• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Analisis Gender Buruh Tani Di Desa Klaseman

Analisis gender menurut Keppi Sukesi dalam Supiandi (2001)

adalah suatu alat (tool) yang digunakan untuk menelaah kehidupan

masyarakat sebagai suatu system berdasarkan struktur dan relasi social antara perempuan dan laki-laki. Dalam bidang pertanian, alat ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana system social agraris tersusun menurut elemen-elemen pelaku yaitu perempuan dan laki-laki serta hubungan keduanya, apakah dalam hubungan pertukaran, komplementer, persaingan dan bentuk hubungan lainnya.

Kehidupan sederhana yang dilakoni oleh buruh tani yang ada di Desa Klaseman adalah sebuah gambaran bahwa tidak semua pelaksana dalam kegiatan pertanian memiliki tingkat ekonomi yang hampir sama dengan individu yang menggantungkan hidupnya dari bekerja sebagai karyawan disebuah pabrik atau menjadi salah satu pegawai negeri sipil. Buruh tani bekerja dengan cara menggarap lahan milik orang lain dengan tingkat pendapatan yang didapat masih relative sangat kecil jika dibandingkan dengan tingkat kebutuhan ekonomi sekarang ini. Mereka rela menerima upah belasan ribu dalam satu hari setelah mengerjakan kegiatan disawah, sedangkan kebutuhan hidup yang mesti mereka kejar semakin hari semakin bertambah. Dari sandang, pangan hingga papan untuk mereka bernaung dari panasnya matahari dan dinginnya hujan. Mereka rela seharian berada dibawah terik sinarnya matahari demi rupiah yang akan mereka dapatkan nantinya.

Buruh tani yang telah berusia lanjut adalah orang yang memiliki umur yang seharusnya pada umur tersebut tidak layak untuk menghabiskan waktunya untuk menggarap lahan. Bahkan ada beberapa buruh tani yang sudah usia lanjut dengan sisa tenaganya mencangkul lahan yang akan digunakan untuk tanam palawija. Seharusnya pada usia 60-an

lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah, istirahat, melihat cucu- cucunya yang sedang bermain. Namun kebutuhan hidup tidak dapat melihat usia tersebut, bila ingin tetap mempunyai ”pegangan” maka mau

tidak mau mereka harus mengerjakan pekerjaan tersebut.1 Karena desa

klaseman masih mempunyai lahan pertanian yang cukup luas maka pekerjaan yang paling dekat yang bisa mereka lakukan adalah menjadi seorang buruh tani. Soal pengalaman dalam menggarap lahan mungkin mereka masih kurang namun dengan berjalannya waktu pengalaman tersebut bisa mereka dapatkan dengan cara bekerja menjadi seorang buruh tani.

Tidak hanya laki-laki yang mengerjakan pekerjaan sebagai buruh tani tersebut, perempuan juga tertarik untuk mengikuti jejak tersebut. Meskipun upah yang didapatkan lebih kecil dari buruh tani laki-laki namun agaknya pilihan tersebut lebih menjanjikan daripada lebih banyak waktu yang mereka habiskan dirumah tanpa bisa menghasilkan apa-apa. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pekerjaan ini merupakan pilihan yang paling dekat setelah mereka dikeluarkan dari pekerjaan sebelumnya yang bekerja sebagai karyawan pabrik. Ada juga pendapat bahwa pekerjaan menjadi buruh tani tersebut sudah mereka lakoni saat usia masih muda karena ketidakrelaan orang tua mereka untuk membiarkan anak-anaknya bekerja dipabrik. Tentu saja dalam hatinya menahan penolakan tersebut namun penolakan tersebut tidak berani mereka ungkapkan. Mungkin ada benarnya bekerja sebagai buruh tani agar nantinya bisa mengelola lahan pertanian yang dimiliki orang tua mereka dan bisa memberikan kehidupan bagi keluarga mereka.

Jenis pekerjaan sebagai buruh tani tidak terlalu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, rata-rata tingkat pendidikan buruh tani di desa klaseman adalah sekolah tingkat lanjut. Bahkan ada diantaranya yang tidak menikmati bangku sekolah karena keterbatasan

1

) pegangan yang dimaksud adalah uang yang bisa digunakan sewaktu-waktu bila ada kebutuhan yang mendadak

biaya yang dimiliki. Sehingga dalam pelaksanaanya tidak terlalu memperhatikan dari segi teori dalam ilmu pertanian, mereka lebih mengutamakan pengalaman yang mereka dapatkan dari orang pintar atau orang tua mereka.

Selain bekerja sebagai buruh tani, dalam mencukupi kebutuhan hidupnya mereka kadang melakukan kegiatan lain yang bisa menambah pendapatan mereka. Kegiatan tersebut diantaranya adalah menjual keong atau bahkan menjadi buruh setrika baju yang jumlah pendapatannya pun sangat minim. Kegiatan buruh tani dilakukan dari pagi hingga sore, seperti halnya para karyawan pabrik namun bedanya jika karyawan pabrik bekerja didalam ruangan sedangkan buruh tani bekerja diluar ruangan, dilahan sawah yang langsung terkena sinar matahari.

Dalam kegiatan buruh tani baik kegiatan mencari nafkah, dalam rumah tangga dan dalam masyarakat, masing-masing buruh tani mempunyai peran, fungsi serta kedudukan yang mesti diperhatikan. Misalnya dalam kegiatan mencari nafkah buruh tani laki-laki mempunyai peranan sebagai pencari nafkah namun lantas tidak semestinya mementingkan peran tersebut tanpa memperhatikan perannya dalam rumah tangga yaitu sebagai seorang ayah yang harus memelihara anak- anaknya. Begitu juga buruh tani perempuan yang mempunyai kedudukan dalam rumah tangga sebagai istri tidak lantas meninggalkan pekerjaan rumah tangganya demi mengerjakan pekerjaan untuk mencari nafkah. Perbedaan peran dari masing-masing buruh tani tersebut mengisyaratkan bahwa adanya peran gender yang terjadi diantara keduanya.

Secara garis besar analisis gender terdiri dari empat bagian dan dilaksanakan dalam dua langkah utama. Langkah pertama, informasi dikumpulkan untuk profil aktivitas dan profil akses dan kontrol. Langkah kedua, informasi hasil langkah pertama digunakan untuk analisis faktor dan tren (yang mempengaruhi aktivitas dan akses dan kontrol) dan analisis siklus program. Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada langkah pertama yaitu profil aktivitas khususnya aktivitas buruh tani laki-laki dan

perempuan dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi kegiatan mencari nafkah, kegiatan dalam rumah tangga dan kegiatan dalam lingkungan masyarakat. Kegiatan mencari nafkah yang dilakukan buruh tani di desa klaseman adalah dengan cara menggarap lahan milik orang lain mulai dari proses mengolah lahan sampai dengan panen. Kegiatan ini ada pembagian pekerjaan antara buruh tani laki-laki dan buruh tani perempuan. Untuk kegiatan dalam rumah tangga merupakan kegiatan yang biasa dikerjakan pada saat dirumah meliputi memasak, menyapu, mencuci dan lain-lain. Sedangkan kegiatan dalam masyarakat adalah kegiatan yang berlangsung dikehidupan masyarakat seperti rapat RT, arisan dan lain-lain.

Dalam profil aktivitas semua kategori kegiatan termasuk kegiatan mencari nafkah, dalam rumah tangga dan kegiatan masyarakat sangat diperhitungkan. Ini mengidentifikasikan berapa banyak waktu digunakan untuk setiap kegiatan, seberapa sering kegiatan dilakukan dan kapan saja kebutuhan kerja tinggi dan berapa banyak tambahan perempuan, laki-laki dan anak-anak diperlukan. Profil aktivitas juga mengidentifikasi tempat kegiatan, dirumah atau ditempat lain (desa, pasar, sawah) dan berapa jauh tempat ini dari rumah tinggal. Informasi ini memberi gambaran mobilitas laki-laki dan perempuan. Isu yang dicakup dalam profil aktivitas termasuk:

• Kegiatan produktif/mencari nafkah

• Kegiatan reproduktif/dalam rumah tangga

• Kegiatan publik/masyarakat

Dalam analisis kegiatan ini digunakan kerangka kerja analitik harvard. Kerangka kerja ini dikenal juga dengan kerangka kerja peran gender atau kerangka kerja analisis gender. Kerangka kerja ini merupakan salah satu kerangka analisis dan perencanaan gender yang pertama, yang mempunyai tujuan memetakan dan menjelaskan perbedaan pokok pekerjaan/kegiatan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.

Karakteristik dari kerangka harvard ini terdiri atas suatu matrik pengumpulan data ditingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga) dan mempunyai empat komponen yang berkaitan:

a) Profil aktivitas; menjawab ”siapa melakukan apa?”, termasuk gender, umur, lama waktu dan lokasi kegiatan.

b) Profil akses dan kontrol; mengidentifikasi sumber daya untuk

menjalankan kegiatan pada profil aktivitas, dan akses dan kontrol penggunaan menurut gender.

c) Analisis faktor pengaruh; faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

perbedaan gender dalam profil aktivitas dan profil akses dan kontrol.

d) Analisis siklus proyek; memeriksa proyek dalam hal disagregasi

informasi menurut gender.

Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada profil kegiatan/aktivitas khususnya kegiatan buruh tani. Ini mengindikasikan kepada tugas produktif dan reproduktif yang relevan menjawab pertanyaan ”siapa melakukan apa?”. informasi yang dikumpulkan dan dianalisis adalah:

a) Gender: pembagian kerja menurut gender untuk setiap kegiatan yang

terkait dengan kegiatan. Pekerjaan buruh tani dilakukan oleh laki- laki dan perempuan, didalamnya ada pembagian pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing buruh tani. Selain dibedakan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan tersebut juga dibedakan berdasarkan jenis pekerjaannya. Bila lebih membutuhkan tenaga yang besar maka pekerjaan tersebut dilakukan oleh buruh tani laki- laki dan apabila tidak terlalu berat maka dilakukan oleh buruh tani perempuan.

b) Usia: mengidentifikasi apakah perempuan, laki-laki, anak atau orang

tua yang melakukan aktivitas. Dalam setiap kegiatannya, pekerjaan ini dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang memiliki usia antara 40-60 tahun sedangkan usia muda seperti anak-anak lebih membantu kepada kegiatan domestik khususnya anak perempuan.

c) Alokasi waktu: lama waktu masing-masing kegiatan serta apakah

kegiatan dilakukan rutin atau musiman. Pekerjaan buruh tani dilakukan rutin saat musim tanam padi dan palawija tiba. Ini

dilakukan dari pagi hari sampai sore hari dan siang hari lebih banyak digunakan untuk istirahat dirumah.

d) Lokasi kegiatan: dimana tiap kegiatan biasa dilakukan. Untuk

kegiatan mencari nafkah yang dilakukan buruh tani biasa dilakukan dilahan pertanian atau sawah sedangkan untuk kegiatan domestik biasa dilakukan dirumah buruh tani sendiri dan untuk kegiatan dalam masyarakat dilakukan dalam lingkungan masyarakat setempat.

2. Diferensiasi Peran

Peran gender (gender role) merupakan aktivitas yang dibebankan

kepada perempuan dan laki-laki atas dasar pembedaan yang diterimanya selama ini dalam masyarakat. Peran, tugas dan pembagian kerja laki-laki dan perempuan diterapkan secara ketat atas dasar karakteristik gender dan atribut-atributnya dan bukan atas dasar kemampuan dan ketrampilan. Misalnya peran laki-laki: peran produktif adan pengembangan masyarakat, laki-laki bekerja diwilayah alat-alat berat, mengorganisir massa, menyusun strategi; sedangkan perempuan diwilayah berhitung, dibalik meja atau berhadapan dengan klien, laki-laki umumnya tidak terlibat dalam urusan domestik dan rumah tangga. Waktu luang mereka gunakan untuk terlibat dalam arena politik, kelompok hobi, memimpin masyarakat.

Seperti yang disajikan dalam tabel berikut, adanya beberapa peranan antara buruh tani laki-laki dan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah, dalam rumah tangga dan dalam masyarakat.

Tabel 5.1 Diferensiasi Peranan Buruh Tani Laki-Laki Dan Buruh Tani Perempuan Di Desa Klaseman.

No Diferensiasi

peranan Buruh tani laki-laki Buruh tani perempuan

1. 2. 3. Peran dalam kegiatan mencari nafkah Peran dalam rumah tangga Peran dalam masyarakat - sebagai pencari nafkah utama - sebagai pekerja produktif - sebagai suami

- lebih berperan diruang publik - dominan dalam mengambil keputusan dalam keluarga - bertanggung jawab mencari penghasilan - sebagai orang pertama

yang dimintai pendapat - sebagai pengatur/pengelola dan merencanakan kebutuhan rumah tangga Melaksanakan peran publik dalam masyarakat

- sebagai pencari nafkah tambahan

- sebagai pekerja reproduktif - sebagai istri - sebagai pengatur

keuangan dalam keluarga - berperan dalam menjalankan kegiatan rumah tangga - mempersiapkan kebutuhan anggota keluarga

- bertanggung jawab dalam pemeliharaan anak-anak - lebih kepada pemberi

saran terhadap keputusan suami

- sebagai penghubung informasi

- sebagai perekat solidaritas masyarakat

Sumber: Analisis Data Primer, 2010.

Dalam keluarga buruh tani di Desa Klaseman, buruh tani laki-laki lebih dominan dalam melakukan pekerjaan mencari nafkah karena peran dalam keluarga adalah sebagai kepala keluarga dan sebagai pencari nafkah utama maka dari itu sangat jaeang melakukan kegiatan rumah tangga yang lebih sering dilakukan oleh buruh tani perempuan yang lebih berperan sebagai pencari nafkah tambahan dan lebih banyak berperan sebagai pekerja reproduktif yang menyangkut dalam kegiatan rumah tangga. Dalam melakukan kegiatan mencari nafkah, buruh tani menggarap lahan orang lain dengan sistem bagi hasil atau menjadi buruh tani harian. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah mencangkul, menyemprot, memupuk. Dalam kegiatan mencari nafkah ini juga dilakukan oleh buruh

tani perempuan yang seharusnya lebih banyak mengurus kegiatan rumah tangga dirumah. Kegiatan yang biasa dilakukan buruh tani perempuan adalah pada saat tanam, sehingga hampir semua kegiatan produksi dilakukan oleh buruh tani laki-laki. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari sampai dengan sore hari. Meskipun demikian peran buruh tani perempuan tidak lantas diabaikan begitu saja, karena dalam kegiatan ini baik buruh tani laki-laki maupun perempuan sama-sama menjadi pelaku dalam kegiatan mencari nafkah.

Sebutan sebagai ibu rumah tangga adalah suatu kehormatan. Sebutan yang melekat pada kaum perempuan yang telah berkeluarga. Perempuan sebagai ibu rumah tangga dituntut penuh tanggung jawab, tidak tersedia masa cuti dan terkadang sulit mencari pengganti yang tepat. Akan tetapi perempuan sebagai ibu rumah tangga seringkali diasumsikan bahwa kehidupan perempuan tersebut tergantung kepada suami secara ekonomis. Pekerjaan yang dilakukan di dalam ruang domestik dianggap alami, kodrati sehingga tidak menghasilkan (Ahsan, 2010).

Peran buruh tani perempuan dalam keluarga adalah sebagai istri dan berperan dalam menjalankan kegiatan domestik lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga dari pada pekerjaan produktif atau mencari nafkah. Pekerjaan yang biasa dilakukan ibu rumah tangga adalah memasak, mencuci, menyapu, ngemong cucu. Kegiatan ini biasa dilakukan dari pagi setelah subuh sampai dengan malam hari, mulai dari memasak untuk keluarga, mencuci baju dan piring, bersih-bersih rumah kemudian ngemong cucu apabila ditinggal orang tuanya bekerja. Pekerjaan ini lebih banyak dibebankan kepada perempuan karena dirasa lebih pantas dari pada dikerjakan laki-laki yang pada dasarnya pekerjaan laki-laki adalah mencari nafkah. Dalam melakukan pekerjaan rumah tangga ini, juga dibantu oleh anak mereka khususnya yang perempuan karena nantinya akan menjadi modal saat berumah tangga, sedangkan anak laki- lakinya lebih suka melakukan kegiatan diluar rumah atau kumpul dengan teman-temannya. Peran dalam pemeliharaan anak-anak juga diserahkan

kepada ibu rumah tangga dalam hal ini adalah buruh tani perempuan, dalam hakikatnya anak-anak merasa lebih dekat kepada ibu dari pada kepada bapak.

Tidak jauh berbeda dalam kehidupan bermasyarakat, peran laki- laki lebih banyak berpengaruh dalam pengambilan keputusan dari pada perempuan. Yaitu lebih memerankan sebagai peran publik dalam masyarakat terlihat pada saat kegiatan rapat RT, bahwa pihak yang diundang kebanyakan bapak-bapak daripada ibu-ibu. Juga pada saat ada kegiatan masyarakat lain seperti jagongan, tahlilan, yasinan. Namun terkadang ada juga ibu-ibu yang ikut menghadiri acara pada saat kumpulan RT tersebut untuk mengetahui jalannya acara dan mengetahui keputusan yang diambil dan juga ikut memberikan saran atau pendapat terhadap keputusan yang diambil, karena kegiatan tersebut bersifat umum sehingga baik laki-laki atau perempuan sangat diharapkan kehadirannya demi kepentingan bersama. Pelaksanaan kegiatan ini biasanya pada malam hari karena tidak menggannggu kegiatan mencari nafkah atau kegiatan rumah tangga yang dilakukan masing-masing keluarga. Lokasi tempat kegiatan ini lebih sering dilakukan dirumah Ketua RT karena kegiatan lebih bersifat untuk kepentingan RT. Peran buruh tani perempuan sebagai penghubung informasi dapat terlihat pada saat adanya kegiatan timbangan anak yang datang dari tenaga kesehatan setempat untuk memberikan imunisasi bagi anak-anak balita yang ada di Desa Klaseman. Mereka senantiasa

memberikan informasi tersebut kepada ibu-ibu yang lain baik melalui door

to door atau memberi pengumuman lewat tempat ibadah bahwa kegiatan

tersebut segera dilaksanakan.

Antara buruh tani laki-laki dan perempuan yang ada di Desa Klaseman memiliki peran yang berbeda-beda dalam setiap kegiatannya. Walaupun pada dasarnya peran buruh tani hanya bersifat tambahan namun peran tersebut sangat membantu dalam kehidupan keluarga mereka. Peran buruh tani perempuan sangat terlihat jelas dari tugas utama mereka sebagai ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk

melakukan kegiatan rumah tangga. Dalam kegiatan mencari nafkah maupun dalam kegiatan masyarakat, peran buruh tani tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang mereka lakukan saat mengerjakan pekerjaan di dalam rumah tangga. Mereka bekerja dalam lingkup kerja reproduktif yang lebih kepada pemeliharaan dan melayani kepentingan laki-laki saat ada kegiatan kemasyarakatan yang membutuhkan tenaga perempuan.

3. Diferensiasi Fungsi

Diferensiasi fungsi antara laki-laki dan perempuan dibedakan dalam dua hal yaitu fungsi produktif dan fungsi reproduktif. Fungsi produktif adalah apabila fungsi tersebut dikerjakan atau dilakukan akan dapat menghasilkan uang atau upah. Misalnya bekerja diluar rumah, menjadi karyawan disebuah pabrik, melakukan kegiatan perdagangan. Sedangkan kegiatan reproduktif yaitu kegiatan yang apabila dilakukan tidak dapat menghasilkan uang atau upah. Misalnya kegiatan dalam rumah tangga, memasak, mengepel, mencuci, mengasuh anak.

Beberapa diferensiasi fungsi antara buruh tani laki-laki dan perempuan disajikan dalam tabel dibawah ini. Perbedaan fungsi tersebut adalah yang biasa dilakukan oleh buruh tani yang ada di Desa Klaseman.

Tabel 5.2 Diferensiasi Fungsi Buruh Tani Laki-Laki Dan Perempuan di Desa Klaseman

No Diferensiasi

fungsi Buruh Tani Laki-laki Buruh Tani Perempuan

1. 2 3. Fungsi dalam kegiatan mencari nafkah Fungsi dalam rumah tangga Fungsi dalam masyarakat

Sebagai pelaksana fungsi produktif

Sebagai pencari nafkah

Melaksanakan fungsi politik dalam masyarakat

Sebagai pelaksana fungsi reproduktif

- Sebagai pengatur

rumah tangga

- Sebagai pengelola

rumah tangga

- Sebagai pekerja dalam

satuan produksi rumah tangga - Sebagai pendidik anak-anak/fungsi edukatif - Mengemban fungsi ekonomi - Melaksanakan fungsi sosial Sumber: Analisis Data Primer, 2010

Dalam kehidupan sehari-hari fungsi produktif lebih banyak dilakukan oleh laki-laki, karena dalam sebuah keluarga laki-laki adalah sebagai pencari nafkah sehingga tugas utamanya adalah mencari nafkah. Sedangkan fungsi reproduktif lebih dibebankan kepada wanita, karena dalam sebuah keluarga wanita lebih diposisikan sebagai pengatur dan pengelola rumah tangga. Dimana tugas utamanya melayani suami dan bertanggung jawab atas pemeliharaan anak-anaknya. Fungsi edukatif juga lebih dibebankan kepada ibu rumah tangga dalam hal ini adalah buruh tani perempuan. Dalam pelaksanaannya adalah mendidik anak-anak mereka baik dalam mengajari mata pelajaran sekolah juga mengajari kepribadian, tingkah laku anak mereka dalam masyarakat. Mengajari tata bahasa dalam melakukan percakapan sehari-hari serta mengajari berpakaian yang sopan.

Dalam rumah tangga buruh tani, tugas pokok dari seorang ibu rumah tangga atau perempuan adalah memelihara rumah dan bertanggung jawab atas anak-anaknya. Namun hanya sebatas tugas pokok itu saja,

dalam kenyataan adalah buruh tani perempuan melakukan pekerjaan mencari nafkah seperti yang dilakukan oleh buruh tani laki-laki. Dalam kegiatan mencari nafkah ini buruh tani perempuan hanya melakukan sebagian pekerjaan dalam menggarap lahan milik orang lain yaitu dalam kegiatan menanam, karena kegiatan ini tidak bisa dilakukan oleh buruh tani laki-laki. Dalm fungsi reproduktif tersebut sangat jarang sekali dibebankan kepada laki-laki atau kepada kepala keluarga karena posisi laki-laki dalam rumah tangga adalah lebih tinggi dari pada perempuan, karena pada dasarnya pelaksanaan fungsi produktif ini adalah buruh tani laki-laki.

Dari perbedaan fungsi biologis yang dimiliki buruh tani laki-laki dan perempuan, dalam kegiatan mencari nafkah lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki karena disamping mempunyai tenaga yang lebih besar dari perempuan, laki-laki juga mempunyai tanggung jawab dalam menghidupikeluarganya. Sedangkan perempuan yang mempunyai tenaga yang lebih kecil daripada laki-laki lebih sering melakukan pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan tenaga yang besar seperti mengerjakan pekerjaan rumah tangga, karena pekerjaan ini tidak dapat menghasilkan pendapatan maka dalam kegiatan mencari nafkahposisi perempuan dibawah laki-laki yang setiap melakukan kegiatan mendapatkan imbalan.

Dalam kegiatan bermasyarakat, buruh tani laki-lakilebih banyak melaksanakan fungsi dalam hal politik jika dibandingkan dengan buruh tani perempuan yang lebih mengemban fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Dalam fungsi politik terlihat saat dilakukannya rapat rt, susunan birokrasi desa, dan saat melakukan pembahasan lain yang menyangkut kepentingan desa. Buruh tani laki-laki lebih dominan dalam hal tersebut, sumbangan- sumbangan yang berupa pendapat atau saran lebih banyak dihadiri oleh laki-laki. Demikian juga dengan susunan birokrasi yang ada di Desa Klaseman yang lebih banyak diisi oleh laki-laki, karena pada dasarnya laki-laki adalah seorang pemimpin daripada perempuan sehingga posisi tersebut lebih banyak diberikan kepada laki-laki. Namun dalam hal ini

profesi sebagai buruh tani agaknya menghambat mereka dalam menduduki posisi birokrasi yang ada di desa mereka, selain karena umur mereka yang sudah lanjut juga pamor mereka dalam masyarakat masih kurang jika dibandingkan dengan anggota masyarakat yang lain yang mempunyai pendidikan dan pengalaman tentang birokrasi yang lebih tinggi dari buruh tani. Juga karena keengganan dari buruh tani sendiri untuk mengurusi hal- hal yang bersifat pemerintahan meskipun dalam lingkup desa.

Agaknya beberapa fungsi yang dimiliki buruh tani laki-laki dan

Dokumen terkait