BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
6.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa (+)- katekin dan ekstrak air gambir tidak berpotensi sebagai antibakteri. Antibiotik yang boleh digunakan adalah pada konsentrasi < 8 µg dan bersifat resisten pada konsentrasi > 64 µg. Maka disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bakteri jenis lain yang berpotensi dapat
49
menimbulkan penyakit pada manusia dan diharapkan bahan uji berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri jenis lain tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Assani, S. 1993. Ultrastruktur, Morfologi dan Pewarnaan Kuman dalam buku
Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara
Bonang, S dan E.S, Koeswandono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta : Gramedia
BPOM RI. 2007. Acuan Sediaan Herbal Volume ketiga Edisi Pertama. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Brock, T. D. 1973. Basic Microbiology With Applications. London: Prentice-Hall International, Inc: 72-73, 89-92.
Campbel, G.R., J. Prosser., A. Glover., and K. Killham. 2001. Detection of Escherichia coli in Soil and Water using Multiplex PCR. Journal of Applied Microbiology. 91, 1004-1010
Carson C.F., Brian J.M and Riley T.V. 2002. Mechanism of Action of Tea Tree Oil on Staphylococcus aureus Determined by Time Kill, Lyses, Leakage, and Salt Tolerance Assays and Electron Microscopy. Antimicrobial Agent and Chemotherapy 6 : 1914-1920
Chatim, A dan Suharto. 1993. Sterilisasi dan Disinfeksi dalam buku Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara
Chia M. L., J. K. Preston dan C. I. Wei. 2000. Antibacterial Mechanism of Allyl Isothiocyanate. J. of Food Protection 63 (6): 727- 734.
Cox S.D., Mann C.M., Markham J.L., Bell H.C., Gustafson J.E., Warmington J.R and Wyllie S.G. 2000. The Mode of Antibacterial Action of The Essential Oil of Melaleuca Alternifolia (Tea Tree Oil). Journal of Apply Microbiology
50
Cox S. D, Cindy M. Mann, Julie L. Markham, John E. Gustafson, John R. Warmington and S. Grant Wyllie. 2001. Determining the Antimicrobial action of Tea Tree Oil.Molecules (6) : 87-91.
Cowan M. Murphy. 1999. Plants Product as Antimicrobial Agents. Journal Microbiology Review. 12 (4) : 564-582
Dalimarta, S. 2003. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta : Puspaswara, Anggota Ikapi.
Davidson. P. M. dan A. L. Branen. 1993. Antimicrobial In Food (2nd). Marcel Dekker, Inc. New York.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta:13-21.
Dhalimi, A. 2006. Permasalahan Gambir (Uncaria gambir L.) di Sumatera Barat dan Alternatif Pemecahannya. Perspektif Volume 5 Nomor 1. Juni : 46-59 Djauhariya dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta : Penebar
Swadaya
Evans, W.C. 2002. Trease and Evans Pharmacognosy 15th Edition. Nottingham, U.K : W.B. Saunders
Haryanto, S. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Yogya : Palmall Himpsl, S. D., C. Virginia.L., J. Richard. H., David. E. J., dan Harry L.T.M. 2008.
Identification of Virulence Determinants in Uropathogenic Proteus mirabilis
Using Signatur-Tagged Mutagenesis. Journal of Medical Microbiology
57(2008), 1068-1078.
Idris, H. 2007. Pemakaian Fungisida Gambir Terhadap Penyakit Bercak Fusarium
sp pada Daun Serai Wangi. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia Edisi Khusus No 3 Hal 379-385
Jamsari., Yaswendri dan M. Kasim. 2007. Fenologi Perkembangan Bunga dan Buah Spesies Uncaria gambir. Biodiversitas Volume 8 No 2, Hal 141-146
51
Jeol. 1995. Specimen Preparation Method for Scanning Electron Microscope.
JEOL Application Note. Tokyo.
Karsinah, L.H.M., Suharto dan Mardiastuti H.W. 1993. Batang Negatif Gram
dalam buku Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara
Kresnawaty, I dan A. Zainuddin. 2009. Aktivitas Antioksidan dan Bakteri dari Derivat Metil Ekstrak Etanol Daun Gambir (Uncaria Gambir). Jurnal Litri
15(4)Hal.145-151
Lorian, V. 1980. Antibiotics Laboratory Medicine. Baltimore : The Williams & Wilkins Company: 17, 121-122.
Lucida, H., A. Bakhtiar dan Wina A.P.2007. Formulasi Sediaan Antiseptik Mulut dari Katekin Gambir. Jurnal Sains Teknologi Farmasi 12(1)
Maillard J. J. 2002. Bacterial Target sites for Biocide Action. J. of Applied Microbiology Symposium Supplement (92): 16 S- 27 S.
Mardisiswojo, S dan H. Rajakmangunsudarso. 1968. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang Cetakan ke 2. Jakarta : Depkes RI
Miksusanti., Betty, S. L. J., Bambang, P., dan Gatot, T. 2008. Kerusakan Dinding Sel Escherichia coli K1.1 Oleh Minyak Atsiri Temu Kunci (Kaempferia pandurata). Berita Biologi 9 (1).
Misra, M. 2009. The key to medicinal plants research revolves around the detection, isolation, and characterisation of antioxidants as therapeutic agents. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 3(10).
Noor R. R. 2001. Scanning Electron Microscope. Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Peoloengan, M., Chairul., I. Komala., S. Salmah dan Susan. 2006. Aktivitas Antimikroba dan Fitokimia dari Beberapa Tanaman Obat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
Pembayun, R., Murdijati. G., Slamet. S dan Kapti R. K. 2007. Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir). Majalah Farmasi Indonesia 18(3) Hal 141-146.
52
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.
Sampurno. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Setiabudy, R dan Vincent H.S. Gen. 1995. Pengantar Antimikroba dalam buku
Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI
Sirait, M., E. Loho., R. B. Sutrisno., S. Prawirosujanto., M. B. Lesmono., B. Poerwodhiredjo., B. Dzulkarnain., B. Wahyudi., Abisono dan A. Hidir. 1989. Materia Medika Indonesia. Jakarta : Dirjen POM.
Soesilo, S., Andajaningsih., Richard. P., Tjartim. H dan Lucky. S. S. 1995.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Stansfield W. D., Colome J. S. Cano R. J. 2006. Biologi Molekuler dan Sel, Moleculer and Cell Biology. Alih Bahasa: Varian Fahmi. Jakarta: Erlangga:23
Taguri, T., Takashi. T., dan Isao.k., 2006. Antibacterial Spectrum of Plant Polyphenols and Extracts Depending upon Hydroxyphenil Structure., Biol. Pharm. Bull. 29 (11) 2226-2235
Ultee A., M. H. J. Bennik dan R. Moezelaar. 2002. The Phenolic Hydroxyl Group of Carvacrol is Essential for Action against the Food-Borne Pathogen Bacillus cereus. J. Applied and Environmental Microbiology 68 (4) : 1561-1568.
Utami, P., Novi. W., Nina. W., Dewi. D., Agung. S., Tinton D. P., Hadi. I., Lukito. A.M., Ug’t dan Iwan’S. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat 431 Jenis Tanaman Penggempur Aneka Penyakit. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka Voravuthikunchai, S., Amornrat. L., Wanpen. J., Trechada. S., Souwalak. P and
Thanomjit. S.2004. Effective Medicinal Plants Againts Enterohaemorrhagic
Escherichia coli O157:H7. Journal of Ethnopharmacology 94 Hal 49-54 Wilhelm, A. 2008. Photochemistry of (+)- Catechin and (-)- Epicatechin.
53
Lampiran 1. Skema pembuatan ekstrak gambir (Uncaria gambier Roxb.).
Gambir
Diserbuk
Diekstraksi dengan cara maserasi
Filtrat disaring
Filtrat dipekatkan dengan vakum evaporator
Dibekukan dan dimasukkan dalam freeze drying selama 1-2 hari
Didapat ekstrak air gambir
54
Lampiran 2. Skema isolasi katekin dari gambir dengan kromatografi kolom
Gambir
Serbuk gambir
Ekstraksi dengan etil asetat
Sebagian ekstrak di KLT, untuk mengetahui perbandingan pelarut,
lalu diisolasi dengan kolom
Hasil fraksinasi ditampung dan dievaporasi
Hasil evap di KLT kembali dan dibandingkan dengn standar katekin
Didapat (+)- katekin
55 Lampiran 3. Skema pembuatan suspensi bakteri
Bakteri uji yang telah diremajakan 24 jam
Bakteri diambil satu ose, dengan ose yang telah disterilkan
Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml MHB steril
Suspensi bakteri digunakan untuk penentuan KHM
Suspensi bakteri digunakan untuk uji difusi cakram
Jumlah bakteri dihitung dengan metode cawan hitung Suspensi bakteri diencerkan hingga
diperoleh 105 sel bakteri/ml Diinkubasi shaker selama 24 jam
56
Lampiran 4. Skema kerja penentuan diameter hambat dengan metode difusi cakram
Media
Mueller Hinton Agar
Dituang ke cawan petri dan dibiarkan membeku
Diinokulasi dengan 1 ml suspensi bakteri
Diletakkan kertas cakram yang telah dijenuhkan lar uji dan
kontrol negatif
Diukur diameter hambat yang terbentuk
Diinkubasi pada suhu 370 C, 24 jam
57 Lampiran 5. Skema kerja penentuan KHM/MIC
Setiap erlenmeyer berisi larutan 5ml (MHA + aquades + ekstrak) yang dituang keatas media MHA Media MHA, dituang ke masing –
masing petri (petri telah dibagi 5 bagian untuk suspensi bakteri).
Setelah mengeras lalu dituang larutan yang berisi sampel di
atasnya
Setelah mengeras, diteteskan ± 1 tetes suspensi bakteri S. flexneri, P.
aeruginosa, E.coli, P. vulgaris dan
P. mirabilis dimasing-masing bagian pada petri.
Diinkubasi selama 24 jam, pada suhu 37o C
Diamati pertumbuhan bakterinya
Jika tidak terdapat koloni bakteri, diperoleh KHM
58
Lampiran 6. Skema analisis kebocoran dinding/membran sel bakteri
10 ml suspensi bakteri
Disentrifuse 15 menit, 3500 rpm
Pellet dicuci dengan buffer fosfat, 2 kali
Ditambahkan 1 ml larutan uji 1 KHM & 2 KHM
Disentrifuse selama 15 menit, 3500 rpm
Diinkubasi shaker 24 jam Suhu 37 ºC
Disuspensikan dalam 9 ml buffer fosfat
Disaring dan cairan supernatan diambil
Diukur kadar ion K+ dan Ca2+ dengan AAS
Diukur absorban λ
260 nm dan 280 nm dengan spektro UV
59
Lampiran 7. Skema pengamatan morfologi sel bakteri
Pellet direndam dengan glutaraldehid dan buffer cocodhilate selama 4 jam.
Selanjutnya di sentrifuse dan sufernatan dibuang.
Pellet direndam kembali dengan tannin acid 1 % dalam buffer
caccodhilate selama 12 jam
Disentrifuse & supernatan dibuang dan pelet direndam dalam 2 % larutan
osmium tetraoksida selama 2-4 jam.
Dicuci lagi dengan etanol 50%,70%, 80%, 95% masing-masing selama 10
menit.
Dibiarkan 10 menit dan sentrifuse lagi 5 menit lalu supernatan dibuang.
Dicuci dengan buffer caccodhilate lalu disentrifuse dan pellet dicuci
dengan ethanol 50% dingin
Dicuci dengan ethanol absolute dan disentrifuse 5 menit sebanyak 2 kali & dicuci kembali dengan terbutanol 2
60
Lampiran 8. Perhitungan konsentrasi dengan metode makro dilusi
Konsentrasi gambir maupun katekin adalah 5 mg/ml; 7,5 mg/ml; 10 mg/ml; 12,5 mg/ml; 15 mg/ml; 17,5 mg/ml; 20 mg/ml; 22,5 mg/ml; 25 mg/ml
Larutan Induk :
25 mg/ml x 5 = 125 mg/ml = 125 µg/µl = 0,125 mg/µl
Perhitungan masing-masing konsentrasi : 1. 25 x 5
= 1000 µl = 1 ml 0,125
Maka, x MHA + (5000 – 1000) = 1000 µl ekstrak = 4000 µl aquades
2. 22,5 x 5
= 900 µl 0,125
Maka, x MHA + (5000 – 900) = 900 µl ekstrak = 4100 µl aquades
3. 25 x 5
= 800 µl 0,125
Maka, x MHA + (5000 – 800) = 800 µl ekstrak Dicoating dengan emas selama 1 jam
dalam kondisi vakum. Diamati dengan menggunakan mikroskop
electron (seri JSM-5310LV) Ditambahkan sedikit terbutanol pada
endapan sel. Dioleskan apusan sel pada slip glas
61 = 4200 µl aquades
4. 17,5 x 5
= 700 µl 0,125
Maka, x MHA + (5000 – 700) = 700 µl ekstrak = 4300 µl aquades
5. 15 x 5
= 600 µl 0,125
Maka, x MHA + (5000 – 600) = 600 µl ekstrak = 4400 µl aquades
6. 12,5 x 5
= 500 µl 0,125
Maka, x MHA + (5000 – 500) = 500 µl ekstrak = 4500 µl aquades
7. 10 x 5
= 400 µl 0,125
Maka, x MHA + (5000 – 400) = 400 µl ekstrak = 4600 µl aquades
8. 7,5 x 5
= 300 µl 0,125
Maka, x MHA + (5000 – 300) = 300 µl ekstrak = 4700 µl aquades
9. 5 x 5
= 200 µl 0,125
62
Maka, x MHA + (5000 – 200) = 200 µl ekstrak = 4800 µl aquades
Lampiran 9. Diameter hambat (+)- katekin dan ekstrak air gambir terhadap
Shigella flexneri, Pseudomonas aeruginosa, Eschericia coli, Proteus vulgaris dan Proteus mirabilis 7 mg/ml.
Bakteri
Shigella flexneri
Pseudomonas aeruginosa
63 Keterangan K : (+)- Katekin G : Gambir Proteus vulgaris Proteus mirabilis
64
Lampiran 10. Pertumbuhan bakteri Shigella flexneri, Pseudomonas aeruginosa, Eschericia coli, Proteus vulgaris dan Proteus mirabilis terhadap (+)- katekin dan ekstrak air gambir dengan metode makrodilusi.
Konsentrasi Sampel Bakteri 5 mg/ml Gambir
(+)- katekin
Konsentrasi Sampel Bakteri 7,5 mg/ml Gambir
65 Konsentrasi Sampel Bakteri 10 mg/ml Gambir
(+)- katekin
Konsentrasi Sampel Bakteri 12,5 mg/ml Gambir
66 Konsentrasi Sampel Bakteri 15 mg/ml Gambir
(+)- katekin
Konsentrasi Sampel Bakteri 17,5 mg/ml Gambir
67 Konsentrasi Sampel Bakteri 20 mg/ml Gambir
(+)- katekin
Konsentrasi Sampel Bakteri 22,5 mg/ml Gambir
68 Konsentrasi Sampel Bakteri 25 mg/ml Gambir (+)- katekin Keterangan : Ec : E. coli Sf : S. flexneri Pa : P. aeruginosa Pv : P. vulgaris Pm : P. mirabilis
69 Lampiran 11. Data Hasil AAS (Ca2+ dan K+)
71 Lampiran 12. Alat-alat yang digunakan
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
Keterangan : (a). Autoklaf (b). Inkubator
(c). Shaker inkubator (d). Freeze drying (e). UV-Vis (f). Sentrifuse
(g). Atomic absorption spectrometer (h). Scanning electron microscope