• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Data

4. Sumber Belajar

Setiap manusia memerlukan belajar untuk mengembangkan pengetahuan, bakat dan minatnya. Dalam pengembangan kemampuan tersebut, seseorang membutuhkan guru, bahan dan peralatan sebagai penunjang proses pembelajarannya yang dikenal sebagai sumber belajar.

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang memungkinkan seseorang belajar atau segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.13

Beberapa sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah manusia, alat dan bahan pengajaran, berbagai aktivitas dan kegiatan serta lingkungan sekitar. Tujuan dari sumber belajar ini adalah:

a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran

b. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran c. Lebih memantapkan pembelajaran

d. Memungkinkan penyajian pembelajaran dan informasi yang lebih luas

13

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008), hal. 173

5. Materi Pembelajaran

Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan eluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.

Materi pembelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting, artinya untuk mencapai tujuan – tujuan pengajaran materi pelajaran yang terdiri dari fakta – fakta, generalisasi, konsep, hukum atau aturan dan sebagainya yang terkandung dalam mata pelajaran.14

Dalam pemilihan materi terdapat langkah – langkah yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Kemanfaatan, apakah bahan yang dipilih memang bermanfaat bagi pencapaian tujuan pengajaran siswa.

b. Kesesuaian, apakah bahan yang dipilih sesuai dengan kepentingan dan taraf kemampuan psikis dan fisik siswa.

c. Ketepatan, apakah bahan yang dipilih sudah sesuai dengan alokasi waktu dan runut dalam penyampaiannya.

d. Situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, apakah bahan pelajaran yang hendak dipilih tidak bertentangan dengan situasi, kondisi dan kepentingan masyarakat sekitar.

e. Kemampuan guru, apakah bahan pelajaran sudah dikuasai dan dipahami guru.15

Setelah memilih materi, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan dan menyusunnya. Dalam mengorganisasikan, guru perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

14

R. Ibrahim dan Nana Syaodih. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineke Cipta, 2003), hal. 102

15

Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 147

a. Keseimbangan, seyogyanya bahan pengajaran disusun secara seimbang, baik mengenai sumber, struktur dan segi – segi kemampuan siswa.

b. Keterpaduan, baik secara horizontal yang menyangkut kaitan antara satuan bahasan, mata pelajaran dan keterpaduan vertical yang menyangkut kaitan antara susunan bidang studi antar semester.

c. Kemudahan, merupakan tujuan pokok pengorganisasian bahan pengajaran agar siswa dapat menangkat, memahami, dan mencernakan bahan tersebut untuk mencapai tujuan instruksional d. Kesederhanaan, materi harus disusun dengan sederhana, diberi contoh

– contoh, diilustrasikan dengan bahasa yang mudah untuk membantu siswa dalam mempelajarinya.16

6. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.17

Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa.

b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.

16

Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 148

17

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. (Jakarta : Quantum teaching, 2005), hal. 52-53

c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

d. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

e. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

f. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

7. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Jenis media pembelajaran dapat berbentuk teks, audio, visual, proyeksi gerak, miniatur dan sebagainya.

Media pembelajaran dapat membawa dan membangkitkan rasa senang bagi siswa dan dapat membangkitkan semangat mereka, serta membantu memantapkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran. Media bermanfaat untuk :

a. Membangkitkan perhatian siswa.

b. Memperjelas informasi yang di sampaikan.

c. Memotivasi siswa mengikuti materi pembelajaran.

d. Mendorong ingatan, mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sedang di pelajari.

Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk pembelajaran siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, di antaranya:

a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan

kondisi siswa.

d. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi.

e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya.18

8. Evaluasi dan Penilaian

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menetukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Lebih lanjut Cronbach dan Stufflebeam menambahkan, bahwasannya proses evaluasi bukan hanya sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.19.

Hasil evaluasi dapat diperoleh dari penilaian. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

9. Tindak Lanjut

Tindak lanjut berarti suatu aksi atau tindakan koreksi (corrective action) sebagai lanjutan langkah dalam mencapai perbaikan dan atau mengembalikan segala kegiatan pada tujuan yang seharusnya. Tindak lanjut terhadap evaluasi hasil pembelajaran perlu dipahami dan dilakukan

18

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2008), hal. 171

19

Suharsimi Arikunto. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hal. 3

oleh setiap stakeholder. Apabila laporan hasil evaluasi pembelajaran itu kurang maka apa yang harus dilakukan oleh pengambil kebijakan pendidikan. Apa yang dilakukan oleh seorang pendidik, siswa dan orang tua serta stakeholder pemerintah. Langkah – langkah tindak lanjut ini berupa:20

a. Identifikasi kelebihan dan kelemahan laporan hasil evaluasi pembelajaran.

b. Peningkatan hasil belajar

c. Merancang program pembelajaran remidi (perbaikan)

d. Merancang perancanaan, pelaksanaan, evaluasi, perbaikan program pembelajaran.

C. Interpretasi Data

Setelah melakukan pengamatan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran di Kamyabi homeschool dimana keluarga sebagai pelaksana dan sekolah formal yang ada, dapat dijelaskan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah langkah awal sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran atau proses belajar mengajar. Rencana merupakan syarat mutlak karena tanpanya, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran harus disusun dengan baik.

Setelah melakukan pengamatan di lapangan, setiap jenis

homeschooling harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Keluarga yang melaksanakan homeschooling tunggal dimana orang tua menjadi tutor atau pendidik diharuskan membuat RPP untuk memperlancar proses pembelajaran. Penyusunan ini dapat melibatkan

20

Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo: STAIN Press. 2006), hal. 213.

anak dan anggota keluarga lainnya. Keterlibatan anak dalam proses penyusunan RPP akan memberi ruang tersendiri bagi mereka dalam mendesain pembelajaran yang menyenangkan, mengajarkan sikap disipilin dan bertanggung jawab terhadap apa yang direncanakan agar materi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Apabila tidak memungkinkan, orang tua atau keluarga dapat menggunakan RPP yang telah disediakan oleh pihak homeschooling atau mencarinya melalui media internet. Pemakaian RPP yang didapat ini harus dimodifikasi dan kembali didiskusikan dengan anak atau anggota keluarga lain. Hal ini tetap memberi arti bahwa anak turut dan berhak dalam merencanakan pelaksanaan pembelajarannya.

Dalam hal penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran,

homeschooling lebih demokratis daripada sekolah formal. Pada sekolah formal, penyusunan RPP hanya melibatkan guru pengajar tanpa melibatkan peserta didik dengan presepsi bahwa kemampuan semua anak didik mereka adalah sama. Hal ini akan menjadi masalah baru dikemudian hari dari peserta didik karena setiap anak memiliki cara dan daya rangsangan yang berbeda. Penyusunan RPP pada homeschooling yang melibatkan kedua belah pihak dapat mengatasi masalah tersebut.

Adapun contoh RPP pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang didesain oleh keluarga sebagai pelaksana homeschooling:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Lembaga : Kamyabi Homeschool Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas / Semester : VII / Genap

Materi Pokok : Semua Bersih Hidup Menjadi Nyaman Perkiraan Waktu : 3 Pertemuan (3 x 75 Menit)

Waktu Pelaksanaan : Setiap hari Kamis jam 18.15 sampai 19.30 Pemateri / Tutor : Ibu (Siti Chairunnisa)

A. Kompetensi Inti

1. (KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya;

2. (KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya;

3. (KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata;

4. (KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

1. Menerapkan cara bersuci (thaharah) dalam keseharian

1. Menyebutkan pengertian bersuci (thaharah) dengan bahasa

sendiri

2. Menyebutkan dalil tentang bersuci (thaharah)

3. Menyebutkan alat – alat yang bisa dipakai untuk bersuci 4. Menjelaskan hikmah bersuci 2. Mempraktikkan ketentuan /

tata cara bersuci dari najis

1. Menyebutkan pengertian najis dengan bahasa sendiri

2. Menyebutkan macam – macam najis beserta contoh

3. Menjelaskan cara bersuci dari macam – macam najis

4. Mempraktekkan cara bersuci dari najis berdasarkan syariat

3. Mempraktikkan tata cara bersuci dari hadas kecil dan hadas besar

1. Menyebutkan pengertian hadats dengan menggunakan bahasa sendiri

2. Menyebutkan macam – macam hadats dan contohnya.

3. Menjelaskan cara bersuci dari macam – macam hadats

4. Mempraktekkan cara bersuci dari hadas berdasarkan syariat

Sedangkan bentuk RPP yang digunakan pada sekolah formal adalah sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Sekolah / Madrasah : SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Genap

Materi Pokok : Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (9 x 40 Menit) Guru Bidang Studi : H.M. Nasir Rinun. S.Pd

A. Kompetensi Inti

1. (KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya; 2. (KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya;

3. (KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata;

4. (KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar

1. Menerapkan cara bersuci (thaharah) dalam keseharian 2. Mempraktikkan ketentuan bersuci dari najis

3. Mempraktikkan ketentuan bersuci dari hadits

C. Indikator

1.1. Menyebutkan pengertian bersuci 1.2. Menyebutkan dalil tentang bersuci 1.3. Menyebutkan hikmah tentang bersuci 2.1. Menyebutkan pengertian najis

2.2. Menyebutkan macam – macam najis beserta contoh 2.3. Menjelaskan cara bersuci dari najis

3.1. Menyebutkan pengertian hadats 3.2. Menyebutkan macam – macam hadats 3.3. Menjelaskan cara bersuci dari hadats

Dari kedua contoh RPP diatas, terdapat perbedaan yang dibuat oleh keluarga homeschooling dengan guru pada sekolah formal. Hal ini terlihat dari alokasi waktu, pemateri/guru dan indikator pembelajaran yang disusun oleh kedua pelaksana pendidikan.

Pada Kamyabi homeschool, alokasi waktu yang ditentukan lebih sedikit daripada sekolah formal. Waktu pembelajaran dimulai pada pukul 18.30 setelah sholat maghrib dimana kondisi dan daya tangkap siswa kembali pulih setelah banyak melakukan aktivitas disiang hari, sehingga pembelajaran yang berkisar satu jam lebih dapat terlaksana dengan baik.21 Perkiraan waktu dan waktu pelaksanaan sendiri dirancang oleh orang tua dan kemudian didiskusikan dengan anak. Berbeda dengan sekolah formal, alokasi waktu lebih panjang dan pelaksanaannya mengikuti jadwal mata pelajaran yang ditetapkan pihak kurikulum sekolah. Hal ini kadang menjadi ganjalan bagi siswa bahkan guru apabila mendapati pembelajaran agama Islam dilakukan pada siang hari dimana konsentrasi mereka mulai berkurang dan lelah.

Dalam Kamyabi Homeschool, yang menjadi guru/tutor adalah anggota keluarga sendiri. Anak juga diberi hak untuk menentukan siapa yang menjadi mentornya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasakan bosan dengan gaya dan metode pembelajaran yang diterapkan salah satu anggota keluarga mereka yang bertindak sebagai pemateri/tutor. Pemateri/tutor ditempatkan dibidang studi yang sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan dalam sekolah formal, pemateri atau tutor untuk masing – masing pelajaran adalah sama dan biasanya hanya diganti saat kenaikan kelas atau adanya evaluasi yang dilakukan pihak sekolah terhadap guru tersebut. Hal ini tentu menjadi hal yang membosankan bagi siswa apalagi mendapati karakter guru yang kurang mereka senangi seperti, pemarah, pendiam dan sebagainya.

21

Hasil wawancara dengan orang tua penyelenggara homeschooling pada hari Kamis tanggal 23 Januari 2014.

Dalam penyusunan indikator, keluarga merumuskan bersama anak untuk mengetahui apa saja yang ingin mereka ketahui pada setiap pembahasan. Apabila indikator yang diajukan peserta didik belum menjawab kompetensi dasar, orang tua berhak untuk menambahkannya. RPP yang dibuat homeschooling tunggal lebih mengukur kemampuan siswa secara afektif dan kognitif. Dalam sekolah formal, indikator disusun oleh guru bidang studi saja tanpa melibatkan atau terlebih dahulu memperhatikan tingkat kemampuan peserta didik. Tidak ada pelaksanaan praktik atau demonstrasi dalam RPP yang dibuat oleh guru pada sekolah formal, yang ada hanyalah penjelasan mengenai cara bersuci. Hal ini memberi arti bahwa ketuntasan pembelajaran hanya dilihat dari aspek kognitif saja dan sekolah formal dalam penyusunan RPP tidak memperhatikan prinsip penyusunan RPP.

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan hal yang diharapkan tercapai setelah proses belajar mengajar berakhir dan telah digambarkan dalam setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran setelah satu materi pembahasan selesai diajarkan. Tujuan ini cenderung dikontrol hanya melalui nilai semata yang diperoleh setelah melaksanakan ulangan harian atau ujian.

Secara umum, hampir sama tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah formal dengan Kamyabi Homeschool. Tujuan ini diambil dari indikator yang ada didalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Bedanya, pada keluarga pelaksana homechooling tujuan akhir dari pembelajaran tersebut adalah kemampuan anak untuk dapat mempraktekkan secara langsung apa yang telah dipelajarinya sedangkan pada sekolah formal tidak ada.

Setelah pembelajaran Pendidikan Agama Islam berakhir, nilai bukanlah menjadi patokan utama dalam mengukur tercapainya tujuan pembelajaran, akan tetapi kesadaran peserta didik dalam mengimplementasikan apa yang telah di ajarkan, baik pada bidang studi

lain maupun lingkungan sekitar. Hal ini diteruskan dengan adanya pengamatan yang dilakukan anggota keluarga dalam keseharian seperti berwudhu serta bersuci dari najis dan hadats, guna meningkatkan kesadaran spritual anak sebagai upaya mencapai pendidikan holistic untuk kehidupan. Keberhasilan baru dapat tercapai apabila terjadi perubahan dalam diri peserta didik yang tercermin baik dari segi intelek, moral maupun hubungannya dengan masyarakat sosial.

3. Kegiatan Pembelajaran

Setelah melaksanakan pengamatan, penulis akan memaparkan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan oleh keluarga sebagai pelaksana homeschooling tunggal, yaitu:

a. Pendahuluan

1) Setelah shalat maghrib, orang tua beserta anaknya mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran.

2) Untuk memperlancar proses belajar mengajar, orang tua memimpin doa yang di ikuti anaknya.

3) Orang tua mengkondisikan anaknya dan menanyakan tentang apa saja yang didapat sang anak pada materi sebelumnya (materi pertama).

4) Orang tua mengilustrasikan materi yang akan dipelajari dan tujuannya.

b. Kegiatan inti

1) Orang tua meminta anaknya untuk membuka ebook digital

atau fotocopy yang telah disediakan pihak homeschooling

untuk dibaca dan dianalisa. (Mengamati)

2) Orang tua memberikan pertanyaan kepada anak untuk ditemukan jawaban dari media internet yang ada, termasuk berinteraksi dengan teman – temannya di jejaring sosial. (Menanya)

3) Jawaban yang ditemukan oleh anak dari media internet harus dianalisa oleh anak dan disandingkan dengan apa yang telah dibaca dan dianalisanya. (Eksplorasi)

4) Orang tua mengarahkan jawaban anak agar dapat ditautkan atau dihubungkan jawabannya dengan lingkungan atau apa yang tengah terjadi. (Asosiasi)

5) Anak menyusun kesimpulan tentang materi yang dibahas dan kemudian dilengkapi oleh orang tua. Anak juga diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi tentang materi yang belum dipahaminya. (Komunikasi)

c. Kegiatan penutup

1) Orang tua memberi penguatan materi dan meminta sang anak untuk menambahkan kesimpulan yang ada.

2) Orang tua meminta anaknya untuk mempraktekkan cara bersuci (berwudhu) yang baik sesuai dengan apa yang telah dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sholat Isya berjamaah.

Adapun alur kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam pada sekolah formal adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a

2) Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar

kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

3) Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan

b. Kegiatan Inti 1) Mengamati

Peserta didik mengamati buku Pendidikan Agama Islam yang disediakan pihak sekolah

2) Menanya

Guru mengajukan pertanyaan terkait materi bahasan kepada beberapa siswa

3) Eksperimen/Explore

Guru menjelaskan dan menyampaikan materi yang berhubungan dengan bahasan.

4) Asosiasi

Guru memberi gambaran tentang masalah yang terjadi dan kemudian menghubungkannya dengan materi pembahasan. 5) Komunikasi

Guru mengajak siswa untuk mengkomunikasikan hasil temuan diluar

c. Kegiatan Akhir

1) Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas pada pertemuan tersebut.

2) Guru memberi tugas siswa dari buku Pendidikan Agama Islam hal. 45-52

3) Doa dan salam

Pada keluarga pelaksana homeschooling, proses belajar mengajar berjalan dua arah (timbal balik) dan didominasi oleh keaktifan anak dalam menemukan apa yang telah dirumuskan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat dan disepakati bersama. Metode tanya jawab atau diskusi yang diterapkan oleh orang tua turut membuat anak lebih tertantang untuk menggali lebih dalam materi yang ingin diketahuinya. Diakhir pelajaran, kegiatan ditutup dengan praktek

berwudhu secara langsung guna mengukur pemahaman anak dalam bersuci (berwudhu). Orang tua mengamati dan memperbaiki cara berwudhu anak apabila kurang sempurna.

Berbeda dengan apa yang terjadi disekolah formal. Kegiatan cenderung berjalan satu arah dimana guru mendominasi proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Dalam penyampaian materi, guru menggunakan metode ceramah dari awal hingga berakhirnya alokasi waktu yang ditentukan. Hal ini membuat banyak siswa mengalami kejenuhan dan bosan saat belajar Pendidikan Agama Islam. Tidak ada praktek setelah berakhirnya materi karena alokasi waktu yang terbatas. Kegiatan pembelajaran disini jauh dari pengertian sebuah hubungan timbal balik antara guru dan siswa.

.

4. Sumber Belajar

Adapun sumber belajar yang digunakan dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

a. Pendidik (pengajar)

Orang tua atau anggota keluarga yang lain merupakan sumber informasi sebagai pendidik (pengajar). Namun tidak tertutup kemungkinan orang tua meminta pihak homeschooling untuk menyediakan tenaga khusus untuk materi tertentu. Sedangkan dalam sekolah formal, yang menjadi pendidik adalah guru bidang studi yang ditentukan pihak sekolah.

b. Alat dan bahan pengajaran

Alat dan bahan pengajaran pada homeschooling dengan jenis tunggal sifatnya sederhana seperti papan tulis dan perkakas lainnya. Bahan yang digunakan seperti Al-Qur’an, laptop, handphone dan ebook digital serta media internet yang ada dan disesuaikan dengan kondisi keluarga yang mengadakan homeschooling. Namun disekolah formal alat yang digunakan adalah papan tulis dan perkakas lain namun bahan yang digunakan terbatas pada buku pelajaran yang disediakan

sekolah. Beberapa sekolah formal tidak memfasilitasi peserta didik untuk menggunakan internet karena beberapa pertimbangan seperti konten dewasa, game dan sebagainya.22

c. Lingkungan

Lingkungan juga termasuk dalam sumber belajar. Pada meteri tertentu, orang tua dapat meminta anaknya untuk mencari jawaban dari media internet bahkan berdiskusi dengan teman – temannya di jejaring sosial yang ada. Selain itu, anak bisa belajar di ruang perpustakaan yang disediakan pihak homeschooling. Jelas dalam hal ini homeschooling lebih memberi ruang sebebas – bebasnya bagi anak untuk menentukan sumber belajar, mulai dari siapa yang mengajarnya untuk bab atau mata pelajaran tertentu, hingga menentukan alat dan bahan dalam pembelajarannya sendiri. Berbeda dengan sekolah formal dimana siswa dibatasi dalam menemukan sumber belajar.

Dokumen terkait