• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen Oleh SELLY RACHMALIA H (Halaman 20-94)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Saran

a. Lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja.

b. Kesejahteraan pekerja yang tercermin dalam sistem pengupahan dan jaminan sosial, jaminan kelangsungan kerja.

3. Supra sarana, dapat mendukung peningkatan produktivitas kerja karyawan antara lain kebijakan pemerintah, hubungan pengusaha dan pekerja, kemampuan manajemen dan perusahaan.

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dapat dilihat dari kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan minimum, jaminan sosial yang memadai dan hubungan kerja yang harmonis (Sinungan, 2008).

2.2.2 Peningkatan Produktivitas Kerja

Langkah untuk meningkatkan produktivitas kerja menurut Sinungan (2008), adalah sebagai berikut:

1. Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas manusia terletak pada kemampuan individu, sikap individu dalam bekerja, serta manajemen maupun organisasi kerja. Persyaratan individu untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi, yaitu:

a. Tingkat pendidikan dan keahlian, teknologi dan hasil produksi, kondisi kerja, kesehatan, kemampuan fisik dan mental.

b. Sikap (terhadap tugas) serta teman dalam satu organisasi.

2. Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang besar.

3. Penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang jauh lebih besar lagi.

9

Terdapat enam elemen untuk meningkatkan produktivitas kerja menurut Soemarsono (2004) yaitu:

1. Dukungan dari manajemen puncak yang dilakukan dengan berbagai cara yang menggambarkan dukungan terhadap program.

2. Dukungan struktur sangat diperlukan. Standar organisasi dibuat untuk mendukung peningkatan produktivitas.

3. Menciptakan corporate yang climate yang kondusif. Iklim yang kondusif sangat penting terhadap peningkatan produktivitas.

Upaya yang dilakukan untuk menciptakan iklim kondusif yaitu dengan menciptakan perhatian terhadap para karyawan bahwa manajemen sedang mendorong peningkatan produktivitas, manajemen harus melakukan komunikasi untuk menyakinkan karyawan agar dapat memahami tujuan perusahaan, perusahaan meminta para karyawan untuk meningkatkan keterlibatan mereka terhadap perusahaan sekaligus. Kontribusi karyawan tersebut akan mendapatkan reward system yang sesuai dari perusahaan.

4. Perusahaan harus membuat metode pengukuran produktivitas kerja dan menetapakan tujuan-tujuan yang realistis.

5. Mencari teknik-teknik baru untuk meningkatkan produktivitas. 6. Implementasi program produktivitas harus dijadwalkan, karena hal

ini penting menyangkut penggunaan resources.

2.2.3 Karakteristik Pegawai Produktif

Menurut Nasution (2005) upaya peningkatan produktivitas perusahaan harus dimulai dari tingkat individu itu sendiri, dimana setiap individu yang produktif memiliki karakteristik, yaitu:

1. Selalu mencari gagasan dan cara penyelesaiannya. 2. Selalu memberi saran untuk perbaikan secara sukarela. 3. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien.

4. Selalu melakukan perencanaan beserta jadwal waktu penyelesaian. 5. Bersikap positif terhadap pekerjaannya.

6. Berperilaku sebagai anggota kelompok yang baik. 7. Memotivasi diri sendiri melalui dorongan dari dalam.

10

8. Memahami pekerjaan orang lain yang lebih baik. 9. Mendengarkan ide orang lain yang lebih baik. 10. Terbinanya hubungan yang baik antar pribadi.

11. Menyadari dan memperhatikan masalah pemborosan dan biaya. 12. Mempunyai tingkat kehadiran yang baik.

13. Mampu melampaui standar yang telah ditetapkan. 14. Mempelajari sesuatu yang baru dengan cepat. 15. Tidak mengeluh dalam bekerja.

2.3. Konsep Gugus Kendali Mutu (GKM)

Gugus Kendali Mutu menurut Sinungan (2008) adalah sekelompok orang (biasanya terdiri dari tiga sampai dengan delapan orang) yang memiliki pekerjaan sejenis untuk membahas dan menyelesaikan persoalan kerja yang dihadapi dan mengadakan perbaikan secara terus menerus dengan mempergunakan teknik kendali mutu. Ketua kelompok biasanya dijabat secara bergantian di antara anggota kelompok. Kegiatan Gugus Kendali Mutu merupakan bagian dari kegiatan Pengendalian Mutu Terpadu.

Konsep dasar GKM adalah anggapan bahwa penyebab persoalan mutu atau produksi tidak diketahui oleh para pekerja dan manajemen, juga diandaikan bahwa pekerja pabrik mempunyai pengetahuan yang siap pakai, kreatif, dan dapat dilatih untuk menggunakan kreativitas alamiah dalam pemecahan persoalan pekerjaan (Crocker et al., 2004).

Hasibuan (2002) menyatakan Gugus Kendali Mutu merupakan kelompok kecil dari lingkup kerja yang secara sukarela melakukan kegiatan pengendalian dan perbaikan secara berkesinambungan dengan cara menggunakan teknik-teknik quality control.

2.3.1 Ciri Gugus Kendali Mutu

Gugus Kendali Mutu (GKM) merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari solusi dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kreativitas antar karyawan. Hal ini berarti, Gugus memberikan kebaikan organisasi sehingga GKM harus terus bekerja dan tidak tergantung pada proses produksi (Crocker et al., 2004). Ciri-ciri umum GKM dapat dilihat pada Tabel 2.

11

Tabel 2. Ciri-ciri Umum Gugus Kendali Mutu Tujuan 1.Meningkatkan komunikasi.

2.Mencari dan memecahkan masalah.

Organisasi

1.Terdiri dari seorang kepala dengan 8 sampai 10 karyawan yang berasal dari satu bidang pekerjaan.

2.Memiliki seorang koordinator dan satu atau lebih fasilitator yang bekerja erat dengan Gugus.

Pemilihan anggota Gugus

1.Partisipasi anggota dalam gugus bersifat sukarela. 2.Partisipasi ketua Gugus bersifat bebas.

Ruang lingkup persoalan yang dianalisis oleh

Gugus

1.Gugus memilih sendiri persoalan yang akan dibahasnya. 2.Gugus didorong untuk memilih persoalan yang berasal dari

bidang pekerjaannya sendiri.

3.Persoalan tidak terbatas pada mutu, tetapi mencakup produktivitas, biaya, keselamatan kerja, moral, lingkungan, dan lainnya.

Latihan Latihan formal teknik pemecahan masalah menjadi bagian dari pertemuan Gugus.

Pertemuan

Dilakukan selama satu jam per minggu Penghargaan bagi

kegiatan Gugus

1.Tidak ada penghargaan dalam bentuk uang.

2.Penghargaan yang paling efektif adalah kepuasan anggota Gugus karena solusi yang mereka sumbangkan.

Sumber: Crocker et al. (2004)

2.3.2 Langkah Aktual Pembentukan GKM

Crocker et al. (2004) memaparkan secara ringkas langkah aktual dalam proses pelaksanaan Gugus Kendali Mutu (GKM) yang meliputi:

1. Meminta bantuan konsultan dari luar. Hal ini merupakan keputusan berdasarkan pertimbangan dari departemen pengembangan organisasi untuk menggunakan konsultan dari luar dalam membantu pelaksanaan GKM.

2. Memperoleh komitmen, sebelum memperoleh komitmen dari pihak utama yang terkait, maka perlu dilakukan langkah-langkah yaitu: a. Mengadakan seminar konsep Gugus Kendali Mutu untuk

memperkenalkan kepada anggota manajemen senior.

b. Manajer senior membuat keputusan mengenai konsep GKM. c. Mengadakan seminar untuk manajemen menengah dan anggota

aktif serikat buruh.

d. Para manajer menengah dan pimpinan serikat buruh membuat analisis masalah, menentukan manfaat dan kerugiannya, berperan aktif mendukung proses pelaksanaan.

12 3. Membentuk struktur Gugus

a. Manajer senior memberitahukan kepada karyawan untuk terus melanjutkan program GKM.

b. Pembentukan panitia pengarah, yang anggota panitia pengarah dipilih dari berbagai departemen dan tingkatan.

c. Pemilihan fasilitator oleh panitia pengarah. 4. Menempatkan program dalam tempat yang tepat

a. Panitia pengarah dan konsultan membuat pedoman program. b. Fasilitator mengadakan pertemuan untuk menginformasikan

tentang GKM dan proses kendali mutu untuk anggota Gugus. c. Fasilitator mengadakan pertemuan informal dengan karyawan

untuk memberikan penjelasan mengenai konsep GKM.

d. Fasilitator, panitia pengarah, dan konsultan dari luar membuat perencanaan awal untuk mengidentifikasi masalah.

e. Fasilitator dan panitia pengawas memilih pemimpin tim untuk membuat program latihan bagi para pemimpin dan anggota tim. f. Fasilitator membuat program latihan dan membantu ketua tim

dalam membuat materi Gugus untuk pertemuan selanjutnya.

2.3.3 Mekanisme Kerja Gugus Kendali Mutu

Gugus Kendali Mutu menangani berbagai macam masalah melalui beberapa tahapan. Masalah tersebut satu demi satu ditangani melalui tahapan yang berkelanjutan (Chandra et al., 1991), yaitu:

1. Pengumpulan masalah

Dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengumpulkan masalah. Angka prioritas diberikan pada setiap masalah sesuai dengan kriteria yang telah disusun secara berkesinambungan.

2. Pemilihan masalah

Anggota Gugus dapat memilih satu masalah sesuai dengan prioritas. Setiap orang boleh mengajukan masalah pada Gugus, namun prioritas diputuskan oleh Gugus. Pemilihan masalah biasanya digunakan pendekatan Trisula yang meliputi:

13

a. Menghindari semua masalah yang tidak berhubungan dengan tujuan unit.

b. Menghindari masalah tambahan yang tidak memenuhi kriteria operasi yang telah ditentukan oleh Gugus.

c. Menggunakan Teknik Delphi yang telah direvisi untuk menentukan persoalan yang paling unik. Teknik Delphi adalah suatu prosedur yang dipengaruhi dalam penelitian dua atau lebih alternatif.

3. Analisis masalah

Setiap masalah memiliki pengaruh, sehingga perlu diidentifikasi penyebab utama. Pada tahap ini, Gugus bertukar pikiran untuk menemukan hubungan sebab-akibat. Ada dua metode utama untuk membuat analisis sebab-akibat, yaitu: (1) diagram sebab-akibat (diagram Ishikawa atau Fishbone) dan (2) analisis proses atau diagram arus. Pada diagram Ishikawa terdapat empat bidang kelemahan yang meliputi: material (bahan), equipment (peralatan), methods (metode), dan people (manusia). Analisis masalah didasarkan pada fakta, bukan perasaan dan penilaian subjektif. Gugus menggunakan sejumlah alat pengumpul data, yaitu dengan menggunakan checklist atau checksheet, grafik garis, batang, atau lingkaran maupun histogram dan diagram pencar, membuat analisis pareto, melakukan sampling dan analisis statistik.

4. Pemecahan masalah

Kondisi lingkungan yang nyaman akan menghasilkan solusi pilihan pemecahan masalah yang optimum. Secara umum, pemecahan masalah yang paling tepat adalah orang yang terlibat langsung dalam tempat kerja itu sendiri dan menjadi solusi paling layak untuk diberikan.

5. Presentasi manajemen

Anggota Gugus mempresentasikan pemecahan masalah didepan manajer sekitar 20 menit dengan menyoroti pengamatan yang telah dilakukan serta menjelaskan manfaat dari rekomendasinya tersebut.

14

Presentasi merupakan puncak kegiatan dari usaha Gugus yang menggambarkan kebanggaan dan kepuasan. Penghargaan dari atasan yang menghadiri rekan sejawat merupakan motivator yang sangat kuat. Selain membentuk anggota GKM untuk menjual ide-idenya pada manajemen, presentasi atau konvensi juga bisa memotivasi anggota Gugus yang potensial. Hal ini berarti, filosofi pengendalian mutu tersebar di seluruh organisasi

6. Implementasi, Peninjauan ulang dan Tindak lanjut

Anggota Gugus membuat jadwal pelaksanaan makalah setelah mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen. Meninjau ulang kembali hasil yang diperoleh untuk mengambil langkah selanjutnya apabila dibutuhkan. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab Gugus yang berkelanjutan.

2.3.4 Penilaian Kinerja Gugus Kendali Mutu

Penilaian Gugus menurut Crocker et al. (2004) memerlukan tiga jenis pengukuran, yaitu ukuran produktivitas obyektif, ukuran sikap subyektif mengenai pengaruh Gugus terhadap organisasi dan analisa proses intern yang berlangsung dalam Gugus. Pengukuran produktivitas mencakup mutu, scrap, kuantitas, biaya marjinal, biaya prasarana, peralatan, keamanan kerja dan kecelakaan, perawatan dan waktu kosong. Sikap dan pergaulan meliputi kepercayaan timbal-balik, komunikasi, hubungan atasan dan bawahan, bolos kerja, keluhan kerja, penggunaan keterampilan, keanggotaan Gugus, kepuasan pribadi, jenis dan jumlah persoalan yang dipecahkan. Proses Gugus mencakup struktur, pengaruh, pemecahan persoalan, keterbukaan dan pemantauan.

2.3.5 Manfaat Gugus Kendali Mutu

Pelaksanaan kegiatan Gugus Kendali Mutu pada perusahaan dapat memberikan manfaat bagi karyawan (Chandra et al., 1991), yaitu: 1. Pembuatan tujuan kelompok dilakukan untuk menciptakan semangat

untuk bekerja sama.

2. Anggota kelompok memiliki peranan dan mengkoordinasikan peranan mereka masing-masing dengan lebih baik.

15

3. Komunikasi antara manjemen dan buruh meningkat, begitu juga komunikasi diantara para pekerja sendiri.

4. Para pekerja dapat memperoleh keterampilan, pengetahuan baru serta mengembangkan semangat kerja sama lebih tinggi.

5. Kelompok mengambil inisiatif sendiri dan melakukan tugas pemecahan persoalan yang seharusnya dilakukan oleh manajeman. 6. Adanya hubungan yang semakin dekat antar para pekerja dan

manajemen di perusahaan.

7. Menciptakan kerja sama antar para pekerja. 8. Adanya kepuasan bagi setiap pekerja. 9. Meningkatkan motivasi kerja.

10. Menumbuhkan keyakinan atau kepercayaan diri.

11. Adanya pengembangan kepemimpinan antara para pekerja. 12. Adanya dorongan kreativitas antar pekerja.

13. Terjadinya peningkatan sistem dan prosedur pekerjaan.

Menurut Hasibuan (2002), manfaat Gugus Kendali Mutu (GKM) bagi manajemen perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Dapat menangkap persoalan yang sebenarnya dengan lebih cepat. 2. Lebih banyak tekanan yang diberikan pada tahap perencanaan. 3. Cara berfikir yang berorientasi pada proses akan mendapatkan

dorongan kuat untuk bekerja.

4. Orang memusatkan perhatian pada permodalan yang lebih penting. 5. Setiap orang ikut ambil bagian dalam membina sistem baru.

2.4. Tinjauan Studi Terdahulu

Jauhary (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Karyawan (Studi Kasus: PT. Behaestex, Gresik). Berdasarkan hasil penelitiannya, karyawan laki-laki, usia 31-40 tahun, berpendidikan SMA atau sederajat serta telah bekerja selama 11-15 tahun mampu menaati waktu dengan baik sehingga menjadi faktor utama terciptanya produktivitas kerja. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis korelasi dan regresi berganda.

16

Maharani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan hasil penelitiannya, disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai sangat tinggi yang ditandai dengan tingkat kehadiran yang rendah. Sedangkan prestasi kerja pegawai terkategori baik. Peneliti menganalisis penelitiannya menggunakan analisis regresi berganda.

Riestiany (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Efektifitas Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus pada Plant 11 PT Indocement Tunggal Perkasa, Tbk). Berdasarkan hasil penelitiannya, tingkat produktivitas kerja karyawan P-11 selalu berada diatas standar yang telah ditetapkan dan tingkat produktivitasnya cenderung meningkat. Peneliti menganalisis besarnya pengaruh menggunakan metode analisis regresi berganda.

17

III.METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai pelopor dan sekaligus market leader dalam bisnis jalan tol di Indonesia menjadi tujuan perusahaan. Keberhasilan atas prestasi tersebut menjadikan perusahaan terus berupaya meningkatkan kualitasnya. Hal ini dibuktikan perusahaan dengan melakukan perubahan identitas menuju sebuah perbaikan yang telah dimulai pada tahun 2007 lalu. Perubahan identitas tersebut tentunya bukan hanya sebagai sebuah slogan semata, akan tetapi harus disertai dengan tindakan yang nyata. Sejalan dengan identitas baru tersebut, maka dibutuhkan suatu langkah strategis berupa sebuah visi dan misi perusahaan. Visi dan misi menjadi aturan dalam organisasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

Pelayanan transaksi di gerbang tol merupakan jasa utama dalam pelayanan jalan tol. Sehingga peningkatan pelayanan lalu lintas melalui kelancaran bertransaksi di gardu tol sesuai sasaran mutu perlu dilakukan perusahaan untuk memenuhi keinginan pengguna jalan tol. Pelaksanaan kegiatan pengendalian operasional melalui pelayanan transaksi pada setiap gerbang tol menjadi tanggung jawab bagian Pengumpul Tol. Untuk meningkatkan pelayanan transaksi di gardu tol pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, maka dibuat Gardu Tol Otomatis (GTO). Gardu Tol Otomatis (GTO) merupakan gardu pelayanan transaksi jalan tol tanpa ada petugas pengumpul tol yang melayani. Gardu Tol Otomatis (GTO merupakan ide murni dari kelompok Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penyusunan kebijakan yang dilakukan oleh GKM Pasteur dalam pelaksanaan GTO, menganalisis persepsi karyawan operasional yaitu petugas pengumpul tol terhadap pelaksanaan GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja karyawan operasional. Faktor penyebab dominan terbentuknya Gardu Tol Otomatis (GTO) berdasarkan analisis yang telah dilakukan GKM Pasteur adalah (1) Contacless Smartcard Dispenser (CSD) rusak, yaitu alat untuk menulis

18

golongan, gerbang asal kendaraan di gardu masuk, (2) Kartu Tanda Masuk Elektronik (KTME) tersangkut pada CSD, yaitu alat tanda bukti masuk jalan tol pada sistem tertutup yang menunjukan identitas jenis kendaraan dan asal gerbang tol yang menjadi informasi dalam penentuan tarif pada gardu keluar, (3) Keterbatasan jumlah gardu, (4) Tidak ada kebijakan menambah gardu yang rusak. Sedangkan faktor-faktor produktivitas kerja karyawan operasional dipengaruhi oleh (1) Kemauan kerja, (2) Kemampuan kerja, (3) Etika kerja, (4) Kesejahteraan karyawan dan (5) Lingkungan kerja. Sehingga hasil analisis deskriptif dari persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis dan faktor-faktor produktivitas kerja, dapat memberikan masukan positif bagi perusahaan dalam upaya peningkatan mutu dan layanan bertransaksi bagi pengguna jalan tol sesuai dengan sasaran mutu perusahaan yaitu lancar, aman, dan nyaman.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi Peningkatan pelayanan lalu lintas melalui

kelancaran bertransaksi pada gardu tol sesuai dengan sasaran mutu Pembentukan GKM Pasteur

Ide Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis

Analisis deskriptif persepsi karyawan operasional terhadap GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja Gardu Tol Otomatis (GTO):

1. Contacless Smartcard Dispenser Rusak

2. KTME tersangkut pada CSD 3. Keterbatasan jumlah gardu

4. Tidak ada kebijakan menambah gardu yang rusak

Faktor-faktor Produktivitas Kerja: 1.Kemauan kerja

2.Kemampuan kerja 3.Etika kerja

4.Kesejahteraan kerja 5.Lingkungan kerja

19

3.2. Jenis Data dan Sumber Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak lain seperti dalam bentuk tabel ataupun diagram. Sumber data primer berupa data langsung yang diterima pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder berupa dokumen perusahaan, buku, dan media elektronik yang terkait dengan penelitian.

3.3. Metode Penentuan Sampel

Penentuan jumlah sampel atau responden merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, karena dibutuhkan sampel yang mewakili karakteristik dari populasi penelitian yang diwakilinya. Menurut Umar (2005), populasi merupakan sekumpulan satuan analisis yang terdapat didalamnya terkandung informasi yang ingin diketahui. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk dilibatkan dalam penelitian, melalui sampel diharapkan peneliti mengetahui informasi mengenai populasi.

Metode pengambilan sampel yang diterapkan adalah secara convenience sampling, dimana metode ini paling murah dan cepat dilakukan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang akan mereka temui. Ada beberapa macam yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel dari suatu populasi, salah satunya adalah dengan rumus slovin sebagai berikut:

 = 1 +   … … … (1)

 = 1 + 160 (0,1)160  = 60 karyawan operasional

20 n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya nilai persentase ketidaktelitian sebesar 10%.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu karyawan operasional pengumpul tol pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi yang berjumlah 160 karyawan, dengan rumus slovin didapatkan sampel sebesar 60 karyawan operasional.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Secara umum metode pengumpulan data yang digunakan antara lain:

1. Metode pengamatan atau observasi, merupakan pengambilan data dengan cara pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti. Pengamatan harus dilakukan secara sistematis dan berkaitan dengan tujuan penelitian. Pengamatan langsung terbagi menjadi dua, yaitu pengamatan tidak berstruktur dan pengamatan berstruktur. Pengamatan tidak terstruktur dilakukan peneliti tanpa mengetahui aspek-aspek dari kegiatan yang ingin diamati relevan dengan tujuan penelitiannya, sedangkan pada pengamatan berstruktur berbanding terbalik dengan pengamatan tidak terstruktur. Pengamatan berstruktur memiliki keunggulan yaitu isi pengamatan lebih sempit dan sistematis sehingga peneliti dapat melakukan kontrol yang sesuai dengan keperluan untuk menguji hipotesis dan memecahkan masalah penelitian.

2. Metode penggunaan pertanyaan, yaitu proses untuk memperoleh keterangan melalui tanya jawab secara langsung maupun tidak langsung untuk tujuan penelitian. Metode penggunaan pertanyaan secara langsung (wawancara) merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden dengan bertatap muka secara langsung. Pewawancara harus mampu memperoleh keterangan yang lengkap dari responden untuk

21

mendukung tujuan penelitian. Hal ini dinilai efektif apabila pernyataan yang diberikan terarah dengan baik. Wawancara dilakukan dengan karyawan operasional pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, khususnya pada Bagian Pengumpul Tol dan Bagian Sumber Daya Manusia. Sedangkan metode penggunaan pertanyaan secara tidak langsung yaitu pengisian kuesioner. Kuesioner merupakan cara untuk mengumpulkan data yang terdiri dari pernyataan logis berhubungan dengan masalah penelitian. Pada setiap pernyataan yang terdapat dalam kuesioner merupakan jawaban-jawaban yang memiliki makna dalam menguji hipotesis untuk diuji. Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada 60 orang responden yang merupakan karyawan operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi. Kuesioner pada penelitian ini, dapat dilihat pada Lampiran 1. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri menjadi dua bagian yaitu:

a. Bagian data responden dari karyawan operasional yang meliputi karakteristik demografi dan keadaan umum responden secara umum, yang meliputi jenis kelamin karyawan, usia karyawan, tingkat pendidikan terakhir karyawan, status kepegawaian karyawan dan masa kerja karyawan.

b. Bagian pernyataan sikap yang dirasakan oleh responden terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan terkait dengan pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) berjumlah 15 pernyataan dan sebanyak 20 pernyataan yang diajukan berkaitan dengan faktor-faktor produktivitas kerja karyawan operasional.

Langkah untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO), peneliti melakukan pengamatan langsung keberadaaan Gardu Tol Otomatis dan mencari informasi yang lengkap dari Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur. Sedangkan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor produktivitas kerja karyawan yang ada di PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, peneliti melakukan identifikasi awal terhadap sejumlah faktor-faktor produktivitas kerja berdasarkan teori dan kemudian didiskusikan dengan pihak perusahaan.

22

Pernyataan yang diberikan kepada 60 responden, merupakan bentuk pernyataan tertutup, dimana alternatif jawaban telah disediakan dalam kuesioner.

3. Metode kepustakaan, merupakan tahapan persiapan untuk mencari serta melengkapi untuk mendukung tujuan penelitian seperti data tinjauan pustaka dan profil perusahaan. Tahapan selanjutnya adalah tahapan pelaksanaan sebagai pelengkap sumber data karyawan pada perusahaan.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0 dari data hasil kuesioner yang diperoleh selama penelitian. Pengolahan data kuesioner dilakukan untuk mengetahui persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor-faktor produktivitas kerja. Adapun tahapan kerja untuk pengolahan data dari kuesioner untuk menganalisis persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja adalah:

Dalam dokumen Oleh SELLY RACHMALIA H (Halaman 20-94)

Dokumen terkait