• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Saran ini ditujukan kepada para pengajar bahasa Indonesia dan peneliti selanjutnya yang akan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sebagai rancangan pembelajaran sastra. Bagi pengajar diharapkan bahwa pendekatan kontekstual dapat dijadikan strategi pengajaran sastra di SMA. Pendekatan ini dirasa dapat membuat siswa lebih berpikir realistis dan memudahkan siswa untuk memahami materi karena siswa merelevansikan materi dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa. Selanjutnya bagi para peneliti berikutnya, pendekatan kontekstual bukan hanya dapat digunakan pada pembelajaran unsur instrinsik novel, tetapi pendekatan ini dapat diimplementasikan dalam pembelajaran lainya.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Moelong, Lexy. 2006. Metodologi Kenelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa, E. H. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, Jacob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Sumardjo, Jacob. 1983. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Suryaman, Maman. 2012. Metode Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta. UNY

Press.

Taniredja, dkk. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme; Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka

Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santoso. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuna Pusaka.

Waluyo, J. Herman. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa. Wellek, R & Warren, A. 1990. Teori Kesusastraan. Terjemahan Theory of

litterature oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Lampiran I

Ringkasan Materi

Tema

Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya (Jacob & Saini, 1986: 56). Tema tidak selalu berwujud moral, atau ajaran moral. Tema bisa hanya berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan.

Langkah-langkah Menentukan Tema

Sudjiman memaparkan ada tiga langkah yang dapat diambil dalam menentukan tema. Pertama harus dilihat persoalan yang paling menonjol. Kedua, secara kualitatif, persoalan yang banyak menimbulkan konflik, konflik yang melahirkan peristiwa. Ketiga, menentukan waktu penceritaan yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra. Ketiga langkah itu digunakan secara berurutan, apabila menggunakan langkah pertama belum terjawab temanya, maka langkah berikutnya yang diambil adalah cara kedua, demikian seterusnya sampai tema yang dicari dapat ditemukan dengan tepat (Sudjiman, 1991: 92)

Macam-macam Tema

Menurut Waluyo (1991: 107-118) ada beberapa macam tema, antara lain; tema ketuhanan, tema kemanusiaan, tema patriotisme/kebangsaan, tema kedaulatan rakyat dan tema keadilan sosial.

Novel bertemakan ketuhanan pada umumnya menunjukan religious experience atau pengalaman religi pengarang. Pengalaman religi ini didasarkan pada tingkat kedalaman pengalaman iman seseorang terhadap agama atau lebih luas terhadap tuhan. Ada beberapa novel yang menunjukan pengalaman religius yang cukup, meskipun tidak menunjukan identitas agama tertentu

2. Tema Kemanusiaan

Tema kemanusiaan ini bermaksud betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki hak dan martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat dan kehidupan seseorang tidak boleh menjadi sebab adanya perbedaan perlakuan terhadap kemanusiaan seseorang.

3. Tema Patriotisme/Kebangsaan

Tema patriotisme dapat meningkatkan perasaan cinta akan bangsa dan tanah air. Tema patriotisme juga dapat diwujudkan dalam bentuk usaha pengarang untuk membina kesatuan bangsa atau membina rasa kenasionalan.

4. Tema Kedaulatan Rakyat

Tema kedaulatan rakyat atau tema yang bersifat protes. Dalam novel bertemakan kedaulatan rakyat yang kuat adalah protes terhadap kewenang-wenangan pihak yang berkuasa dan tidak mendengarkan jenis rakyat atau bersifat kritik terhadap sikap otoriter penguasa.

5. Tema Keadilan Sosial

Proses sosial lebih banyak menyuarakan tema keasilan sosial daripada tema kedaulatan rakyat. Dalam novel yang bertemakan seperti itu pada umumnya mengharrap para pembaca agar mengutamakan dan mengusahakan kepentingan bersama dariapada kepentingan individu.

Amanat

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar, di dalam karya sastra moderen, amanat biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162).

Teknik Penyampaian Moral atau Amanat

Teknik penyampaian moral bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian langsung dan tidak langsung, secara terang-terangan atau terselubung (Nurgiyantoro, 2005: 267).

Teknik penyampaian moral atau amanat pada sebuah karya sastra secara implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1988: 57).

BIODATA PENULIS

Hilarion Wahyu Prasetya Widhi adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak AML. Wisnu Prastawa dan Ibu Lucia Purwaningsih. Lahir di Klaten pada tanggal 02 November 1993. Menempuh pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2000-2006 di Sekolah Dasar Kanisius Sidowayah 2, tahun 2006-2009 menjadi siswa di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten, kemudian tahun 2009 melanjutkan Pendidikan di SMK Leonardo Klaten dan lulus pada tahun 2012.

Setelah tamat SMA tahun 2012, ia melanjutkan studi ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak tahun 2012 tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Masa Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Analisis Tema dan Amanat Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro dan Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.

Dokumen terkait