• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir termuat : Daftar Pustaka, dan Lampiran-lampiran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam 1. Agama secara etimologi

Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta, yang berasal dari akar kata gam artinya pergi. Kemudian akar kata gam

tersebut mendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama

artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai kebahagiaan (Abdain, 2012). Kemudian dalam bahasa Arab kata “agama” diterjemahkan menjadi “ad-dien”. Menurut Harun Nasution, “ad-dien” mengandung arti “menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan” (Jalaluddin, 1996).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada agama terdapat empat unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan atau kepercayaan terhadap adanya Yang Agung, 2) tata hubungan atau tata penyembahan terhadap yang Agung itu dalam bentuk ritus, kultus dan pemujaan, 3) tata kaidah/doktrin, sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat baik/jujur, dan kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat, 4) tata sikap terhadap dunia, yang menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat terpengaruh

(involved) sebagaimana golongan materialisme atau

menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia, sebagaimana golongan spiritualisme.

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Marimba (1998 : 23), pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Sedangkan menurut Daradjat (1992:86), pendidikan Agama Islam adalah: pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itui sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam. 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid dan Andayani, 2004 : 135).

Sedangkan menurut Ramayulis (2004 : 71), tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat. Kemudian menurut Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada 4 (empat) macam, yaitu: (Uhbyati, 1998 : 60)

a. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut.

b. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat menglami naik turun, bertambah dn berkurang dalam perjalanan hidup

seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,memelihara dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksioanl Khusus (TIU dan TIK).

d. Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan denganbahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya

dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan

Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia

menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut: (Uhbyati : 1998 : 65)

a. Perbuatan mendidik itu sendiri

Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, mebimbing, memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam.

b. Anak didik

Yaitu pihak yang merupkan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-citakan.

c. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak

didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan kepribadian muslim.

d. Pendidik

Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.

e. Materi Pendidikan Islam

Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.

f. Metode Pendidikan Islam

Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode di sini mengemukakan bagaimana mngolah, menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.

g. Evaluasi Pendidikan

Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya tidak dapat dicapai sekali \gus, melainkan melaui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka

pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim.

h. Alat-alat Pendidikan Islam

Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.

i. Lingkungan

Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam.

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Prestasi Belajar

Menurut Tulus Tu’u (2004:75) prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Sedangkan menurut Arikunto (1999 : 276) prestasi belajar adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang ditetapkan.

Prestasi belajar juga didefinisikan oleh Slameto (2003:2) sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian prestasi belajar di atas maka secara singkat prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya yang dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.

Berdasarkan penjelasan di atas maka untuk mengetahui prestasi pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang digunanakan Prestasi belajar PAI Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 yang dinyatakan dalam dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat yang dihimpun dalam buku raport.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang kompleks dan terpadu, yang keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari peserta didik, faktor lingkungan, faktor instumen pembelajaran yang meliputi strategi pembelajaran, kurikulum, materi, guru media, evaluasi maupun faktor proses (Winkel, 1991) yang dikutip Khotimah (2004 : 15). Tidak jauh berbeda Slameto (2003) yang dikutip Mudjijono dan Widiarti

(2008:8) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar . Faktor intern terdiri dari :

1) Faktor jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada sesorang dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan cenderung untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu :

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk

kegiatan masyarakat.

Melihat dari beberapa faktor di atas, guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk itu sudah menjadi tuntutan bagi setiap guru untuk secara kontinyu meningkatkan kemampuan profesinya sehingga menjadi lebih professional dalam melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas sebagai usaha meningkatkan prestasi belajar siswa yang didiknya.

C. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam

Guru merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan mutu pendidikan. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya (Kunandar, 2009:42).

Dari penjelasan di atas jelas tersirat bahwa penting bagi guru untuk mengedepankan sikap profesionalime dalam melakukan proses pembelajaran kepada siswa-siswanya sehingga akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya.

Menurut Supriyadi (2011 : 43), kata profesionalisme dapat dipahami sebagai kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang yang professional. Sedang menurut Anoraga dan Suyatni (2001 : 86), profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”.

Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.

Disamping istilah profesionalisme, ada istilah lainnya yaitu profesi atau profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, professional berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profisiensi sebagai mata pencaharian (Supriyadi, 2011 : 43). Profesional juga dapat diartikan sebagai pekerjaan atau kegitan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).

Ditambahkan oleh Anoraga dan Suyatni (2001 : 86), kata profesi atau

profesion yang berasal dari perbendaharaan Anglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja. Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu “panggilan”. Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur, yaitu:

1. Unsur keahlian, berkaitan dengan kecakapan teknik. 2. Unsur panggilan, berkaitan dengan kematangan etik.

Berkaitan dengan kecakapan teknik dikemukakan oleh Machmudah dan Rosyidi (2008:14) profesionalisme guru sebagai pengelola proses pembelajaran dapat dinilai dari beberapa aspek, yaitu:

1. Kemampuan guru dalam merencanakan sistem pembelajaran, antara lain dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :

a. Kemampuan guru memilih prioritas materi yang akan diajarkan

b. Kemampuan guru memilih dan menggunakan metode

c. Kemampuan guru memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada

2. Melaksanakan sistem pembelajaran, antara lain dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :

a. Kemampuan guru memilih bentuk pembelajaran yang tepat

b. Kemampuan guru menyajikan urutan pembelajaran yang tepat

3. Mengevaluasi sistem pembelajaran, antara lain dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :

a. Kemampuan guru melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses

b. Kemampuan guru mengadministrasikan hasil evaluasi

4. Mengembangkan sistem pembelajaran, antara lain dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :

a. Kemampuan guru mengoptimalisasi potensi peserta didik

b. Kemampuan guru mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut

Sedang kode etik yang perlu dipenuhi oleh seorang guru menurut Majid dan Mudzakir (2006 : 97) antara lain, yaitu

1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka serta tabah.

Kondisi di ata Imran ayat 15 Artinya : “Dis terhadap mer tentulah mer ma'afkanlah bermusyawara kamu telah m Sesungguhnya Nya”. 3. Menjaga kewi Kondisi di ata Imran ayat 79 Artinya : Tidak wajar b Kitab, Hikma "Hendaklah k Allah." akan te rabbani, karen tetap mempela

Selain itu dise ini :

atas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Q 59 sebagai berikut :

isebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlak ereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi ereka menjauhkan diri dari sekelilingm mereka, mohonkanlah ampun bagi ratlah dengan mereka dalam urusan itu. Ke membulatkan tekad, Maka bertawakkallah ya Allah menyukai orang-orang yang bertaw

wibawaan dan kehormatannya dalam bertindak atas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Q

9 sebagai berikut :

r bagi seseorang manusia yang Allah berikan mah dan kenabian, lalu Dia berkata kep kamu menjadi penyembah-penyembahku bu

tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menja rena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan di

lajarinya.

isebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Ahzab ay

Qur’an surah Ali

laku lemah lembut gi berhati kasar, mu. karena itu i mereka, dan emudian apabila h kepada Allah. tawakkal

kepada-ak.

Qur’an surah Ali

an kepadanya Al kepada manusia: bukan penyembah njadi orang-orang disebabkan kamu ayat 21, di bawah

Artinya : Sesungguhnya bagimu (yaitu (kedatangan) h Begitu juga da Artinya : “Apa yang di yang dilarang Dari ketiga ay menjaga kew bagaimanapun siswanya. 4. Menghilangka 5. Bersifat lemah rendah, serta m 6. Meninggalkan 7. Berusaha mem pertanyaannya diajarkannya.

ya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tau itu) bagi orang yang mengharap (rahm ) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. dalam al-Hasyr ayat 7

didatangkan oleh Rasul kepadamu ambillah o ngnya kepada kamu jauhilah”.

ayat di atas jelas bahwa sebagai pendidik gu ewibawaan dan kehormatannya dalam be

un seorag guru adalah teladan atau cerm

kan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia. ah lembut dalam menghadapi peserta didik yan a membinanya sampai pada taraf maksimal.

an sifat marah dalam menghadapi problem pese emperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta d ya itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan

auladan yang baik mat) Allah dan

olehmu dan apa

guru wajib untuk bertindak. Sebab rmin bagi

siswa-ang tingkat IQnya

eserta didiknya. a didik, walaupun gan masalah yang

8. Menjadikan ke kebenaran itu 9. Menanamkan informasi gun tingkat taqarru Kondisi di ata Bayyinah ayat Artinya : "Padahal mer memurnikan k lurus (Lurus b dari kesesatan zakat; dan yan Dari pen profesional harus diperlukan untuk Penguasaan tekn Kedua-duanya ha D. Hubungan Pro Prestasi Belajar Dijelaskan (2008:8) bahwa prestasi belajar si

kebenaran sebagai acuan dalam proses pendid tu datangnya dari peserta didik.

n sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus m una disampaikan pada peserta didik yang akh

rrub illallahi.

atas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Q at 5 sebagai berikut :

ereka tidak disuruh kecuali supaya menyemba keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan s berarti jauh dari syirik (mempersekutukan A tan), dan supaya mereka mendirikan shalat d

ang demikian itulah agama yang lurus."

enjelasan di atas dapat dikatakan bahwa rus memadukan dalam diri pribadinya kecakap tuk menjalankan pekerjaannya, dan juga ke knik saja tidak membuat seseorang menja harus menyatu dalam diri pribadinya sebagai se

rofesionalisme Guru Pendidikan Agama ar Pendidikan Agama Islam

kan oleh Slameto (2003) yang dikutip Mudjijo a guru merupakan salah satu faktor yang siswa. Lebih tegas dikatakan Kunandar (2009:

didikan, walaupun

menerus mencari khirnya mencapai

Qur’an surah

Al-bah Allah dengan an) agama yang n Allah) dan jauh t dan menunaikan

a seorang guru kapan teknik yang kematangan etik. njadi profesional. i seorang guru.

a Islam dengan

ijono dan Widiarti g mempengaruhi 9:42) bahwa guru

merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan mutu pendidikan. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya.

Sebagai faktor utama yang menentukan prestasi siswa maka sudah menjadi hal yang wajar jika guru perlu mengembangkan profesionalisme dalam mendidik siswa-siswanya. Profesionalisme guru begitu penting sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa sebab seorang guru yang professional tentu ia menguasai dengan baik materi yang diajarkannya, mengetahui cara mengajar yang benar, memiliki pribadi yang baik sehingga dapat dijadikan contoh bagi siswa-siswanya dan lain sebagainya. Seperti yang dijelaskan oleh Machmudah dan Rosyidi (2008:5) bahwa guru professional memiliki kemampuan: (1) Merumuskan sistem pembelajaran, (2) Melaksanakan sistem pembelajaran, (3) Mengevaluasi sistem pembelajaran, (4) Mengembangkan sistem pembelajaran. Selain itu dijelaskan pula oleh Majid dan Mudzakir (2006 : 97) seorang guru professional tentu memiliki kemampuan penguasaan kode etik seperti : 1) Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka serta tabah, 2) Bersikap penyantun dan penyayang, 3) Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak, 4) Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia, 5) Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQnya rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal, 6) Meninggalkan sifat

marah dalam menghadapi problem peserta didiknya, 7) Berusaha

memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, walaupun

pertanyaannya itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah yang diajarkannya, 8) Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik, 9) Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus menerus mencari informasi guna disampaikan pada peserta didik yang akhirnya mencapai tingkat taqarrub illallahi.

Dari penjelasan tersebut jelas bahwa profesionalisme guru memiliki hubungan yang erat terhadap prestasi belajar siswa, lebih-lebih bagi prestasi belajar PAI sebab tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran PAI sendiri yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat sebagaimana diungkapkan oleh Ramayulis (2004 : 71) sehingga profesionalisme guru menjadi hal yang wajib dikuasai dalam pribadi oleh setiap Guru PAI.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso beralamat di Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah. Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso ini berdiri pada hari Selasa Legi tanggal 3 Maret 1972 tepatnya di atas lahan seluas 672 m2 dengan status tanah Jariyah Bapak Khaeroni sekalian bersama putra-putrinya dengan bangunan terbuat dari kayu.

Pendirian Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso masih berstatus terdaftar sejak tahun 1972 s/d 1994, sehingga pada saat itu apabila menyelanggarakan ujian pihak MI harus bergabung dengan sekolah/ MI lainnya. Baru kemudian tanggal 29 Desember 1995 berstatus diakui, dan sejak saat itu MI Wonoyoso sudah dapat menyelenggarakan ujian sendiri di bawah Yayasan LP Ma’arif.

Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso didirikan dengan visi “Membentuk insane berakhlakul karimah serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Kemudian misinya adalah (1) memberikan nilai-nilai keislaman

Dokumen terkait