• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

Setelah penjelasan-penjelasan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Pada pembiayaan multijasa akad yang sebaiknya digunakan adalah akad qardh, yaitu transaksi pinjaman murni berupa uang tunai atau alat tukar lainnya dari pemilik dana (dalam hal ini LKS) dan peminjam hanya

berkewajiban mengembalikan pokok utangnya saja pada waktu tertentu di masa datang. Pemberi pinjaman juga dibolehkan untuk membebani biaya jasa pengadaan pinjaman namun biaya ini bukan merupakan keuntungan bagi LKS melainkan hanya sebagai biaya aktual yang dikeluarkan seperti biaya sewa gedung, biaya gaji karyawan dan peralatan kantor dan biaya ini tidak boleh dibuat proporsional terhadap jumlah pinjaman. Besarnya biaya tersebut tidak lebih dari 2,5 persen.

2. BMT al-Munawwarah lebih meningkatkan dana sosial agar Mitra yang tidak mampu sekalipun dapat mengajukan pembiayaan yang sama namun tidak dipungut imbalan apapun. Sehingga tidak hanya nasabah yang mampu saja yang dapat menikmati produk ini. Hal ini dapat menciptakan keadilan bagi setiap lapisan masyarakat.

3. BMT al-Munawwarah lebih memperluas jaringannya ke lembaga-lembaga seperti lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan lembaga lain sehingga BMT dalam memenuhi kebutuhan Mitra (nasabah) atas suatu jasa dapat menggunakan akad kafalah yaitu penanggung (dalam hal ini BMT) memenuhi kewajiban pihak kedua (nasabah) kepada pihak ketiga.

4. Dewan Syariah Nasional lebih meningkatkan perhatian kepada lembaga keuangan syariah selain bank. Dalam membuat pedoman harus juga melihat kemampuan semua LKS. Hal ini agar semua LKS baik bank maupun non bank dapat mengikuti pedoman tersebut tanpa merasa terbebani.

5. Dewan Syariah Nasional mempertimbangkan lagi akad ijarah dalam fatwa pembiayaan multijasa karena hal ini tidak sesuai dengan fikih muamalat. 6. Fatwa Dewan Syariah Nasional harus lebih mensosialisasikan atau

memperkenalkan pada semua pihak, baik LKS maupun masyarakat luas agar tidak ada pihak yang dibohongi akibat ketidaktahuan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

al-Quran dan terjemahan

Buku-buku

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, cet.I. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Anwar, Syamsul. Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori akad dalam Fikih Muamalat, ed.I. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, cet.IV, ed.IV. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah, ed.I. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Hukum-hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab, cet.II. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001.

Dewi, Gemala, dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet.II, ed.I. Jakarta: Kencana, 2006.

Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), cet.II, ed.I. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2004.

Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia Ditinjau Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, dan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 jo. Undang-undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, cet.III, ed. Revisi. Jakarta: Kencana, 2007.

Isa bin Saurah, Abu Isa Muhammad. Sunan al-Tirmidzi. Bairut: Darul Fikr, 1994. Kamil, Ahmad dan Fauzan, M. Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisia Fiqih dan Keuangan, cet.I, ed.I. Jakarta: IIIT Indonesia, 2003.

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat, cet.XIV, ed.III. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.

. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ed.III. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Lathif, Ah. Azharudin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Mas’adi, Ghufron A. Fiqh Muamalah Kontekstual, cet.I, ed.I. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, T.tn.

. Manajemen Dana Bank Syariah, cet.V, ed.I. Yogyakarta: Ekonisia, 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, cet.XV. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001.

Nazir, Muhammad. Metode Penelitian, cet.III. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. Porwadarminto, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet.V. Jakarta: Balai

Pustaka, 1987.

Rifai, Moh. Konsep Perbankan syari’ah. Semarang: CV. Wicaksana, 2002.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah 13, cet.VI. Penerjemah Kamaluddin A. Marzuki. Bandung: PT. al-Ma’arif, 1999.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai, ed.revisi. Jakarta: LP3ES, 1989.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah Membahas Ekonomi Islam Kedudukan Harta, Hak Milik, Jual Beli, Bunga Bank dan Riba, Musyarakah, Ijarah, Mudayanah, Koperasi, Asuransi, Etika Bisnis dan Lain-lain, ed.III. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian, cet.XVI, ed.II. Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2004.

Institusi

Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah. Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah, cet.I. Jakarta: Renaisan, 2005.

Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, ed.revisi. Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006. Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES). Materi Dakwah Ekonomi Syariah,

Jakarta: PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), t.th.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia.Konsep, Produk dan Implementasi Operasional bank Syariah. Jakarta: Djambatan, 2001.

Internet

Anshori, Isa. “Kafalah, Jaminan dalam Konsep Fikih dan Aplikasinya dalam Perbankan Syariah”. Artikel diakses pada 4 September 2008 dari www.fai.uhamka.ac.id

Bank Indonesia. “Kodifikasi Produk Perbankan Syariah”. Artikel diakses pada 22 Maret 2008 dari www.d-bes.net

BMT Al-Munawwarah. “Sharia Microfinance”. Artikel diakses pada 03 Maret 2008 dari www.bmtalmunawwarah.com

ISM. “BNI Syariah Luncurkan Multijasa iB”. Artikel diakses pada 4 September 2008 dari www.niriah.com

Republika Online, “Fatwa Akad Multijasa Perlu Disosialisasikan”, artikel diakses pada 3 Maret 2008 dari www.detail_headline.com

Serambi Indonesia. “Hukum Transaksi Pembiayaan Multijasa”. Artikel diakses pada 4 September 2008 dari www.serambinews.com

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Sutanto. Pamulang. 15 September 2008. Wawancara Pribadi dengan Agustianto. Ciputat. 27 Oktober 2008.

Karya Ilmiah

Hajar, Siti. “BMT al-Munawwarah dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (studi kasus BMT al-Munawwarah Pamulang).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005.

Hasana, Nurul. “Praktek Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah (Studi Kasus BSM dan BMI cabang Bogor).” Tesis S2 Fakultas Studi Ekonomi Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Isnaini, Desi. “Aplikasi Produk Gadai di Perbankan Syariah (Studi Tentang Akad Rahn dan Ijarah Pada Bank Syariah Mandiri).” Tesis S2 Fakultas Studi Ekonomi Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004. Sari Juniati, Puspita. “Konsep dan Aplikasi Ijarah dan IMBT (studi kasus di BPRS

Harta Insan Karimah, Ciledug).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006.

Suhaemah. “Ijarah dalam Sistem Perbankan Syari’ah di Indonesia dan Malaysia (Suatu Studi Perbandingan).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006.

Wijaya, Yudho Adi. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus: BMT Daarut Tauhid).” Tesis S2 Fakultas Ekonomi Timur Tengah Universitas Indonesia Jakarta, 2007.

Zahruddien. “Aplikasi Konsep Ijarah Terhadap Jasa Pelayanan pada Koperasi Maju Bersama Kec. Bekasi Selatan Kab. Bekasi.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007.

BERITA WAWANCARA

Nama : Sutanto, S.E.

Jabatan : Kepala Bagian Operasional Tempat : BMT al-Munawwarah Tanggal : 15 September 2008

1. Apa itu produk pembiayaan ijaroh multijasa dan diperuntukan untuk kebutuhan apa?

Pembiayaan ijaroh multijasa adalah produk pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan akan manfaat akan suatu jasa. Produk ini diperuntukan bagi Mitra yang terkendala dalam membayar biaya pendidikan, biaya sewa tempat usaha atau tinggal atau biaya pengobatan karena keterbatasan dana jika dibayarkan sekaligus.

2. Kapan pembiayaan ijaroh multijasa diluncurkan?

Pembiayaan ijaroh multijasa diluncurkan pada tanggal 28 April 2006. 3. Apa yang melatarbelakangi diluncurkannya pembiayaan ijaroh multijasa?

Pembiayaan ijaroh multijasa dilatarbelakangi oleh kebutuhan Mitra akan manfaat akan suatu jasa. Seringnya Mitra yang datang meminta pembiayaan untuk biaya pendidikan maupun biaya lainnya yang berupa jasa. Oleh sebab itu

BMT al-Munawwarah mengeluarkan produk pembiayaan ini disamping telah keluarnya fatwa DSN tentang Pembiayaan Multijasa.

4. Berapa jumlah Mitra pembiayaan ijaroh multijasa sampai saat ini?

Sampai saat ini jumlah Mitra pembiayaan multijasa adalah sebanyak 78 orang dengan jumlah rekeningnya 107. Hal ini karena ada sebagian Mitra yang menggunakan pembiayaan multijasa lebih dari satu kali.

5. Bagaimana BMT al-Munawwarah menganalisis Mitra yang mengajukan pembiayaan ijaroh multijasa?

Sama saja dengan menganalisis pembiayaan yang lain, yang berbeda hanya pada saat realisasi BMT meminta kwitansi bukti pembayaran Mitra kepada suatu lembaga yang sesuai dengan kesepakatan.

6. Bagaimana aplikasi pembiayaan ijaroh multijasa di BMT al-Munawwarah? Aplikasi pembiayaan multijasa yaitu BMT menyerahkan uang sebesar yang dibutuhkan Mitra dan memberikan kuasa kepada Mitra untuk membayar kepada pihak ketiga yang dalam hal ini adalah lembaga yang diajukan Mitra. Setelah itu maka Mitra harus menyerahkan kwitansi atau bukti pembayaran tersebut kepada BMT karena itulah pegangan bagi BMT. Dalam hal ini akad yang digunakan adalah akad wakalah dan akad ijarah, yaitu Mitra mewakili BMT untuk membayar kebutuhan Mitra dengan didasari kepercayaan. Atas pembiayaan tersebut BMT menerima ujrah atau upah dari Mitra. Penggunaan akad wakalah ini disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia dimiliki oleh BMT, kurangnya jaringan kerja sama dengan pihak lain tidak seperti halnya dengan

Bank yang sudah dikenal luas di kalangan masyarakat sehingga untuk menggunakan akad kafalah cukup sulit.

7. Bagaimana cara pembayaran atau pelunasan Mitra ijaroh pembiayaan multijasa? Dalam pembayarannya secara angguran dalam tiga pilihan, yaitu perhari, perminggu atau perbulan. Jumlah pembayaran angguran yang dibayarkan Mitra ditambah dengan setoran simpanan Pembiayaan yang Diberikan (PYD), infaq melalui baitul-maal dan ujrah.

8. Bagaimana perkembangan pembiayaan ijaroh multijasa pada awal peluncurannya?

Perkembangan pembiayaan multijasa selama bulan april 2006 sampai 2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dilihat dari jumlah Mitra yang semakin bertambah.

9. Apakah pembiayaan ijaroh multijasa memberikan pengaruh terhadap pendapatan BMT al-Munawwarah?

Jelas pembiayaan multijasa cukup memberikan pengaruh terhadap pendapatan BMT dari ujrah atau upah yang dihasilkan. Tiap tahun jumlah ujrah yang diterima dari pembiayaan multijasa mengalami peningkatan.

Pamulang, 29 Oktober 2008

Sutanto, S.E.

BERITA WAWANCARA

Nama : Drs. Agustianto, M.Ag

Jabatan : Sekjen IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam) Jakarta,

Dosen Fiqh Muamalah Ekonomi Islam Program Pasca Sarjana (S2) di Universitas Indonesia, Universitas Azzahra, Universitas Trisakti, Universitas Paramadina, serta Dosen Program Sarjana (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tempat : Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tanggal : 27 Oktober 2008

1. Bagaimana menurut Bapak tentang aplikasi pembiayaan multijasa yang dilakukan oleh BMT al-Munawwarah yang menggunakan akad wakalah dan ijarah?

Mekanisme proses akad di BMT dengan produk multijasa dengan menggunakan akad wakalah sangat tidak tepat. Karena obyek yang diwakilkan bertolak belakang dengan kedaaan riil yang terjadi. Jika BMT mewakilkan kepada nasabah, berarti BMT itu yang ingin kuliah. Jika akad wakalah ingin digunakan dalam transaski tersebut, seharusnya ada akad yang mendahuluinya, seperti

akad ijarah. Ijarah dalam hal ini adalah jasa BMT dalam menalangi pelunasan biaya kuliah sejumlah tententu, Oleh karena BMT berjasa menyelesaikan biaya kuliah nasabah, maka nasabah diminta untuk membayar fee atas jasa yang dilakukan BMT yang telah menyelesaikan paket pembayaran uang kuliah. 2. Apa solusi untuk BMT al-Munawwarah dalam menjalankan pembiayaan

multijasa?

BMT al-Munawwarah seharusnya menggunakan akad ijarah saja dalam mekanisme pada produk pembiayaan multijasa, tidak perlu diwakilkan sebab dalam penggunaan akad wakalah tidak tepat. Dalam akad wakalah, objek apa yang diwakilkan dalam akad ijarah.

Hanya saja akad ijarah ini rawan kepada praktik riba, karena bentuk pembiayaan tersebut bersifat sosial. Seharusnya di masa depan, pembiayaan untuk jasa dananya berasal dari zakat, infaq sedeqah atau waqaf yang kesemuanya merupakan akad tabarru’, bukan akad bisnis, yang tujuannya untuk mencari keuntungan. Adanya pembebanan ujrah (fee) dalam transaksi itu, meskipun tidak didasarkan persentase, tetapi kenyataannya biaya tersebut menjadi keuntungan (pendapatan) LKS. Dengan demikian, yang menjadi solusi ideal di masa depan untuk pembiayaan multijasa ialah akad qardh yang sumber dananya dari ZISWAF. Bukan akad ijarah yang penuh rekayasa.

Namun jika dana ZISWAF yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan nasabah, maka alternatifnya adalah nasabah meminjam terlebih dulu sejumlah dana ke BMT untuk keperluannya seperti biaya kuliah, selanjutnya nasabah membayar

cicilan tersebut kepada BMT. Alternatif lain adalah BMT menalangi terlebih dahulu kewajiban nasabah kepada pihak ketiga, lalu kemudian nasabah membayar secara menyicil kepada BMT sebesar kewajibannya tersebut dengan tambahan imbalan yang diberikan kepada BMT karena BMT telah berjasa menyelesaikan kewajibannya.

Ciputat, 30 Oktober 2008

Dokumen terkait