• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saluran Distribusi Produk Cireng Isi

Dalam dokumen PENGUJIAN PROTEIN BABI PADA PANGAN JAJAN (Halaman 41-52)

B. Saluran Distribusi Produk PJAS

3. Saluran Distribusi Produk Cireng Isi

Cireng isi adalah produk berbahan dasar sagu dengan penambahan isi sebagai bagian variatif dari produk cireng. Cireng isi dalam penelitin ini adalah cireng dengan kornet sebagai bahan pengisi cireng. Kornet yang digunakan oleh produsen cireng isi dapat berasal dari berbagai sumber diantaranya kornet kalengan, daging halus curah dalam kemasan, atau daging giling curah. Asumsi awal dalam penelitian ini adalah kornet yang digunakan sebagai bahan pengisi diolah sendiri dengan menggunakan daging halus curah atau daging giling curah yang dapat dibeli di pasar. Namun, Delapan dari delapan produsen cireng isi yang dijadikan responden menyatakan lebih memilih menggunakan kornet kalengan daripada menggunakan daging halus curah atau daging giling curah. Alasan produsen lebih memilih menggunakan koret kalengan sebagai

Produsen Sosis Agen Pengecer

30 bahan pengisi cireng, yaitu rasanya lebih enak, lebih mudah disimpan, hemat waktu dan tenaga.

Titik kritis kehalalan produk cireng isi terletak pada produsen kornet yang digunakan oleh pedagang kornet. Hasil penelusuran saluran distribusi menunjukkan bahwa produk kornet yang digunakan adalah kornet kalengan yang telah memiliki logo halal MUI. Namun, peneliti memeriksa merk kornet kalengan tersebut dengan cara memeriksa no. daftar halalnya di daftar belanja LPPOM MUI dengan menggunakan aplikasi Halal MUI untuk memastikan status kehalalan produk sosis tersebut. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa merk kornet kalengan yang digunakan oleh pedagang sosis terdaftar dalam daftar produk halal LPPOM MUI dengan status halal yang masih berlaku dan belum kadaluarsa. Contoh bentuk produk kornet kalengan yang digunakan oleh pedagang cireng isi dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Contoh bentuk kornet kalengan (www.tokopedia.com)

Produsen cireng isi memperoleh kornet melalui agen. Agen adalah perantara yang menyalurkan produk kornet dari produsen kornet ke produsen cireng isi. Alasan menggunakan agen dalam memperoleh kornet, yaitu lebih praktis (tidak perlu pergi untuk memperoleh produk karena produk diantarkan ke pedagang), hemat waktu, dan hemat tenaga. Kornet selanjutnya digunakan oleh produsen cireng isi dalam pengolahn produk cireng isi sebagai bahan pengisi. Produsen cireng isi pada rantai distribusi ini bertindak sebagai pedagang besar. Pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli barang dagangan dan menjualnya kembali kepada pengecer serta pedagang lain atau kepada lembaga industri serta pemakai komersial (Baeti, 2007). Produsen cireng isi menyalurkan produknya ke

31 tangan konsumen melalui pengecer. Pengecer adalah seorang pedagang yang melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir. Pengecer menjual produk ke konsumen dengan cara menetap di lokasi dimana konsumen berada, yaitu sekolah dasar negeri (SDN).

Pengolahan produk cireng isi oleh produsen dan penyajian produk cireng isi oleh pengecer ke konsumen dapat menjadi titik kritis kehalalan produk cireng isi selain pada kornet yang digunakan sebagai bahan pengisi. Pada saat pengolahan produk cireng isi, ada kemungkinan produsen menggunakan bahan non halal sebagai campuran bahan sehingga produk menjadi tidak halal. Pada saat penyajian produk cireng isi, ada kemungkinan pengecer menambahkan bahan non halal dalam menyajikan produk ke konsumen. Namun, hal tersebut tidak terjadi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji pada produk cireng isi yang menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan uraian diatas, saluran distribusi yang digunakan pada produk cireng isi adalah saluran distribusi four-level channel. Pada saluran distribusi ini, produk cireng isi disalurkan ke tangan konsumen melalui tiga perantara, yaitu agen, pedagang besar (grosir), dan pengecer (Kotler, 2005 dalam Baeti, 2007). Skema saluran distribusi untuk produk cireng isi dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Struktur saluran distribusi four-level channel produk cireng isi Produsen

kornet Agen

Produsen

32

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Hasil pengujian kandungan protein babi pada bakso, sosis, dan cireng isi sebagai produk PJAS yang diuji dalam penelitian ini seluruhnya menunjukkan hasil negatif secara kualitatif terhadap protein babi dengan menggunakan metode porcine detection kit. Produk PJAS dalam penelitian ini tidak mengandung protein babi dalam produknya pada saat waktu penelitian berlangsung. Saluran distribusi pada produk bakso adalah saluran distribusi

zero-level channel yang terdiri dari produsen dan konsumen. Saluran distribusi pada produk sosis adalah saluran distribusi three-level channel yang terdiri dari produsen, agen, pengecer, dan konsumen. Saluran distribusi pada produk cireng isi adalah saluran distribusi four-level channel yang terdiri dari produsen, agen, pedagang besar, pengecer, dan konsumen.

B. Saran

Konfirmasi dengan metode yang memiliki sensitivitas lebih tinggi- misalnya dengan metode Polymerase Chain Reaction- dapat dilakukan apabila kita ingin menguatkan hasil uji yang diperoleh. Penguatan hasil uji juga dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah ulangan, jumlah titik pengambilan sampel, dan jumlah sampel yang diambil.

33

DAFTAR PUSTAKA

Adyawati M. 2003. Produksi Antibodi Poliklonal Kambing Terhadap Canine Parvovirus Tipe 2 (CPV-2) Untuk Pengembangan Bahan Perangkat Diagnostik. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Agustaf JY. 2006. Produksi Antibodi Anti Excretor/Secretor (E/S) Raillietina spp dari Serum dan Kuning Telur Ayam. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor..

Ardi A. 2012. Validasi Metode Ekstraksi DNA pada Analisis DNA Babi dalam Produk Bakso [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Aulawi T dan Ninsix R. 2009. Sifat Fisik Bakso Daging Sapi dengan Bahan Pengenyal dan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal Peternakan. Vol. 6 (2): 44-52.

Baeti EN. 2007. Analisis Efektivitas Saluran Distribusi Fruit Tea di Wilayah Bogor (Studi Kasus Pada Kantor Penjualan Bogor PT. Sinar Sosro). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Biologipedia. 2011. Antigen dan Antibodi.

http://biologipedia.blogspot.co.id/2011/03/antigen-dan-antibodi.html [Diakses pada tanggal 29 Agustus 2016].

[BL Inc] Biological Laboratory Incorporated. 2007. Principal of Immunochromatography Kit http://bl-inc.jp/imno_e.html [Diakses pada 11 Oktober 2016].

[BSN]. 1995. Sosis Daging (SNI 01-3820-1995). Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

[BSN]. 2014. Sosis Daging (SNI 3818:2014). Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

Depamede SN. 2011. Development of a Rapid Immunodiagnostic Test for Pork Components in Raw Beef and Chicken Meats: a Preliminary Study. Jurnal Media Peternakan. Vol. 34 (2): 83-87.

Fusvita A. 2015. Pengembangan Immunostrip dengan Menggunakan Partikel Nano Emas untuk Melacak Aflatoksin M1 dalam Contoh Susu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hahury HD. 2010. Penentuan Salura Distribusi Oven Pada UD. Swan Jaya di Kota Ambon. Jurnal Ekonomi. Vol. 4 (2): 10-21.

Hapsari RN. 2013. Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Kecukupan Asupan energi dan Protein pada Anak Sekolah yang Mendapat MPT-AS di SDN Plalan 1 Kota Surakarta. Jurnal Publikasi. Vol. 1(1): 1-12.

Hermanianto J dan Andayani RY. 2002. Studi Perilaku Konsumen dan Identifikasi Parameter Bakso Sapi Berdasarkan Preferensi Konsumen di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. 2 (1): 1-10.

34 [KEMDIKBUD]. 2016. Daftar Satuan Pendidikan Sekolah. http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?level=3&kode=026103& id=5 [Diakses 18 Maret 2016].

Krissanti I. 2016. Sintesis Antigen BSA dan Konjugasi Antibodi Anti AFB1-BSA dengan Nanopartikel Emas sebagai Pereaksi Imunostrip Untuk Mendeteksi Aflatoksin B1.[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Liana DN. 2010. Kualitas Fisik, Kimia dan Organoleptik Sosis Frankfurters dengan

Penggunaan Bubuk Rosella dan Angkak sebagai Bahan Tambahan Alami Pengganti Nitrit [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Margawati ET dan Ridwan M. 2010. Pengujian Pencemaran Daging Babi pada Beberapa Produk Bakso dengan Teknologi PCR (Pengujian Sistem Pengujian Efektif). Jurnal Biologi Ilmu-Ilmu Hayati. Vol. 10 (1): 93-98.

Margono W. 2014. Polisi Gerebek Produsen Bakso Celeng di Bandung. Gandapurnama B. http://news.detik.com/berita/2831650/polisi-gerebek-produsen-bakso-celeng-di-bandung [Diakses pada 19 Maret 2016].

Muchtadi TR dan Sugiyono. 2013. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan. Bandung (ID): Alfabeta.

Murtini S. 2001. Produksi Antibodi Monoklona Antiprotease Escherichia coli

Enteropatogenik (EPEC). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nuraini H. 2007. Memilih dan Membuat Jajanan anak yang Sehat dan Halal. Jakarta

(ID): Qultum Media.

Nurhayati T. 2000. Pemurnian dan Katakterisasi Protease Enteropathogenic Escherichia coli K1.1 Sebagai Bahan Antigen. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pahlevi MR. 2013. Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kit pada Penggilingan Bakso Di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Perez M. 2015. Humoral Response. http://222.197.192.76/jpkc/swjcjs/biosite/files /immunology/humoral.html [1 September 2016].

[PerkinElmer]. 2011. Porcine Detection Kit Product Note. Madison (US): PerkinElmer, Inc.

[Presiden RI]. 1966. Undang-Undang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan. http://ews.kemendag.go.id [Diakses pada 18 Maret 2016].

[Presiden RI]. 2014. Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1615.pdf [Diakses pada 18 Maret]

Rosyidi A, Budiharta S, Asmara W, dan Yudhabuntara D. 2013. Pengembangan Metode Immuokromatografi untuk Deteksi secara Serologi Campylobacter jejuni pada Ayam. Jurnal Veteriner. Vol. 14 (3): 303-309.

Setiawan LE. 2013. Validasi Porcine Detection Kit pada Analisis Cemaran babi dalam Produk Daging Sapi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

35 Singh J, Sharma S, dan Nara S. 2015. Evaluation of Gold Nanoparticle Based Lateral Flow Assays For Diagnosis ofEnterobacteriaceae Members in Food and Water. Journal of Food Chemistry. Vol. 170: 470-483.

Sriati N. 2011. Analisis Cemaran Dna Mitokondria Babi pada Produk Sosis Sapi yang Beredar Di Wilayah Ciputat Menggunakan Metode Real-Time PCR [Skripsi]. Tangerang Selatan (ID): UIN Syarif Hidayatullah.

Tanaka. 2010. Easy to Use Pork Detection Kits for the Detection of Pork in Food.

Tokyo (JP): Tanaka Kikinzoku Kogyo K.K.

Zahra N. 2014. Efek Ramai Berita Daging Celeng, Warga Trauma Makan Bakso.

Auliani PA.

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/05/08/0704319/efek.ramai.berita. daging.celeng.warga.trauma.makan.bakso [Diakses pada 19 Maret 2016]

36

37 Lampiran 1. Hasil survei pendahuluan PJAS

Bakso Bakso

Goreng Sosis Siomay

Cireng Isi Daging Cilok Isi Daging Pempek Otak-otak Tahu Isi Daging 1 SDN Roda 1 1 2 2 SDN Siliwangi 2 2 1 1 1 3 SDN Empang 2 2 1 1 1 4 SDN Polisi 1 1 1 2 1 1 5 SDN Bangka 1 1 1 1 1 6 SDN Malabar 1 1 1 7 SDN Babakan 1 1 8 SDN Gn. Batu 1 1 1 1 9 SDN Purbasari 1 10 SDN Selakopi 1 11 SDN Sindangrasa 2 12 SDN Panarangan 1 2 1 1 1 13 SDN Polisi 5 1 2 1 14 SDN Pengadilan 3 2 1 15 SDN Pabrik Es 1 16 SDN Merdeka 1 1 17 SDN Kawang Luwuk 4 1 1 1 18 SDN Kedung Badak 1 1 1 19 SDN Tanah Sereal 2 1 20 SDN Julang 1 1 1 1 21 SDN Kebun Pedes 1 1 2 22 SDN Kebun Pedes 5 1 1 23 SDN Sartika 2 1 24 SDN Bantar Jati 9 1 1 1 21 10 12 3 10 7 3 3 1 88% 42% 50% 13% 42% 29% 13% 13% 4%

No. Nama Sekolah

Jumlah Persentase

38 Lampiran 2. Dokumentasi penelitian

Gambar 19. Pedagang PJAS di SDN kota Bogor

Lampiran 3. Penampakan proses elusi pada strip uji porcine detection kit

Gambar 20. Penampalan proses elusi pada strip uji porcine detection kit

Dip Section Eluen migrating

39 Lampiran 4. Formulir kuesioner

Nama : Umur : No. Hp : Alamat : Asal : Pendidikan : Agama : 1. Sudah berapa lama bapak/ibu berjualan disini ? a. 2 tahun b. 3 tahun c. 4 tahun d. ……….

2. Apakah dalam menjajakan produk bapak/Ibu menetap disini atau berpindah-pindah tempat ? a. Ya, menetap disini saja b. Tidak, Saya berpindah-pindah 3. Jika tidak, dimana saja bapak/ibu menjajakan jajanan ? ………

………

………

4. Apakah bapak/ibu membuat produk ini sendiri atau tidak ? a. Ya, saya membuatnya sendiri b. Tidak, saya mengambil dari supplier 5. Jika ya, dimana bapak/ibu biasa membeli bahan bakunya ?...

6. Jika tidak, dari mana atau dari siapakah bapak/ibu memperoleh produk tersebut ?...

7. Mengapa bapak/ibu memilih untuk memproduksi sendiri atau mengambil dari supplier ?...

………

………

………

8. Sebelumnya menjual produk ini, produk apa yang dijual sebelumnya?...

9. Kendala apa saja yang bapak/ibu hadapi saat berjualan ?...

...

10.Jika harga bahan naik, apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasinya ? ………

………

40 Lampiran 5. Form analisa

Tanggal Uji : Kode Uji : Kode Sampel Waktu Reaksi Dimulai Ulangan 1 2 1 2 1 2 Hasil Menit ke- 15 25

Dibuat Oleh: Disahkan Oleh: Rico Fernando Theo Rosy Hutami, S.TP., M.Si. FORM No. Dok :

HASIL ANALISA SAMPEL No. Revisi : Tanggal :

Dalam dokumen PENGUJIAN PROTEIN BABI PADA PANGAN JAJAN (Halaman 41-52)

Dokumen terkait