• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saksi dalam Persidangan

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA TEMUAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 23-35)

Dalam perkara yang sedang terjadi, terdapat saksi yang diajukan dalam persidangan. Saksi pertama adalah Kasim Badu, S.pd alias Kasim saksi merupakan Ketua Gerakan Pemuda Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia Pohuwanto (GPPFMUIP). Saksi mengenal Terdakwa tetapi tidak memiliki hubungan keluarga dan pekerjaan dengan saksi juga mengerti dihadapkan dalam persidangan sehubungan dengan kasus penghinaan, penistaan agama, penistaan Al Qur’an dan penistaan tradisi Gorontalo melalui media sosial facebook milik Terdakwa. Saksi mengingat postingan pada facebook Terdakwa yang mengatakan bahwa orang yang mengaji itu seperti orang yang memanggil jaelangkung, selanjutnya postingan tersebut discreenshoot oleh teman saksi yakni saudara Harry Gunarso Naue dan kemudian bukti screenshoot tersebut diposting di media

sosial milik Harry Gunarso Naue dan saksi ditandai dalam postingan tersebut sehingga muncul dalam beranda facebook milik saksi. Selanjutnya dikarenakan saksi adalah Ketua Gerakan Pemuda Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia Pohuwanto (GPPFMUIP) dan saksi sebagai ketua mewakili rekan-rekan GPPFMUIP melaporkan postingan tersebut karena postingannya mengandung penghinaan, penistaan agama, penistaan Al Qur’an serta penistaan terhadap tradisi Gorontalo. Saksi juga menuturkan sebelum melaporkan Terdakwa saksi sempat mendatangi Terdakwa namun pada saat itu Terdakwa tidak ada itikad baik untuk meminta maaf dan membuat surat permohonan maaf atas postingan yang dilakukan Terdakwa, Terdakwa merasa bahwa postingan tersebut tidak ada masalah. Atas hal tersebut maka saksi melaporkan Terdakwa ke pihak yang berwajib. Saksi juga membenarkan bahwa Terdakwa melakukan 2 postingan yang mengandung penghinaan, penistaan agama, penistaan Al Qur’an dan penistaan terhadap tradisi Gorontalo, postingan yang pertama dilakukan Terdakwa pada tanggal 6 Juni 2017 Pukul 20.53 WITA dan yang kedua pada tanggal 7 Juni 2017 pukul 21.57 WITA. Saksi juga membenarkan postingan pertama Terdakwa yakni

”boleh jo ini orang mengaji nda usah pake toa klo sadar nda bagus didengar..mana tajwid-harakat so baku cako. rupa oma2 saki puru talapas gigi..mangganggu skali!!! Al-qur’an itu qalam ilahi..ibarat pencipta lagu trus ada penyanyi yg bawain lagu ciptaannya antara lirik dan nada tidak seirama..apa yg nyiptain lagu gak jengkel?? apalagi yg denger. Ho tuhaii..ampir tiap mlm ini derita kasiang.

Somo prop deng apa ini kuping (emotion marah), dan postingan kedua Terdakwa

”itu pengajian atau ada b undang jailangkung p setan (emotion marah) kampret.

#MasjidDalamPasarBaruMarisa. Bolo tiam mlm thd!!!”, yang artinya kurang lebih bahwa ”Itu pengajian atau mengundang setan jailangkung (emotion/ gambar ekspresi marah di facebook), kampret. #MasjiDalamPasarBaruMarisa.

Selanjutnya Terdakwa menyatakan bahwa keterangan saksi tersebut adalah benar.

Saksi kedua adalah Harry Gunarso Naue alias Harry. Saksi mengenal Terdakwa tetapi tidak memiliki hubungan keluarga dan pekerjaan dengan Terdakwa, saksi juga mengerti dihadapkan dalam persidangan sehubungan dengan kasus penghinaan, penistaan agama, penistaan Al Qur’an dan penistaan tradisi Gorontalo melalui media sosial facebook milik Terdakwa. Saksi mengingat postingan pada facebook Terdakwa yang mengatakan bahwa orang yang mengaji itu seperti orang yang memanggil jaelangkung, saksi juga mengetahui arti dari kedua postingan Terdakwa yaitu yang pertama boleh orang mengaji ini tidak usah pakai pengeras suara (Toa) kalau sadar tidak bagus didengar. Mana tajwid-harakat sudah campur aduk. Seperti nenek-nenek sakit perut terlepas gigi. Mengganggu sekali. Al-Qur’an itu Qalam Ilahi, ibarat pencipta lagu terus ada penyanyi yang membawakan lagu ciptaannya antara lirik dan nada tidak seirama. Apa yang menciptakan lagu tidak kesal??apalagi yang mendengar. Oh Tuhan..hampir tiap malam penderitaan ini kasian. mau di tampal dengan apa telinga (emotion/gambar ekspresi marah di facebook). Setelah mengetahui hal tersebut, saksi Bersama Kasim Badu, Anugerah Wenas dan teman-teman lainnya mendatangi rumah Terdakwa perihal mengkonfirmasi postingan Terdakwa tersebut dan Terdakwa membenarkan bahwa ia telah membuat postingan tersebut, namun menurut Terdakwa ia membuat postingan tersebut tidak ada maksud untuk menghina

ibu-ibu yang melakukan pengajian tersebut, namun ia merasa kesal dengan suara pengajian yang sangat keras dan salah-salah tajwid harakatnya. Pada saat itu saksi dan temannya meminta Terdakwa untuk membuat pernyaan permohonan maaf, namun pada saat itu Terdakwa menolak karena menurut Terdakwa postingannya tersebut tidak bermasalah. Namun banyak komentar marah dari pengguna facebook pada postingan Terdakwa yang telah dibagikan di Portal Gorontalo yang memiliki anggota lima ratus ribu pengguna facebook. Selanjutnya saksi berkordinasi dengan MUI Kabupaten Pohuwanto, karena menurut MUI Kabupaten Pohuwanto yang diposting Terdakwa telah melanggar hukum, maka saksi langsung membuat laporan di kepolisian. Selanjutnya Terdakwa menyatakan bahwa apa yang telah dijelaskan oleh saksi dalam persidangan adalah benar.

Saksi ketiga adalah Fengki Usman. Saksi mengenal Terdakwa tetapi tidak memiliki hubungan keluarga dengannya. Saksi juga sudah pernah diperiksa penyidik kepolisian dan membenarkan keterangan di BAP Penyidikan. Saksi mengetahui dan mengingat bahwa di postingan media sosial facebook Terdakwa mengatakan bahwaorang yang mengaji itu seperti orang yang memanggil jaelangkung. Saksi melihat postingan tersebut di media sosial Terdakwa yang bernama Megawaty Maku. Setelah melihat status atau postingan Terdakwa yang intinya melakukan penghinaan terhadap ibu-ibu pengajian di Masjid Al Aqza, kemudian postingan tersebut saksi screenshoot dan saksi bagikan ke Portal Gorontalo, bahwa ada 2 postingan Terdakwa yang saksi screenshoot dan bagikan ke Portal Gorontalo. Terhadap keterangan saksi, Terdakwa menyatakan bahwa keterangsan saksi tersebut adalah benar.

Saksi keempat adalah Anugerah Wenas. Saksi mengenal Terdakwa tetapi tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Terdakwa. Saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian dan membenarkan keterangan di BAP Penyidikan. Saksi memberikan keterangan bahwa saksi mengingat postingan pada facebook Terdakwa yang mengatakan bahwa orang yang mengaji itu seperti orang yang memanggil jaelangkung, saksi pertama kali melihat postingan tersebut di grub facebook Portal Gorontalo. Saksi menambahkan bahwa postingan yang ada di Portal Gorontalo bukan kiriman langsung oleh Terdakwa melainkan screenshoot dari postingan Terdakwa diakun facebook pribadinya yang dibagikan orang lain ke grup Portal Gorontalo. Saksi juga mengetahui arti dari kedua postingan Terdakwa yaitu yang pertama boleh orang mengaji ini tidak usah pakai pengeras suara (Toa) kalau sadar tidak bagus didengar. Mana tajwid-harakat sudah campur aduk. Seperti nenek-nenek sakit perut terlepas gigi. Mengganggu sekali. Al-Qur’an itu Qalam Ilahi, ibarat pencipta lagu terus ada penyanyi yang membawakan lagu ciptaannya antara lirik dan nada tidak seirama. Apa yang menciptakan lagu tidak kesal??apalagi yang mendengar. Oh Tuhan..hampir tiap malam penderitaan ini kasian. mau di tampal dengan apa telinga (emotion/gambar ekspresi marah di facebook). Setelah membaca postingan tersebut, saksi langsung membuka profil akun facebook Terdakwa yang kebetulan berteman dengan saksi dan setelah dibuka saksi membenarkan bahwa postingan tersebut dibuat oleh Terdakwa dan dikirim di profil akun facebook Terdakwa. ). Setelah mengetahui hal tersebut, saksi Bersama Kasim Badu, Harry Gunarso dan teman-teman lainnya mendatangi rumah Terdakwa perihal mengkonfirmasi postingan Terdakwa

tersebut dan Terdakwa membenarkan bahwa ia telah membuat postingan tersebut, namun menurut Terdakwa ia membuat postingan tersebut tidak ada maksud untuk menghina ibu-ibu yang melakukan pengajian tersebut, namun ia merasa kesal dengan suara pengajian yang sangat keras dan salah-salah tajwid harakatnya. Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan bahwa keterangan saksi tersebut adalah benar.

Saksi kelima adalah Karsum Podungge alias Oma Oti. Saksi mengenal Terdakwa tetapi tidak mempunyai hubungan keluargadengan Terdakwa. Saksi juga pernah diperiksa penyidik kepolisian dan membenarkan keterangan di BAP Penyidikan. Saksi mengetahui Terdakwa melakukan penghinaan terhadap ibu-ibu yang melakukan pengajian di Masjid Al Aqsa pada hari Kamis Tanggal 8 Juni 2017 sekitar pukul 20.30 WITA. Saksi memberikan keterangan bahwa saat itu setelah shalat tarawih, pada saat itu saksi Murni, Saksi Haliyah, saksi Meti dan ibu-ibu lainnya hendak melakukan pengajian lalu saksi Sawiyah Hula mengatakan sudah tidak ingin lagi melakukan pengajian karena pengajian tersebut telah dihina-hina oleh Terdakwa di media sosial facebook dengan mengatakan

“pengajian ini bekeng pongo telinga, tajwid dan harakat so bacu cako, macam oma-oma saki puru, macam mengundang jailangkung, tahede yang artinya pengajian ini bikin tuli, tajwid dan harakat sudah campur aduk, seperti nenek-nenek sakit perut, seperti mengundang setan jailangkung, makian Gorontalo tahede. Saksin tidak mengetahui atau melihat postingan dari Terdakwa yang isinya menghina ibu-ibu pengajian, hanya disampaikan oleh ibu-ibu lainnya bahwa Terdakwa sudah menghina ibu-ibu pengajian saat membawakan bacaan Al

Quran. Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan keterangan bahwa keterangan saksi adalah benar.

Yang keenam adalah saksi Sawiyah Hula. Saksi mengenal Terdakwa tetapi tidak memiliki hubungan keluarga dengan Terdakwa. Saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian dan membenarkan keterangan di BAP Penyidikan. Saksi memberikan keterangan bahwa saksi tidak mengetahui secara langsung postingan tersebut karena saksi hanya mendengar dari masyarakat namun sekarang ini saksi sudah melihatnya setelah diperlihatkan oleh penyidik/penyidik pembantu. Saksi memberikan keterangan bahwa yang mengaji didalam Masjid Al Aqsa yang berada di Desa Marisa Utara Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato pada tanggal 6 dan 7 Juni 2017 adalah saksi sendiri dan teman-teman saksi diantaranya Meti Wingkana, Karsum Podunge dan Halia. Terhadap keterangan saksi Terdakwa memberikan keterangan bahwa keterangan saksi tersebut adalah benar.

Saksi yang ketujuh adalah Meti Wungkana. Saksi mengenal Terdakwa tapi tidak memiliki hubungan keluarga dengan Terdakwa. Saksi pernah diperiksa penyidik kepolisian dan membenarkan di BAP Penyidikan. Saksi memberikan keterangan bahwa saksi pernh melihat postingan Terdakwa yakni postingan pada tanggal 6 Juni ”boleh jo ini orang mengaji nda usah pake toa klo sadar nda bagus didengar..mana tajwid-harakat so baku cako. rupa oma2 saki puru talapas gigi..mangganggu skali!!! Al-qur’an itu qalam ilahi..ibarat pencipta lagu trus ada penyanyi yg bawain lagu ciptaannya antara lirik dan nada tidak seirama..apa yg nyiptain lagu gak jengkel?? apalagi yg denger. Ho tuhaii..ampir tiap mlm ini derita kasiang. Somo prop deng apa ini kuping (emotion marah), selanjutnya pada

tanggal 7 Juni 2017 pukul 21.57 WITA dengan postingan “itu pengajian atau ada b undang jailangkung p setan (emotion marah) kampret

#MasjiDalamPasarBaruMarisa. Bolo tiap mlm thd!!!!”. Yang artinya kurang lebih bahwa ”boleh orang mengaji ini tidak usah pakai pengeras suara (Toa) kalau sadar tidak bagus didengar. Mana tajwid-harakat sudah campur aduk. Seperti nenek-nenek sakit perut terlepas gigi. Mengganggu sekali. Al-Qur’an itu Qalam Ilahi, ibarat pencipta lagu terus ada penyanyi yang membawakan lagu ciptaannya antara lirik dan nada tidak seirama. Apa yang menciptakan lagu tidak kesal??apalagi yang mendengar. Oh Tuhan..hampir tiap malam penderitaan ini kasian. mau di tampal dengan apa telinga (emotion/gambar ekspresi marah di Facebook). Dan arti postingan yang kedua adalah “itu pengajian atau mengundang setan jailangkung? (emotion marah) kampret/makian, setiap malam tahede=umpatan dalam dialeg Gorontalo. Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan keterangan bahwa keterangan tersebut adalah benar.

Saksi kedelapan adalah Ibrahim Rajak alias Imam Bura. Saksi mengenal Terdakwa tetapi tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Terdakwa. Saksi telah diperiksa penyidik kepolisian dan membenarkan keterangan di BAP Penyelidikan. Saksi pernah melihat postingan Terdakwa postingan pada tanggal 6 Juni ”boleh jo ini orang mengaji nda usah pake toa klo sadar nda bagus didengar..mana tajwid-harakat so baku cako. rupa oma2 saki puru talapas gigi..mangganggu skali!!! Al-qur’an itu qalam ilahi..ibarat pencipta lagu trus ada penyanyi yg bawain lagu ciptaannya antara lirik dan nada tidak seirama..apa yg nyiptain lagu gak jengkel?? apalagi yg denger. Ho tuhaii..ampir tiap mlm ini

derita kasiang. Somo prop deng apa ini kuping (emotion marah), selanjutnya pada tanggal 7 Juni 2017 pukul 21.57 WITA dengan postingan “itu pengajian atau ada b undang jailangkung p setan (emotion marah) kampret

#MasjiDalamPasarBaruMarisa. Bolo tiap mlm thd!!!!”. Yang artinya kurang lebih bahwa ”boleh orang mengaji ini tidak usah pakai pengeras suara (Toa) kalau sadar tidak bagus didengar. Mana tajwid-harakat sudah campur aduk. Seperti nenek-nenek sakit perut terlepas gigi. Mengganggu sekali. Al-Qur’an itu Qalam Ilahi, ibarat pencipta lagu terus ada penyanyi yang membawakan lagu ciptaannya antara lirik dan nada tidak seirama. Apa yang menciptakan lagu tidak kesal??apalagi yang mendengar. Oh Tuhan..hampir tiap malam penderitaan ini kasian. mau di tampal dengan apa telinga (emotion/gambar ekspresi marah di facebook). Dan arti postingan yang kedua adalah “itu pengajian atau mengundang setan jailangkung?

(emotion marah) kampret/makian, setiap malam tahede=umpatan dalam dialeg Gorontalo. Saksi memberikan keterangan bahwa saksi mengetahui postingan tersebut ditujukan kepada ibu-ibu pengajian Masjid Al Aqsa. Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan keterangan bahwa keterangan tersebut adalah benar.

Selain saksi diatas Penuntut umum telah mengajukan Ahli sebagai berikut.

Yang pertama adalah ahli Drs. KH. Ramon Abdjul, M.MPd. ahli merupakan anggota Dewan Penasihat MUI Pohuwato sejak Tahun 2012 berdasarkan surat keputusan nomor 101/01III/2012 tentang Penetapan Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pohuwato Masa bakti sampai dengan sekarang. Pada intinya ahli menerangkan mengenai maksud dari penghinaan terhadap pembacaan ayat suci Al Quran dan ahli memberi pendapat apabila sebuah ujaran itu

mengandung penghinaan dan kebencian terhadap orang, kelompok maupun masyarakat maka akan berakibat kekacauan dan kerusuhan ditengah-tengah ,masyarakat. Terhadap keterangan ahli tersebut, Terdakwa memberikan pendapat bahwa keterangan ahli tersebut adalah benar.

Ahli yang kedua adalah ahli Denden Imanudin Soleh, S.H., M.H., CLA.

Ahli memiliki keahlian dibidang Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik dan pekerjaan sehari-hari sebagai PNS di Kemeninfo sejak Tahun 2011, sebagai staff di bagian hukum dan kerja sama Ditjen Aptika dengan tugas dan tanggung jawab memberikan telaah dan bantuan hukum terkait UU.RI No.8 Tahun 2008 tentang ITE dan Peraturan Pelaksanaannya. Pada intinya ahli menjelaskan mengenai perbuatan Terdakwa tersebut telah melanggar Pasal 45A ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dan secara unsur-unsur telah memenuhi. Terhadap keterangan ahli tersebut, Terdakwa memberikan pendapat bahwa keterangan ahli tersebut ada yang benar dan ada yang tidak benar dan yang tidak benar adalah Terdakwa yang memiliki maksud menyebarkan informasi karena sebenarnya yang menyebarkan informasi adalah yang share ulang kemudian maksud ditujukan ke SARA padahal tidak ada rasa kebencian kepada siapapun karena sebenarnya sebaiknya menggunakan tajwid yang benar.

Selanjutnya Terdakwa telah mengajukan saksi yang meringankan, saksi tersebut adalah Andi Jawahir. Saksi memberikan keterangan bahwa saksi

mengerti dihadapkan persidangan sehubungan dengan masalah postingan Terdakwa di facebook dimana atas postingan tersebut Terdakwa dituduh melakukan penistaan agama atau penistaan Al Quran. Saksi tidak melihat Terdakwa melakukan postingan tersebut tetapi pada hari jumat tanggal 9 Juni 2017 saksi pada saat itu berada di Palangkaraya dalam rangka tugas mendapat informasi dari Terdakwa bahwa ada sekelompok orang yang mendatangi rumah Terdakwa/saksi yang menuduh Terdakwa telah melakukan penistaan agama atau penistaan Al Quran. Selanjutnya saksi membuka akun facebook Terdakwa dan melihat postingan tersebut untuk tanggal 6 dan 7 Juni 2017. Saksi juga membuka postingan Ari Gunarso yang memposting dan merekam secara live bahwa Terdakwa telah melakukan penghinaan dan penistaan agama. Terhadap keterangan saksi tersebut Terdakwa memberikan keterangan bahwa keterangan saksi adalah benar.

Bahwa di persidangan selain mendengarkan keterangan saksi diatas, telah pula didengar keterangan Terdakwa yang menerangkan bahwa Terdakwa pernah diperiksa oleh penyidik kepolisian dan membenarkan dalam keterangan di BAP Penyidikan. Terdakwa mengerti diperiksa di depan persidangan sehubungan dengan kalimat-kalimat yang mengandung ujaran kebencian yang Terdakwa posting di media sosial facebook milik Terdakwa yang dilakukan pada tanggal 6 Juni 2017 Pukul 20.53 WITA dan yang kedua pada tanggal 7 Juni 2017 pukul 21.57 WITA. Dimana postingan Terdakwa tersebut sebagai berikut, ”boleh jo ini orang mengaji nda usah pake toa klo sadar nda bagus didengar..mana tajwid-harakat so baku cako. rupa oma2 saki puru talapas gigi..mangganggu skali!!!

Al-qur’an itu qalam ilahi..ibarat pencipta lagu trus ada penyanyi yg bawain lagu ciptaannya antara lirik dan nada tidak seirama..apa yg nyiptain lagu gak jengkel??

apalagi yg denger. Ho tuhaii..ampir tiap mlm ini derita kasiang. Somo prop deng apa ini kuping (emotion marah), dan postingan kedua Terdakwa ”itu pengajian atau ada b undang jailangkung p setan (emotion marah) kampret.

#MasjidDalamPasarBaruMarisa. Bolo tiam mlm thd!!!”, yang artinya kurang lebih bahwa ”Itu pengajian atau mengundang setan jailangkung (emotion/ gambar ekspresi marah di facebook), kampret. #MasjiDalamPasarBaruMarisa. Terdakwa menulis postingan tersebut karena Terdakwa merasa marah dengan orang yang membaca Al Quran tidak sesuai dengan tata cara membaca Al Quran yang baik dan benar serta Terdakwa merasa terganggu karena orang-orang tersebut membaca Al Quran sudah pada jam istirahat yakni diatas pukul 22.00 WITA dimana rumah Terdakwa hanya berjarak 5 meter dari Masijid Al Aqsa.

Selanjutnya Terdakwa mengakui perbuatannya dan telah meminta maaf kepada ibu-ibu pengajian Masjid Al Aqsa dan mereka telah memafkan Terdakwa.

Terdakwa juga memberikan keterangan bahwa maksud Terdakwa memposting adalah hanya mengungkapkan ekspresi saja, dan Terdakwa mengakui bahwa pada tanggal 8 Juni 2017 ada sekelompok orang yang mendatangi rumahnya guna mengklarifikasi postingan Terdakwa dan Terdakwa merasa bersalah dan menyesali perbuatannya.

Atas keterangan saksi dan keterangan Terdakwa diatas dengan demikian jelas, terdapat fakta hukum dimana postingan yang ditulis Terdakwa diakun facebook pribadinya menimbulkan kegaduhan karena postingan tersebut dinilai

mengandung penghinaan, penistaan agama, penistaan Al Quran dan penistaan tradisi Gorontalo dimana hal tersebut juga diakui oleh Terdakwa dalam keterangannya.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA TEMUAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 23-35)

Dokumen terkait