• Tidak ada hasil yang ditemukan

B

anyak bahan kimia di laboratorium atau tempat kerja yang dapat menimbulkan kebakaran sehingga perhatian utama dalam kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium adalah mengontrol sumber-sumber api dan mencegah terjadinya akumulasi gas.

A. Sumber Api.

Beberapa benda di laboratorium yang dapat menjadi sumber api antara lain listrik, lampu Bunsen, korek api, kompor listrik maupun sumber-sumber panas yang lain. Hal yang harus diper-hatikan ketika bekerja dengan bahan-bahan yang mudah terbakar adalah memberikan perhatikan penuh kepada sumber-sumber api tersebut. Pada umumnya gas-gas yang mudah terbakar memiliki berat jenis yang lebih berat dibandingkan dengan udara sehingga perhatian serius perlu diberikan kepada sumber-sumber api yang berada di bawah bahan kimia yang digunakan.

Berdasarkan bentuknya, sumber api dapat dipisahkan menjadi cairan, padat ataupun gas. Banyak cairan seperti alcohol dan spiritus memiliki flash point sekitar a tau dibawah 37.7 0C sehingga digolongkan dalam cairan yang mudah terbakar (flammable liquids;

Gambar 6.1

Symbol bahan cair mudah terbakar, bahan padat mudah terbakar, dapat terbakar secara spontan dan bahan yang dapat terbakar jika kontak dengan air.

Carian-cairan tersebut pada suhu di atas flash point akan menghasilkan gas yang mudah terbakar. Jadi yang menimbulkan kebakaran adalah gas yang ditimbulkan oleh cairan tersebut dan bukan cairannya. Banyak benda padat juga dapat secara spontan menghasilkan gas danmudah terbakar. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat di label bahan kimia tersebut atau dilihat di MSDS bahan kimia yang bersangkutan. Beberapa simbol bahan kimia yang mudah terbakar (Gambar 6.1)

B. Penyimpanan Bahan Kimia Mudah Terbakar

Penyimpanan bahan kimia mudah terbakar harus dilakukan secara hati-hati dan mengikuti prosedur standar yang berlaku. Peraturan dasar penyimpanan bahan mudah terbakar antara lain sebagai berikut:

• Jika memungkinan bahan kimia disimpan dalam lemari khusus untuk bahan kimia yang mudah terbakar. Jika senyawa tersebut harus disimpan di suhu rendah, maka penyimpanan harus dilakukan di lemari pendingin khusus untuk bahan mudah terbakar. Lemari es (kulkas) bukan merupakan tempat untuk menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar. Namun jika tidak ada fasilitas tersebut, bahan mudah terbakar dapat disimpan di ruang terbuka di dalam laboratorium dengan yang memiliki system ventillasi yang baik dengan mengikuti batas maksimum penyimpanan (lihat Tabel 4.1)

• Bahan kimia yang mudah terbakar tidak ditempatkan di dekat pintu keluar, atau jalan keluar lainnya.

• Bahan kimia harus dijauhkan dari sinar matahari langsung ataupun sumber panas yang lain

• Bahan harus dihindarkan dari kontak dengan bahan kimia yang bersifat oksidatif kuat seperti permanganat dan klorat. • Setiap institusi seharusnya melarang merokok di dalam

bangunan termasuk di area penyimpanan bahan kimia

C. Aturan Keselamatan Kerja

Jika bekerja dengan bahan kimia yang mudah terbakar harus diperhatikan hal sebagai berikut:

• Bekerja di area yang bebas sumber panas

• Tidak boleh memanaskan bahan kimia yang mudah terbakar,termasuk di dalam waterbath, incubator dll

• Ventilasi merupakan langkah paling efektif untuk mencegah terjadinya kebakaran.

D. Alat Pemadam Kebakaran

Menurut British Standard EN-2, berdasarkan sumbernya api dapat diklasifikasikan menjadi enam macam, yaitu seperti terlihat pada Tabel 6.1. Oleh karena itu alat pemadam kebakaran juga harus disesuaikan dengan jenis api. TIDAK semua api dapat dipadamkan dengan menggunakan air.

Tabel 6.1

Tanda dan klasifikasi api berdasarkan British Standard (The University of Cambridge London Fire Officer, 2011)

Tanda Klasifikasi api

Class A: Api berasal dari bahan kayu, tekstil, kertas dan plastik

Class B: Semua bahan kimia yang bersifat mudah terbakar (flammable) baik cair maupun padat. Bahan ini juga digolongkan menjadi bahan yang tidak dapat bercampur dengan air seperti BBM, oli, minyak cat dan lilin, serta bahan yang dapt bercampur dengan air seperti alcohol, methanol, acetone, propanol dll.

Class C: Api yang berasal dari gas, liquid petroleum gasesn (LPG), butan, propane serta gas-gas untuk medis dan industri

Class D: Api yang kemudian melibatkan metal dan serbuk metal seperti sodium (Na) dan potassium (K). Jenis api ini harus dipadamkan dengan serbuk kering yang dibuat khusus untuk memadamkan api. Serbuk tersebut dapat mencegah oksigen mengenai permukaan metal sehingga api dapat dipadamkan.

Listrik: Listrik tidak menyebabkan api tetapi dapat memicu terjadinya kebakaran sehingga apabila terjadi kebakaran karena arus listrik maka setelah listrik dimatikan kemudian api ditangani seperti penanganan

class A. Namun banyak alat-alat laboratorium yang mampu menyimpan listrik dengan menggunakan kapasitor meskipun sumber listrik telah dimatikan. Oleh karena itu penggunaan karbondioksida (CO2) atau bubuk kering sangat dianjurkan dalam penanganan ini Class F: adalah klasifikasi baru untuk dapur katering, restoran dll yang menggunakan minyak goreng dengan pemanasan di atas 360 0C. Minyak goreng yang terbakar sangat sulit untuk dipadamkan dengan alat pemadam kebakaran konvensional, bahkan pemadaman yang tidak benar dapat membahayakan petugas karena api dapat menyebar. Isi tabung pemadam harus khusus dibuat bagi kelas ini.

Jika terjadi kebakaran, maka pemadamannya harus menggunakan jenis pemadam tertentu. Misalnya terjadi kebakaran karena kayu, kertas dan bahan sejenis yang terbakar, maka pemadamannya dapat menggunakan air atau tabung pemadam kelas A. Namun jika terjadi kebakaran karena alcohol maka pemadamannya tidak boleh menggunakan air tetapi harus tabung pemadam kelas B yang umumnya berupa busa atau kelas C yang berisi gas CO2. Demikian seterusnya dan dapat dilihat di Gambar 6.2.

di laboratorium adalah PACE (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012).

P: Pindahkan orang-orang dari bahaya

A: Aktifkan alarm kebakaran dan hubungi petugas

C: Cegah menjalarkan api dengan menutup pintu dan jendela

E: Evakuasi secepatnya dan tinggalkan gedung labo-ratorium

Jika saudara pernah mendapatkan pelatihan cara menggunakan pemadam kebakaran maka saudara berhak menggunakannya, namun jika belum pernah mendapatkan training tersebut maka sece-pat nya tinggalkan laboratorium setelah melakukan PACE tersebut.

Gambar 6.2.

Aplikasi tabung pemadam kebakaran sangat tergantung dari bahan sumber kebakaran (The University of Cambridge London Fire Officer, 2011).

E. Prosedur Penyelamatan

Laboratorium memiliki tanggung jawab untuk membuat prosedur jika terjadi kebakaran. Pada umumnya jika terjadi kebakaran maka hal pertama yang harus dilakukan oleh orang

Bab VII

PENUTUP

H

ampir semua pelaku pendidikan IPA percaya bahwa pengajaran IPA tidak akan bermakna tanpa melakukan aktivitas di laboratorium. Kegiatan laboratorium akan mampu mendorong siswa berfikir kritis, mampu memecahkan masalah dan mampu memahami materi dengan baik apabila kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di laboratorium dirancang dan dipersiapkan dengan baik oleh para guru IPA dan pengelola laboratorium. Agar para guru IPA dan pengelola laboratorium dapat melakukan hal tersebut maka para guru harus mumpuni, professional dan menguasai bahan pembelajaran sehingga materi yang disajikan menjadi menarik bagi siswa untuk mempelajari dan memahami sains dari berbagai aspek. Untuk melakukan hal tersebut, dibutuhkan kesiapan yang matang bagi para pemangku kebijakan pendidikan, pengelola sekolah dan para pelaku pendidikan agar laboratorium mampu menghasilkan para scientist dan engineers di masa mendatang.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak yang menggunakan laboratorium. Hal ini yang harus diletakkan diatas segalanya sebelum suatu kegiatan laboratorium dilaksanakan. Meskipun hampir semua pihak percaya

bahwa kegiatan laboratorium merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari pengajaran sains, namun masih banyak pihak yang tidak menyadari pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena dua hal tersebut merupakan budaya yang tidak dapat terlahir secara otomatis dan instant maka penanggungjawab sekolah maupun pengelola laboratorium harus selalu berusaha menjadikan kesehatan dan keselamatan kerja menjadi suatu budaya di institusi mereka.

Kebutuhan akan pelatihan pengelolaan laboratorium yang dilakukan secara rutin dan terprogram juga sangat dibutuhkan untuk menjaga aturan keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.

Dokumen terkait