• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Saran

Berikut ini beberapa saran yang diajukan peneliti, yaitu:

1. Bagi guru, diharapkan lebih memperhatikan dalam menyampaikan konsep yang diajarkannya agar siswa tidak mengembangkan konsepsi yang salah dan tidak mengemukakan konsep berdasarkan pendapatnya sendiri. Kemudian memilih dan merancang strategi pembelajaran yang tepat agar kesalahan dalam memahami konsep (miskonsepsi) tidak terjadi pada siswa. Diharapkan juga guru dapat memberikan remediasi secepat mungkin ketika ditemukan miskonsepsi pada siswa tersebut, karena jika dibiarkan akan terus terjadi dan

dapat mengganggu pemahaman konsep siswa selanjutnya yang terkadang masih berkaitan antar konsep tersebut.

2. Memberikan latihan yang lebih sering kepada siswa untuk membuat peta konsep agar terhindar dari kesalahan dalam membuat peta konsep dan dalam penyusunannya harus didukung dengan motivasi, sehingga peta konsep yang dibuat menjadi bermakna serta diharapka tidak ditemukan miskonsepsi pada peta konsepnya.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai miskonsepsi pada konsep-konsep biologi dengan melakukan teknik analisis yang lainya, seperti CRI, pilihan ganda beralasan, analogi, two-tier test, wawancara klinis, test esai tertulis, dan atau gabungan dari beberapa teknik tersebut.

64

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.

Arikunto, Surhasimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2009.

---.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Concept Mapping Rubrics, Tersedia di http://centeach.uiowa.edudiakses tanggal 10 Oktober 2012

Dahar, Ratna Wilis.Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. 2011.

Dikmenli, Musa. Misconceptions of Cell Division Help by Student Teacher in Biology: Drawing Analysis. Turkey: Journal Scientific Research and Essay Vol. 5 (2), 2010.

Dina Susilawati, Fransisca, “Implementasi Strategi Peta Konsep dalam Cooperatif Learning Sebagai Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi Bioteknologi di SMA N 8 Surakarta.”Skripsidi Universitas Sebelas Maret Surakarta: 2008. tidak diterbitkan.

Echols, John M., dan Hassan Shadily. An English-Indonesia Dictionary. Jakarta: Gramedia. 1996.

Fleischman, Howard L.,et al.,Highlights From PISA 2009: Performance of U.S. 15-Year Old Students in Reading, Mathematics, and Science Literacy in

an International Context (NCES2011-004). Washington, DC: U.S.

Department of Education, National Center for Education Statistics,U.S. Government Printing Office. 2010.

Gonzales, Patrick, et al,. Highlights From TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourth- and Eighth-Grade Students in an International Context (NCES 2009–001Revised).Washington, DC: U.S. Department of Education,National Center for Education Statistics, Institute of Education Sciences. 2009.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta :Bumi Aksara. 2011.

Henno, Imbi & Priit Reiska. “U C c M A m T Sch B y”, d m A. J C , . R , M. Ah b & J. D. Novak (eds.), Concept Mapping: Connecting Educators, Proc. Of the

Third Int. Conference on Concept Mapping, (Finland: Tallin. Estonia & Helsinki, 2008.

Kharatmal, Meena, Concept Mapping for Eliciting Students Understanding of Science, (Mumbai: Journal Indian Educational Review, Vol. 45, No. 2, 2009.

Mclure, John R. Mc.et al. Concept Map Assessment of Classroom Learning: Reliability, Validity and Logistical Practicality.Journal of Research in Science Teaching Arizona.Vol. 36, No. 4, 1999.

Mursiti, Sri. Pembelajaran Dengan Penyajian Peta Konsep Sebagai Alternatif Mengatasi Kesulitan Mahasiswa Memahami Biosintesis Alkaloid Pada Mata Kuliah Kimia Organik Bahan Alam. Jurnal Widya Tama.Vol. 4 no. 2, 2007.

Novak, Joseph D. “Th Th y U d y C c M d H w C uc Th m”,

http://.stanford.edu/dept/SUSE/projects/ireport/articles/concepts_maps/T he%20Underlying%20Concept%Maps.pdf diakses tgl 13 Januari 2012

Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. 2008.

Ricardo & Pabio, Concept Mapping As A Learning Tool For The Employment Relationts Degree. Spain: Journal of International Education Research-Special Edition Vol. 7, No. 5, 2011.

Rustaman, Nuryani Y., dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. 2005.

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.

Siti Musidah, Uuh. “Identifikasi MiskonsepsiSiswa pada Konsep Ekosistem dengan Menggunakan PetaKonsepdi kelas X SMA N19 Bandung.” Skripsi di FPMIPA UPI Bandung: 2010. Tidak dipublikasikan.

Sofyan, Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Press. 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

Suhirman. Prakonsepsi, Miskonsepsi, dan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian. No. 2, 1998.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005.

Suparno, Paul. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo. 2005.

Tekkaya, Ceren. “M c c B U d d B y”.Hacettepe Universites Egitium Fakultesi Dergizi. Ankara. 2002.

Tom, Vilberg. ”Using Concept Mapping in a Sensation and Perception Course”

A Paper Presented at the National Institute for the Teaching of Psychology University., 1996. [Online]. Tersedia: http://riven clarion.edu/trivelberg/conceptmap.html. diakses tanggal 18Januari 2012.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010.

Udeani, Uchenna & Philomena N. Okafor, The Effect of Concept Mapping Instructional Strategy on the Biology Achievement of Senior Secondary School Slow Learner. Nigeria: Journal of Emerging Trends in Educational Reseach and Policy Studies, 2012.

Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 & Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2011), Cet. V, h. 60-61.

Yarden, Hagit., et al. Using the Concept Map Technique in Teaching Introductory Cell Biology to College Freshmen. Israel: Journal Bioscene Volume 30 (1), 2004.

Yusuf, Yustin, dkk. Upaya Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Penggunaan Peta Konsep Pada Siswa Kelas Ii4 Smp Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2004/2005. Jurnal Biogenesis. Vol 2, 2006.

Zimmaro, Dawn M., et al. “Validation of Concept Maps As a Representation of

S uc u w d ”,

http://suen.ed.psu.edu/~hsuen/pubs/concept%20map%validation.pdf diakses 8 Januari 2013.

Zulfiani, dkk,. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.

96 Lampiran 4

CONCEPT MAP

(PETA KONSEP)

PANDUAN PENYUSUNAN DAN PEMBUATAN

PETA KONSEP

Oleh :

LIDYAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

A. Tujuan Pembuatan Peta Konsep :

1. Siswa dapat menentukan proposisi yang sesuai untuk menghubungkan antara konsep yang satu dengan yang lainnya agar terjadi kebermaknaan

2. Siswa dapat membuat hierarki dari tiap tingkatan konsep, dari yang umum ke khusus (kompleks)

3. Siswa dapat membuat kaitan silang antara konsep yang satu dengan konsep disebrang lainnya

4. Siswa dapat memberikan contoh dari setiap konsep

5. Siswa dapat mengalami belajar bermakna melalui peta konsep sehingga diharapkan tidak terjadi lagi kesalahpahaman

6. Penggunaan peta konsep untuk menganalisis kesalahpahaman (Misconception) siswa.

B. Landasan Teori : 1. Peta Konsep

Pemetaan konsep menurut Novak dalam Ricardo dianggap sebagai teknik belajar yang utama digunakan untuk representasi grafis dari pengetahuan. Teknik ini sebelumnya dibuat dan dikembangkan di Cornell University dan didasarkan pada teori "Belajar Bermakna" diusulkan oleh Ausubel. Teori ini mendukung hipotesis bahwa "Faktor yang paling penting dalam belajar adalah subjek apa yang telah diketahui ". Menurut Novak juga pemetaan konsep adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut dalam hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum, dan konsep-konsep yang lebih spesifik. Peta konsep dapat digunakan sebagai alat untuk belajar bermakna. Sehingga dalam mempelajari suatu konsep diharapkan tidak terjadi kesalahpahaman (Misconception).

2. Penggunaan Peta Konsep Untuk Menganalisis Kesalahpahaman (Misconception)

Menurut Novak dalam Suparno, miskonsepsi sebagai suatu interprestasi konsep-konsep, dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima, yang tidak sesuai dengan konsep para ahli sebelumnya.

Sedangkan menurut Fowler, miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikai contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.

Dari penjabaran di atas mengenai kesalahpahaman (Misconception) dapat dilihat dan disimpulkan bahwa kesalahpahamn terjadi akibat hubungan antara konsep-konsep, klasifikasi contoh yang salah untuk suatu konsep, hubungan tingkatatan hirarki antar konsep yang tidak benar, dan adanya kaitan silang antara konsep-konsep yang tidak tepat atau bahkan salah, sehingga menimbulkan konsepsi yang salah tidak terciptanya kebermaaknaan. Dalam Suparno menyatakan faktor penyebab miskonsepsi bisa dibagi menjadi lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa, pengajar, buku teks, konteks, dan cara mengajar.

Kesulitan dalam mengatasi masalah miskonsepsi memang sulit diubah dan awet melekat pada seseorang. Ada pun cara yang digunakan untuk menentukan pemahaman konseptual dan kesalahpahaman siswa dengan beberapa cara, yaitu dengan pertanyaan terbuka, two-tier tes diagnostik, wawancara dan gambar serta selain itu juga salah satunya dengan menggunakan peta konsep, menggunakan analogi dalam mengajar dan sebagainya.

Pemetaan konsep dapat menjadi kegiatan yang sangat baik dalam menilai pengetahuan sebelumnya siswa, yang sangat penting karena pengetahuan sebelumnya merupakan penentukan faktor dalam pembelajaran berikutnya. Fungsi peta konsep dalam kegiatan belajar mengajar adalah untuk belajar bermakna. Menurut Sulistio mengemukakan macam-macam cara tentang penggunaan peta konsep untuk pembelajaran sains salah satunya adalah menganalisis miskonsepsi siswa.

3. Cara Membuat Peta Konsep

Langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut: (1) memilih suatu bahan bacaan, (2) menentukan konsep-konsep yang relevan (konsep telah ditentukan oleh peneliti) , (3) mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif, dan (4) menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas (puncak) bagan tersebut lalu dihubungkan dengan kata hubu m y “ d ”, “m u ”, d -lain. 4. Penilaian Peta Konsep Untuk Menganalisis Miskonsepsi

Peta konsep siswa dianalisis secara kuantitatif dengan rubik penilaian yang mengacu pada Novak. Secara kuantitatif penilaian dilakukan dengan pemberian skor terhadap kriteria-kriteria penyusun suatu peta konsep (concept maps). Sedangkan untuk penilaian kualitatif diperoleh dari kata penghubung yang membentuk suatu proposisi yang bermakna sehingga tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi) dalam memahami suatu hubungan antar konsep-konsep yang dipelajari. Adapun menurut Novak penilaian kuantitatif (penskoran) suatu peta konsep yang dibuat oleh siswa dapat dilakukan berdasarkan:

a. Proposisi adalah antara dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung. Proposisi dikatakan sahih untuk mendapatkan belajar bermakna, jika menggunakan kata penghubung yang tepat. Untuk setiap proposisi yang sahih diberi skor 1.

b. Hirarki adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang paling khusus. Urutan penempatan konsep yang lebih umum dituliskan di atas konsep yang lebih khusus dituliskan di bawahnya. Hierarki dikatakan sahih jika urutan penempatan konsepnya benar. Untuk setiap hierarki yang sahih diberi skor 5.

c. Kaitan Silang adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada satu hierarki dengan konsep lain pada hierarki lainnya. Kaitan silang dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep pada hierarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang dikatakan kurang sahih jika tidak menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep sehingga hubungan antara kedua konsep tersebut menjadi kurang jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan silang yang kurang sahih diberi skor 2.

d. Contoh adalah kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai dengan atribut konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di dalam kotak karena contoh bukanlah konsep. Untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1.

e. Selain itu, kriteria concept map dapat dibangun dan mencetak materi yang akan dipetakan. Kemudian membagi skor siswa dengan skor kriteria peta (peta acuan) untuk memberikan persentase perbandingan. (Catatan bahwa beberapa siswa dapat melakukan lebih baik dari kriteria dan menerima lebih dari 100%.).

Gambar 1. Contoh Skor Peta Konsep Berdasarkan Penilaian Novak & Gowin (1984)

Penilaian atau penskoran terhadap peta konsep yang dibuat siswa dibandingkan dengan mengacu pada rubik penilain peta konsep Novak yang telat dibuat sebelum pembelajaran (peta konsep acuan) untuk menilainya dengan dibandingkan antara peta konsep siswa dengan peta konsep acuan sesuai kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil penskoran tersebut guru dapat mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar dalam suatu materi tertentu dan dilihat sejauh mana siswa memahami materi tersebut serta selain itu pula dapat mengidentifikasi dalam menganalisis ada tidaknya kesalahan konsep dari siswa (miskonsepsi) pada suatu materi pelajaran. Adapun rumus perhitungan secara kualitatif yaitu dengan persentase berikut ini:

Referensi

Imbi Henno & Priit Reiska, Using Concept Mapping As Assessment Tool In School Biology, (Finland: Concept Mapping: Connecting Educators, Proc. Of The Third Int. Conference on Concept Mapping diakses di http://

cmc.ihmc.us/cmc2008papers/cmc2008-p404.pdf pada tanggal 20 September 2012). p. 1

Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika , (Jakarta: Grasindo, 2005) h. 4-5

Ricardo & Pabio, Concept Mapping As A Learning Tool For The Employment Relationts Degree, (Spain: Journal of International Education Research-Special Edition 2011 Vol. 7, No. 5), p. 23

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) Ed. Pertama, Cet. Ke-3, h. 160

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 35-36

http://centeach.uiowa.edu [Online] diakses tanggal 10 Oktober 2012

103 Lampiran 5

Lembar Kerja Siswa Petunjuk Pembuatan Peta Konsep

1. Bacalah wacana dengan seksama.

2. Tuliskan konsep-konsep penting yang ditemukan dalam wacana.

3. Urutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling umum ke yang lebih khusus atau contoh.

4. Hubungkan setiap konsep tersebut dengan kata penghubung yang sesuai (misal: meliputi, terbagi menjadi, terdiri dari dan lain sebagainya).

5. Gunakan kertas HVS yang telah disediakan untuk menyusun peta konsep. 6. Beri nama pada HVS di pojok kanan atas.

WACANA

Sistem Pencernaan pada Manusia

Makanan merupakan sumber energi dan sumber bahan baku untuk membangun tubuh. Makanan yang kita makan tidak dapat langsung kita gunakan. Sebelum dapat digunakan tubuh, makanan dicerna dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang berperan dalam proses pencernaan. Saluran pencernaan merupakan alat yang dilalui oleh bahan makanan. Adapun kelenjar pencernaan merupakan bagian yang mengeluarkan enzim untuk membantu mencerna makanan.

A. Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan manusia sangat panjang, yaitu sekitar 9 meter. Saluran pencernaan meliputi mekanisme kerja dan organ-organ pencernaan makanan yang terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar. 1. Mekanisme Kerja

Sistem pencernaan pada manusia meliputi mekanisme kerja dalam proses pencernaan makan di dalam saluran pencernaan dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik adalah proses pengubahan makanan dari bentuk yang besar atau kasar menjadi bentuk yang kecil atau halus. Pencernaan kimiawi adalah proses pengubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan bantuan enzim.

a. Pencernaan secara mekanik, yaitu contohnya pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot-otot lidah dan pipi untuk mencampur makanan dengan air ludah sehingga terbentuklah suatu bolus untuk ditelan.

b. Pencernaan secara kimiawi, yaitu contohnya pemecahan zat pati (amilum) oleh ptialin menjadi maltosa. Ptialin bekerja di rongga mulut dengan pH 6,3 - 6,8. Selain itu juga pencernaan secara kimia terjadi di lambung dan usus halus dengan bantuan enzim-enzim yang berperan membantu proses pencernaan makanan.

2. Organ-organ Pencernaan

Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ. Organ tersebut mencerna makanan melalui proses mekanik maupun kimiawi. Berikut penjelasan organ-organ pencernaan pada manusia.

a. Mulut

Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses pencernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan makanan sehingga ukurannya cukup kecil untuk ditelan ke dalam perut. Mulut dapat menghaluskan makanan karena di dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Giigi berfungsi menghancurkan makanan. Adapun fungsi lidah adalah membolak-balikan makan sehingga semua makanan dihancurkan secara merata. Selain itu, lidah merupakan indra pengecap juga ia membantu menelan makan. Gigi dan lidah termasuk alat pemroses pencernaan makanan dengan mekanisme kerja secara mekanik.

Selain pencernaan makanan secara mekanik, di mulut juga terjadi pencernaan secara kimiawi karena terdapat juga air liur yang menghasilkan enzim ptialin. Adapun enzim ptialin mengubah amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana, yaitu maltosa.

b. Kerongkongan (Esofagus)

Setelah makanan diperlakukan secara mekanik dan kimiawi di dalam mulut, selanjutnya makanan akan didorong oleh lidah menuju saluran kerongkongan, yang panjangnya kurang lebih 20 cm dan lebar 2 cm. Di dalam kerongkongan ini makanan hanya lewat selama kurang lebih 6 detik. Kerongkongan atau esofagus berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung.

Pada saat melewati kerongkongan, makan didorong masuk ke lambung oleh adanya gerakan peristaltik otot-otot kerongkongan. Hal ini dikarenakan dinding kerongkongan tersusun atas otot polos yang melingkar dan memanjang serta berkontraksi dan berelaksasi secara bergantian. Akibatnya, makanan berangsur-angsur terdorong masuk ke lambung. Di kerongkongan makanan hanya lewat saja dan tidak mengalami proses mekanisme kerja sistem pencernaan.

c. Lambung

Lambung merupakan semacam kantong yang terletak di rongga perut, tepatnya di bawah diafragma (sekat rongga badan) agak ke kiri. Lambung terdiri atas tiga bagian, yaitu kardiak (bagian atas), fundus (bagian tengah), dan pilorus (bagian bawah).

Lambung mempunyai dua macam otot lingkar yang berfungsi mengatur masuk atau keluarnya makanan di lambung. Otot lingkar yang pertama adalah otot lingkar kardiak yang terletak di ujung lambung yang berbatasan dengan kerongkongan. Ototlingkar yang kedua adalah otot lingkar pilorus yang terletak di ujung lambung yang berbatasan dengan usus halus.

Dinding lambung terdiri atas tiga lapisan otot, yaitu otot memanjang, melingkar, dan miring. Kontraksi ketiganya dapat menyebabkan makanan teraduk secara merata dengan getah lambung yang dihasilkan oleh kelenjar di bagian fundus. Proses pengadukan ini membuat makan berubah bentuk lebih halus lagi seperti bubur (kim). Dalam getah lambung terdapat asam klorida (HCl), enzim pepsinogen, dan renin. HCl berfungsi untuk mematikan bakteri yang terbawa oleh makanan, merangsang sekresi getah

usus, dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin berfungsi mencerna protein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang disebut pepton. Renin berfungsi mengumpulkan protein susu (kasein) yang terdapat di dalam susu.

d. Usus Halus

Usus halus merukana saluran dengan panjang sekitar 6,5 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). 1) Usus dua belas jari (Duodenum)

Pada bagian ini bermuara saluran dari kantong empedu dan pankreas. Saluran empedu berupa suatu kantung yang panjangnya 7 – 10 cm terletak di bawah hati. Saluran empedu mengalirkan getah (kelenjar) empedu yang dihasilkan oleh hati. Getah empedu sangat berperan dalam pencernaan lemak dengan cara mengurangi tegangan permukaan sehingga lemak berubah menjadi emulsi lemak dan mengaktifkan lipase. Pigmen getah empedu memberi warna khas pada feses (tinja) dan urine.

Saluran pankreas menyalurkan getah (kelenjar) pankreas yang dihasilkan oleh pankreas di bawah lambung. Getah pankreas mengandung tiga macam enzim, yaitu lipase, amilase, dan tripsin.

2) Usus Kosong (Jejenum)

Usus ini dinamakan usus kosong karena pada mayat usus ini selalu kosong. Di bagian inilah semua proses pencernaan berakhir. Sudah zat tepung sudah dicerna menjadi glukosa; semua protein sudah dicerna menjadi asam amino; dan semua lemak sudah dicerna menjadi asam lemak dan gliserol. Vitamin dan mineral tidak mengalami proses pencernaan, tetapi langsung diserap oleh usus halus.

Kelanjar-kelenjar yang ada di dalam jejenum dan ileum menghasilkan getah usus yang mengandung beberapa enzim, antara lain maltase, sukrose, dan laktase. Getah usus juga mengandung erepsinogen yang harus diaktifkan enterokinase (aktivator enzim) menjadi erepsin, suatu enzim peptidase. Maltase berfungsi mencerna maltosa menjadi dua

molekul glukosa. Sukrose berfungsi mencerna sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Laktase berfungsi mencerna laktosa menjadi galaktosa. Peptidase berfungsi mencerna polipeptidase menjadi asam-asam amino. 3) Usus Penyerapan (Ileum)

Jejenum dan ileum memiliki panjang dengan perbandingan 2:3. Di bagian ini, sari-sari makanan diserap. Untuk mempercepat proses penyerapan sari-sari makan, usus halus dilengkapi dengan struktur berbentuk lipatan/lekukan di dalamnya. Lekukan itu disebut vili (jonjot-jonjot usus) dan berfungsi memperluas bidang penyerapan sehingga penyerapan sari-sari makanan menjadi lebih efisien.

e. Usus Besar

Panjang usus besar lebih kurang satu meter. Usus besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu usus tebal (kolon) dan poros usus (rektum). Usus tebal terdiri atas tiga bagian, yaitu naik, mendatar dan menurun. Tepat setelah klep ileosekum (klep/katup yang terdapat antara usus halus dan usus besar) terdapat usus buntu (sekum). Di bawah usus buntu terdapat semacam tabung yang panjangnya beberapa sentimeter disebut umbai cacing (apendiks). Sisa-sia pencernaan yang masuk ke dalam usus besar sebagian besar berbentuk cairan. Hal itu terjadi karena selama proses pencernaan berlangsung terjadi penambahan air untuk membantu proses pencernaan. Air berasal dari kelenjar di sepanjang saluran pencernaan. Oleh karena itu, di dalam usus besar terjadi penyerapan kembali air ke dalam tubuh. Di usus besar mendatar sisa-sisa pencernaan makin mengental dan sisa-sisa pencernaan ini sudah memadat di usus besar turun.

Jadi, fungsi usus besar yang pertama adalah menyerab air dari sisa-sisa pencernaan sehingga membentuk feses yang agak padat. Fungsi usus besar yang kedua adalah menyimpan tinja sampai dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Di dalam usus besar terdapat baktri Escherichia coli yang menguntungkan bagi tubuh kita. Bakteri tersebut berperan membusukan sisa-sisa makanan menjadi feses, berperan dalam pembentukan vitamin K,

Dokumen terkait