• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Saran dan Rekomendasi

1. Sebagai negara yang memiliki kekayaan sumberdaya mineral, Indonesia perlu melakukan benchmarking dengan negara-negara yang telah berhasil mengelola sumberdaya mineral misalnya Norwegia, Australia dan Canada untuk menghindari terulangnya kasus tambang timah selama 180 tahun di Dabo Singkep yang akhirnya menjadi ghost town setelah pertambangan berakhir.

2. Perlu dirumuskannya paradigma baru kebijakan pertambangan di tingkat nasional

(nasional policy) yakni tafsir pembangunan berkelanjutan sektor pertambangan

sebagai bentuk transformasi pertambangan ke sektor lainnya mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan secara terintegrasi sebelum tambang beroperasi, pada masa operasi dan pasca tambang. Hal ini perlu dilakukan mengingat sektor pertambangan tidak dapat berdiri sendiri, perlu sinergi dan sinkronisasi dengan Undang-Undang Perencanaan Pembangunan Nasional (RPJMN), UU/32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU/33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta Undang-Undang lainnya.

3. Negara sebagai pemilik sumberdaya alam perlu mempertimbangkan kepemilikan saham (golden share) tanpa menyertakan modal dalam pengelolaan sumberdaya alam sesuai dengan amanat UUD 45 pasal 3 “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Nilai ekonomi sumberdaya yang memiliki posisi strategis didalam struktur alokasi dan distribusi sumberdaya memiliki rent lokasi (locational rent) sedangkan Ricardian rent adalah rente sumberdaya berdasarkan kekayaan dan kesusuaian sumberdaya yang dimiliki untuk berbagai penggunaan aktifitas ekonomi, rente tidak lain adalah residual setelah seluruh biaya dibayarkan dan biasanya diterima oleh pemilik sumber daya.

4. Perlu dirumuskan grand strategy dan peta jalan (road map) yang merupakan exit

strategy pengelolaan pertambangan di Sumbawa Barat yang mengarah pada

transformasi perubahan struktur ekonomi untuk mengantisipasi habisnya pertambangan yang bersifat tidak terbarukan (unrenewable resources) dengan kendala masa operasi tambang yang pendek dan cadangan yang terus menipis ke sumberdaya lokal terbarukan (renewable resources).

5. Sebagai konsekuensi dari butir 2 di atas perlu dilakukan revisi terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Sumbawa Barat 2010-2015 dengan rumusan program secara terarah, sistematis, terukur dan terencana dalam instrumen kebijakan perencanaan APBD tahunan Sumbawa Barat.

6. Arah transformasi revisi RPJMD Sumbawa Barat adalah perubahan struktur ekonomi yang saat ini didominasi oleh pertambangan ke sektor pertanian dalam arti luas serta didukung oleh peningkatan penganggaran pada sektor tersebut dalam APBD sebagai instrumen kebijakan utama penganggaran. Menurut hasil temuan penelitian, hal ini perlu dilakukan mengingat penganggaran Kabupaten Sumbawa Barat untuk sektor pertanian relatif rendah dibandingkan dengan 34 Kab/Kota di tiga Propinsi Bali, NTB dan NTT.

7. Salah satu syarat keberhasilan transformasi adalah meningkatkan kapasitas dan kemampuan fiskal Kabupaten Sumbawa Barat yang secara relatif lebih rendah dibandingkan 34 Kab/Kota di tiga Propinsi Bali, NTB dan NTT. Hal strategis yang perlu diperjuangkan dan dipertimbangan oleh pemerintah pusat maupun pemangku kepentingan lainnya terhadap Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten penghasil adalah perlunya kepemilikian saham tanpa menyertakan modal (golden share) yang wajar.

8. Perlu dirumuskannya Peraturan Pemerintah yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk perumusan Peraturan Daerah baik di Sumbawa Barat maupun daerah lainnya tentang peningkatan nilai tambah sektor pertambangan yang memprioritaskan penggunaan sumberdaya lokal secara optimal untuk aspek tenaga kerja, potensi sumberdaya lokal daerah setempat, kemitraan dengan pengusaha lokal serta keterlibatan perusahaan jasa pertambangan lokal/atau nasional dalam konsultasi dan perencanaan.

9. Para pihak (stakeholder) yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah, korporat dan masyarakat madani (civil society) perlu duduk bersama untuk mendorong keterbukaan, transparansi dan partisipasi dalam merumuskan kebijakan pembangunan pasca tambang menjadi sebuah diskursus terbuka. Upaya ini diharapkan dapat mempersiapkan kebijakan pembangunan daerah pasca tambang, kebijakan CSR dan program pemberdayaan masyarakat perusahaan serta perbaikan perencanaan dokumen tutup tambang PTNNT sehingga hasil-hasil pertambangan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat pada masa operasi maupun pasca tambang.

10. Melakukan sosialisasi hasil penelitian pada pengguna (user) didaerah yakni pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, DPRD KSB, PTNNT dan departeman energi dan sumberdaya mineral.

11. Apabila pemerintah pusat dan daerah belum siap secara institusional, perut bumi adalah tempat yang paling aman menyimpan sumberdaya mineral, minyak dan gas (Stiglizt, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Auty, R, 1993. Sustaining Development in Mineral Economic : The Resource Curse Thesis. London. Routledge

Anwar, A. 2001. Kerangka Ekonomi Fundamental Dalam Menghadapi Masalah Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bahan kuliah mata kuliah ekonomi sumberdaya alam Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Anwar, A. 2001. Dampak Kelembagaan Hak-Hak Akses dan Penguasaan Sumberdaya Kepada Pengelolaannya (Property Right Institution In Resources Management). Bahan Kuliah Eknomi Sumberdaya Alam – PPs PWD IPB. Tidak dipublikasikan.

Anwar, A. 1999. Desentralisasi Spasial Melalui Pembangunan Agropolitan, dengan Mereplikasi Kota-Kota Menengah Kecil di Wilayah Pedesaan. Makalah Lokakarya Pendayaan Sumberdaya Pembangunan Wilayah di Prop. Riau. Tgl. 7-8 Oktober 1999. Tidak dipublikasikan.

Agenda 21 Sektoral. 2000. Buku 1. Seri Panduan Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Membuat Pembangunan Berlanjut. Upaya Mencapai Kehidupan yang Makin Berkualitas. Proyek Agenda 21 Sektoral. Kerjasama Kantor Menteri Lingkungan Hidup dengan UNDP. Jakarta

Agenda 21 Sektoral. 2000. Buku 2. Seri Panduan Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Upaya Mencapai Kehidupan yang Makin Berkualitas. Proyek Agenda 21 Sektoral. Kerjasama Kantor Menteri Lingkungan Hidup dengan UNDP. Jakarta

Agenda 21 Sektoral. 2000. Buku 3. Seri Panduan Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Indikator Pembangunan Berkelanjutan. Upaya Mencapai Kehidupan yang Makin Berkualitas. Proyek Agenda 21 Sektoral. Kerjasama Kantor Menteri Lingkungan Hidup dengan UNDP. Jakarta

Agenda 21 Sektoral. 2001. Agenda Pertambangan Untuk Pengembangan Kualitas Hidup Secara Berkelanjutan. Kerjasama UNDP dan Kantor MENLH. Jakarta

Amin, A.B. Azahari, H.L. Suhendra, D.I. Hutapea, H. Simanjuntak, T. Daud, H. Suharyono, Suyartono, 2003. Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan (Hulu- Hilir dan Pengembangan Wilayah/Masyarakat) dalam Suryanto (editor). Good Mining Practice. Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar. Studi Nusa Semarang. Semarang, p. 202-224

BPS, 2006. PDRB 33 Propinsi dan Kab/Kota se-Indonesia 2000-2006. BPS. Jakarta. 2006

Bachriadi, D. 1998. Merana Ditengah Kelimpahan. Jakarta. ELSAM

Borg, W.R., and M.D. Gall. 1989. Educational Research: An introduction. New York: Longman.

Conrad JM, Clark C.W. 1999. Natural Resource Economics. Cambrige University Press. Canbridge.UK.

Fraenkel, J.R., and E.W. Norman. 1996. How to Design and Evaluate Research in

Education. New York. McGraw - Hill,Inc.

Gunawan, I. 1994. A Methodological Approach to Sustainable Resources in Indonesia: Integrating Geografic Information Systems, Mathematical Modeling, and Expert Systems. Dsertasi. Departement of Geography. Texas. A&M University

Humpreys, M. Sach, J.D dan Stiglitz, J.E. 2007. Apakah Masalah Kekayaan Sumberdaya Alam?, dalam Humpreys (editors): Escaping The Resource Curse. Columbia University Press. Columbia. p. 1-24

Humpreys, M and Sandhu, ME. 2007. Ekonomi Politik Dana Sumberdaya Alam (editors): Escaping The Resource Curse. Columbia University Press. Columbia. p. 224- 272

Hadi, P. S. 2001. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Henderson, K.A. 1991. Dimensions of Choice : A Qualitative Approach to Recreation,

Parks, and Leisure Research. PA: Venture Publishing, Inc.

Indonesian Mining Assosiation (IMA). 2006. 30 tahun IMA Dedikasi Industri Pertambangan Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. IMA. Jakarta.

Institute of Development Studies. 2006. Understanding policy processes. A review of IDS research on the environment. University of Sussex. Bringhton. UK.

Indahsari, K. 2001. Penentuan Prioritas Pembangunan Berdasarkan Tingkat Perkembangan Kecamatan dan Potensi Wilayah. Tesis tidak dipublikasikan. 8 Februari 2001. IPB

Karl, T.R. 2007. Memberi Jaminan Keadilan (dasar pemikiran bagi sebuah kontrak sosial fiskal yang transparan) dalam Humpreys (editors). Escaping The Resource Curse. Columbia University Press. Columbia. p. 298-334

Kontrak Karya Antara Pemerintah Republik Indonesia dan PT. Newmont Nusa Tenggara, 1986. Jakarta

Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Envirinment and Development). 1988. Hari Depan Kita Bersama (Our Common Future). Gramedia. Jakarta

Krippendorff, K. 1980. Content Analysis : an introduction to its methodology. Beverly Hills: Sage Publications.

Laporan Pengembangan Masyarakat (Community Development) PT. Newmont Nusa Tenggara, 2005. Benete. Sumbawa Barat.

LPEM UI. 2006. Dampak Ekonomi dan Sosial PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) Bagi Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Sumbawa Barat. LPEM UI. Jakarta

Malanuang, L. 2002. Analisis Dampak Ekonomi dan Sosial Tambang Emas dan Tembaga Bagi Masyarakat Komunal dan Pembangunan Wilayah Propinsi NTB (Studi Kasus Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara). Tesis tidak dipublikasikan. 30 Oktober 2002. IPB

Munasinghe, M. 1993. The Economist’s Approach ti Sustainable Development bab dari Making Development Sustainable: From Concepts to Action. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. Washingto D.C. USA.

Margo, Y. 2005. Model Transformasi Struktur Ekonomi Wilayah dari Berbasis Sektor Pertambangan ke Sektor Pertanian (tesis tidak dipublikasikan). Mei 2005. IPB Nazara, S. 2005. Analisis Input Output. Lembaga Penerbitan LPEM UI. Jakarta

Riffe, D., S. Lacy, and F.G. Fico. 1998. Analyzing Media Messages: Using Quantitative

Content Analysis in Research. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.

Rosylin, Leni. 2008. Kebijakan Pembangunan Daerah dan Potensi Aplikasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Studi Kasus Kebijakan Kehutanan di Kabupaten Pelalawan). Tesis IPB. 2008. Tidak dipublikasikan.

Saefulhakim, S (2009). Model dan Instrumen Pemetaan Potensi Ekonomi Daerah. Modul Pelatihan Ditjen Bina Bangda Depdagri (tidak dipublikasikan). Agustus 2009. Jakarta.

Saefulhakim, S (2000). Modul Praktikum Pemodelan (tidak dipublikasikan). Juni 2000. IPB

Sembiring, SF (2009). Jalan Baru untuk Tambang: Mengalirkan Berkah Bagi Anak Bangsa. Elex Media Komputindo. Jakarta. P.197

Saleng, A. 2004. Hukum Pertambangan. UII Press. Yogyakarta

Seragaldin, I. 1993. Making Development Sustainable bab dari Making Development : From Concepts to Action. The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank. Washington D.C. USA

Seragaldin, I dan Steer, A. 1993. Epilog: Expanding the Capital Stok bab dari Making Development Sustainable: From Concepts to Action. The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank. Wasington D.C. USA. Stiglitz, E.J. 2007. Seperti Apa Peranan Negara? dalam Humpreys (editor). Escaping The

Resource Curse. Columbia University Press. Columbia. p. 27-61 Salim, E. 1990. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta.

Sutton, R. 1999. The Policy Process : an Overview. Working Paper 118. Overseas

Development Institute. Portland House House Stag Place, Chameleon Press

Ltd, London SW1E 5DP.

Sunarto, A. 2007. Analisis Keterkaitan Antara Pola Penganggaran Dengan Kinerja Pembangunan di Wilayah Jawa Bagian Barat. (tesis tidak dipublikasikan). Maret 2007. IPB

Sigit, S. 1996. Pidato Pemberian Gelar “doctor honoris causa” dari ITB kepada Drs. Sutaryo Sigit. 9 Maret 1996. ITB. Bandung.

Sigit, S. 2004. Sepenggal Sejarah Perkembangan Pertambangan Indonesia (Kumpulan Tulisan S. Sigit 1967-2004). Yayasan Minergy Informasi Indonesia. Jakarta. Steer, A dan Ltuz, E 1993. Measuring Environmentally Sustainable development bab dari

Making Development Sustainable: From Concepts to Action. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. Wasington D.C. USA.

Suparmoko, M. 1994. Penghitungan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Konsep, Metode dan Aplikasinya. Jurnal Ekonomi Lingkungan edisi kelima. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Saefulhakim, S. 2005. Materi Studio Penataan Ruang dan Pengembangan Kawasan. Bogor. Fakultas Pertanian. IPB. (tidak dipublikasikan)

Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, edisi ke 6. (alih bahasa oleh Drs. Haris Munandar, M.A). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Tietenberg, T. 2000. Environmental and Natural Resources Economics. 5th ed. Addison- Wesley.

Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. 1967. Jakarta

Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. 1967. Jakarta

Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (PKPD). Jakarta.

Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Jakarta

Pearce. D. 1993. Blueprint 3. CSERGE. Sustainable Economic Development is Continuosly Rising, or at least non-declining, Consumption per Capita, or GNP, or Whatever the Agreed indicator of Development is. London. Earthscan Publications.

Pearce, D and Barbier, E. 2000. Sustainable Development: Economics and Environment in the Third World, Earthscan Publications Ltd.

Wibowo, RS. 2005. Studi awal Transparansi Ekonomi Ekstraktif di Indonesia. Transparancy International Indonesia. Jakarta. (makalah tidak dipublikasikan) Wanmali, S. 1992. Rural infrastructure, The Settlement System, and Development of The

Regional Economy in Southern India. International Food Policy Research Institute.