• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

5.2.3 Saran dalam Kaitan Praktis

Penelitian ini bersifat korelasional untuk mengetahui pengaruh tingkat ketergantungan pengguna media sosial: Instagram dan Path terhadap perilaku komunikasi mahasiswa FISIP USU angkatan 2016. Tidak adanya pengaruh yang signifikan dikarenakan para responden cenderung lebih aktif di dunia nyata. Begitu pula kondisi sosial secara psikologis yang hampir mayoritasnya dimiliki responden dalam penelitian ini. Dimana tingkat ketergantungan penggunaan media sosial begitu rendah sehingga akan semakin kecil untuk erpengaruh terhadp perilaku komunikasi responden.

Berdasarkan data yang didapat melalui kuisioner bahwa para responden tidak menganggap bahwa media sosial Instagram dan Path bukan satu-satunya cara untuk berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan tingkat ketergantungan yang rendah, para responden tidak mudah terpengaruh pada apa yang diberikan oleh media kepadanya. Individu membentuk pemahaman sendiri akan isi dan makna media dan mereka secara aktif memutuskan bagaimana menggunakan media sosial tersebut. Hal ini diharapkan kepada mahasiswa umumnya dapat dipertahankan serta memanfaatan media sosial untuk komunikasi online dalam memperkuat komunikasi dunia nyata tanpa harus tergantung pada media tersebut, karena fungsinya hanya melengkapi saja.

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai dasar menjelaskan berbagai fenomena-fenomena yang penting dalam bidang yang diteliti. Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir teori yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2004:39).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan yaitu sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi

Seseorang yang hidup dalam masyarakat sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari hubungan satu sama lain, baik terhadap sesama maupun lingkungan di sekitarnya. Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations). Komunikasi adalah hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung sejak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas. Namun ketika harus membujuk, mengemukakan pikiran dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan apa yang kita inginkan, barulah disadari bahwa komunikasi sebenarnya sesuatu yang begitu rumit.

Komunikasi merupakan efektifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lainnya, baik dalam kehidupan di rumah tangga, masyarakat, tempat pekerjaan, atau dimana saja manusia itu berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.

Salah satu persoalan dalam memberikan pengertian atau defenisi tentang komunikasi, yakni banyaknya defenisi yang dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik, matematika, ilmu elektronika dan lain sebagainya (Cangara, 2007:17). Jadi pengertian komunikasi tidak sesederhana yang kita lihat, sebab para pakar memberikan defenisi menurut pemahaman dan perspektif masing-masing

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu “comunis” yang artinya

membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin

communico”yang artinya membagi (Cangara, 2007:18). Sama maksudnya disini

adalah sama makna. Jika kita mengadakan komunikasi berarti kita mengadakan

“kesamaan” dalam hal ini yang dimaksud adalah kesamaan pengertian antara si penyampai informasi dan penerima informasi.

Sedangkan Harold Laswell dalam Effendy (2007:10) memberikan pengertian komunikasi melalui paradigma yang dikemukakannya dalam karyanya

The Structire and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ?”.

Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan (Effendy, 2007:10), yakni:

a) Komunikator (communicator, source, sender)

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang memberikan informasi kepada lawan bicaranya.

b) Pesan (message)

Pesan merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

c) Media (channel, media)

Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

d) Komunikan (communicant, receiver, recipient)

Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima pesan atau informasi dari komunikator.

e) Efek (effect, impact, influence)

Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan. Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Berdasarkan defenisi diatas dapat diketahui bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan melalui penggunaan simbol/lambang yang dapat menimbulkan efek berupa perubahan tingkah laku yang bisa dilakukan dengan menggunakan media tertentu.

Terdapat tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi

(audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan khalayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi (Bungin, 2009:57-58).

Effendy (2007:31) dalam bukunya “Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek”, menyatakan fungsi komunikasi adalah sebagai berikut :

a) Menginformasikan (to inform) yaitu memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide, atau pikiran, dan tingkah laku orang lain. Serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

b) Mendidik (to educate) yaitu sebagai sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan. c) Menghibur (to entertain) yaitu komunikasi berfungsi untuk menyampaikan

hiburan atau menghibur orang lain.

d) Mempengaruhi (to influence) yaitu fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.2 Komunikasi Massa

Seperti yang dikemukakan oleh Jay Back dan Frederick C. Whitney dalam bukunya Introduction to Mass Communication, dikatakan bahwa Mass Communications lebih menunjuk pada media mekanis yang digunakan dalam komunikasi massa yakni media massa. Sementara itu, mass communication (tanpa s) lebih menunjuk pada teori atau proses teoretik. Atau bisa dikatakan mass communication lebih menunjuk pada proses dalam komunikasi massa. Namun, komunikasi massa tidak akan bisa lepas dari proses dan peran media massanya. Jadi, keduanya saling mendukung satu sama lain. (Nurudin, 2013:5-6).

Joseph A. Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta media yang digunakan. Dia mengemukakan defenisinya dalam dua bagian yaitu: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio atau visual (Rakhmat, 2004:188).

Komunikasi massa (Mass Communication) dalam Mulyana (2005:75) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi massa memiliki ciri yaitu melibatkan banyak komunikator,

berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran inderawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera (Mulyana, 2005:71).

Menurut Rakhmat (2011:90) defenisi yang paling sederhana dari

komunikasi massa adalah yang dirumuskan Bitner, yaitu “Mass Communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people

(komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah besar orang). Berdasarkan defenisi tersebut, dapat diartikan

bahwa komunikasi massa merujuk pada “pesan”. Namun menurut Wiryanto

(2000:10), komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Komunikasi massa dapat didefenisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massa melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film (Cangara, 2007:36).

Banyak defenisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini jelas menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin, 2013:3-4).

Elizabeth Noelle-Neuman 1973 dalam Rakhmat (2011:92) menyebutkan empat tanda pokok dari komunikasi massa, yaitu:

a) Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis (teknologi media). Komunikasi massa mengharuskan adanya media massa dalam prosesnya, hal ini dikarenakan teknologi yang membuat komunikasi massa dapat terjadi. Dapat dibayangkan bahwa tidak mungkin seseorang

melakukan komunikasi massa tanpa bantuan media massa (teknologi), bahkan bila ia berteriak sekencang-kencangnya.

b) Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi. Dalam istilah komunikasi, reaksi khalayak yang dijadikan masukan untuk proses komunikasi berikutnya disebut umpan balik (feedback). Namun dalam sistem komunikasi massa, komunikator sukar menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan (khalayak luas dalam hal ini). Komunikasi bersifat irreversible, yang artinya ketika sudah terjadi tidak dapat diputar balik (diulang). Begitu juga halnya dengan komunikasi massa. Sebuah informasi yang telah disebarkan, tidak dapat diputar ulang seperti membuat air menjadi es, kemudian membuat es menjadi air kembali. Dalam komunikasi massa, publik atau khalayak hanya menjadi penerima informasi. Pada saat komunikasi massa dilakukan, khalayak tidak dapat langsung memberikan feedback untuk mempengaruhi pemberi informasi, dalam hal ini untuk aliran komunikasi sepenuhnya diatur oleh komunikator. Namun demikian, dalam komunikasi massa masih terdapat kemungkinan adanya siaran ulang, yaitu memutar ulang tayangan yang sama dalam televisi atau radio.

c) Bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim. Komunikasi dengan media massa memungkinkan komunikator untuk menyampaikan pesan kepada publik yang tidak terbatas jumlahnya, siapapun dan berapapun orangnya selama mereka memiliki alat penerima (media) siaran tersebut.

d) Mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Seperti dikemukakan sebelumnya, komunikasi massa tidak hanya ditujukan bagi sekolompok orang dikawasan tertentu, namun lebih kepada khalayak luas dimanapun mereka berada. Oleh karena itu, lewat media massa seseorang atau sekelompok orang dapat melakukan persuasi kepada banyak orang diberbagai tempat dengan efisien.

2.1.3 Teknologi Komunikasi

Teknologi komunikasi merupakan suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Teknologi komunikasi juga dapat membawa seorang individu melintasi batas ruang dan waktu serta mendapatkan informasi yang tidak didapat sebelumnya. Pengaruh teknologi terhadap perilaku manusia sudah sering dibicarakan. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi perilaku sosial. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sebagai akibat perubahan teknologi. Lingkungan teknologi yang meliputi sistem energi, sistem produksi, sistem distribusi, membentuk serangkaian perilaku sosial yang sesuai dengannya. Bersamaan dengan itu, tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi yang mempengaruhi suasana kejiwaan setiap anggota masyarakat. Dalam ilmu komunikasi, Marshall McLuhan menunjukkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media komunikasi (Rakhmat, 2011:45-46).

Seiring dengan perkembangan yang pesat dibidang teknologi komunikasi, pemahaman mengenai teknologi komunikasi banyak mendapat sorotan ahli komunikasi, salah satunya adalah Everett M. Rogers yang melihat bahwa teknologi komunikasi merupakan perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan melakukan saling tukar informasi dengan individu lain. Defenisi Rogers tersebut menunjukkan bahwa teknologi komunikasi mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, teknologi komunikasi berkaitan dengan perangkat keras atau alat. Kedua, teknologi komunikasi muncul dalam suatu struktur ekonomi, sosial dan politik tertentu. Ketiga, teknologi komunikasi membawa nilai-nilai tertentu dari struktur di atas. Keempat, teknologi komunikasi berhubungan dengan perangkat keras di bidang komunikasi. Sebagai sebuah perangkat, lebih lanjut dikatakan oleh Rogers, teknologi komunikasi mengondisikan penggunanya untuk melakukan demasifikasi dalam mengontrol pesan, menyesuaikan diri dengan standar teknis pemakaian teknologi komunikasi serta meningkatkan interaksi dengan individu lain tanpa mengenal hambatan jarak (Novi, 2005:291-292).

Berbeda dengan Rogers yang melihat teknologi komunikasi dari segi perangkat keras, Mc Omber (Abrar dalam Novi, 2005:292) mengaitkan teknologi komunikasi dengan kebudayaan melalui beberapa sudut pandang. Pertama, teknologi komunikasi dianggap sebagai faktor yang determinan dalam masyarakat, independen dan bisa menciptakan perubahan dalam masyarakat. Kedua, teknologi komunikasi sebagai produk industrialisasi yang diciptakan secara massal dalam jumlah yang sangat banyak. Ketiga, teknologi komunikasi melahirkan alat yang baru yang tidak semua orang bisa mengenalnya dengan baik dimana kekuatan saling mempengaruhi antara teknologi komunikasi sendiri dengan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat tidak dapat diprediksi secara tepat.

Perkembangan teknologi yang begitu cepatnya menimbulkan suatu era bernama digitalisasi, dimana nantinya menimbulkan konvergensi antar media. Kovergensi media adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan. Konvergensi adalah keadaan dimana semua elemen media baik yang menggunakan teknologi lama atau baru bersatu untuk menghasilkan produk baru yang terintegrasi. Konvergensi media yang dimaksud adalah sebuah telepon pintar yang di dalamnya terdapat internet lengkap dengan aplikasinya seperti media-media sosial, email, kemudian dilengkapi dengan telepon seluler, jaringan nirkabel, radio, kamera, video, dan lainnya yang tujuannya adalah memudahkan para pengguna teknologi sehingga dapat melakukan berbagai hal hanya dengan satu media komunikasi dan dapat dibawa kemana saja. Perkembangan teknologi yang memicu lahirnya media baru tidak serta merta menghapuskan atau mengganti media lama. Karena ada beberapa karakteristik media lama yang tidak bisa digantikan oleh media baru. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat dunia sekarang sudah memasuki sebuah tahapan ke dalam masyarakat informasi. Dalam masyarakat informasi, kebutuhan akan informasi menjadi kebutuhan yang sangat mutlak dimana informasi menjadi komoditas yang bernilai ekonomis dan bermakna strategis. Dengan pentingnya informasi maka masyarakat tak lagi menilai harga yang harus dibayarkan untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi komunikasi.

2.1.4 Media Baru (New Media)

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya. Hal ini ditandai dengan hadirnya media baru yang merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi komunikasi yang baru dan digital. Sebuah pengemasan pesan dengan jaringan komputer berbasis internet sebagai saluran distribusinya. Media baru memungkinkan akses tanpa batas, kapan saja, dimana saja dan dengan perangkat digital apapun. Perangkat yang mendukung untuk menyediakan fasilitas umpan balik secara langsung, berbagai partisipasi kreatif, dan terbentuknya berbagai komunitas yang mengiringi konten-konten media.

Hal yang paling mendasari munculnya media baru ini bukanlah karena bentuk kontennya yang berupa konten digital, melainkan siklus kedinamisan dari konten media baru dan hubungannya yang interaktif dengan pengguna. Siklus media baru yang dinamis ini, diibaratkan seperti berupa pergerakan, pernafasan, dan aliran dengan gairah yang berdetak di satu waktu (real time).

Kemunculan media baru turut memberikan andil akan perubahan pola komunikasi masyarakat. Media baru, dalam hal ini internet sedikit banyak mempengaruhi cara individu berkomunikasi dengan individu lainnya. Internet di kehidupan sekarang hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi. Internet berfungsi sebagai jaringan global untuk komunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia. Internet juga berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada batasan. Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja tetapi kini dapat mengaksesnya melalui smartphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh sejumlah provider handphone.

Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2011:43) ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan,

interaktivitasnya, kegunaannya yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan

sifatnya yang ada „di mana-mana‟ (decolatedness).

Flew dalam Ita (2015:43) memandang media baru sebagai produk budaya yang tidak terlepas dari kehidupan sosial masyarakat termasuk di dalamnya dampak yang ditimbulkan dalam penggunaannya. Media baru yang ada saat ini merupakan konvergensi dari berbagai media yang sudah ada sebelumnya. Terry Flew mendefenisikan media baru sebagai bentuk atau format isi media yang dikombinasi dan diintegrasikan dalam format digital dimana “form of media content that combines and intergrated data, text, sound and images of all kinds; are stored in digital format; and are increasingly distributed through networks”.

Defenisi lain menurut Editor dari buku Handbook of New Media, Lievrouw dan Livingstone, pada tahun 2006 mendefenisikan new media sebagai gabungan dari teknologi informasi dan komunikasi (Information Communication Technology) yang terkait dengan konteks sosial yang berhubungan menyatukan tiga elemen, yaitu: alat dan artefak teknologi; aktivitas, praktik dan penggunaan; serta susunan sosial dan organisasinya yang terbentuk di sekitar peralatan dan penggunaan; tatanan serta organisasi sosial yang terbentuk di sekitar alat dan praktik tersebut (McQuail, 2011:42-43). New Media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara private maupun secara publik.

Menurut Lister dalam Ita (2015:43), karakteristik media baru diantaranya: a) Bentuk pengalaman baru dalam teks, hiburan, kesenangan dan pola dari

konsumsi media;

b) Cara baru dalam merepresentasikan dunia seperti halnya interaktif media; c) Bentuk hubungan baru dari identitas maupun komunitas dalam berinteraksi

baik dalam waktu, ruang, dan tempat;

d) Bentuk konsepsi baru dari hubungan manusia secara biologis dengan teknologi media;

e) Pola baru dalam organisasi dan produksi, sebuah integrasi dalam media seperti budaya industri, ekonomi, akses informasi, kepemilikan, kontrol, dan undang-undang.

Media baru merujuk pada dunia metaforis di mana banyak bentuk komunikasi elektronik dipakai. Porsi terbanyak adalah menggunakan internet yaitu jaringan dari komputer yang berkembang pesat. Internet merubah komunikasi dengan sangat mendasar, termasuk melibatkan banyak interaktivitas antara komunikator dan pengguna (Severin dan Tankard, 2008:465).

Dalam media baru, semua orang dapat menyebarkan pesan kepada semua orang, baik bersifat umum maupun khusus, baik itu penting ataupun tidak penting. Media baru dalam penggunaan medianya, khalayak sangat aktif dalam pemanfaatan media termasuk dalam menyebarkan informasi yang sering kita kenal citizen journalism.

New media (media baru) memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update informasinya. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja, jika jaringan internet lancar dan cepat maka informasi yang disampaikan kepada pembacanya dengan cepat serta harus ada juga koneksi internet dimana pun berada bersama media baru (new media).

Terdapat lima kategori utama „media baru‟ yang sama-sama memiliki kesamaan saluran tertentu dan kurang lebih dibedakan berdasarkan jenis penggunaan, konten, dan konteks (McQuail, 2011:156-157) seperti berikut ini:

a) Media komunikasi antarpribadi (interpersonal communication media).

Meliputi telepon (yang semakin mobile) dan surat elektronik (terutama untuk pekerjaan, tetapi menjadi semakin personal). Secara umum, konten bersifat pribadi dan mudah dihapus dan hubungan yang tercipta dan dikuatkan lebih penting daripada informasi yang disampaikan.

b) Media permainan interaktif (interactive play media).

Media ini terutama berbasis komputer dan video game, ditambah peralatan realitas virtual. Inovasi utamanya terletak pada interaktivitas dan mungkin dominasi dari kepuasan „proses‟ atau „penggunaan‟.

c) Media pencarian informasi (information search media).

Ini adalah kategori yang luas tetapi internet/www merupakan contoh yang paling penting, dianggap sebagai perpustakaan dan sumber data yang ukuran, aktualitas, dan aksebilitasnya belum pernah ada sebelumnya. Posisi mesin pencari telah telah menjadi sangat penting sebagai alat bagi para pengguna sekaligus sebagai sumber pendapatan untuk Internet. Di samping Internet, telepon (mobile) juga semakin menjadi saluran penerimaan informasi, sebagaimana juga teleteks yang disiarkan dan layanan data radio.

d) Media partisipasi kolektif (collective participatory media).

Kategorinya khususnya meliputi penggunaan Internet untuk berbagi dan bertukar informasi,gagasan, dan pengalaman, serta untuk mengembangkan hubungan pribadi aktif (yang diperantarai komputer). Situs jejaring sosial termasuk di dalam kelompok ini.

e) Substitusi media penyiaran (substitution of broadcasting media).

Acuan utamanya adalah penggunaan media untuk menerima atau mengunduh konten yang dimasa lalu biasanya disiarkan atau disebarkan dengan metode lain yang serupa.

Perbedaan yang tampak antara media baru dan lama yang jelas mencuat adalah dari segi penggunaannya secara individual yang diungkapkan oleh McQuail (2011:157) yaitu sebagai berikut:

 Interaktivitas (interactivity): sebagaimana ditunjukkan oleh rasio respons

atau inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap „penawaran‟ sumber

Dokumen terkait