• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Peneliti menyampaikan beberapa saran yang berkenaan dengan berita tentang Cuti Kampanye Pejabat Negara yang diberitakan oleh Majalah Gatra, sebagai berikut:

1. Penulis berharap Gatra dapat meningkatkan kualitas penulisannya, dengan memperhatikan berbagai aspek yang menunjang. Unsur pemilihan kata perlu diperhatikan untuk mempermudah pembaca dalam mengkonsumsi berita tersebut.

2. Media massa sebagai kontrol sosial seyogyanya memiliki data-data seimbang dan faktual untuk menjaga infromasi berita terlebih pemerintahan, sebagai kontrol dan pemerintah baiknya tidak membeli atau membayar media sebagai alat kekuasaan dalam melakukan kinerjanya

untuk menutupi kekurangan dalam proses pemerintahan agar memajukan masyarakatnya.

3. Penelitian ini dapat dikaji lagi dari sudut pandang yang berbeda dalam berbagai keilmuan yang berbeda atau sebagai kelanjutannya dari penelitian ini, agar penelitian berkesinambungan hingga menghasilkan jalan terbaik dalam suatu permasalahan.

82

Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Gitanyali. 2004.

Darma, Yoce Aliah.Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya, 2013. Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004.

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisi Teks Media. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. 2001

Maleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuaitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Marahimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya, 1994

Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2008.

Mulyana, Deddy. Nuansa-nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo. 2007.

Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

83

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Suparno. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:Kanisius, 1997. Taringan dan Guntur, Henry. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa, 1993. Turner, Lynn H. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit

Salemba Humanika,2008.

Venus, Antar. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Werner J. Severin dan James W. Tankard. Teori Komunikasi Massa: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media, 2005.

GATRA 19 MARET 2014 ANT ARA /INDRIANT O EK O SUW ARSO

(Jokowi), yang setahun terakhir meraih angka elektabilitas teratas dalam berbagai survei calon presiden (capres). Sosok ber ikutnya, Gubernur Jawa Tengah, Gan jar Pranowo, yang mengalahkan pe-ja bat incumbent, Bibit Waluyo, secara mengejutkan, sekali putaran, tahun lalu. Di Jawa bagian timur, ada Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang be-lakangan reputasinya meroket.

Ujung barat Jawa, Provinsi Ban-ten, kini de facto dipimpin kader PDI Per-juangan, Rano Karno, pasca-pe na hanan Gubernur Atut Chosiyah, kader Golkar. Di seberang Selat Sunda, Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP, juga kader banteng. Menyeberang ke utara, Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, dan Kalimantan Tengah, Teras Narang, pun milik PDI Perjuangan. Untuk Indonesia Timur, partai ini punya Frans Lebu Raya, Gubernur NTT. Sejumlah gubernur tersebut tercatat masuk daftar jurkamnas PDI Perjuangan.

Pergerakan PDI Perjuangan pen-ting dicermati, selain punya aset ba-kal capres laris manis, juga tengah me-mengerahkan sejumlah gubernur dan

wakil gubernur usungannya pada tahap kampanye terbuka, sejak Minggu,16 Maret ini. Strategi “daerah mengepung pusat”. Kekuatan figur di PDI Perjuangan bertebaran di level daerah.

Nama paling menonjol, tentu, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo

D

ua periode tanpa kader

di pemerintah pusat, PDI Perjuangan tidak ke habisan magnet po li-tik. Bila partai pro-pe-me rintah pro-pe-mengandalkan para pro-pe-menteri kadernya sebagai juru kampanye na-sional (jurkamnas), PDI Perjuangan

Cuti Kampanye

Pejabat Negara

Gubernur dan menteri jadi jurkam andalan parpol pada fase

kampanye terbuka. potensial menjadi ajang politisasi birokrasi

dan anggaran. perlu mekanisme pengawasan ekstra.

19 MARET 2014 GATRA

an. Pertama, tidak menggunakan fasilitas negara terkait dengan jabatannya. Kedua, saat mendaftar jurkam, memastikan ada surat cuti. Ketiga, jadwal cuti harus memperhatikan keberlangsungan tugas.

“Jangan sampai itu diabaikan. Kalau cutinya panjang, itu juga harus dilihat,” kata Ferry kepada Joni Aswira Putra dari GATRA. Surat cuti diterima KPU paling lambat tiga hari sebelum pejabat yang bersangkutan berkampanye. Dalam surat cuti harus disebut lokasi dan jadwal kampanye. Bila terjadi penjadwalan ulang oleh partai, sang pejabat harus mengajukan izin cuti baru.

Firman Soebagyo, politikus Golkar, berpandangan bahwa semestinya, se-orang kepala daerah, menteri, dan pre-siden, tidak boleh lagi menjadi jurkam partai. Hal itu akan menjadi dua sisi mata uang. “Dapat saja terselubung melakukan kampanye,” katanya kepada Averos Lubis dari GATRA. Tapi semua itu sekarang sah, karena UU Pemilu memungkinkan.

Peneliti politik pemerintahan LIPI, Siti Zuhro, lebih melihat aspek etik, karena secara legal, gubernur dan menteri berkampanye adalah sah. Secara etik, kata Zuhro, semestinya para menteri berkonsentrasi menuntaskan tugasnya di akhir masa jabatan ini. “Tidak mungkin mereka konsentrasi kerja di Jakarta, sementara mereka harus tur ke berbagai Ketua Bapilu Partai Demokrat, Syarief

Hasan, mengatakan, beberapa gubernur kadernya juga dikerahkan: Gubernur Jawa Timur, Soekarwo; Gubernur NTB, Zainul Majdi; dan Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang.

Menurut Syarif, semua kader Demokrat kini sedang all out meraih kembali suara yang merosot dari 21,8% hasil Pemilu 2009 yang kini tersisa 10,4 % versi survei internal. ‘’Target kami menjadi 15%,’’ tutur Menteri Koperasi itu. ‘’Semua kader harus turun,’’ katanya. Ia memetakan daerah lumbung Demokrat. ‘’Khususnya di Jawa,’’ ucap Syarif kepada Averoes Lubis dari GATRA. “Mudah-mudahan Jawa Timur dan Jawa Barat dapat menjadi lumbung suara.”

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Didik Suprayitno, menjelaskan, izin kampanye diberikan hanya dua hari dalam satu minggu. Kampanye akhir pekan, Sabtu-Minggu, tidak perlu cuti, hanya pemberitahuan. Izin kampanye menteri, menurut Didik, diajukan ke pre-si den. “Gubernur dan wakilnya ke Men-teri Dalam Negeri. Bupati, wali kota dan wakilnya ke gubernur,” lanjut Didik. Izin cuti kampanye, tambah Didik, tidak boleh digabung berturut-turut. “Seminggu hanya dua hari. Titik,” kata Didik kepada M. Afwan Fathul Barry dari GATRA.

Izin cuti diajukan minimal 12 hari se-belum kampanye. “Empat hari setelah da-tang permohonan, harus diterbitkan izin oleh Menteri Dalam Negeri,” kata Didik. Diterima atau tidaknya permohonan ter-gantung pada pemenuhan syarat. “Asal-kan memenuhi syarat, a“Asal-kan di izin “Asal-kan. Syaratnya, seminggu, dua hari kerja. Kepala daerah dan wakil harus mengatur waktu kampanye agar tidak bersamaan. Kalau bersamaan, ditolak oleh Menteri Dalam Negeri,” katanya. “Karena roda pemerintahan harus tetap jalan.”

Selain permohonan izin cuti pada hari kerja, pejabat yang konsolidasi partai pada hari libur harus tetap memberitahu Kemendagri. “Itu etika pemerintah, su-pa ya presiden dan Mendagri tahu ke mana si gubernur ini,” ujar Didik. Evaluasi Kemendagri selama ini, pemberian izin cuti kampanye pada hari kerja, tidak sampai mengganggu roda pemerintahan. Jika pejabat dalam kampanye melanggar peraturan, menurut Didik, menjadi tugas Bawaslu.

Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, menandaskan bahwa men-teri dan kepala daerah yang menjadi jur-kam harus memenuhi beberapa ketentu-survei elektabilitas partai sejak akhir

2013. Kemenangan dalam Pemilu 1999 berpeluang kembali diraih, meski elektabilitas PDI Perjuangan masih sama dengan Pemilu 2009: kisaran 14,9%. Dalam rilis survei Saiful Mujani Research & Consulting, Ahad lalu, skor PDI Perjuangan beda tipis dari Golkar (13,3%). Pada Pemilu 1999, PDI Perjuangan meraih 33,7%.

Wasekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menjelaskan, sejumlah kader kepala daerahnya dibagi dalam beberapa kelompok kampanye. Teras Narang disatukan dengan Rano Karno, Rustam Effendi (Gubernur Bangka Belitung), dan Soeryo Respationo (Wakil Gubernur Kepulauan Riau). Jokowi di kelompok sendiri. Demikian juga Ganjar. Selain kampanye di Jawa Tengah, saat cuti hari kerja, Ganjar diagendakan ke Lampung, Kalimantan, Sumatera Utara, dan Yogya-karta, pada liburan akhir pekan.

Sementara itu, Frans Lebu Raya di percaya menjadi jurkamnas di daerah Indonesia timur. Dari beberapa kepala dae rah yang ditunjuk menjadi jurkamnas, hanya Jokowi yang tidak mengajukan cuti. ‘’Karena kita tahu beban pekerjaan sebagai Gubernur DKI Jakarta sangat berat, maka Beliau hanya menjadi jurkam ketika akhir pekan. Jadi, hanya mengajukan pemberitahuan, bukan cuti,’’ ujar Hasto.

Kalaupun diperlukan, pada hari-hari biasa di luar jam kerja, Jokowi bisa hadir dalam pertemuan tertutup kon-so lidasi partai. Pemimpin daerah kader PDI Perjuangan yang cuti adalah Ganjar, Teras, dan Soeryo. ‘’Karena mereka harus jadi jurkam di Sumatera Utara. Di sana, PDI Perjuangan tidak dapat jatah kampanye Sabtu dan Minggu,’’ kata Hasto.

Rano Karno diperlakukan beda. ‘’Rano tidak punya wakil. Dia sendirian. Beban dan jadwal yang diberikan tidak seberat kepala daerah lain,’’ ujar Hasto lagi. Risma tidak dimasukkan sebagai jurkam. ‘’Mbak Risma kan PNS, beda dengan yang lain, yang orang politik,’’ katanya. Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, kata Hasto, menghormati posisi Risma. Namun, kata Hasto, bila Mega kampanye ke Surabaya, Risma akan menemani, meski tidak ikut kampanye.

Partai Demokrat, yang punya kader ter banyak di kabinet, akan mengerahkan seluruh menterinya sebagai jurkamnas. Ada lima menteri asal Demokrat: Syarif Hasan, Jero Wacik, Amir Syamsuddin,

GA TRA / DHARM A WIJA Y ANT O Syarif Hasan

GATRA 19 MARET 2014

G

ubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, 45 tahun, termasuk yang dijadwal-kan sebagai juru kampanye nasional (jurkamnas) PDI Perjuangan. Ia mengajukan cuti ke Menteri Dalam Negeri selama tiga hari. Selebihnya, memanfaatkan Sabtu-Minggu, cukup pemberitahuan, tanpa izin cuti.

Jadwal akhir pekan dialokasikan un-tuk kampanye ke daerah lain: Lampung, Ka-li mantan, Sumatera Utara, dan Yogyakarta. Sedangkan cuti hari kerja disiapkan un tuk kampanye di Jawa Tengah. Ganjar ber ko-mitmen untuk tidak menggunakan fasilitas negara dan memastikan pemerintahan tidak terganggu. Berikut petikan wawancaranya dengan Bernadetta Febriana dari GATRA:

Ketika Anda cuti kampanye di hari ker ja, bagaimana jalannya roda pe me rin-tah an?

Saya gantian dengan Pak Wagub (Heru Sudjatmoko). Jalannya roda pemerintahan tidak akan ada masalah meskipun saya cuti. Begitu juga ketika nanti Pak Wagub kampa-nye. Kan gantian. Kayak hari ini, saya ada urusan dengan sebuah kementerian di Jakarta sehari, Pak Wagub bertugas di Semarang menggantikan saya, tidak ada masalah. Toh sekarang teknologi komunikasinya sudah maju. Kalau ada yang penting kita tetap bisa komunikasi untuk konsultasi, atau kirim e-mail ke saya, bisa langsung saya balas.

Bagaimana Anda menjamin tidak menggunakan fasilitas pemda untuk kepentingan partai?

Kalau itu gampanglah. Saya dulu di Ko mi si II yang menggarap UU Parpol, UU Pemilu, UU Netralitas PNS, saya harusnya lebih mudah melakoni itu karena dulu saya

juga ikut mikir, gimana supaya jangan sampai itu dilanggar. Saya sudah menyiapkan mobil pribadi untuk (kampanye) di Jawa Tengah. Bahkan mulai sekarang saya sudah membiasakan diri ke mana-mana naik mobil pribadi. Lagi pula mau fasilitas apa sih yang digunakan?

Bagaimana dengan modus peng gu-na an kunjungan kerja tapi setelah itu untuk acara partai?

Saya kira pemilih sudah cerdas. Dia mengerti apakah harus memilih partai saya atau tidak, itu karena melihat saya bagaimana. Kalau perilaku saya dianggap buruk, sudah pasti dia nggak mau milih partai saya. Tapi kalau saya melakukan sesuatu dengan simpatik, pasti mereka juga bisa menilai baik partai saya. Saya lebih senang memberikan keleluasaan kepada mereka untuk memilih dan saya memengaruhi

mereka dengan perilaku baik saya saja.

Ketika menjadi jurkamnas ke be be-rapa daerah, pakai dana pribadi atau DPP?

Ha, ha, ha... malulah kalau masih minta DPP. Ini kan bentuk kontribusi kita ke partai. Kalau untuk pergi-pergi saja masih minta ya kebangetan. Meskipun memang, kalau partai menugaskan biasanya mereka menyediakan tiket. Tapi kalau sekarang saya minta untuk hotel segala, ya malu-maluin-lah.

Apa keuntungan partai dengan memiliki jurkamnas kepala daerah?

Kalau kepala daerah itu sukses di daerahnya, rakyat di daerah itu akan ikut. Karena, itu sesuatu yang kongkret. Kalau si kepala daerah bekerja untuk kepentingan rakyat, dia pasti didukung. Partainya akan disenangi. Itu menguntungkan. Maka dari itu, seluruh keputusan politik yang berpihak pada rakyat dan bagus, rakyat akan mengikuti. Rakyat sudah cerdas. Tidak usah dipaksa-paksa disuruh milih. Mereka melihat apa yang kita kerjakan.

Ari melihat potensi kepala daerah itu memenangkan partai dengan segala cara. ‘’Mobilisasi aparat internal dan politisasi anggaran untuk menguntungkan parpol si kepala daerah sering terjadi,’’ tutur Ari. Karena itu, katanya, lembaga penga-was pemilu bekerja lebih keras da lam mengawasi. Aturan ditegakkan lebih tegas. ‘’Pelanggaran bukan hanya money politic oleh parpol, melainkan juga po li-tisasi birokrasi dan anggaran. Ini wi la yah abu-abu,’’ kata Ari.

Asrori S. Karni, Bernadetta Febriana, dan Arif Koes Hernawan wajar. Secara politik, mereka orang-orang

yang memiliki pengaruh dan dibuktikan dalam memenangkan kompetisi pilkada. Parpol tentu akan memanfaatkan penga-ruh mereka guna meraih dukungan pemilu.

Namun Ari memberikan catatan, pemimpin daerah sebagai jurkam tidak serta merta efektif. ‘’Performa figur harus dilihat,’’ kata dia. Peran mereka akan efektif jika sosok itu berprestasi, dekat rakyat, dan popularitasnya tinggi. Jika kinerja figur itu buruk, kredibilitasnya dianggap buruk. ‘’Sentimen negatif ini “Konsentrasi dan kinerja yang

ber-sangkutan akan terganggu,” Siti me ne-gaskan. Seharusnya presiden memiliki otoritas menegur. Masalahnya, menurut Zuhro, selain menjabat presiden, SBY juga Ketua Umum Demokrat. Partai ini juga menggelar konvensi capres yang melibatkan para pejabat. “Jadi, apa yang bisa diperingatkan SBY sementara ia melakukan hal yang sama?” tuturnya kepada Asri Wuni Wulandari dari GATRA.

Pengajar ilmu politik dan pe me-rintahan Univeristas Gadjah Mada, Yogyakarta, Ari Dwipayana, menilai

Ganjar Pranowo:

Saya Membiasakan Diri Naik Mobil Pribadi

GA TRA /ARDI WIDI Y ANSAH

Oleh : Ahmad Nuur Hidayat Narasumber : Asrori S. Karni

Jabatan : Redaktur Majalah Gatra

Tanya: Sudah berapa lama bapak menjadi wartawan? Jawab: 15 tahun.

Tanya: Sejak kapan bapak bergabung dengan Gatra? Jawab: Saya bekerja di Gatra sejak Maret 1999. Tanya: Apa posisi bapak saat ini?

Jawab: Redaktur yang bertanggung jawab atas rubrik nasional (politik), kolom (opini) dan agama.

Tanya: Mengenai gaya penulisan, adakah ciri khas tersendiri yang dimiliki Gatra? Jawab: Moto resmi Gatra, "Menyajikan berita jernih, dalam dan tuntas. Kritis tanpa

mengiris, tajam tanpa menikam, hangat tanpa membakar, menggigit tanpa melukai, mengungkap tanpa dendam, dan melancarkan kontrol sosial tanpa memancing soal." Sebagai Majalah mingguan, Gatra banyak menyajikan berita in-depth news, menekankan kedalaman, dan kenyamanan dibaca. Tanya: Siapa saja yang berwenang dalam penentuan isu yang akan dimuat?

Jawab: Penentu isi majalah ada pada keputusan rapat redaksi. Peserta rapat adalah awak redaksi dari reporter, redaktur, redaktur pelaksana sampai pemimpin

Gatra. Gatra sudah punya sejumlah kriteria kelayakan, seperti arti penting bagi publik, daya tarik, aktualitas, daya jangkau masalah, dan sebagainya.

Tanya: Apakah dalam penggalian informasi, bapak (sebagai wartawan) sudah dibekali TOR (Term Of References) dari dewan redaksi atau membuat sendiri?

Jawab: Sebagai redaktur, saya bertugas membuat outline atau penugasan tentang rencana berita, berisi paparan latar belakang, angle, daftar nara sumber dan pertanyaan untuk tiap narasumber. Penugasan itu dijadikan pedoman reporter ketika liputan. Hasil liputan dilaporkan pada saya, kemudian saya tulis. Tulisan saya kemudian diperiksa oleh redaktur pelaksana dan redaktur bahasa, baru kemudian di-disain, untuk dicetak. Sebelum dicetak, redaktur foto membaca dan menyediakan foto yang relevan.

Tanya: Apa yang melatarbelakangi Gatra mengangkat isu ini?

Jawab: Saat ditulis, isu itu tengah aktual. Jadi sorotan. Sejumlah pejabat publik, baik pusat maupun daerah, tengah mengajukan cuti untuk kampanye. Publik menyorot, kampanye oleh pejabat publik ini rawan penyalahgunaan fasilitas publik.

Tanya: Kalau untuk penentuan judul, bagaimana prosesnya?

Jawab: Saya lebih sering menulis judul, setelah tulisan jalan 50% atau justru setelah selesai 100%. Jarang saya buat judul pada saat awal menulis. Meski pernah

saya tentukan judul yang tepat.

Tanya: Dalam gambar yang dimuat, kenapa hanya foto jokowi (red: PDIP) yang digunakan sebagai foto berita dalam pemberitaan tersebut?

Jawab: Terlampir saya kirimkan pdf versi majalah. Fotonya ada tiga: (1) Jokowi sedang kampanye. (2) Close up Suarif Hasan, Ketua harian DPP Demokrat. (3) Ganjar Pranowo, Gubernru Jateng, untuk wawancara khusus. Jokowi dipilih karena dia salah satu sample pejabat publik (gubernur) yang dipakai oleh partainya untuk juru kampanye dalam pileg. Bukan sekadar gubernur, saat itu, Jokowi adalah sosok yang elektabilitasnya di bursa semua survei sudah paling tinggi. Tentu, efek Jokowi, diasumsikan paling signifikan. Tanya: Dalam pemberitaannya, hanya partai PDIP dan Demokrat yang memiliki

kader sekaligus menjabat sebagai pejabat negara yang disebutkan dalam berita tersebut, mengapa kader partai lain tidak?

Jawab: Kalau semua partai, kebanyakan. Kami pilih cukup dua parpol sebagai

sample. Mengapa Demokrat? Karena dia partai terbesar pertama hasil pileg sebelumnya, 2009. Demokrat partai penguasa. Ketua umumnya, SBY, menjadi Presiden. Demokrat punya paling banyak sumber daya jabatan publik (menteri dll) untuk kampanye. Sementara PDIP, sebaliknya, adalah partai oposisi terbesar yang elektabilitasnya tengah menanjak naik paling atas, saat itu,

Tanya: Adakah tekanan politik kepada bapak dalam penulisan berita tersebut?

Jawab: Tidak ada, saya tidak pernah ditekan dalam menulis. Saya juga menolak ditekan. Atasan saya paham itu.

Tanya: Apakah ada kecenderungan kepada salah satu pihak dalam penulisan berita ini?

Jawab: Tidak. Gatra bukan media partisan.

Tanya: Bagaimana pendapat bapak mengenai pejabat yang cuti kampanye?

Jawab: Khusus pejabat publik yang diangkat karena political appointee, pertimbangan politik, seperti kepala daerah, anggota kabinet, dll, wajar saja bila mereka cuti kampanye untuk kepentingan politik partainya. Yang terpenting, jangan menyalahgunakan jabatan dan fasilitas publiknya untuk kepentingan partisan. Tanya: Apa pesan yang ingin disampaikan Gatra dalam pemberitaan tersebut?

Jawab: Ingin memberi warning pada publik agar waspada dan turut serta mengontrol pejabat publik yang kampanye, agar tidak terjadi politisasi atau penyalahgunaan anggaran dan birokrasi, untuk kepentingan kelompok politik tertentu. Anggaran dan birokrasi harus diabdikan untuk kepentingan publik.

Dokumen terkait