• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Demi terciptanya suasana pendampingan yang lebih menyentuh dan lebih membantu para novis dalam menghayati nilai-nilai hidup religius dalam menanggapi panggilan Allah khususnya selama di novisiat, maka penulis memberikan beberapa saran untuk kongregasi. pendamping novis dan secara khusus untuk para novis KKS.

1. Bagi Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang

Hendaknya Kongregasi menggiatkan Tim Formator untuk mencari cara-cara baru dalam usaha mendampingi para calon agar mereka menemukan cara yang lebih efektif dalam menghayati nilai-nilai hidup religius yang diperolehnya selama dalam masa pembinaan.

Kongregasi perlu menyiapkan tenaga-tenaga secara rutin untuk tugas pelayanan di bidang formatio dengan mengkader suster-suster muda agar mereka semakin banyak yang peduli terhadap pendampingan para calon.

Memberi kesempatan kepada pemimpin novis untuk retret secara pribadi agar mendapat penyegaran rohani dalam melaksanakan tugas yang tidak mudah.

2. Bagi Pendamping Novis KKS

Dalam melaksanakan tugas sebagai pendamping novis, akan lebih mudah jika diawal kegiatan formatio mengajak para novis untuk membuat program bersama dan menentukan tema-tema yang ingin dipelajari.

Pendamping hendaknya mengusahakan program pembinaan spiritualitas kongregasi sebanyak mungkin dengan mendalami konstitusi dan direktorium

secara rutin setiap hari atau 2 (dua ) hari sekali melalui kegiatan studi bersama. Hendaknya pendamping novis senantiasa menjalin akrab dengan para novis, ramah, sabar dan rendah hati dalam mendampingi mereka agar mereka semakin sadar, terbuka dan jujur dalam menanggapi panggilan Tuhan.

Pendamping hendaknya mengusahakan suasana yang menggembirakan dalam proses formatio maupun dalam proses pendampingan lainnya agar para novis semakin setia dan gembira menjalani panggilannya sebagi suster novis Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang.

3. Bagi Para Novis KKS

Hendaknya para novis perlu bersikap rendah hati, terbuka dan jujur mengakui segala keterbatasannya sehingga memerlukan bimbingan agar semakin menyadari motivasi panggilannya.

Setiap pribadi perlu mengusahakan hal-hal yang dapat menggembirakan dalam usaha menanggapi panggilan Tuhan dengan hidup saling mengasihi, melayani, menghargai, dan saling menerima satu sama lain apa adanya.

Para novis hendaknya setiap hari mengusahan diri untuk selalu membina diri dengan berbagai kegiatan kerohanian seperti membaca buku-buku rohani, terlebih buku-buku yang berkaitan dengan hidup panggilan.

Hendaknya para novis senantiasa mengembangkan empat kecerdasan dasar yaitu: fisik, mental, emosional dan spiritual, serta dewasa dalam praktek hidup meliputi penghayatan dibidang kehidupan yakni: hidup rohani, penghayatan spiritualitas dan ketiga nasehat injil serta semangat missioner dalam tugas dan karya.

DAFTAR PUSTAKA

Agudo, Philomena. (1988). Aku Memilih Engkau. Yogyakarta: Kanisius.

Darminta, J. (1982). Berbagi Segi Penghayatan Hidup Religius Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius.

________. (1983). Formatio Religius Sekarang. Rohani, 01, hal. 1-7. ________. (2006) Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius.

Direktorium Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang. (2007) Pedoman Praksis serta Penjelasan Konstitusi Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang yang disyahkan oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD pada 10 Oktober 2007.

Harjawiyata, Frans. (1979). Bentuk-bentuk Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. Hello, Yosef. (2016). Santo Yosef: Pelindung Keluarga Kristiani. Yogyakarta:

Bajawa Pres.

Heryatno Wono Wulung, FX. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu model Berkatekese, Seri Puskat 356. hal 1.

Heuken, A. (1991). Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. _________. (1993). Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Jacobs, Tom. (1989). Spiritualitas. Salatiga: Institut Roncali.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius.

_________. (2006). Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II. Bogor: Grafia Mardi Yuana.

Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan. (1992). Pedoman-pedoman Pembinaan dalam Lembaga-lembaga Religius. (Marcel Beding, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1990).

Konsili Vatikan II. (1991). Dokumen Konsili Vatikan II: Tonggak Sejarah Pedoman Arah. ( J. Riberu, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).

Konstitusi Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang. (1991). Pedoman hidup para suster Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang yang disyahkan oleh Mgr.Hilarius Moa Nurak, SVD pada 6 Juli 1991 di Pangkalpinang.

_________.(2003). Pedoman hidup para suster Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang yang disyahkan oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD pada 15 September 2003 di Pangkalpinang.

Louisie. (1989). Hidup Membiara Apostolik. Yogyakarta: Kanisius.

Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.

Mardi Prasetya, F. (1992). Seleksi dan Pembinaan demi Mutu Hidup bakti: Tinjauan Psiko-Spiritual. Girisonta: Puspita.

____________. (2001a). Tugas Pembinaan demi Mutu Hidup Bakti 1. Yogyakarta: Kanisius.

____________. (2001b). Tugas Pembinaan demi Mutu Hidup Bakti 2. Yogyakarta: Kanisius.

Patrick. (1958). A Manual For Novice Mistresses. London: Aquin Press. Shelton, Charles, M. (1988). Menuju Kedewasaan Kristen. Yogyakarta: Kanisius. Sumarno Ds., M. (2015) Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama

Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK Paroki) untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Suparno, Paul. (2010). Belajar Berkaul dari Keluarga Kudus. Rohani, 12, hal. 36-39.

________. (2016). Hidup Membiara di Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius. Sutrisnaatmaka, AM. (1999). Keluarga Kudus Menimba Spiritualitas Allah

Tritunggal. Rohani, 06, hal. 239-249.

Tim Formator. (2001). Program Pembinaan. Manuskrip berisi Pedoman untuk Pembinaan Calon Suster dan Suster-suster KKS dalam rangka Pembaharuan dan Penyempurnaan buku Pedoman Pembinaan tahun 1995 di Pangkalpinang.

Tim Penyusun Sejarah KKS. (2001). Sejarah Singkat. Manuskrip berisi asal-usul dan perkembangan Kongregasi yang disyahkan oleh Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD pada 13 Februari 2001 di Pangkalpinang.

Wardi Saputra, Ign. (2016). On Going Formation: Pergulatan Menjadi Seperti Yesus. Jakarta: Obor.

Wouters, Jan. (2000). Monsignur Vitus Bouma. Pangkalpinang: Keuskupan Pangkalpinang Bangka.

________. (2011). Vita Consecrata (Hidup Bakti). (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996).

(1) No Nama Tempat &

Tanggal Lahir Masuk Biara Periode Pendidikan 1 Sr. Petronella Bibase, 21 Februari 1993 16 Feb 2012 Novis II 2015 SLTA 2 Sr. Maria Meritawati Duri, 10 Okt 1991 23 April 2012 Novis II 2015 SLTA 3 Sr. Mathilda Kefi, KKS Kefamenanu, 31 Desember 1993 16 Juli 2013 Novis I 2015 SLTA 4 Sr. Lidwina Mowa, KKS Solo, 22 April 1992 30 Juni 2014 Novis II 2016 SLTA 5 Maria Leliana Ewo Nuasepu, 14 Juli 1996 26 Mei 2015 Novis I 2016 SLTA 6 Donata Elfira Bikolo Tuamau, 3 Juni 1997 27 Juli 2015 Novis I 2016 SLTA 7 Maria Yantriyana Naicea Manufui, 30 Januari 1991 1 Agustus 2016 Postulan 2016 SLTA 8 Anastasia Luni Boba-Soa, 26 Januari 1995 14 September 2016 Postulan 2016 SLTA

(2)

1. Menurut pendapat Romo/Suster sebagai seorang formator bagaimana membangun kesadaran para novis untuk meningkatkan kualitas pribadi agar semakin mampu memurnikan motivasi panggilan hidupnya? Langkah-langkah apa yang telah dilakukan ?

2. Menurut pendapat Romo/Suster sebagai formator, apa tujuan utama dari formatio itu sendiri? Tahap-tahap apa saja yang harus dilalui oleh seorang calon religius dalam proses formatio pada umumnya?

3. Bagaimana pendapat Romo/Suster tentang masa yuniorat dalam proses formatio? Apa orientasi pokok pembinaan pada masa yuniorat tersebut? Mengapa?

4. Menurut pendapat Romo/Suster mengapa dalam bidang formatio masih diperlukan pembinaan secara integral? Apa otentisitasnya dalam pembinaan tersebut?

5. Proses formatio novis pada umumnya terbagi atas dua tahap yaitu novisiat tahun pertama dan novisiat tahun kedua, menurut Romo/Suster, apa yang membedakan antara tahap pertama dengan tahap kedua? Apa tujuan pokok dari masing-masing tahap formatio tersebut?

6. Metode apa yang lebih membantu para novis dalam menanamkan nilai-nilai spiritualitas Keluarga Kudus, sehingga para novis semakin mengetahui dan memahami kekhasan spiritualitas kongregasi?

7. Berdasarkan pengalaman sebagai formator, hambatan dan kesulitan apa yang dihadapi selama dalam bidang formatio?

8. Berpijak dari pengalaman dibidang formatio, pembinaan seperti apa yang dapat membantu para novis dalam mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan dalam hidup religius, agar siap sedia menjadi tampilan Keluarga Kudus. 9. Berdasarkan kenyataan di lapangan, materi-materi apa yang sungguh

mendukung para novis dalam mengembangkan hidup panggilannya secara berkesinambungan sejak masa novisiat tahun pertama sampai novisiat tahun kedua?

10. Kriteria-kriteria apa saja yang Romo/Suster temukan dalam diri para novis bahwa mereka menunjukan kesadaran diri sebagai orang yang terpanggil dan dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya?

11. Apa harapan yang hendak formator capai selama para novis berada dalam tahap-tahap pembinaan?

12. Menurut pendapat suster situasi dan suasana apa yang tampak berbeda dalam proses pembinaan untuk para novis tahun I dengan tahun II?

(3)

1. Menurut pendapat suster bagaimana membangun kesadaran diri selama dalam pembinaan di novisiat dalam upaya meningkatkan kualitas pribadi agar semakin mampu memurnikan motivasi panggilan ? Langkah-langkah apa yang telah suster lakukan ?

2. Menurut pendapat suster apa tujuan utama dari pembinaan itu sendiri? Tahap-tahap apa saja yang suster lalui dalam proses pembinaan?

3. Bagaimana pendapat suster tentang masa yuniorat dalam proses formatio? 4. Menurut pendapat suster, mengapa dalam bidang formatio (pembinaan)

masih diperlukan pembinaan secara integral? Apa otentisitasnya dalam pembinaan integral tersebut?

5. Berdasarkan pengalaman hidup selama di novisiat, hambatan dan kesulitan apa yang dijumpai dalam upaya mengikuti pembinaan yang diberikan?

6. Pengalaman apa yang sungguh membantu suster dalam mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan hidup religius, sehingga siap-sedia menjadi tampilan Keluarga Kudus.

7. Materi-materi apa yang suster rasakan sangat mendukung para novis dalam mengembangkan hidup panggilannya?

8. Menurut pengalaman suster selama di novisiat, apa peran utama pendamping bagi para novis?

9. Faktor apa yang menunjukkan kesadaran diri sebagai orang yang terpanggil sehingga berani mengambil keputusan menjadi seorang religius?

10. Bagaimana suster mengalami proses pembinaan selama menjalani masa pembinaan di novisiat?

(4)

1. Menurut pendapat suster faktor apa yang dapat mendukung untuk meningkatkan kualitas pribadi agar semakin memiliki kesadaran untuk selalu memurnikan motivasi panggilan?

2. Menurut pendapat suster sebagai novis, apa tujuan utama dari pembinaan itu sendiri? Tahap-tahap apa saja yang suster lalui dalam proses pembinaan hingga masa novisiat ini?

3. Bagaimana pendapat suster tentang masa novisiat dalam proses formatio? Apa orientasi pokok pembinaan pada masa novisiat tersebut?

4. Menurut pendapat suster, mengapa dalam bidang formatio (pembinaan) masih diperlukan pembinaan secara integral?

5. Proses formatio novis pada umumnya terbagi atas dua tahap yaitu novisiat tahun pertama dan novisiat tahun kedua, menurut suster sebagai novis, apa yang membedakan antara tahap pertama dengan tahap kedua?

6. Seturut spiritualitas kongregasi, metode apa yang lebih membantu suster memahami dan menghayati nilai-nilai spiritualitas kongregasi, sehingga semakin menjiwai kekhasan spiritualitas kongregasi yang suster pilih?

7. Berdasarkan pengalaman hidup selama di novisiat, hambatan dan kesulitan apa yang dijumpai dalam upaya mengikuti pembinaan yang diberikan? 8. Berpijak dari pengalaman selama di novisiat , pembinaan seperti apa yang

jauh lebih membantu suster dalam mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan hidup religius, agar siap sedia menjadi tampilan religius yang dewasa, gembira dan bertanggungjawab?

9. Berdasarkan kenyataan di lapangan, materi-materi apa yang suster rasakan sangat mendukung para novis dalam mengembangkan hidup panggilannya? 10. Menurut pendapat suster sebagai calon religius, metode apa yang belum

diberikan dan itu perlu untuk membantu para novis agar semakin memiliki kesadaran akan pilihan hidupnya sesuai situasi calon sebagai anak zaman?

11. Pemikiran baru apa yang suster usulkan guna meningkatkan program pembinaan dasar bagi para novis, baik dari segi pendampingan secara pribadi maupun secara bersama?

12. Pokok-pokok materi apa yang diberikan pada masing-masing tahap dan berkesinambungan ?

(5)

1. Nama responden : Sr.Yosepha, KKS ( Pemimpin Umum Kongregasi pernah menjadi Pemimpin novis 2 kali periode)

Sr. Lusie, KKS ( Pemimpin Novis KKS ) Sr. Ancilla, KKS ( Pemimpin Postulan KKS )

Rm. Matius Wahyudi, MSF ( Pemimpin Postulan MSF ) Rm. Petrus Santo Pancaprasetya, MSF (Pastor Paroki Temanggung pernah menjadi formator Novis selama 10

tahun )

2. Waktu : 09.00 – 21.00 WIB

3. Tanggal : 22 Agustus – 16 September 2016

4. Tempat : Pangkalpinang, Temanggung dan Salatiga 5. Hasil wawancara:

a. Menurut pendapat Romo/Suster sebagai seorang formator bagaimana membangun kesadaran para novis untuk meningkatkan kualitas pribadi agar semakin mampu memurnikan motivasi panggilan hidupnya? Langkah-langkah apa yang telah dilakukan ?

Jawaban :

Mengajak para novis untuk melihat apa yang mendorong dirinya dalam menanggapi panggilan Tuhan dengan terus menyadarinya agar semakin mencintai panggilan dan semakin mengenal diri dan panggilannya.

Langkah konkret yang dilakukan adalah dengan cara membuat jurnal harian berupa refleksi agar mereka bertumbuh sebagai pribadi yang dewasa seturut teladan Kristus dan memupuk hidup rohani secara pribadi melalui meditasi harian, bacaan rohani, devosi kepada keluarga kudus, silensium, bimbingan rohani, rekoleksi, retret, mendalami dan menghidupi kharisma pendiri tarekat serta mendalami konstitusi dan direktorium dan setia mengikuti acara harian komunitas seperti doa bersama, makan bersama, nonton bersama, studi bersama, kerja bakti, dan lain sebagainya.

b. Menurut pendapat Romo/Suster sebagai formator, apa tujuan utama dari formatio itu sendiri? Tahap-tahap apa saja yang harus dilalui oleh seorang calon religius dalam proses formatio pada umumnya?

Jawaban:

Tujuan formatio adalah: membentuk para calon untuk menjadi seorang religius pada umumnya dan anggota kongregasi khususnya dengan mengembangkan empat kecerdasan yang ada dalam diri para novis yaitu kecerdasan fisik, intelektual, emosional,dan spiritual serta menghantar para novis untuk mengalami pengalaman akan Allah dan menemukan pertobatan yang otentik. Tahap-tahap yang dilalui oleh seorang calon religius dalam formatio adalah 1) Masa postulat: masa postulat berlangsung selama 1 (satu) tahun, bila calon dianggap belum cukup matang bisa diperpanjang sesuai dengan konstitusi kongregasi.

(6)

eksperimen dimana calon diberi kesempatan untuk hidup dan mengalami kehidupan komunitas dan karya pelayanan kongregasi.

3) Masa yuniorat: masa bagi para suster yunior untuk semakin berkembang menjadi religius yang dewasa kepribadiannya, semakin beriman dan memiliki kualitas diri sebagai religius yang siap sedia dalam melaksanakan tugas perutusan kongregasi.

4) Pembinaan berkelanjutan/ongoing formation: suster yunior setelah profesi kekal mempunyai tanggung jawab secara pribadi untuk membina hidup panggilannya melalui tugas perutusan yang dipercayakannya.

c. Bagaimana pendapat Romo/Suster tentang masa yuniorat dalam proses formatio? Apa orientasi pokok pembinaan pada masa yuniorat tersebut? Mengapa?

Jawaban:

Proses formatio pada masa yuniorat merupakan proses pembinaan bagi para religius muda agar semakin mampu hidup bersama dalam komunitas, menghayati semangat hidup khas kongregasi secara lebih penuh, menghayati ketiga nasehat injil, serta dapat melaksanakan tugas perutusan secara lebih baik dan mengembangkan kerasulan khusus kongregasi. Orientasi pokok masa yunior adalah studi dan menghidupi spiritualitas tarekat yang dipilihnya agar semakin memiliki kualitas diri sebagai religius yang siap sedia dalam melaksanakan tugas perutusan Kongregasi.

d. Menurut pendapat Romo/Suster mengapa dalam bidang formatio masih diperlukan pembinaan secara integral? Apa otentisitasnya dalam pembinaan tersebut?

Jawaban:

Pembinaan yang intergral sangat diperlukan tidak hanya dibidang formatio, tetapi sepanjang perjalanan hidup membiara agar tidak terjadi ketimpangan dalam hidup melainkan supaya hidup dalam keseimbangan diberbagai segi baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual sehingga tidak menjadi religius yang kotak-kotak. Otentisitasnya pada pembinaan yang integral adalah semakin bijaksana, dikasihi Allah dan manusia sebagaimana Tuhan Yesus sendiri yang diikutinya (Luk 2:52) dan berani mengambil keputusan menjadi anggota definitip pada kongregasi yang dipilihnya dengan mengikrarkan kaul kekal.

e. Proses formatio novis pada umumnya terbagi atas dua tahap yaitu novisiat tahun pertama dan novisiat tahun kedua, menurut Romo/Suster, apa yang membedakan antara tahap pertama dengan tahap kedua? Apa tujuan pokok dari masing-masing tahap formatio tersebut?

Jawaban :

Tahun I lebih merupakan tahun kanonik yang dituntut oleh Gereja untuk mengenal dasar-dasar hidup membiara. Selama tahun kanonik calon secara

(7)

merupakan pembekalan secara umum untuk menindaklanjuti teori yang diperoleh semasa tahun pertama.

Tujuan pokok dari tahun pertama (kanonik ) adalah membangun hidup akrab dengan Allah melalui latihan-latihan doa, meditasi, kontemplasi, refleksi, discernment, jurnal dan mengembangkan keutamaan manusiawi dan kristiani dengan doa dan askese serta merenungkan sabda Allah dan mendalami karisma, spiritualitas, dan visi-misi kongregasi sehingga calon mampu menemukan makna hidup rohani, hidup bersama, hidup berkaul. hidup apostolik dalam kongregasi dan mampu menghayati dan menginternalisasikan trikaul dalam kongregasi yang dipilihnya dan akhirnya mampu membuat keputusan akhir dari masa novisiat.

f. Metode apa yang lebih membantu para novis dalam menanamkan nilai-nilai spiritualitas keluarga kudus, sehingga para novis semakin mengetahui dan memahami kekhasan spiritualitas kongregasi?

Jawaban:

Pendalaman spiritualitas keluarga kudus, rekoleksi, serta retret dan seminar dengan tema keluarga kudus, praktek menghayati semangat keluarga kudus, refleksi, dan keteladanan dari formator dalam menghidupi nilai-nilai spiritualitas keluarga kudus.

g. Berdasarkan pengalaman sebagai formator, hambatan dan kesulitan apa yang dihadapi selama dalam bidang formatio

Jawaban:

Hambatan dan kesulitan yang terjadi dalam proses pembinaan adalah tuntutan untuk mengenal satu persatu dari masing-masing calon secara lebih dalam termasuk latar belakang keluarga, budaya, pendidikan, kepribadian, dan masalah yang berbeda serta kemajuan jaman yang menawarkan berbagai macam bentuk kehidupan yang menggiurkan telah mengalihkan cita-cita panggilan para novis sehingga sulit menanamkan nilai-nilai yang sesuai dengan anak-anak jaman sekarang. Kesulitan lainnya adalah kurang adanya keterbukaan, kejujuran dan kesadaran diri untuk terus mengembangkan kualitas hidup panggilannya.

h. Berpijak dari pengalaman dibidang formatio, pembinaan seperti apa yang dapat membantu para novis dalam mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan dalam hidup religius, agar siap sedia menjadi tampilan Keluarga Kudus. Jawaban:

Membangun cita rasa yang dimiliki novis terkait dengan cara hidup kongregsi, menghayati karakteristik dan semangat yang dimiliki kongregasi dan latihan mengaktualisasikan keutamaan-keutamaan keluarga kudus dalam praktek hidup sehari-hari dalam segala seginya.

(8)

berkesinambungan sejak masa novisiat tahun pertama sampai novisiat tahun kedua?

Jawaban:

Materi yang diberikan secara berkesinambungan pada umumnya sejarah dan latar belakang pribadi/riwayat keluarga, riwayat panggilan, pengolahan hidup, Konstitusi/Directorium/Sejarah Kongregasi/Spiritualitas Keluarga Kudus, serta pendalaman ketiga nasehat injil/trikaul, pemurnian panggilan, penyembuhan luka batin dan pendalaman hidup doa.

j. Kriteria-kriteria apa saja yang Romo/Suster temukan dalam diri para novis bahwa mereka menunjukan kesadaran diri sebagai orang yang terpanggil dan dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya?

Jawaban :

Calon tampak dewasa, selalu gembira melakukan apa saja, berani meninggalkan keinginan pribadi, semakin mengenal tarekat serta menghidupinya, bertanggung jawab akan tugas studi, pastoral, dan tugas-tugas lain yang dipercayakan, dewasa dalam praktek hidup melalui penghayatan di bidang misioner, pengudusan hidup religius dan relasi dengan sesama.

k. Apa harapan yang hendak formator capai selama para novis berada dalam tahap-tahap pembinaan?

Jawaban:

Para novis berkembang sesuai dengan masa dan jenjangnya sehingga pada saat kaul kekal nanti benar-benar bisa menghidupinya dalam hidup dan dapat mengembangkan empat kecerdasan dasar yaitu; fisik, mental, emosional dan spiritual, serta dewasa dalam praktek hidup meliputi penghayatan dibidang kehidupan yakni: hidup rohani, penghayatan spiritualitas dan ketiga nasehat injil serta semangat missioner dalam tugas dan karya.

l. Menurut pendapat suster situasi dan suasana apa yang tampak berbeda dalam proses pembinaan untuk para novis tahun I dengan tahun II?

Jawaban:

Pembinaan novis tahun I secara penuh 12 bulan dilaksanakan di novisiat komunitas Betlehem jalan Sungai Selan Km, 6 Pangkalpinang Bangka. Sedang untuk novis tahun II pembinaan dilaksanakan diberbagai tempat seperti di komunitas Betlehem jalan Sungai Selan Km, 6 Pangkalpinang Bangka juga di komunitas karya, antara lain komunitas Santa Theresia, komunitas Panti Siti Anna, komunitas Nasaret Belinyu, dan setengah bulan mengikuti Kursus Gabungan Novis dengan tarekat-tarekat seregio Sumatera. Tempat KGN antara lain: Pangkalpinang, Palembang, Lampung Tengah dan Lampung Selatan Perbedaan tempat tampak dalam proses pembinaan dimana novis tahun II mulai mengenal hidup apostolik di komunitas-komunitas karya dan juga bisa menjalin relasi dengan calon religius dari kongregasi lain dalam temu KGN.

(9)

1. Nama Responden : Sr. Anna Maria, KKS ( Yunior II) Sr.Maria Meritawati, KKS (Yunior I) Sr. Petronella,KKS ( Yunior I)

2. Waktu : 17.00 – 21.00 WIB

3. Tanggal : 18 Agustus – 30 Agustus 2016 4. Tempat : Pangkalpinang Bangka

5. Hasil wawancara:

a. Menurut pendapat suster bagaimana membangun kesadaran diri selama dalam pembinaan di novisiat dalam upaya meningkatkan kualitas pribadi agar semakin mampu memurnikan motivasi panggilan ? Langkah-langkah apa yang bisa suster lakukan ?

Jawaban:

Memegang teguh komitmen awal ketika memutuskan ingin menjadi suster dan memiliki kemauan untuk dibimbing atau dibina selama masa pembinaan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:

Mengikuti proses formatio dengan serius dan sepenuh hati

 Belajar melepaskan kehendak pribadi secara terus menerus

 Berbagi pengalaman dengan teman seangkatan

 Banyak melakukan latihan doa dan membaca buku bacaan rohani

Taat dan hormat pada formator selama proses formatio

 Terbuka terhadap Tuhan melalui pemimpin dan bersikap rendah hati.

b. Menurut pendapat suster apa tujuan utama dari pembinaan itu sendiri? Tahap-tahap apa saja yang suster lalui dalam proses pembinaan?

Jawaban:

Tujuan utama pembinaan adalah:

Membantu diri untuk semakin memurnikan motivasi panggilan sehingga memiliki keyakinan yang teguh dan berani mengambil keputusan untuk bergabung dalam kongregasi yang dipilih.

Membina calon untuk mendalami spiritualitas, kharisma, visi dan misi kongregasi, agar pada waktunya siap untuk ikut ambil bagian dalam kenyataan

Dokumen terkait