5,16% -59,13% -18,46% TOTAL 222.175 250.536 265.317 100,00% 1,02% 5,90% 7,82% 19,42%

Porsi (%) qtq (%)

Sektor Ekonomi Pembiayaan (Rp M) yoy (%)

positif yakni 5,53% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,45% (qtq), utamanya pada giro wadiah yang tumbuh 17,47% (qtq).

Grafik 8 Pertumbuhan DPK Bank Syariah (yoy)

Sumber: SPS Juni 2017

2.3 Penggunaan Dana

Penggunaan dana perbankan syariah didominasi untuk tujuan pembiayaan. Pada triwulan II-2017, pembiayaan perbankan syariah tumbuh 19,42% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,82% (yoy). Peningkatan tersebut utamanya dipengaruhi oleh pesatnya pertumbuhan pembiayaan sektor rumah tangga (30,03%,

yoy). Meskipun total pembiayaan

mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, namun terjadi perlambatan pertumbuhan pada dua sektor ekonomi yaitu sektor perdagangan besar/eceran dan industri pengolahan yang masing-masing tumbuh 7,00% (yoy) dan 12,34% (yoy) atau melambat dari 10,99% (yoy) dan 19,46% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Tabel 13 Pembiayaan Bank Syariah berdasarkan Sektor Ekonomi

(31)

Jun '16 Mar '17 Jun '17 TW I '17 TW II'17 TW II '16 TW II ' 17 Modal Kerja 81.467 85.691 92.725 34,95 -1,91 8,21 0,50 13,82 Investasi 55.697 60.314 63.664 24,00 0,45 5,55 17,20 14,30 Konsumsi 85.011 104.531 108.929 41,06 3,91 4,21 6,85 28,13 Total 222.175 250.536 265.317 100 1,02 5,90 6,74 19,42 Porsi (%) qtq (%) yoy (%) JENIS PENGGUNAAN Nilai (Rp. Miliar)

Sementara itu, sejalan dengan

meningkatnya pembangunan infrastruktur pemerintah dan swasta dalam setahun terakhir, pembiayaan sektor konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 82,74% (yoy). Sejalan dengan pembiayaan infrastruktur, sektor jasa kesehatan dan kesejahteraan sosial serta jasa pendidikan juga tumbuh baik sebesar masing-masing 28,93% (yoy) dan 27,75% (yoy). Perbaikan kedua sektor ini pada dasarnya terkait dengan sektor konstruksi yakni pembiayaan bank untuk sekolah dan rumah sakit yang dikelola oleh yayasan maupun swasta di berbagai daerah.

Secara triwulanan, penyaluran pembiayaan bank syariah meningkat sebesar 5,50% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan posisi Maret 2017 yang tercatat tumbuh sebesar 1,02% (qtq). Peningkatan utamanya terjadi di

sektor konstruksi (37,29%, qtq) dan sektor rumah tangga (4,47%, qtq).

Berdasarkan jenis penggunaan, pembiayaan bank syariah masih didominasi konsumsi sebesar 41,06% diikuti modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 34,95% dan 24,00% (Tabel 13). Pembiayaan konsumsi tumbuh signifikan sebesar 28,13% (yoy) utamanya di dorong peningkatan

konsumsi rumah tangga sementara

pembiayaan modal kerja tumbuh 13,82% (yoy), lebih baik dari tahun sebelumnya yang tumbuh 0,50% (yoy).

Secara triwulanan, pembiayaan bank syariah mengalami peningkatan baik pada modal kerja, investasi, maupun konsumsi masing-masing 8,21% (qtq), 5,55% (qtq) dan 4,21% (qtq).

Tabel 14 Pembiayaan Bank Syariah berdasarkan Penggunaan

Sumber: SPS, Juni 2017

Kualitas pembiayaan bank syariah membaik, yang terlihat dari menurunnya rasio NPF gross sebesar 106 bps (yoy) menjadi 3,99% dari 5,05% pada triwulan II-2016.

Secara spasial, sebagian besar pembiayaan masih terpusat di wilayah Jawa sebesar 71,64%, khususnya DKI Jakarta (41,88%), Jawa Barat (11,81%), Jawa Timur (8,28%), dan Jawa Tengah (6,01%). Besarnya

dominasi pembiayaan antara lain

dipengaruhi kondisi infrastruktur serta akses keuangan yang lebih baik di pulau Jawa dibandingkan di wilayah lainnya terutama

Bagian Timur Indonesia. Besarnya

pembiayaan yang terpusat di wilayah Jawa didukung pula dengan sebaran jaringan kantor BUS dan UUS yang masih terkonsentrasi di wilayah Jawa.

(32)

Grafik 9 Pembiayaan Perbankan Syariah berdasarkan Lokasi Bank Penyalur

Sumber: SPS Juni 2017 2.4 Rentabilitas

Rentabilitas bank syariah meningkat, tercermin dari ROA sebesar 1,49%, atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya (1,11%), sejalan dengan meningkatnya laba sebesar 62,07% (yoy) dari Rp3,29 triliun pada Juni 2016 menjadi Rp5,34 triliun pada Juni 2017.

Grafik 10 Laba dan ROA Perbankan Syariah

Sumber: SPS Juni 2017

Membaiknya rentabilitas pada periode laporan didorong oleh peningkatan efisiensi bank syariah, tercermin dari menurunnya rasio BOPO menjadi 87,13% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (88,58%)

maupun periode yang sama tahun sebelumnya (92,36%). Selain itu, perbaikan rentabilitas juga tercermin dari peningkatan NOM menjadi 1,65% dari tahun sebelumnya sebesar 1,21%.

Peningkatan laba dan efisiensi tersebut merupakan hasil upaya BUS dalam mengoptimalkan sisi pengeluaran/biaya, diantaranya dengan memulai pembenahan layanan dan produk, peningkatan efisiensi dan produktifitas karyawan, optimalisasi jaringan kantor dan membuka layanan tanpa kantor.

2.5 Permodalan

Permodalan BUS terdiri dari modal inti sebesar 83,97% dan modal pelengkap 16,03%. Modal inti tumbuh 19,12% (yoy), sejalan dengan meningkatnya modal disetor dan laba BUS yang masing-masing tumbuh 16,43% (yoy) dan 29,89% (yoy). Sementara itu, modal pelengkap tumbuh 39,85% (yoy) yang berasal dari penjualan obligasi subordinasi dan kenaikan cadangan. Dengan demikian, modal BUS tumbuh 22,02% (yoy) atau naik Rp5,13T.

Di sisi penyebut, ATMR BUS naik 9,42% (yoy), atau lebih rendah dari pertumbuhan modal. Dengan kenaikan modal yang lebih besar dari ATMR, CAR BUS pada triwulan II-2017 meningkat menjadi 16,42% dari 14,72% pada tahun sebelumnya.

(33)

Box. 1 Perkembangan Kredit Properti

Dalam lima tahun terakhir, kredit properti1 tumbuh melambat yaitu dari 25,31% (yoy) pada Januari 2013 menjadi 11,87% (yoy) pada Juni 2017. Perlambatan tersebut sejalan dengan tren perlambatan pertumbuhan kredit nasional (Jan’13=23,23%, yoy; Juni‘17=7,75%, yoy) yang turut dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global dan domestik. Dalam tulisan ini, dari sisi penawaran (supply) sektor properti terdiri dari subsektor Real Estate (RE) dan konstruksi sedangkan dari sisi permintaan (demand) sektor properti meliputi subsektor rumah tangga untuk kepemilikan rumah tinggal/flat/apartemen/ruko/rukan.

Berdasarkan porsinya, sebagian besar kredit properti didominasi oleh kredit rumah tangga (52,54%), diikuti kredit konstruksi (30,41%) dan real estate (17,05%). Sampai dengan Juni 2017, pertumbuhan kredit properti lebih ditopang oleh pertumbuhan kredit konstruksi dan kredit real estate yang masing-masing tumbuh 21,54% (yoy) dan 11,87% (yoy).

Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit properti relatif masih cukup baik ditopang oleh upaya ekspansi properti sejalan dengan mulai membaiknya kinerja keuangan perusahaan properti pada semester I-2017. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kredit konstruksi meningkat seiring dengan meningkatnya proyek pembangunan baik oleh swasta maupun pemerintah sedangkan kredit real estate melambat dipengaruhi oleh penurunan penjualan properti residensial. Sementara itu, dari sisi permintaan, kredit rumah tangga untuk kepemilikan properti relatif stagnan sejak pertengahan 2015 dengan pertumbuhan pada Juni 2017 tercatat sebesar 7,49% (yoy) atau lebih rendah dari 7,62% (yoy) pada Juni 2016. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya harga properti sebesar 3,17% (yoy)2, lebih tinggi dari kenaikan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,62% (yoy) di tengah merebaknya isu terbatasnya daya beli masyarakat.

1

Kredit properti merupakan seluruh kredit terkait properti yang diberikan kepada debitur UMKM maupun bukan debitur UMKM, termasuk kredit yang berada dalam status restrukturisasi, meliputi kredit kepada perusahaan real estate, kontraktor, dan perorangan.

2

Survey Harga Properti dan Residensial, Bank Indonesia Triwulan II-2017 mengindikasikan bahwa peningkatan harga properti utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bangunan dan biaya perizinan.

(34)

Berdasarkan subsektor, kredit rumah tangga untuk kepemilikan properti di dominasi oleh Kredit Perumahan Rakyat (KPR) sebesar 89,91%, diikuti Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) dan Kredit Kepemilikan Ruko dan Rukan masing-masing 3,29% dan 6,80%. KPR umumnya digunakan untuk pembelian rumah tipe menengah (tipe 22 s.d 70) sebesar 57,45%, diikuti tipe>70 sebesar 35,15%, dan rumah tinggal sederhana (s.d tipe 21) sebesar 7,41%. KPR tipe menengah tumbuh paling tinggi sebesar 14,50% (yoy), meskipun sedikit melambat dari tahun sebelumnya sebesar 14,47% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan KPR tipe>70 hanya tumbuh 2,54% (yoy), melambat dari 4,18% (yoy) pada tahun sebelumnya, sedangkan KPR rumah tipe sederhana justru terkontraksi -9,23% (yoy).

Meskipun dilakukan pelonggaran Loan to Value (LTV) KPR sejak September 2016, KPR tumbuh relatif stagnan sejak dua tahun terakhir. Pada Juni 2017, KPR hanya tumbuh 7,98% (yoy) antara lain dipengaruhi oleh permintaan masyarakat yang belum solid. Meskipun masih tumbuh moderat, KPA dan Kredit Kepemilikan Ruko/Rukan meningkat masing-masing 4,18% (yoy) dan 2,86% (yoy) pada Juni 2017, atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya masing-masing sebesar -0,91% (yoy) dan 1,71% (yoy).

Meskipun pertumbuhan kredit properti relatif rendah, namun risiko (NPL) kredit properti masih tergolong rendah dan terjaga yakni 1,96% (Juni 2017). Subsektor dengan NPL tertinggi pada sektor properti tercatat pada sektor konstruksi yakni 3,93% meskipun sedikit lebih rendah dari 4,12% pada Januari 2013. Adapun NPL sektor real estate dan rumah tangga cenderung meningkat meskipun terjaga di bawah threshold 5%. Rendahnya NPL kredit rumah tangga didorong oleh terjaganya NPL KPR3 yang memiliki porsi terbesar dengan rasio NPL 2,84%. Terjaganya NPL KPR antara lain dipengaruhi oleh analisa kredit yang selektif kepada debitur yang memenuhi syarat serta adanya regulasi kewajiban pemenuhan loan to value untuk mengindikasikan bahwa calon debitur memiliki kemampuan membayar kewajiban KPR-nya. Selain itu, tren penurunan suku bunga juga turut mempengaruhi kemampuan bayar debitur sehingga turut menekan kenaikan NPL.

3

Pada umumnya debitur KPR akan berupaya melakukan pembayaran secara tepat waktu khususnya jika rumah dalam KPR tersebut digunakan untuk tempat tinggal.

(35)

qtq qtq yoy Mar Jun Sep Des Mar Jun TW I'17 TW II'17 TW II '17 Total Aset (Rp milyar) 103.583 105.867 108.943 113.501 114.872 116.640 1,21% 1,54% 10,18%

Kredit (Rp milyar) 76.216 79.764 80.083 81.684 84.340 87.389 3,25% 3,62% 9,56%

Dana Pihak Ketiga (Rp milyar) 69.354 70.238 72.756 75.725 77.212 77.853 1,96% 0,83% 10,84% - Tabungan (Rp milyar) 20.910 20.723 22.013 23.748 23.600 23.389 -0,62% -0,89% 12,87% - Deposito (Rp milyar) 48.444 49.516 50.743 51.977 53.612 54.465 3,15% 1,59% 9,99% NPL Gross (%) 6,16 6,19 6,58 5,83 6,68 6,93 85 25 74 NPL Net (%) 4,39 4,51 4,17 4,20 4,88 4,59 68 -30 8 ROA (%) 2,87 2,62 2,58 2,59 2,76 2,61 17 -15 -1 LDR (%) 77,22 79,67 77,71 76,24 77,00 79,03 76 203 -64 CR (%) 16,57 14,85 15,93 19,01 15,25 15,10 -376 -15 25 BOPO (%) 81,18 82,33 82,04 81,19 80,81 81,39 -38 58 -94 CAR (%) 23,64 22,17 22,45 22,77 23,72 22,49 95 -123 32 Rasio 2016 2017 3. Kinerja BPR Konvensional (BPRK)

Kondisi BPRK pada triwulan II-2017 cukup baik dengan pertumbuhan kredit yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Ketahanan BPR juga cukup solid didukung

dengan perbaikan tingkat efisiensi,

meskipun masih dibayangi dengan

peningkatan risiko kredit.

Tabel 15 Indikator Umum BPR Konvensional

Sumber: SPI, Juni 2017 3.1 Aset

Dalam satu tahun terakhir, aset BPR tumbuh 10,18% (yoy), atau melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (12,64%, yoy). Perlambatan aset BPR antara lain dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan DPK dan Modal BPR. Namun demikian, fungsi intermediasi BPR masih berjalan dengan baik tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit BPR. Berdasarkan sebaran, aset BPR lebih banyak di Pulau Jawa (56,55%) dengan Jawa Tengah dan Jawa Barat menjadi yang terbesar masing-masing dengan porsi 22,30% dan 15,82%. Dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan aset BPR tertinggi berada di Maluku Utara sebesar 40,61% (yoy), meskipun dengan porsi yang sangat rendah, yakni 0,07% dari total aset BPR. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh penambahan satu

BPR baru yaitu PT BPR Modern Ternate yang beroperasi sejak Februari 2017.

Grafik 11 Perkembangan Aset BPRK

Sumber: SPI, Juni 2017 3.2 Sumber Dana

Komposisi sumber dana BPR masih didominasi oleh DPK dengan porsi 80,61%, diikuti pinjaman yang diterima (14,48%), antar bank passiva (3,91%), dan kewajiban segera (0,99%).

(36)

Jun-16 Mar-17 Jun-17 TW I-17 TW II-17 TW II-16 TW II-17

Sumatera 13.485 15.145 15.164 19,48% 3,98% 0,12% 11,92% 12,45% Jawa 42.233 45.777 45.956 59,03% 0,95% 0,39% 12,18% 8,81% Kalimantan 1.712 1.797 1.793 2,30% 4,02% -0,24% 12,45% 4,71% Bali dan Nusa Tenggara 8.775 9.808 10.028 12,88% 0,99% 2,24% 21,00% 14,27% Sulawesi, Maluku dan Papua 4.032 4.684 4.914 6,31% 7,03% 4,89% 30,93% 21,86%

Jumlah 70.238 77.212 77.853 100,00% 1,96% 0,83% 14,12% 10,84%

*) Total DPK dalam miliar rupiah

Wilayah DPK Porsi ∆qtq ∆yoy

DPK BPR tumbuh 10,84% (yoy), melambat dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 14,12% (yoy). Perlambatan tersebut berasal dari turunnya pertumbuhan deposito dan tabungan yang masing-masing hanya tumbuh 9,99% (yoy) (TW II-16=13,87%, yoy) dan 12,87% (yoy) (TW II-16=14,12%, yoy) (Grafik 12). Dilihat dari porsinya, deposito masih merupakan komponen DPK tertinggi dengan porsi 69,96%.

Searah dengan aset, DPK BPR juga terkonsentrasi di Jawa (59,03%), diikuti oleh Sumatera (19,48%), Bali-Nusa Tenggara (12,88%), Sulampua (6,31%), dan Kalimantan

(2,30%). Di tengah melambatnya

pertumbuhan DPK secara nasional, di

wilayah Sumatera DPK justru meningkat lebih baik dari tahun sebelumnya yakni 12,45% (yoy) atau lebih tinggi dari 11,92% (yoy) pada periode yang sama tahun 2016.

Grafik 12 Perkembangan DPK BPRK

Sumber: SPI, Juni 2017

Tabel 16 Penyebaran DPK BPRK

Sumber: SPI, Juni 2017 3.3 Penggunaan Dana

Penggunaan dana BPR sebagian besar disalurkan untuk kredit dengan porsi 78,01%, diikuti penempatan pada bank lain sebesar 21,99%. Penyaluran kredit BPR pada triwulan II-2017 tumbuh 9,56% (yoy), lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 8,16% (yoy). Sementara itu, penempatan pada bank lain tumbuh melambat sebesar 11,57% (yoy) (TW II-16=30,25%, yoy).

Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar kredit BPR merupakan kredit konsumsi (KK) dengan porsi 48,42% diikuti

kredit modal kerja (KMK) dengan porsi 44,59%, sedangkan kredit investasi (KI) hanya 6,99%. KK BPR tumbuh 9,02% (yoy), lebih tinggi dari 8,99% (yoy) pada periode yang sama tahun sebelumnya. KMK dan KI juga tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya, masing-masing sebesar 9,26% (yoy) dan 15,52% (yoy).

Kredit produktif umumnya disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran, terlihat dari besarnya porsi sektor ini yakni 25,76% atau sektor penerima kredit terbesar kedua setelah sektor bukan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis asesmen portofolio ini mampu meningkatkan pemahaman siswa yang menekankan siswa untuk lebih berfikir

Mendapatkan perlindungan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang berlaku bagi Kegiatan Amatir Radio, Anggaran

Remaja adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik, biologis, mental dan

Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai

Syukur Alhamdulillah segala puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat, Hidayah serta Inayahnya sehinnga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

Dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 10 ayat ke 1 Anggaran Dasar ini, rapat-rapat tersebut dalam ayat ke 1 Pasal ini harus dihadiri sekurang- kurangnya 1/2 (setengah) bagian

Dampak positif yang dihasilkan dari kebijakan pemerintah dalam menetapkan Singaparna sebagai ibukota kabupaten Tasikmalaya terhadap ekonomi politik masyarakat Singaparna

peningkatan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Perangkat Daerah untuk menghasilkan pelayanan publik yang optimal” namun dilihat dari implementasi