• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. PENUTUP

5.2. Saran

Peran daerah akan meningkat jika posisi “kepemilikan” daerah terhadap program juga dapat diatur lebih proporsional. Namun demikian,perlu juga diingat bahwa kemampuan daerah untuk berkontribusi dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, seperti ditunjukkan selama ini, juga kurang memadai. Terlepas dari dugaan bahwa daerah tidak mampu mengalokasikan dananya secara bijak, dengan begitu banyaknya daerah yang kesulitan mendukung pendanaan PNPM Mandiri, maka hal ini perlu dikaji secara lebih cermat.

Hibah, termasuk dari CSR merupakan sumber pendanaan yang potensial. Namun mengingat mekanisme yang ada masih belum memadai, potensi tersebut belum termanfaatkan. Untuk itu, rencana Indonesia Trust Fund, yang telah diwacanakan perlu secara serius dipersiapkan dan direalisasikan. Hal ini tidak saja akan mendorong kemandirian masyarakat, namun juga negara Republik Indonesia.

LAMPIRAN 1. PNPM Mandiri Perdesaan

Mekanisme Pendanaan Masing-masing Program secara Teknis A. PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.

Sumber dan Ketentuan Alokasi Dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan 1. Sumber dana berasal dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) c. Swadaya masyarakat.

d. Partisipasi dunia usaha. 2. Kriteria Alokasi

Alokasi dana BLM per kecamatan ditetapkan oleh Pemerintah dengan mempertimbangkan jumlah dan distribusi penduduk serta jumlah orang miskin.

3. Mekanisme Pencairan Dana

Mekanisme pencairan dana BLM dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) atau Kas Daerah ke rekening kolektif bantuan PNPM (BPNPM) yang dikelola oleh UPK diatur sebagai berikut:

a. Pencairan dana yang berasal dari pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Depkeu, b. Pencairan dana yang berasal dari Pemerintah Daerah, dilakukan melalui

mekanisme APBD sesuai aturan yang berlaku di daerah

c. Pengajuan pencairan dana BLM ke KPPN diatur dalam peraturan Dirjen PMD, Depdagri

d. Penerbitan SPP harus dilampiri dengan berita acara hasil pemeriksaan terhadap kesiapan lapangan yang dilakukan fasilitator kecamatan.

e. Dana yang berasal dari APBD harus dicairkan terlebih dahulu ke masyarakat, selanjutnya diikuti dengan pencairan dana yang berasal dari APBN

f. Besaran dana BLM dari APBD yang dicairkan ke masyarakat harus utuh tidak termasuk pajak, retribusi atau biaya lainnya

Mekanisme Penyaluran Dana

Penyaluran dana adalah proses penyaluran dari rekening kolektif BLM yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa. Mekanisme penyaluran dana sebagai berikut:

a. Pembuatan surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) antara UPK dengan TPK

b. TPK menyiapkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan (gambar desain,RAB, dan lampirannya)

c. Untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan Laporan Penggunaan Dana (LPD) sebelumnya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah

Dana Operasional UPK dan Pelaksana di Desa

Kebutuhan biaya operasional kegiatan TPK/desa dan UPK bertumpu pada swadaya masyarakat. Namun untuk menumbuhkan keswadayaan tersebut diberikan bantuan stimulan dana dari PNPM Mandiri Perdesaan. Dana operasional UPK sebesar maksimal dua persen (2 persen) dari dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan yang dialokasikan di Kecamatan tersebut. Dana operasional TPK/ desa maksimal tiga persen (3 persen) dari dana PNPM Mandiri Perdesaan yang dialokasikan sesuai hasil Musyawarah Antar Desa Penetapan Kegiatan menurut Surat Penetapan Camat (SPC) untuk desa yang bersangkutan.

Lampiran 2. PNPM Mandiri Perkotaan

B. PNPM Mandiri Perkotaan

Penerima Manfaat Dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan

Penerima manfaat langsung dari dana BLM yang disediakan melalui PNPM Mandiri Perkotaan adalah keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta ditetapkan bersama oleh masyarakat kelurahan, melalui proses musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya berorientasi IPMMDGs. Komponen Program PNPM Mandiri Perkotaan pada dasarnya memberikan bantuan kepada dua kelompok sasaran utama; masyarakat dan pemerintah daerah termasuk pemangku kepentingan daerah sebagai berikut.

Untuk Masyarakat

Bantuan untuk masyarakat diwujudkan dalam bentuk bantuan pendampingan dan bantuan stimulan dana BLM.

a. Bantuan Pendampingan

Bantuan pendampingan ini diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-masing.

b. Bantuan Dana

Bantuan dana diberikan dalam bentuk Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat). BLM ini bersifat stimulan dan sengaja disediakan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dan berlatih dengan mencoba melaksanakan sebagian rencana kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah ditetapkan pada PJM dan Renta Pronangkis. Makna dana BLM bersifat stimulan bagi masyarakat untuk mencoba melaksanakan apa yang sudah masyarakat rencanakan melalui Renta dan PJM Pronangkis dengan lebih memprioritaskan kepentingan bersama dan keberpihakan pada masyarakat miskin. Untuk itu penggunaan dana BLM lebih diprioritaskan pada kegiatan-kegiatan kolektif dan menyentuh langsung masyarakat miskin.

Besarnya dana BLM tiap kelurahan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di kelurahan lokasi PNPM Mandiri Perkotaan, seperti pada Tabel sebagai berikut di bawah ini. Dana BLM ini adalah dana publik yang disalurkan sebagai wakaf tunai kepada seluruh warga kelurahan dengan peruntukannya diprioritaskan kepada warga miskin. Nilai alokasi dana BLM tiap kelurahan harus

diinformasikan secara luas dan transparan kepada semua warga kelurahan, termasuk kontribusi dana BLM dari Pemda setempat ataupun dana-dana lain yang dikelola BKM/LKM.

Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan

Persyaratan Penyaluran dan Pencairan BLM Dana BLM disalurkan Langsung Kepada LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat), secara bertahap:

Katagori Lokasi

Katagori Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa

(jiwa)

<3000 3000-10000 >10000

Untuk Wilayah Jawa-Bali :

Lokasi yang belum menyelesaikan 3 kali putaran BLM dengan KK Miskin >10% dan Lokasi yang telah melaksanakan 3 kali putaran BLM dengan %-tase miskin masih > 25%

125 jt 200 jt 300 jt

Lokasi yang belum menyelesaikan 3 kali putaran BLM dengan %-tase KK miskin <10%

Jumlah kk miskin < 50 kk, BLM = 50 jt Jumlah kk miskin ≥ 50 kk, BLM = 100 jt Lokasi yang telah menyelesaikan 3 kali

putaran BLM dengan %-tase miskin < 25% (BLM Koordinasi)

50 Juta/Kelurahan

Katagori Lokasi

Katagori Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa

(jiwa)

<1500 1500-7500 >7500

Untuk Wilayah Luar Jawa-Bali :

Lokasi yang belum menyelesaikan 3 kali putaran BLM dengan KK Miskin >10% dan Lokasi yang telah melaksanakan 3 kali putaran BLM dengan %-tase miskin masih > 25%

125 jt 200 jt 300 jt

Lokasi yang belum menyelesaikan 3 kali putaran BLM dengan %-tase KK miskin <10%

Jumlah kk miskin < 50 kk, BLM = 50 jt Jumlah kk miskin ≥ 50 kk, BLM = 100 jt Lokasi yang telah menyelesaikan 3 kali

putaran BLM dengan %-tase miskin < 25% (BLM Koordinasi)

PNPM Mandiri Perkotaan melarang dana BLM dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku.

Secara umum beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai dengan dana BLM, adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll);

2. Kegiatan militer atau semi-militer (pembelian senjata dan sejenisnya); 3. Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga bank; 4. Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau

garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan maupun pihak ketiga lainnya;

5. Pembebasan lahan;

6. Pembangunan rumah ibadah;

7. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor LKM;

8. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal dan lain-lain yang dilarang dalam safeguard;

9. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tatasusila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai universal.18

3). Dana Pinjaman Bergulir

LKM yang akan menerapkan DPB (Dana Pinjaman Bergulir) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Untuk Kelurahan/Desa lama

(yang telah menjalankan P2KP) Maksimum 20 persen BLM dapat dialokasikan untuk DPB bila kinerja pinjaman bergulir mencapai kriteria memuaskan (pinjaman beresiko <10 persen, ratio pendapatan biaya> 125 persen, hasil investasi >10 persen) dan bersedia melakukan perbaikan kelembagaan dengan membentuk dewan pengawas keuangan yang akan diatur lebih lanjut dalam pedoman operasional teknik. (Lihat Tabel 3.4. Kriteria Kinerja Pinjaman Bergulir)

2. Untuk Kelurahan/Desa baru

Apabila masyarakat telah menyepakati dan menetapkan sebagian dana BLM dialokasikan untuk kegiatan DPB sesuai ketentuan PNPM Mandiri, maka pengelolaannya harus dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman bergulir yang berorientasi pada masyarakat miskin. Artinya tidak semata-mata berorientasi pada pemupukan dana, namun juga harus mempertimbangkan aspek pelayanan dan kemanfaatannya bagi masyarakat miskin.

Sejalan dengan prioritas pada kegiatan dan kemanfaatan kolektif , maksimum dana BLM yang dapat dialokasikan untuk DPB sebesar 30 persen dari total pagu BLM.

Penyempurnaan tata cara dan kelembagaan dengan membentuk dewan pengawas keuangan yang akan diatur lebih lanjut dalam pedoman operasional teknik.

Ketentuan dan/atau perubahan ketentuan mengenai hal ini akan ditetapkan oleh PMU P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan Tingkat Pusat.

19 Kriteria Kinerja Pinjaman Bergulir

Prinsip dasar capaian kinerja dana pinjaman bergulir adalah sebagai hasil upaya dan kinerja pengelola maupun kemanfaatan penerima dana bergulir, khususnya masyarakat.

Capaian kinerja dana pinjaman bergulir yang disebabkan faktor-faktor penyimpangan nilai-nilai luhur yang melandasi keberadaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah tidak dibenarkan sama sekali.

Lampiran 3. PNPM PISEW

C. PNPM PISEW

Pendanaan Program PNPM-PISEW dirinci atas beberapa kelompok pembahasan, yaitu : (1) Sumber Dana, (2) Pemanfaatan Dana, dan (3) Pencairan Dana.

Sumber Dana

Sumber dana PNPM-PISEW berasal dari pemerintah (Pinjaman Luar Negeri, Rupiah Murni APBN, dan Rupiah Murni APBD), dan masyarakat (swasta dan swadaya masyarakat). Dana pelaksanaan konstruksi fisik PISEW bersumber dari APBN yang merupakan pinjaman luar negeri – JICA dengan Loan No. IP-543. Sedangkan dana pendukung program PISEW bersumber dari APBN rupiah murni dan APBD Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten. Selain bersumber dari pemerintah, juga dimungkinkan adanya dana yang bersumber dari pihak swasta maupun swadaya masyarakat, dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya.

Pemanfaatan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah sebagai berikut:

1. Anggaran Program PISEW untuk masing-masing daerah disalurkan melalui dokumen DIPA Departemen PU dengan mekanisme Tugas Pembantuan. DIPA masing-masing kabupaten memuat jumlah bantuan dan nama-nama kecamatan serta Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) penerima bantuan.

2. Dokumen DIPA diterbitkan oleh Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Keuangan berdasarkan usulan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga.

3. Setelah diterbitkan DIPA, Satker Kabupaten menyusun Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang berisi:

a) Rincian Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) sesuai DIPA.

b) Petunjuk khusus (merupakan lampiran dari POK) yang harus ditaati oleh PPK PNPM-PISEW yang mengacu pada Pedoman Umum, Panduan Pelaksanaan dan Panduan Teknis.

4. Anggaran Program PNPM-PISEW harus tercatat didalam APBD Kabupaten.

Sebagai komitmen untuk pelaksanaan Program PISEW, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diwajibkan mengalokasikan dana APBD sebagai dukungan operasional penyediaan dana Bantuan Operasional Proyek (BOP) atau dana Pembinaan dan Administrasi Proyek (PAP) untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, sesuai dengan

kegiatan-kegiatan pelaksanaan program di provinsi dan kabupaten termasuk kecamatan dalam Jadual/ Rencana Kegiatan PNPM – PISEW Tahun 2010.

Mengacu pada UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, serta PP 104 tentang Dana Perimbangan, tidak dimungkinkan mengalokasikan APBN dalam DIPA Daerah untuk alokasi PAP, sehingga dana PAPhanya akan bersumber dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.

Secara umum pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan dana PAP dalam PNPM–PISEW dimaksudkan untuk mengoptimalkan kinerja Tim Koordinasi Provinsi dan Tim Koordinasi Kabupaten maupun aparatur Kecamatan dalam pembinaan pengelolaan dan administrasi Program PISEW di daerah. Kegiatan koordinasi ini dititikberatkan pada koordinasi antar instansi di lingkungan Tim Koordinasi, penyusunan dan review RENSTRA Kecamatan, serta pembinaan monitoring dan pengawasan pelaksanaan Program PISEW di lapangan.

Pemanfaatan Dana

Dana Pinjaman Luar Negeri dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur dasar, bantuan teknis pendampingan, dan bantuan permodalan pengembangan Dana Bergulir Masyarakat (DBM) dalam skala percontohan di tingkat kabupaten.

A. Bantuan pembiayaan pembangunan infrastruktur dasar Dana BLM untuk pembangunan infrastruktur diberikan di lokasi Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) maupun di tiap-tiap kecamatan dengan perincian sebagai berikut:

1. Kawasan Strategis Kabupaten mendapatkan alokasi dana sebesar Rp. 2,0 miliar per tahun per KSK selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

2. Kecamatan mendapatkan alokasi dana sebesar Rp. 1,5 miliar per tahun per kecamatan selama 3 (tiga) tahun anggaran berturut-turut.

B. Bantuan Teknis Pendampingan

Bantuan teknis pendampingan konsultan akan ditempatkan di pusat dan di daerah sebagai bagian dari bantuan teknis Pusat kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat, dan akan ditempatkan di berbagai tingkatan Pemerintahan yaitu di kecamatan, kabupaten, dan provinsi.

C. Bantuan Pilot Proyek Dana Bergulir Masyarakat (DBM)

Diberikan dalam bentuk kegiatan kajian dan persiapan, bantuan pendampingan fasilitator dana bergulir masyarakat, dan bantuan permodalan Rp. 300 juta per tahun selama 2 (dua) tahun untuk 1 (satu) kecamatan percontohan terpilih di setiap kabupaten. Realisasi bantuan langsung kredit mikro kepada masyarakat

melalui LPDBM/ LPKM direncanakan akan mulai disalurkan pada tahun 2011 dan 2012.

Dana Rupiah Murni (APBN dan APBD) A. APBN

Dana rupiah murni dari APBN digunakan untuk pembiayaan kegiatan pembinaaan dan administrasi PISEW Pemerintah Pusat melalui dokumen anggaran pada masing-masing departemen.

B. APBD

Dana rupiah murni dari APBD digunakan untuk pembiayaan kegiatan pembinaaan dan administrasi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten. Dana rupiah murni APBD di alokasikan dalam bentuk :

i. Dana PAP (Pembinaan dan Administrasi Proyek) Provinsi Dimaksudkan untuk mengoptimalkan kinerja Tim Koordinasi Provinsi dalam pembinaan, pengelolaan dan administrasi program PNPMPISEW di tingkat provinsi dengan kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

o Kegiatan Monitoring

o Kegiatan monitoring bertujuan untuk melakukan pemantauan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan PNPM PISEW di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.

o Kegiatan Koordinasi

o Kegiatan koordinasi melalui rapat – rapat atau pertemuan, merupakan tindak lanjut dari kegiatan monitoring untuk pembahasan hasil monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa serta rencana kerja tindaklanjut untuk penyelesaian permasalahan

o Kegiatan Review Rencana Tahunan Program PSE Provinsi dan Penetapan Kegiatan PSE Tahun 2010/ 2011.

o Kegiatan Promosi PSE (KSK) di provinsi

ii. Dana PAP (Pembinaan dan Administrasi Proyek) Kabupaten dimaksudkan untuk:

Mengoptimalkan kinerja Tim Koordinasi Kabupaten maupun aparatur kecamatan dalam pembinaan pengelolaan dan administrasi program PNPM-PISEW di daerah. Kegiatan koordinasi ini dititikberatkan pada koordinasi antar instansi di lingkungan Tim Koordinasi, penyusunandan review Renstra kecamatan serta pembinaan monitoring dan pengawasan pelaksanaan program PNPM-PISEW di lapangan. Selain itu juga untuk membiayai honor Fasilitator Desa (FD). Dana PAP untuk kegiatan ini dialokasikan pada SKPD di Bappeda. Dana Operasional PPK PISEW Satker Kabupaten ditentukan sebesar 5 persen

dari total dana BLM yang diterima kabupaten yang bersangkutan. Dana PAP untuk kegiatan ini dialokasikan pada SKPD Dinas PU Bidang Cipta Karya sebagai Atasan Langsung Satuan Kerja Kabupaten.

iii. Activity Sharing

Activity Sharing adalah kegiatan pembangunan infrastruktur yang di danai dari APBD atau sumber lain yang lokasinya diintegrasikan dengan lokasi PNPM-PISEW. Nilai activity sharing ini ditentukan sebesar minimal 13% dari total dana BLM yang diterima kabupaten diutamakan berada dalam wilayah KSK (Kawasan Strategis Kabupaten) dan sebagiannya berada dalam wilayah PIK (Program Investasi Kecamatan). Nilai Activity Sharing adalah merupakan kegiatan-kegiatan oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang telah disepakati melalui Memorandum Program Koordinatif (MPK) yang telah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara pihak Eksekutif dan Legislatif yang disaksikan oleh perwakilan masyarakat melalui Forum Konsultasi ke 3.

C. Swadaya Masyarakat

Program PNPM-PISEW mendorong tumbuhnya inisiatif dan kontribusi masyarakat serta peran swasta dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah setempat.

Pencairan Dana

Dana dari pinjaman Luar Negeri - JICA 100 persen digunakan untuk pelaksanaan konstruksi fisik dan bantuan teknis (Konsultan Pusat dan Daerah) yang alokasinya dituangkan dalam DIPA.

Pencairan dana pelaksanaan konstruksi dilakukan dengan cara transfer langsung dari bank pelaksana ke rekening Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD).

Tata cara pencairan dana Program PISEW dengan cara Pelaksanaan Langsung, pengaturannya dilakukan sebagai berikut:

1) PPK PISEW PISEW menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Pekerjaan (SP3) dengan Ketua LKD, dengan nilai pekerjaan maksimal sebesar Rp 50,0 juta tanpa PPN.

2) Ketua bersama dengan Bendahara LKD membuka rekening bank di bank pemerintah.

3) Setelah penandatanganan Dokumen SP3, Ketua LKD mengajukan permintaan pembayaran kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Satker melalui PPK PISEW dengan tata-cara sebagai berikut :

A. SPP-LS Tahap I sebesar 30 persen dari nilai SP3, tanpa harus ada jaminan/bank garansi, yang tembusannya disampaikan ke Bagian Keuangan Sekretariat Pemerintah Daerah Kabupaten, dengan dilampiri:

2. Surat Rekomendasi Camat

3. Rencana Jadwal Kerja dan Rencana Penggunaan Dana 4. Berita Acara Pembayaran/Penarikan Dana (BAPPD) 5. Kuitansi Pembayaran tanpa materai.

B. SPP-LS Tahap II dan III, masing-masing sebesar 30 persen dari nilai SP3 dapat diajukan setelah prestasi pekerjaan mencapai 40 persen dan 80 persen, dan dilampiri dengan: (1). Berita Acara Pembayaran/Penarikan Dana; (2) Berita Acara Prestasi Pekerjaan; (3) Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan; dan (4) Kuitansi Pembayaran tanpa materai.

C. SPP-LS Tahap IV sebesar 10 persen dari nilai SP3 dapat diajukan setelah prestasi pekerjaan mencapai 100 persen dengan dilampiri: 1. Berita Acara Pembayaran/Penarikan Dana

2. Berita Acara Prestasi Pekerjaan

3. Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan 4. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan 5. Kuitansi Pembayaran tanpa materai.

4) Setelah meneliti berkas SPP-LS yang diajukan PPK PISEW, KPA menerbitkan SPM-LS untuk diajukan ke KPPN. PPK PISEW bertanggungjawab untuk memastikan bahwa dokumen yang diajukan ke KPPN adalah satu SPM-LS untuk satu paket kontrak LKD sehingga kemudian KPPN akan menerbitkan satu SP2D-LS untuk satu paket kontrak LKD

5) KPPN melakukan pembayaran atas dasar SPM-LS yang disiapkan KPA, KPPN menerbitkan SP2D-LS

6) Ketua LKD harus membayarkan kepada anggota masyarakat desa yang berhak.

7) PPK PISEW membuat Laporan Keuangan pelaksanaan proyek yang disampaikan kepada Satker PISEW Kabupaten.

Petunjuk teknis mekanisme pencairan dana Program PISEW akan diatur melalui Peraturan Dirjen Perbendaharaan Depertemen Keuangan Nomor : PER-30/PB/2008. Untuk pencairan dana BLM Pilot Proyek Dana Bergulir Masyarakat/ Kredit Mikro Perdesaan, dijelaskan lebih lanjut dalam Panduan Teknis Dana Bergulir Masyarakat/Kredit Mikro Perdesaan.

1. Ketua LKD mengajukan permintaan pembayaran kepada PPK PISEW, dengan melampirkan dokumen (back up data) yang telah disetujui Konsultan Teknis (FK dan Ttl) dan memberikan Nomor Rekening Bank LKD

2. Atas dasar pengajuan dokumen permintaan dana dari LKD maka PJOK akan memberikan verifikasi setelah memeriksa kelengkapan dokumen dan kemudian meneruskan dokumen tersebut kepada PPK PISEW

3. PPK PISEW mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP-LS) ke KPA, dengan melampirkan Dokumen SP3, BAP, Surat Rekomendasi, Rencana Jadwal Kerja, dan Kwitansi Pembayaran

4. KPA menerbitkan SPM-LS setelah dilakukan pengujian atas SPP yang diajukan

5. KPPN menerbitkan SP2D-RK dan mengirimkannya ke Bank Operasional Mitra Kerja KPPN

6. Bank Operasional Mitra Kerja KPPN mentransfer dana ke rekening Ketua LKD

Lampiran 4. PNPM RIS- PPIP

D. PNPM RISP

1). Sumber Dana RISP

Sumber dana Program Rural Infrastructure Support to PNPM Mandiri (RIS PNPM MANDIRI) 2009 berasal dari:

 Dana pinjaman ADB (Asian Development Bank) No.2449–INO (SF) untuk dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan Konsultan Manajemen Pusat serta Konsultan Manajemen Propinsi.

 Dana Pemerintah (Rupiah) untuk fasilitator dan BOP untuk mendukung safeguard di tingkat pusat dan propinsi.

 Dana APBD Kab untuk mendukung Biaya Operasional Satker Kabupaten  Dana swadaya untuk perluasan jangkauan penerima manfaat dan

pengembangan program. 2). Penerima Dana

Penerima dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pembangunan infrastruktur perdesaan adalah masyarakat desa yang nama desanya tercantum dalam Daftar Desa Sasaran yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Pagu dana untuk tiap desa ditetapkan sebesar Rp. 250 juta. Dana ini sudah termasuk dana persiapan, perecanaan dan operasional OMS sebesar Rp. 5 juta. Dana operasional tidak dialokasikan sebagai gaji OMS, tetapi diperuntukkan bagi biaya perjalanan OMS, pembelian alat tulis, materai dan perlengkapan OMS lainnya untuk mendukung pelaksanaan kegiatannya.

3). Mekanisme dan Proses Pencairan Dana Mekanisme Pencairan Dana

Penyaluran dan pencairan dana kegiatan RIS–PNPM Mandiri dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:

1. Dana kegiatan RIS–PNPM Mandiri untuk masing-masing Propinsi/Kabupaten disalurkan melalui dokumen anggaran/DIPA Satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Propinsi dan Satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten;

2. Penerima dana BLM kegiatan RIS–PNPM Mandiri adalah masyarakat desa melalui OMS/Pokmas/LKD dengan penanggung jawab Ketua OMS/Pokmas/LKD yang bersangkutan yang disalurkan ke rekening masing-masing OMS/Pokmas/LKD;

3. Secara khusus ketua OMS/Pokmas/LKD dan bendahara diwajibkan membuka rekening bantuan dana sosial di Bank Umum atas nama Rekening OMS/Pokmas/LKD Satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten [Nama Desa] dan memberitahukan nomor

rekeningnya kepada PPK Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kabupaten;

4. Masing-masing pejabat satker yaitu Kuasa Pengguna Anggaran, Pembuat Komitmen, Penguji Pembebanan dan Penandatangan SPM, Bendahara, menyampaikan nama dan spesimen tanda tangan serta menyampaikan

Dokumen terkait