• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Deskripsi Data Penelitian

4) Sanksi/hukuman

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa saya melakukan, sanksi/hukuman kepada siswa jika tidak masuk sekolah, terlambat sekolah, tidak menggunakan pakaian sesuai

61

peraturan sekolah, tidak melaksanakan piket kelas dan pulang tidak sesuai jam sekolah. Sanksi/hukuman berupa membersihkan kelas sendiri, mendapat panggilan untuk orang tuanya dan denda Rp. 500.000 jika terlambat lebih dari 3 kali. Dari pernyataan 4 guru tersebut ia selalu memberi sanksi/hukuman kepada siswa jika tidak melaksanakan piket kelas, sanksi yang diberikan kepada siswa dengan cara membersihkan kelas dengan seorang diri dan adapun juga sanksi/hukuman jika masuk kesekolah maka sanksi tersebut dengan cara mendapat panggilan untuk orang tuanya dan denda Rp. 500.000 jika terlambat lebih dari 3 kali. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara bahwa upaya guru menanamkan nilai karakter dalam aspek ke displinan seperti teguran, memberi nasehat, memberi teladan dan sanksi/hukuman. Guru memberi teguran kepada siswa jika tidak melaksanakan piket kelas, jika terlambat ke sekolah dan tidak menggunakan pakaian yang sesuai dengan peraturan sekolah. Guru memberi nasehat kepada siswa jika tidak menggunakan pakaian yang sesuai dengan peraturan sekolah, tidak melaksanakan piket kelas dan terlambat kesekolah. Guru selalu berpakaian sopan dan rapih, datang ke sekolah sesuai jam kerja dan pulang sekolah sesuai jam kerja berakhir. Guru memberi sanksi/hukuman kepada siswa jika tidak masuk sekolah, terlambat sekolah, tidak

62

menggunakan pakaian sesuai peraturan sekolah, tidak melaksanakan piket kelas dan pulang tidak sesuai jam sekolah. Sanksi/hukuman berupa membersihkan kelas sendiri, mendapat panggilan untuk orang tuanya dan denda Rp. 500.000 jika terlambat lebih dari 3 kali.

c. Upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek peduli lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru dan siswa di Sekolah Dasar Karanggondang diperoleh data bahwa, guru dan siswa mempunyai pemahaman hampir sama mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek peduli lingkungan. 1) Teguran

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkapkan bahwa saya melakukan, teguran kepada siswa jika membuang sampah sembarang tempat, merusak dan mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah seperti meja, kursi, tembok dan kamar mandi sekolah. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek peduli lingkungan, sebagai berikut: Siswa Kelas II-V mengungkap bahwa saya selalu ditegur oleh guru ketika saya membuang sampah ditempat atau tidak

63

ditempat yang disediakan oleh sekolah. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara guru dan siswa di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru memberi teguran yang baik pada siswa jika melakukan kesalahan.

2) Memberi nasehat

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa saya memberi nasehat kepada siswa supaya tidak merusak dan mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah seperti meja, kursi, tembok dan kamar mandi sekolah dan membuang sampah harus pada tempat disediakan oleh sekolah dan jangan membuang sampah sembarang tempat. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek peduli lingkungan, sebagai berikut: siswa Kelas II-V mengungkap bahwa, guru selalu menasehati saya jika membuang sampah di sembarang tempat yang disediakan oleh sekolah. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015) Berdasarkan hasil wawancara guru dan siswa di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru selalu menasehati siswa.

64 3) Memberi teladan

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa apabila melihat sampah berserakat maka saya langsung memungut dan membuang ke tempat sampah dengan cara memungut dan menyapunya. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Pertanyaan dari guru ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi kelas II-V, jika guru melihat atau menemukan sampah berserakat di sembarang tempat maka ia langsung memungut dan membuang ketempat sampah yang sudah di sediakan di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa upaya guru menanamkan nilai karakter dalam aspek peduli lingkungan seperti teguran, memberi nasehat dan memberi teladan. Guru memberi teguran kepada siswa jika membuang sampah sembarang tempat, merusak dan mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah seperti meja, kursi, tembok dan kamar mandi sekolah. membuang sampah harus pada tempatnya dan jangan membuang sampah sembarang tempat. Guru selalu memberi nasehat kepada siswa supaya tidak merusak dan mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah seperti meja, kursi, tembok dan kamar mandi sekolah. Apabila melihat sampah langsung memungut dan membuang ke tempat sampah.

65

d. Upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek religius

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru dan siswa di Sekolah Dasar Karanggondang diperoleh data bahwa, guru dan siswa mempunyai pemahaman hampir sama mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek religius.

1) Memberi nasehat

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa saya memberi nasehat kepada siswa jika tidak melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya, selalu taat dan taat pada perintah Tuhan dan kita harus menghargai sesama teman yang sedang melaksanakan ibadah yang sedang di anut. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek religius, sebagai berikut: siswa kelas II-V, guru selalu menasehati saya supaya taat dan patuh kepada Tuhan, harus melaksanakan ibadah sesuai agama yang di anut. (Wawancara, 23 dan 25 juni 2015)

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Obsevasi kelas II-V, jika melihat siswa tidak membaca ayat doa maka guru langsung menasehatiny supaya ia

66

harus membaca ayat doa pada saat mengawali proses pembelajaran. (Observasi, 23-25 juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa dan hasil observasi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru menasehati siswa.

2) Memberi teladan

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa guru taat menjalankan agama dan patuh melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek religius, sebagai berikut: siswa kelas II-V, guru selalu taat dan patuh pada agama yang dianut dan selalu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang sedang dianut. (Wawancara, 23 dan 25 juni 2015)

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi II-V, guru selalu mengawali kegiatan belajar mengajar dengan cara membaca ayat doa untuk bagi yang muslim dan untuk nasrani berdoa sesuai ajaran yang dianut. (Observasi, 23-25 juni 2015)

67

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa upaya guru menanamkan nilai karakter dalam aspek religius seperti memberi nasehat dan memberi teladan. Guru memberi nasehat dan teladan kepada siswa jika tidak melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya, taat dan patuh menjalankan agama dan juga mengawali kegiatan belajar mengajar dengan cara membaca ayat doa untuk bagi yang muslim dan untuk nasrani berdoa sesuai ajaran yang dianut.

e. Upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek cinta damai

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru dan siswa di Sekolah Dasar Karanggondang diperoleh data bahwa, guru dan siswa mempunyai pemahaman hampir sama mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek cinta damai.

1) Teguran

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkapkan bahwa saya melakukan, teguran kepada siswa jika sedang berkelahi, bertengkar dan berselisihan dengan cara mendamaikan, maaf- maafin, jangan diulang dan jangan dendam dan tidak menghormati orang lain. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek cinta damai, sebagai berikut:

68

Siswa kelas II-V, guru selalu menegur kami jika sedang berkelahi dan meminta kami berdamai, maaf-maafin, jangan dendam dan jangan di ulang lagi. (Wawancara, 23 dan 25 juni 2015)

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi kelas II-V, guru selalu menegur siswa jika sedang berkelahi pada saat kegiataan proses belajar mengajar. (Obsevasi, 23-25 juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa dan hasil observasi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru selalu menegur siswa siswa jika melakukan kesalahan.

2) Memberi nasehat

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa saya selalu mengingat memberi nasehat kepada siswa jika ada teman yang sakit kita harus menjengguk dan bila bertemu orang, kita harus memberi salam kepada mereka dengan cara (SMTP) senyum, salam, sapa, sopan, santun, sabar, maaf, terima kasih dan permisi dan menasehati siswa tidak berkelahi, bertengkar dan berselisihan dengan cara mendamaikan, maaf-maafin, jangan diulang dan jangan dendam. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

69

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada cinta damai, sebagai berikut: siswa kelas II-V, guru selalu menasehati dan mengingat jika ada teman yang sakit kita harus menjengguk dan jika bertemu orang, kita harus memberi salam kepada mereka dengan cara (SMTP) senyum, salam, sapa, sopan, santun, sabar, maaf, terima kasih dan permisi. Memberi nasehat kepada kami jika sedang berkelahi lalu meminta kami berdamai, maaf-maafin, jangan dendam dan jangan di ulang lagi. (Wawancara, 23 dan 25 juni 2015)

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi kelas II-V, guru selalu memberi salam kepada siswa jika ia memulai kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas. (Obsevasi, 23-25 juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa dan hasil observasi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru selalu memberi nasehat pada siswa.

3) Memberi teladan

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa saya mengajak siswa untuk menjenguk teman yang sedang sakit. Menghormati orang yang lebih tua. Bertutur kata yang sopan

70

kepada orang yang lebih tua. Beri salam kepada orang yang dianggap lebih tua dari kita dan sesama teman. (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek cinta damai, sebagai berikut: siswa kelas II-V, guru selalu bertutur kata yang sopan kepada kami dan orang lain. (Wawancara, 23 dan 25 juni 2015)

Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi kelas II-V, guru selalu memberi salam ketika memulai kegiatan belajar mengajar. (Observasi, 23-25 juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa dan hasil observasi dalam proses pembelajaran di sekolah dasar Karanggondang dapat disimpulkan bahwa guru selalu menunjukan teladan yang baik pada siswa.

4) Sanksi/hukuman

Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkapkan bahwa saya memberi sanksi/hukuman kepada siswa jika sedang berkelahi lalu meminta kami berdamai, maaf-maafin, jangan dendam dan jangan di ulang lagi dengan cara melakukan perbuatan yang sama maka dipanggil orang tuanya lalu di denda sebesar Rp.

71

500.000,00 untuk kelas II-V dan kalau mengulangnya lagi maka akan dikeluarkan dari sekolah untuk kelas tinggi seperti kelas IV- V. (Wawancara, 23 dan 25 juni 2015)

Hasil wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek cinta damai, sebagai berikut: siswa kelas II-V, guru selalu memberi sanksi/hukuman kepada siswa jika sedang berkelahi lalu meminta kami berdamai, maaf-maafin, jangan dendam dan jangan di ulang lagi dengan cara melakukan perbuatan yang sama maka dipanggil orang tuanya lalu di denda sebesar Rp. 500.000,00 untuk kelas II-V dan kalau mengulangnya lagi maka akan dikeluarkan dari sekolah untuk kelas tinggi seperti kelas IV-V. (Wawancara, 23 dan 25 juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa upaya guru menanamkan nilai karakter dalam aspek cinta damai seperti teguran, memberi nasehat dan memberi teladan. Guru memberi teguran kepada siswa jika siswa berkelahi dan tidak menghormati orang lain. Guru memberi nasehat kepada siswa supaya tidak merusak, mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah seperti meja, kursi, kamar mandi, tembok sekolah dll. Guru mengajak siswa untuk menjenguk teman yang sedang sakit. Menghormati orang yang lebih tua. Bertutur kata yang sopan kepada orang

72

yang lebih tua. Memberi salam kepada orang yang dianggap lebih tua dari kita dan sesama teman.

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat menanamkan nilai-nilai