• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat penulis sampaikan: 1. Untuk penyelenggara, Kamyabi Homeschool.

Lebih meningkatkan layanan informasi yang jelas dan lengkap mengenai

homeschooling yang didirikan, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta terus berupaya memperbaiki segala kekurangan dalam penyelanggaraan Kamyabi Homeschool untuk pendidikan alternative yang lebih baik lagi. 2. Untuk keluarga pelaksana Homeschooling

Anak terus dilibatkan secara aktif dalam setiap pembelajaran kedepannya. Memilih guru/tutor yang benar – benar mampu dan kompeten di bidangnya, metode dan media yang mudah dan menyenangkan guna mendapatkan hasil yang maksimal bagi pembelajaran anak.

3. Untuk tamatan/alumni mahasiswa Pendidikan Agama Islam

Moral dan akhlak bangsa merupakan bagian dari tanggung jawab tamatan/alumni jurusan Pendidikan Agama Islam. Adalah kewajiban kita bersama untuk berpartisipasi dan bahkan ikut menyelenggarakan pendidikan alternatif seperti homeschooling agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi lebih menyenangkan dan tidak kalah saing dengan bidang studi lainnya.

81

Undang-Undang Sisdiknas. Jakarta : Departemen Agama RI, 2003. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1993. Daradjad, Zakiah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi aksara, 2004. Daradjad, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi

Aksara, 1995

Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. Ponorogo: STAIN Press. 2006 Hanafi, M.Ag., M.A., Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009. Hasbullah. Dasar – Dasar Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005. Ibrahim, R dan Nana Syaodih. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineke Cipta,

2003.

Kho, Loy. Secangkir Kopi: Obrolan Seputar Homeschooling. (Yogyakarta: Kansius, 2008.

Komariah, Yayah. Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative. Jakarta: Sakura Publishing, 2007.

Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Mujib, Abdul dan Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosopis dan Kerangka Dasar Operasionalusasi. Bandung; Tri Genda Karya, 1993. Munadi, Yudi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung

Persada Press, 2008.

Rachman, Arief. Homeschooling : Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007.

Robert. A. Baron dan Donn Byrne. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga, 2005. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta : Quantum

teaching, 2005.

Sabri. M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Soebahar, Abdul Halim. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta, 2011.

Sumardiono. Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008. Yunus, Muhammad. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta : PT. Hidakarya

Nama : DRIFAL

NIM : 1110011000030

Judul Skripsi : SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM PADA KAMYABI HOMESCHOOL

TANGERANG. (Analisis Perbandingan Pembelajaran PAI di Homeschooling dengan Sekolah Formal)

No Bab

Nomor

Footnote Referensi Paraf

1. I 1 Hasbullah. Dasar – Dasar Pendidikan.

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 4

2 Muhammad Mulyadi. Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif.

http://www.google.com/artikel/homeschoo ling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12 Januari, 2005. Diakses pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB) 3 Undang – Undang Republik Indonesia No.

20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 6

4 Muhammad Mulyadi. Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif.

http://www.google.com/artikel/homeschoo ling: sebagai pendidikan alternatif. (Ditulis pada 12 Januari, 2005. Diakses pada

tanggal 25 Juni 2013, pukul 19.00 WIB 5 Pormadi Simbolon. Homeschooling:

Sebuah Pendidikan Alternatif.

http://www.google.com/artikel/homeschoo ling: sebuah pendidikan alternatif. Ditulis pada 12 Nopember, 2007. Diakses 25 Juni 2013, pukul 19.30 WIB)

6 Sumardiono. Homeschooling. (Jakarta : PT Elex Media Komputindo.2007), hal. 57 7 Robert. A. Baron dan Donn Byrne.

Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 6

8 Anwar Arifin. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sisdiknas, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2003), hal. 4 9 Arief Rachman. Homeschooling : Rumah

Kelasku, Dunia Sekolahku. (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007), hal. 7

10 MGMP PAI.

http://paismpn1lembang.blogspot.com (diakses pada tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.00 WIB)

11 MGMP PAI.

http://paismpn1lembang.blogspot.com (diakses pada tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.40 WIB)

12 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling

2. II 1 Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 82

2 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hal. 231

3 M. Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan.

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 56

4 M. Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan.

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 10

5 Abdul Halim Soebahar. Wawasan Baru Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 1

6 Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam.

(Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 10

7 Mahmud Yunus. Metodik Khusus

Pendidikan Agama. (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1992), hal. 13

8 Zakiah Daradjad. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hal. 172

9 Abdul Mujib dan Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosopis dan Kerangka Dasar Operasionalusasi.

(Bandung; Tri Genda Karya, 1993), hal. 161

10 http://sitikhadijahibrahim.blogspot.com/20

13/08/tujuan-dan-ruang-lingkup-pendidikan_12.html. (Diakses pada tanggal 8 Januari 2014, pukul 18.15 WIB.

11 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan.

(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal. 132-133

12 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan.

(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal. 133 – 136

13 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan.

(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal. 137-138

14 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan.

(Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal. 139

15 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

(Jakarta: Prenada Media, 2007), hal. 126 16 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna

Pembelajaran. (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet. Ke-IV, hal. 222

17 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet. Ke-IV, hal. 201

18 Pormadi Simbolon. Homeschooling: Sebuah Pendidikan Alternatif.

http://www.google.com/artikel/homeschoo ling: sebuah pendidikan alternatif. Ditulis pada 12 Nopember, 2007. Diakses 30 Juni 2013, pukul 19.30 WIB)

Homeschooling. (Jurnal Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang), diakses pada 10 Oktober 2013, pukul 13.10 WIB. 20 Yayah Komariah. Homeschooling: Trend

Baru Sekolah Alternative. (Jakarta: Sakura Publishing, 2007), hal. 6

21 Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga. Undang –

Undang Republik Indonesia. (Jakarta, 1992), hal. 61

22 Loy Kho. Secangkir Kopi: Obrolan Seputar Homeschooling. (Yogyakarta: Kansius, 2008), hal. 243-244.

23 Direktorat Pend. Kesetaraan. (Komunitas Homeschooling Sebagai Pendidikan Kesetaraan, Jakarta, 2006), hal. 12

24 Sumardiono. Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar.

(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal 62-66

25 Sumardiono. Homeschooling : A Leap For Better Leraning; Lompatan Cara Belajar.

(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal 62

3. III 1 Sugiyono. Metode Penelitian

Kombinasi (Mixed Method).

(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 13 2 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian.

(Jakarta: CV. Rineka Cipta, 1993), cet ke-9, hal. 102

3 Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method).

(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 316

4 Sugiyono. Metode Penelitian

Kombinasi (Mixed Method).

(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 326

5 Sugiyono. Metode Penelitian

Kombinasi (Mixed Method).

(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 333 4. IV 1 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim

Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling

pada tanggal 5 Januari 2014.

2 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling

pada tanggal 5 Januari 2014.

3 http://www.kamyabihomeschool.com/visi-dan-misi.html (Diakses pada tanggal 6 Januari 2014, pukul 22.15 WIB)

4 Data dari arsip Kamyabi Homeschooling

bagian administrasi

5 http://okemat.blogspot.com/2012/kumpula n-permendiknas-undang-undang-dan.html (Diakses pada tanggal 20 Maret 2014, pukul 09.00 WIB)

6 Yudi Munadi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 65

7 M. Hanafi, M.Ag., M.A., Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Departemen Agama RI, 2009), hal. 166-167

8 Yudi Munadi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 68

9 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V, hal. 86

10 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V, hal. 32

11 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi aksara, 2004), cet. Ke-V, hal. 33

12 http://penelitiantindakankelas.blogspot.co m/2013/11/standar-proses-pembelajaran-kurikulum.html. (Diakses pada tanggal 8 Januari 2014, pukul 04.34 WIB)

13 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran.

(Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008), hal. 173

14 R. Ibrahim dan Nana Syaodih.

Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineke Cipta, 2003), hal. 102

15 Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 147

16 Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 148

17 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. (Jakarta : Quantum teaching, 2005), hal. 52-53

18 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran.

(Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008), hal. 171

19 Suharsimi Arikunto. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hal. 3

20 Fuadi A. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo: STAIN Press. 2006), hal. 213 21 Hasil wawancara dengan orang tua

penyelenggara homeschooling pada hari Kamis tanggal 23 Januari 2014

22 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling

pada tanggal 5 Januari 2014

23 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling

pada tanggal 5 Januari 2014

24 Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Said, Pendiri Kamyabi Homeschooling

pada tanggal 5 Januari 2014

Diketahui,

Dosen Pembimbing

Dr. Dimyati, M.Ag

Jabatan : Founder (Pendiri Kamyabi Homeschooling) Hari/Tanggal : Minggu / 5 Januari 2014

Tempat : Masjid Darul Ishlah (Student Center)

1. Pertanyaan : Apa maksud atau makna dari Kamyabi itu?

Jawaban : Kata Kamyabi berasal dari bahasa urdu. Jika diterjemahkan ke bahasa Arab berarti An-Najah sedangkan dalam bahasa Inggris berarti success. Jadi arti Kamyabi dalam bahasa Indonesia adalah Sukses. Maksudnya adalah sukses dalam menjalankan pendidikan, terutama pendidikan Agama Islam dan umum lainnya.

2. Pertanyaan : Sudah berapa lama Kamyabi Homeschooling ini berdiri? Jawaban : Lebih kurang 8 (delapan tahun). Berdiri pada 31 Oktober

2005

3. Pertanyaan : Siapa pencetus dan pendiri Kamyabi Homeschooling ini? Jawaban : Saya sendiri (H. Abdul Halim Said) dan istri

4. Pertanyaan : Apa alasan anda mendirikan Homeschooling ini?

Jawaban : 1. Keprihatinan terhadap sikap siswa dalam merayakan kelulusan mereka dengan mencoret pakaian sebagai bentuk ungkapan senang. Hal ini yang membuat Pendidikan Agama Islam pada siswa hancur setelah dibangun selama 3 (tiga) tahun lamanya.

formal yang dilakukan anaknya.

3. Pendidikan Agama Islam mulai terpinggirkan dengan bertambahnya alokasi waktu pendidikan umum lainnya.

4. Sistem hukuman yang diberikan lembaga pendidikan formal cenderung disama-ratakan tanpa memahami alasan yang terjadi pada si anak. Contohnya hukuman skorsing pada anak yang rumahnya jauh dan jalanan yang macet (jarak sekolah yang jauh) dengan skorsing pada anak yang rumahnya dekat dan bangun kesiangan.

5. Bakat dan minat serta pola belajar anak yang berbeda. Hal ini tidak dapat mereka kembangkan di sekolah formal yang menganggap sama semua siswa. 6. Setelah menggali literatur Islam dalam pendidikan,

ternyata nabi Muhammad telah menerapkan sistem pendidikan yang serupa dengan homeschooling.

7. Kembali mengajak orang tua atau keluarga untuk ikut berpartisipasi secara langsung dan aktif dalam pendidikan anak atau anggota keluarganya. Seperti yang banyak kita ketahui, orang tua atau keluarga adalah pendidik pertama dalam kehidupan anak atau anggota keluarga lainnya.

Permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan formal diatas, dapat diselesaikan dengan mewujudkan alternatif pendidikan yang disebut homeschooling. Dalam pendidikan ini, anak merasa bebas dan berhak

mengajar, termasuk memilih guru yang ia senangi untuk semua mata pelajaran, terutama pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Bila homeschooling

dilaksanakan dengan serius, maka kurikulum 2013 dan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik

8

5. Pertanyaan : Hambatan apa saja yang anda alami saat mendirikan

homeschooling ini?

Jawaban : Hambatan yang saya alami hanya terbatas pada beberapa orang yang belum memahami homeschooling itu sendiri. Selain itu masih kurangnya promosi tentang

homeschooling ini. Namun semuanya masih bisa diatasi dengan baik.

6. Pertanyaan : Apa keunggulan yang ada di homeschooling ini?

Jawaban : 1. Anak berhak dan bebas menentukan metode dan cara belajar yang dianggapnya menyenangkan tanpa mengurangi esensi dari materi yang di ajarkan nantinya.

2. Anak bebas mempelajari dan mendalami apa yang ia inginkan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Nantinya mereka akan dikelompokkan pula pada komunitas yang sama dengan minta dan bakat mereka sehingga tidak ada kesan jenuh dalam lingkungan belajar mereka. Tidak lupa pendidik menanamkan nilai – nilai Agama Islam dalam setiap pembelajaran, baik itu matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan sebagainya.

menentukan pendidikan.

4. Memberikan waktu luang yang lebih banyak bagi siswa. Banyak pendiri homeschooling yang tidak mengerti dengan lembaga pendidikan yang mereka dirikan. Menentukan alokasi waktu sendiri, tempat belajar sendiri, dan tutor sendiri tanpa melibatkan siswa yang akan ber-homeschooling disana. Hal ini tidak ubahnya dengan pendidikan formal lainnya.

7. Pertanyaan : Jenis homeschooling apa saja yang ada pada lembaga ini? Jawaban : Ada tiga jenis homeschooling yaitu:

1. Homeschooling tunggal

Disini anak akan belajar dirumah dengan orang tua atau anggota keluarga lainnya. Dengan hadirnya berbagai peralatan multimedia dan internet yang tidak terbendung sekarang ini maka cara belajar anak pun menjadi mudah, karena semua materi pelajaran dan tugas dapat dibuka di smartphone, tablet, ipad maupun laptop yang tersambung dengan internet. Bahkan tidak tertutup kemungkinan anak-anak dapat bekerja secara mandiri atau berkelompok di desktop atau peralatan multimedia lainnya.

2. Homeschooling tutor visiting

Pihak kami (homeschooling) mengirimkan tutor untuk melakukan proses belajar mengajar bersama anak.

3. Student Visit

Murid dapat membentuk komunitas berdasarkan materi pelajaran, peringkat kelas, kerja sebuah proyek, dan sebagainya.

8. Pertanyaan : Dari jenis homeschooling yang ada, manakah yang paling banyak diminati masyarakat?

Jawaban : Dari awal berdiri hingga sekarang (tahun 2014),

homeschooling tungggal lebih banyak diminati oleh orang tua dan anaknya. Alokasi waktu yang fleksibel, metode yang disepakati dan sistem pengajaran membuat anak mereka merasa nyaman. Media yang ada serta jadwal bertemu (untuk materi khusus) membuat mereka juga dapat bertemu dengan teman – teman dan beraktivitas serta berinteraksi sosial dengan positif. Bahkan ada salah satu murid kami yang bernama Shafiyah yang sekarang menetap di Bahrain. Orang tuanya menginginkan ijazah pendidikan Indonesia karena nantinya mereka akan kembali menetap di Indonesia.

9. Pertanyaan : Apakah ada pelajaran Pendidikan Agama disini?

Jawaban : Ya. Akar dari merosotnya moral anak bangsa adalah pendidikan Agama di ajarkan setengah – setengah tanpa ada implementasi dan evaluasi. Akhir – akhir ini, Pendidikan agama hanya sekedar teori layaknya pelajaran umum lainnya. Kami selalu mengajarkan pendidikan Agama Islam secara khusus dan tetap memasukkan nilai

– nilai ajaran agama Islam pada saat anak belajar materi bidang studi lainnya.

yang berbeda untuk belajar agama Islam. Untuk materi khusus (praktek) Agama Islam, kita mengalokasikan tiga hari untuk mereka pilih salah satunya yaitu selasa, kamis, dan sabtu mulai pukul 15.30 sampai selesai.

11. Pertanyan : Apakah ada materi lain untuk menunjang pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

Jawaban : Ada. Beberapa diantaranya seperti program pesantren

kilat, hafalan Qur’an, hadits, deeniyah, nahwu, sharaf,

dan sebagainya. Program ini tentunya ditentukan dengan jenjang atau tingkat pendidikan mereka.

12. Pertanyaan : Bagaimana dengan kurikulum yang ada di

homeschooling ini?

Jawaban : Kurikulum mengikuti kurikulum yang ada di Indonesia dengan tetap mengutamakan nilai – nilai agama di dalamnya.

13 Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di homeschooling dimana orang tua atau keluarga sebagai pelaksana atau tutor?

Jawaban : Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

homeschooling yang dilakukan oleh keluarga hampir sama dengan sekolah formal yang ada. Mereka (keluarga) harus membuat RPP sebegai bentuk kesiapan dalam memulai pembelajaran. Setiap alokasi waktu (jadwal pembelajaran) disesuaikan dengan keadaan anak dan karakteristik mereka. Keluarga tentu mengetahui mana

anggota keluarga (bila memiliki kesanggupan) atau melibatkan pihak luar (guru privat) mengajarkan anaknya. Untuk proses kegiatan pembelajaran sendiri, siswa lebih dituntut untuk berperan aktif daripada orang tua yang hanya pemberi umpan (rangsangan). Hal ini bertujuan agar keberhasilan pembelajaran tidak hanya diukur dari nilai saja akan tetapi juga meliputi penerapan (praktik) menyeluruh dan berkelanjutan dari pembelajan yang telah dilaksanakan. Itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah pembelajaran (penerapan).

Jabatan : Orang Tua Pelaksana Homeschooling

Hari/Tanggal : Kamis, 23 Januari 2014

Tempat : Rumah Pribadi

1. Pertanyaan : Apa alasan anda memilih homeschooling untuk anak? Jawaban : Alasan utama saya memilih homeschooling sebagai

tempat pendidikan anak adalah karena orang tua yang tugasnya sebagai pendidik utama terhadap anak - anaknya. Saya ingin ikut berpartisipasi dan menikmati secara langsung dalam pendidikan anak, memastikan anak tumbuh secara normal, sehat jasmaninya, rohani, intelektual, dan mental.

2. Pertanyaan : Adakah alasan lain?

Jawaban : Mungkin hampir sama dengan alasan para orang tua yang menyelenggarakan homeschooling untuk anaknya. Pergaulan disekolah yang saya lihat semakin mengkhawatirkan seperti tawuran, obat – obat terlarang bahkan asusila membuat saya cemas dengan kembang-tumbuh anak. Alasan lain, saya memahami betul karakteristik belajar anak yang sukar ditemukan disekolah formal, seperti senang belajar dalam keadaaan santai sambil mendengarkan musik. Lokasi sekolah formal yang jauh dari rumah juga turut menjadi pertimbangan. Saya juga tidak ingin anak terjebak pada paradigma bahwa belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan ijazah

bidang studi dipegang oleh salah satu anggota keluarga kecuali IPA yang kami mendatangkan guru dari luar.

4. Pertanyaan : Siapa yang menjadi pemateri/tutor untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam?

Jawaban : Tetap anggota keluarga. Lebih dominan adalah saya sebagai ibunya. Tapi untuk beberapa bab tertentu, pemateri adalah ayahnya atau kakak.

5. Pertanyaan : Bagaimana dengan penyusunan RPP?

Jawaban : RPP sedikit-banyak kami ambil dari RPP yang sudah ada di internet dengan melakukan perubahan didalamnya. Perubahan itu dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi anak serta pemateri/tutor. Karena yang belajar adalah anak, saya melibatkan mereka dalam perubahan dan penyusunan RPP.

6. Pertanyaan : Kapan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

Jawab : Pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai setelah sholat Maghrib, sekitar 75 Menit untuk setiap pertemuan. Dimulai pukul 18.15 hingga 19.30 WIB.

7. Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

Jawab : Sama seperti sekolah formal. Hanya saja, disini anak dituntut untuk aktif menggali apa yang ia mau (indikator). Jika kompetensi dasar belum tercapai dari yang anak

Saya juga memfasilitasi pembelajaran anak dengan multimedia dan media internet. Fasilitas ini yang sukar ditemukan oleh anak saya sebelumnya karena beberapa sekolah formal tidak memfasilitasi anak untuk menggunakan internet karena beberapa pertimbangan seperti konten dewasa, game dan sebagainya

8. Pertanyaan : Tidakkah anda khawatir dengan aspek sosial (pergaulan) anak yang melaksanakan homeschooling?

Jawaban : Insya Allah tidak. Homeschooling bukanlah penjara bagi anak. Anak, saya beri kebebasan untuk bersosialisasi dengan siapapun, baik dalam dunia maya, tempat les ataupun lingkungan sekitar. Tentu semua itu tetap dalam pengawasan anggota keluarga tanpa mereka merasa diawasi. Inilah yang tidak didapat anak dalam sekolah formal (pengawasan dari guru)

9. Pertanyaan : Bagaimana hasil pembelajaran yang anda lihat dari anak? Jawaban : Hasil belajar anak untuk semester ini dikategorikan baik.

Tumbuh kembangnya pun dapat saya awasi dengan baik. Aspek sosialnya pun saya rasa tidak ada masalah karena anak masih dapat bergaul dengan banyak teman yang ada dilingkungannya.

Dokumen terkait