HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SISWA KELAS IV, V, VI SEMESTER II TAHUN
PELAJARAN 2013-2014 DI MADRASAH IBTIDAIYAH
WONOYOSO KECAMATAN PRINGAPUS
KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
OLEH :
PRIYANTO
NIM : 11411007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
M O T T O
“
Jangan menganggap tugas belajarmu sebagai sebuah kewajiban,
melainkan pandanglah itu sebagai sebuah kesempatan yang patut
dibuat iri, sebuah kesempatan untuk menikmati betapa indahnya
dunia ilmu pengetahuan, kepuasan hati yang diberikannya serta
manfaat yang akan diterima oleh masyarakat
apabila jerih payahmu berhasil
“
(Sebuah nasihat bagi seorang mahasiswa Princeton, AS dari Albert Einstein)
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :
Istriku tercinta, Terima kasih atas segala pengorbanan,
dorongan dan kesabaranmu. Anak-anakku tersayang,
Peluk ciumku sebagai ungkapan cinta yang tulus dan
terima kasih atas segala “cermin semangat”-mu,
menjadikan aku tabah mengarungi sulitnya hidup.
Kalianlah mutiara-mutiara dalam hati yang selalu
menjadi penumbuh semangat yang acapkali padam
dalam hidupku.
Bapak Drs. H. Nasafi, M.Pd.I yang telah
membimbing dalam pembuatan skripsi ini.
Sahabat dan hadai toulan yang tidak dapat penulis
sebutkan namanya satu per satu terima kasih atas
dukungan, motivasi dan doanya.
KATA PENGANTAR
Segala puja bagi Allah semata, sholawat kepada Rasulullah Muhammad
saw., juga keluarga dan para sahabatnya serta umatnya hingga hari “akhir”, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya telah menjadikan penulis mampu menyelesaikan
Skripsi ini.
Maksud dari penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Agama Islam
STAIN Salatiga.
Dalam penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak yang telah turut membantu dan mendorong kelancaran
penyelesaian tulisan ini. Oleh karena itu melalui ruang ini penulis menghaturkan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak,
khususnya :
1. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
2. Bapak Drs. H. Nasafi, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing, yang senantiasa
sabar memberikan koreksi dan pengarahan hingga selesainya penulisan
Skripsi ini sehingga penulis tidak akan melupakan masa-masa perjuangan
yang cukup berat selama menyelesaikannya
3. Bapak Ibu Dosen yang telah mendidik penulis di bangku perkuliahan
hinga masa akhir studi.
4. Keluargaku yang selalu berbagi perjuangan, keluh kesah, cerita dan ceria.
Semoga keluarga yang manis ini tidak akan berakhir.
5. Saudara-saudaraku di STAIN yang telaten membimbing, rekan-rekan
seperjuangan yang acapkali saling menyuport, yang senantiasa menemani
dan meneruskan perjuangan jihad di kampus.
Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat kepada semuanya dan
melipat-gandakan pahala sesuai amal baiknya. Amin.
Sekecil apapun karya ini, penulis berharap semoga hasil Skripsi ini akan
memberi manfaat bagi para pembaca, dan terutama akan dapat membantu
khususnya teman-teman mahasiswa yang akan memulai tugas akhir, sehingga
tulisan ini akan lebih berkembang dan semakin baik.
Penulis sadar tiada yang sempurna di dunia ini, tidak ada manusia yang
tidak lepas dari kesalahan, sehingga masih ditemui kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
nantikan.
Akhirnya, hanya Allahlah yang paling sempurna dan kita memohon
ampun atas segala khilaf dan dosa. Dan Allah S.W.T. di balik semua tujuan.
Dialah Pemberi Petunjuk ke jalan yang lurus.
Salatiga, September 2015
ABSTRAK
PRIYANTO, 2015. Hubungan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di Madrasah
Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Nasafi, M.Pd.I.
Kata Kunci : Profesionalisme Guru, dan Prestasi Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar PAI siswa. Namun dari berbagai faktor tersebut, yang sering dan paling berpengaruh adalah faktor guru PAI, karena guru berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian profesionalisme guru PAI dalam mengajar akan menentukan prestasi belajar PAI siswa.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui profesionalisme guru PAI di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2) Untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 3) Untuk mengetahui hubungan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Hipotesis Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Definisi Istilah ... 9
G. Metode Penelitian... 10
H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Islam ... 20
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 26
C. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam ... 30
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 38
B. Data Khusus Penelitian ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45
B. Analisis Tiap-Tiap Variabel Penelitian ... 47
C. Pengujian Hipotesis ... 51
D. Pembahasan ... 52
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Kepala Sekolah dan Guru MI Wonoyoso ... 40
Tabel 3.2 : Umur Responden ... 41
Tabel 3.3 : Jenis Kelamin Responden ... 41
Tabel 3.4 : Penilaian Profesionalisme Guru ... 43
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Slameto (2003:2),
prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Namun dari
berbagai faktor tersebut, yang sering dan paling berpengaruh adalah faktor
guru, karena guru berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas
sumber daya manusia. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang
berkualitas baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan
moral serta spiritual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan
yang siap hidup dengan tantangan zamannya (Kunandar, 2009:26).
Menurut peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala
BKN Nomor: 03/V/PB/2010 tahun 2010, yang dimaksud dengan guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Adapun yang
dimasud dengan profesional itu sendiri adalah pekerjaan atau kegiatan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standart
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU RI no. 14
th 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 4). Secara konseptual dijelaskan
oleh Depdikbud dan Johson (1980) yang dikutip oleh Martias Yamin (2008:5),
guru dapat dikatakan professional jika (1) Guru mampu menguasi materi
pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan
konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu, (2) Guru
mampu menguasai dan menghayati landasan dan wawasan kependidikan dan
keguruan, (3) Guru menguasai proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa. Dijelaskan pula oleh Umi Machmudah dan Abdul Wahab
Rosyidi (2008:5) guru dapat dikatakan professional jika guru memiliki
kemampuan: (1) Merumuskan system pembelajaran, (2) Melaksanakan system
pembelajaran, (3) Mengevaluasi system pembelajaran, (4) Mengembangkan
system pembelajaran.
Namun demikian sebagaimana dijelaskan oleh Anoraga dan Suyatni
(2001) bahwa profesionalisme tidak dapat hanya dilihat dari kemampuan
teknis yang dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Tetapi
profesionalisme juga menuntut kematangan etik dalam pribadi. Berdasarkan
penjelasan tersebut seorang pendidik dapat dikatakan professional jika yang
bersangkutan mengetahui dan menguasai kode etik pendidik sebagai bagian
dalam pribadinya. Dijelaskan oleh Majid dan Mudzakir (2006 : 97) kode etik
yang perlu dikuasai seorang pendidik, antara lain adalah :
1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang
2. Bersikap peny
nyantun dan penyayang (Q.S Ali Imran: 159).
tas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’
59 sebagai berikut :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu adap mereka. Sekiranya kamu bersikap ker lah mereka menjauhkan diri dari sekeliling mereka, mohonkanlah ampun bagi ratlah dengan mereka dalam urusan itu. Ke membulatkan tekad, Maka bertawakkallah ya Allah menyukai orang-orang yang bertaw
wibawaan dan kehormatannya dalam bertindak
atas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Q
9 sebagai berikut :
r bagi seseorang manusia yang Allah berikan mah dan kenabian, lalu Dia berkata kep kamu menjadi penyembah-penyembahku bu
tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menja rena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan di elajarinya.
isebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Ahzab ay
Artinya :
ya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tau itu) bagi orang yang mengharap (rahm ) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
dalam al-Hasyr ayat 7
didatangkan oleh Rasul kepadamu ambillah o gnya kepada kamu jauhilah.”(Q.S. 59 al-Hasy
ayat di atas jelas bahwa sebagai pendidik gu
ewibawaan dan kehormatannya dalam be
un seorag guru adalah teladan atau cerm
kan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.
ah lembut dalam menghadapi peserta didik yan
a membinanya sampai pada taraf maksimal.
an sifat marah dalam menghadapi problem pes
emperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta d
ya itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan
kebenaran sebagai acuan dalam proses pendid
tu datangnya dari peserta didik.
9. Menanamkan
n sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus m
una disampaikan pada peserta didik yang akh
rrub illallahi.
atas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Q
at 5 sebagai berikut :
ereka tidak disuruh kecuali supaya menyemba keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan s berarti jauh dari syirik (mempersekutukan A tan), dan supaya mereka mendirikan shalat d
ang demikian itulah agama yang lurus."
njelasan di atas dapat dikatakan bahwa sikap
ngajar merupakan salah satu factor utama yan
u tidak terkecuali oleh Guru PAI dalam usah
siswa, lebih-lebih bagi prestasi belajar PAI se
dalam proses pembelajaran PAI sendiri yan
dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurn
ahagiaan dunia akhirat sebagaimana diu
4 : 71) sehingga profesionalisme guru menjad
pribadi oleh setiap Guru PAI. Kondisi tersebu
awal yang dilakukan oleh peneliti pada tangga
yoso Kecamatan Pringapus yang menun
guru PAI dalam mengajar masih dinilai rend
hwa guru sering terlambat masuk kelas sehingg
PAI siswa rebut sendiri di kelas, guru dalam menyampaikan materi hanya
menggunakan model ceramah sehingga siswa kelihatan antusias dalam
mengikuti pelajaran, guru dinilai kurang mampu melakukan komunikasi
dengan siswa secara baik dalam pembelajaran, dalam mengajar guru sering
hanya cenderung menggunakan LKS dan jarang menggunakan buku dektat
sebagai acuan saat penyampaian materi, dan guru kurang menguasai materi
yang diajarkan dengan baik. Akibat kondisi tersebut saat ini rata-rata prestasi
belajar PAI siswa hanya 6,5. Namun demikian untuk mengetahui kebenaran
fakta tersebut secara pasti peneliti perlu melakukan penelitian lebih seksama.
Untuk itu judul yang diajukan oleh peneliti adalah “Hubungan
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran
2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah variasi profesionalisme guru PAI di Madrasah Ibtidaiyah
Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ?.
2. Bagaimanakah variasi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Siswa
Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di Madrasah
Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?.
3. Adakah hubungan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan
II Tahun Pelajaran 2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?.
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui profesionalisme guru PAI di Madrasah Ibtidaiyah
Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas
IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah
Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
3. Untuk mengetahui hubungan profesionalisme Guru Pendidikan Agama
Islam dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV, V,
VI semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah
Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian dan harus diuji kebenarannya lewat pengumpulan data-data dan
penganalisaan data penelitian (Azwar, Syaifuddin, 2003).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : ”Profesionalisme
Guru Pendidikan Agama Islam berhubungan dengan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran
2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dan memberikan
sumbangan bagi pendidikan khususnya terkait dengan masalah hubungan
profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang
1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi tentang
hubungan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV, V, VI
semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah
Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan
khususnya bagi guru Mata Pelajaran Agama Islam untuk
melakukan evaluasi dalam usaha meningkatkan
profesionalismenya sebagai salah satu wujud nyata dalam
meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswanya
selama ini.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana implementasi teori-teori
lapangan khususnya terkait dengan hubungan profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar Pendidikan Agama
Islam Siswa.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti
selanjutnya yang mengambil topik yang sama, yaitu tentang hubungan
profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa.
F. Definisi Istilah
Adapun istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Prestasi Belajar
Menurut Tulus Tu’u (2004:75) prestasi belajar merupakan penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran
yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan guru.
2. Profesionalisme Guru
Menurut Supriyadi (2011 : 43), profesionalisme dapat dipahami sebagai
kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang yang
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksplanatori. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
eksplanatori adalah suatu jenis penelitian yang berusaha untuk menguji
hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat antara dua variabel
atau lebih. Dalam penelitian ini hubungan sebab akibat harus tampak
nyata. Hubungan sebab akibat ini disebut pula sebagai hubungan kausal.
Dari uraian tersebut jelas bahwa adanya sebab tertentu akan menimbulkan
akibat, dan tidak dibenarkan melihat akibatnya baru dicari-cari
penyebabnya (Sukandarrumidi, 2006 : 105).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang yang dilakukan mulai tanggal 6 sampai
dengan 12 Juli 2013.
3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup yang ingin diteliti (Supramono dan Sugiarto, 2003 : 2). Dalam
penelitian ini populasi yang dimaksud adalah seluruh siswa Kelas IV,
V, VI Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 yang
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang
ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau
menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya
(Supramono dan Sugiarto, 2003 : 13).
Mengingat jumlah populasi hanya 45 orang atau di bawah 100
maka semua populasi dalam penelitian ini diambil sebagai sampel
penelitian, sehingga penelitian ini dinamakan penelitian
populasi/sensus (Sugiyono, 2006:65).
4. Instrumen Penelitian a. Prestasi Belajar PAI
Prestasi belajar PAI Siswa dinyatakan dalam angka, huruf atau kalimat
yang dihimpun dalam buku raport dengan ketentuan nilai sebagai
berikut :
Nilai 8,0-9,0 lebih : Amat baik
Nilai 7,0-7,9 : Baik
Nilai 6,0-6,9 : Cukup
Nilai 0,0-6,0 : Kurang
b. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang
sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam
hal angket) dan interviewer (dalam hal wawancara) tinggal
memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu
(Notoatmodjo, 2002 : 116). Dengan metode tersebut maka akan
diperoleh tanggapan responden atas daftar pertanyaan dalam kuesioner
pernyataan dalam kuesioner tersebut adalah sebanyak 18 item yang
dikembangkan dari penilaian profesionalisme guru menurut pendapat
Machmudah dan Rosyidi (2008:14), dan Majid dan Mudzakir (2006 :
97), yaitu: 1) Kemampuan guru memilih prioritas materi yang akan
diajarkan, 2) Kemampuan guru memilih dan menggunakan metode, 3)
Kemampuan guru memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada,
4) Kemampuan guru memilih bentuk pembelajaran yang tepat, 5)
Kemampuan guru menyajikan urutan pembelajaran yang tepat, 6)
Kemampuan guru melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses,
7) Kemampuan guru mengadministrasikan hasil evaluasi, 8)
Kemampuan guru mengoptimalisasi potensi peserta didik, 9)
Kemampuan guru mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut,
10) Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang
terbuka serta tabah, 11) Bersikap penyantun dan penyayang, 12)
Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak, 13)
Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia, 14) Bersifat
lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQnya
rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal, 15)
Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta
didiknya, 16) Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta
didik, walaupun pertanyaannya itu tidak bermutu dan tidak sesuai
dengan masalah yang diajarkannya, 17) Menjadikan kebenaran sebagai
acuan dalam proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya
dari peserta didik, 18) Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik,
serta terus menerus mencari informasi guna disampaikan pada peserta
Adapun nilai untuk jawaban pernyataan adalah Nilai 1 untuk
pilihan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Nilai 2 untuk pilihan
jawaban Tidak Setuju (TS), Nilai 3 untuk pilihan Netral (N), Nilai 4
untuk pilihan jawaban Setuju (S), Nilai 5 untuk jawaban Sangat Setuju
(SS).
5. Teknik Pengumpulan Data
Data-data penelitian dalam penelitian ini, diperoleh melalui
observasi, dan kuesioner.
a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat data-data
meliputi :
1) Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (Nilai raport kelas IV, V,
VI semester II Tahun Pelajaran 2013-2014)
2) Keadaan guru dan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
3) Struktur organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang
b. Kuesioner, peneliti menyebarkan pernyataan tertulis kepada siswa
Kelas IV, V, VI Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang tentang profesionalisme guru PAI.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh melalui angket yang diberikan kepada
siswa, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel dengan
menggunakan teknik deskriptif prosentase dan teknik korelasi. Namun
sebelumnya perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui
apakah kuesioner penelitian yang digunakan sebagai sarana penggalian
a. Uji Validitas dan Reliabilitas 1) Uji Validitas
Uji validitas dianalisis dengan menggunakan alat analisis pearson
Product Moment dengan bantuan SPSS. Jika nilai + hitung >
r-tabel, maka butir pernyataan dikatakan valid, tetapi nilai + atau –
r-hitung < r-tabel, maka butir pernyataan dikatakan tidak valid
(Ghozali, 2004 : 45).
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dianalisis dengan menggunakan uji statistik
Cronbach Alpha ( ) dengan bantuan SPSS. Jika ralpha positif dan
ralpha >= 0,6, maka suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel,
tetapi jika r alpha negatif atau ralpha < 0,6, maka suatu konstruk atau
variabel dikatakan tidak reliabel (Nunnally dalam Ghozali, 2004 :
42).
b. Analisis Deskriptif
Adapun hasil pengolahan angket pada teknik deskriptif
prosentase menggunakan rumus :
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Number of Cases (banyaknya individu)
Hasil angket dimasukkan dalam tabulasi yang merupakan proses
mengubah data dan instrument pengumpul data (kuesioner) menjadi
Kemudian teknik analisa selanjutnya adalah dengan skoring untuk
menentukan scoring, semua pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai
untuk setiap jawaban sebagai berikut :
Tabel 1.1.
Bobot Skor Skala Profesionalisme Kerja Guru
Alternatif Jawaban Skor
SS (Sangat Setuju) 5
S (Setuju) 4
N (Netral) 3
TS (Tidak Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
Sumber : Riduawan, 2003 : 12
Untuk mengetahui distribusi kategori variabel profesionalisme guru
PAI digunakan rumus sebagai berikut : (Mulyono, 2005 : 26)
Kelas
Berarti jarak antar range adalah 18, berdasarkan nilai range tersebut maka
diperoleh range distribusi sebagai berikut :
18-36 = Kurang
37-54 = Cukup
73-90 = Sangat baik
Kemudian untuk mengetahui hubungan profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di
Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang digunakan alat analisis spearman rank. Alasan penggunaan
analisis ini karena sifat data pada kedua variabel penelitian ini adalah
interval (Sugiyono, 2006:228).
Secara matematis rumus korelasi spearman rank dapat dijabarkan
sebagai berikut : (Sugiyono, 2006:228)
)
ρ koefisien korelasi Spearman Rank
Nilai koefisien korelasi (r) berkisar antasa -1 sampai +1, dengan
penjabaran sebagaimana dikutip dalam Hasan (2004 : 43), yaitu:
a. Jika r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu
semakin besar nilai variabel X (independen), maka semakin besar pula
nilai variabel Y (dependen), dan sebaliknya.
b. Jika nilai r < 0, artinya telah terjasi hubungan linier yang negatif, yaitu
semakin kecil nilai variabel X (independei), maka semakin besar pula
nilai variabel Y (dependen), dan sebaliknya.
c. Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel
X (independen), dengan variabel Y (dependen).
d. Jika nilai r = +1 atau r = -1, artinya telah terjadi hubungan linier
Berdasarkan uji statistik tersebut, maka dapat diputuskan sebagai
berikut:
a Ho diterima, jika diperoleh nilai p lebih besar dari nilai alpha (0.05),
yang berarti “Tidak terdapat hubungan signifikan profesionalisme
Guru Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran
2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang”.
b Ha diterima, jika diperoleh nilai p lebih kecil atau sama dengan nilai
alpha (0.05), yang berarti “Terdapat hubungan signifikan
profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV, V, VI semester II Tahun
Pelajaran 2013-2014 di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang”.
Untuk memudahkan dalam menganalisis data, peneliti
menggunakan sistem SPSS.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Bagian Pendahuluan
Cakupan bagian ini meliputi: Halaman Judul, Halaman
Abstraksi, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan
Daftar Lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Definisi Istilah
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keteladanan Guru
B. Motivasi Belajar
C. Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
B. Data Khusus Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Data
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir termuat : Daftar Pustaka, dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam 1. Agama secara etimologi
Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta,
yang berasal dari akar kata gam artinya pergi. Kemudian akar kata gam
tersebut mendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama
artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai kebahagiaan (Abdain,
2012). Kemudian dalam bahasa Arab kata “agama” diterjemahkan menjadi
“ad-dien”. Menurut Harun Nasution, “ad-dien” mengandung arti
“menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan” (Jalaluddin,
1996).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada agama terdapat empat
unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan atau kepercayaan terhadap adanya
Yang Agung, 2) tata hubungan atau tata penyembahan terhadap yang
Agung itu dalam bentuk ritus, kultus dan pemujaan, 3) tata kaidah/doktrin,
sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat baik/jujur,
dan kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat, 4) tata sikap terhadap
dunia, yang menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat terpengaruh
(involved) sebagaimana golongan materialisme atau
menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia, sebagaimana golongan
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Marimba (1998 : 23), pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam. Sedangkan menurut Daradjat (1992:86), pendidikan Agama Islam
adalah: pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta
menjadikan ajaran agama Islam itui sebagai suatu pandangan hidupnya
demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan
rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran
untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang
maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (Majid dan Andayani, 2004 : 135).
Sedangkan menurut Ramayulis (2004 : 71), tujuan pendidikan
Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan
kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.
Kemudian menurut Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada 4 (empat) macam,
yaitu: (Uhbyati, 1998 : 60)
a. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya.
Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku,
penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada
tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang
sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus
tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun
dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan
tingkah-tingkah tersebut.
b. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan
umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat
seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat
mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama
hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,memelihara
dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan
instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum
dan Tujuan Instruksioanl Khusus (TIU dan TIK).
d. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan
denganbahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan
mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan
formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya
dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan
Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini
merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan
pengajaran
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan
berakhlak terpuji.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun ruang lingkup pendidikan Islam
adalah sebagai berikut: (Uhbyati : 1998 : 65)
a. Perbuatan mendidik itu sendiri
Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan,
tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan
sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu
sikap atau tindakan menuntun, mebimbing, memberikan pertolongan
dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan
pendidikan Islam.
b. Anak didik
Yaitu pihak yang merupkan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini
disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk
membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita
cita-citakan.
c. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala
didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan
kepribadian muslim.
d. Pendidik
Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini
mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik
atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan
Islam.
e. Materi Pendidikan Islam
Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam
yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan
kepada anak didik.
f. Metode Pendidikan Islam
Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk
menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.
Metode di sini mengemukakan bagaimana mngolah, menyusun dan
menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki
oleh anak didik.
g. Evaluasi Pendidikan
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau
penilaian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam
umumnya tidak dapat dicapai sekali \gus, melainkan melaui proses
pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan
berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim.
h. Alat-alat Pendidikan Islam
Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan
Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
i. Lingkungan
Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta
hasil pendidikan Islam.
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
pendidikan Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang
menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Prestasi Belajar
Menurut Tulus Tu’u (2004:75) prestasi belajar merupakan
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan guru. Sedangkan menurut Arikunto (1999 : 276) prestasi
belajar adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa telah dapat mencapai
tujuan sesuai dengan yang ditetapkan.
Prestasi belajar juga didefinisikan oleh Slameto (2003:2) sebagai
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian prestasi belajar di atas maka secara
singkat prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai hasil yang dicapai oleh
siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian
nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa
telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya yang dinyatakan
dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas maka untuk mengetahui prestasi
pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang digunanakan Prestasi belajar PAI Siswa
Kelas IV, V, VI semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 yang dinyatakan
dalam dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat yang dihimpun dalam
buku raport.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang kompleks dan terpadu, yang
keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal
dari peserta didik, faktor lingkungan, faktor instumen pembelajaran yang
meliputi strategi pembelajaran, kurikulum, materi, guru media, evaluasi
maupun faktor proses (Winkel, 1991) yang dikutip Khotimah (2004 : 15).
(2008:8) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar . Faktor intern terdiri dari :
1) Faktor jasmaniah
a) Faktor Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan
cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi hendaknya
belajar pada lembaga pendidikan khusus.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar terdiri dari
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
3) Faktor kelelahan
Kelelahan pada sesorang dibedakan menjadi dua macam yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani
terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan cenderung untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan rohani kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, dapat
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu :
1) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
3) Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar mencakup
kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan
kegiatan masyarakat.
Melihat dari beberapa faktor di atas, guru merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk itu sudah menjadi
tuntutan bagi setiap guru untuk secara kontinyu meningkatkan kemampuan
profesinya sehingga menjadi lebih professional dalam melakukan proses
belajar mengajar di dalam kelas sebagai usaha meningkatkan prestasi
belajar siswa yang didiknya.
C. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Guru merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan
mutu pendidikan. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan
kualitas sumber daya manusia. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik
yang berkualitas baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional,
dan moral serta spiritual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan
yang siap hidup dengan tantangan zamannya (Kunandar, 2009:42).
Dari penjelasan di atas jelas tersirat bahwa penting bagi guru untuk
mengedepankan sikap profesionalime dalam melakukan proses pembelajaran
kepada siswa-siswanya sehingga akan dihasilkan generasi masa depan yang siap
hidup dengan tantangan zamannya.
Menurut Supriyadi (2011 : 43), kata profesionalisme dapat dipahami
sebagai kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang yang
professional. Sedang menurut Anoraga dan Suyatni (2001 : 86),
profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau rangkaian
Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi
untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.
Disamping istilah profesionalisme, ada istilah lainnya yaitu profesi
atau profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.
Sebagai kata benda, professional berarti orang yang melaksanakan sebuah
profesi dengan menggunakan profisiensi sebagai mata pencaharian
(Supriyadi, 2011 : 43). Profesional juga dapat diartikan sebagai pekerjaan atau
kegitan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Ditambahkan oleh Anoraga dan Suyatni (2001 : 86), kata profesi atau
profesion yang berasal dari perbendaharaan Anglo Saxon tidak hanya
terkandung pengertian “pekerjaan” saja. Profesi mengharuskan tidak hanya
pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam
arti “profession” terpaku juga suatu “panggilan”. Dengan begitu, maka arti
“profession” mengandung dua unsur, yaitu:
1. Unsur keahlian, berkaitan dengan kecakapan teknik.
2. Unsur panggilan, berkaitan dengan kematangan etik.
Berkaitan dengan kecakapan teknik dikemukakan oleh Machmudah dan
Rosyidi (2008:14) profesionalisme guru sebagai pengelola proses
1. Kemampuan guru dalam merencanakan sistem pembelajaran, antara lain
dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :
a. Kemampuan guru memilih prioritas materi yang akan diajarkan
b. Kemampuan guru memilih dan menggunakan metode
c. Kemampuan guru memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada
2. Melaksanakan sistem pembelajaran, antara lain dapat dilihat dari
beberapa hal, yaitu :
a. Kemampuan guru memilih bentuk pembelajaran yang tepat
b. Kemampuan guru menyajikan urutan pembelajaran yang tepat
3. Mengevaluasi sistem pembelajaran, antara lain dapat dilihat dari
beberapa hal, yaitu :
a. Kemampuan guru melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses
b. Kemampuan guru mengadministrasikan hasil evaluasi
4. Mengembangkan sistem pembelajaran, antara lain dapat dilihat dari
beberapa hal, yaitu :
a. Kemampuan guru mengoptimalisasi potensi peserta didik
b. Kemampuan guru mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut
Sedang kode etik yang perlu dipenuhi oleh seorang guru menurut
Majid dan Mudzakir (2006 : 97) antara lain, yaitu
1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang
terbuka serta tabah.
Kondisi di ata
isebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlak ereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi ereka menjauhkan diri dari sekelilingm mereka, mohonkanlah ampun bagi ratlah dengan mereka dalam urusan itu. Ke membulatkan tekad, Maka bertawakkallah ya Allah menyukai orang-orang yang bertaw
wibawaan dan kehormatannya dalam bertindak
atas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Q
9 sebagai berikut :
r bagi seseorang manusia yang Allah berikan mah dan kenabian, lalu Dia berkata kep kamu menjadi penyembah-penyembahku bu
tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menja rena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan di
lajarinya.
isebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Ahzab ay
Artinya :
ya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tau itu) bagi orang yang mengharap (rahm ) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
dalam al-Hasyr ayat 7
didatangkan oleh Rasul kepadamu ambillah o ngnya kepada kamu jauhilah”.
ayat di atas jelas bahwa sebagai pendidik gu
ewibawaan dan kehormatannya dalam be
un seorag guru adalah teladan atau cerm
kan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.
ah lembut dalam menghadapi peserta didik yan
a membinanya sampai pada taraf maksimal.
an sifat marah dalam menghadapi problem pese
emperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta d
8. Menjadikan ke
kebenaran sebagai acuan dalam proses pendid
tu datangnya dari peserta didik.
n sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus m
una disampaikan pada peserta didik yang akh
rrub illallahi.
atas sesuai dengan firman Allah dalam Al-Q
at 5 sebagai berikut :
ereka tidak disuruh kecuali supaya menyemba keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan s berarti jauh dari syirik (mempersekutukan A tan), dan supaya mereka mendirikan shalat d
ang demikian itulah agama yang lurus."
enjelasan di atas dapat dikatakan bahwa
rus memadukan dalam diri pribadinya kecakap
tuk menjalankan pekerjaannya, dan juga ke
knik saja tidak membuat seseorang menja
harus menyatu dalam diri pribadinya sebagai se
rofesionalisme Guru Pendidikan Agama ar Pendidikan Agama Islam
kan oleh Slameto (2003) yang dikutip Mudjijo
a guru merupakan salah satu faktor yang
siswa. Lebih tegas dikatakan Kunandar (2009:
merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan mutu
pendidikan. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan
kualitas sumber daya manusia. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta
didik yang berkualitas baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan
emosional, dan moral serta spiritual. Dengan demikian akan dihasilkan
generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya.
Sebagai faktor utama yang menentukan prestasi siswa maka sudah
menjadi hal yang wajar jika guru perlu mengembangkan profesionalisme
dalam mendidik siswa-siswanya. Profesionalisme guru begitu penting sebagai
upaya peningkatan prestasi belajar siswa sebab seorang guru yang
professional tentu ia menguasai dengan baik materi yang diajarkannya,
mengetahui cara mengajar yang benar, memiliki pribadi yang baik sehingga
dapat dijadikan contoh bagi siswa-siswanya dan lain sebagainya. Seperti yang
dijelaskan oleh Machmudah dan Rosyidi (2008:5) bahwa guru professional
memiliki kemampuan: (1) Merumuskan sistem pembelajaran, (2)
Melaksanakan sistem pembelajaran, (3) Mengevaluasi sistem pembelajaran,
(4) Mengembangkan sistem pembelajaran. Selain itu dijelaskan pula oleh
Majid dan Mudzakir (2006 : 97) seorang guru professional tentu memiliki
kemampuan penguasaan kode etik seperti : 1) Menerima segala problem
peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka serta tabah, 2) Bersikap
penyantun dan penyayang, 3) Menjaga kewibawaan dan kehormatannya
dalam bertindak, 4) Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia,
5) Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQnya
marah dalam menghadapi problem peserta didiknya, 7) Berusaha
memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, walaupun
pertanyaannya itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah yang
diajarkannya, 8) Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses
pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik, 9)
Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus menerus mencari
informasi guna disampaikan pada peserta didik yang akhirnya mencapai
tingkat taqarrub illallahi.
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa profesionalisme guru memiliki
hubungan yang erat terhadap prestasi belajar siswa, lebih-lebih bagi prestasi
belajar PAI sebab tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran
PAI sendiri yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah,
dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat
sebagaimana diungkapkan oleh Ramayulis (2004 : 71) sehingga
profesionalisme guru menjadi hal yang wajib dikuasai dalam pribadi oleh
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso beralamat di Wonoyoso Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah. Madrasah Ibtidaiyah
Wonoyoso ini berdiri pada hari Selasa Legi tanggal 3 Maret 1972 tepatnya di
atas lahan seluas 672 m2 dengan status tanah Jariyah Bapak Khaeroni sekalian
bersama putra-putrinya dengan bangunan terbuat dari kayu.
Pendirian Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso masih berstatus terdaftar
sejak tahun 1972 s/d 1994, sehingga pada saat itu apabila menyelanggarakan
ujian pihak MI harus bergabung dengan sekolah/ MI lainnya. Baru kemudian
tanggal 29 Desember 1995 berstatus diakui, dan sejak saat itu MI Wonoyoso
sudah dapat menyelenggarakan ujian sendiri di bawah Yayasan LP Ma’arif.
Madrasah Ibtidaiyah Wonoyoso didirikan dengan visi “Membentuk
insane berakhlakul karimah serta berwawasan ilmu pengetahuan dan
teknologi”. Kemudian misinya adalah (1) memberikan nilai-nilai keislaman
pada generasi penerus untuk melanjutkan syiar Islam dan meneruskannya
dalam kehidupan masyarakat, (2) menyiapkan lulusan yang mempunyai
kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu diterapkan
berdasarkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan social dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari visi dan misi tersebut
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.
Dalam perkembangannya MI Wonoyoso secara kontinyu mendapatkan
bantuan dari pemerintah Kab. Semarang melalui dinas pendidikan berupa
rehap gedung, yaitu:
1. Pada tahun 2000 mendapat bantuan Rp. 96.000.000,00 yang
pengerjaannya dilakukan oleh Dinas Kabupaten Semarang.
2. Pada tahun 2007 mendapat bantuan Rp. 70.000.000,00 untuk keperluan
rehap 2 lokal.
3. Pada tahun 2009 mendapat bantuan Rp. 91.500.000,00 untuk keperluan
pembukaan 2 lokal.
4. Pada tahun 2012 mendapat bantuan Rp. 40.000.000,00 untuk
penyempurnaan ruang kelas 2 lokal.
Namun demikian sampai saat ini kondisi di MI Wonoyoso masih
terbilang jauh dari harapan sebagai sekolah yang layak sebab sekolah belum
memiliki berbagai fasilitas pendukung pendidikan seperti: Laborat,
Perpustakaan, UKS, Musholla, Gedung Pertemuan, Gudang, maupun lapangan
olah raga.
Kemudian saat ini MI Ma’arif dipimpin oleh Ibu Siti Maslahah, S.Pd I
dengan dibantu oleh 7 orang guru dengan status pegawai negeri dan honorer,
Tabel 3.1
Kepala Sekolah dan Guru MI Wonoyoso
No. Nama Jenis Kelamin Jabatan & Status
1 Siti Maslahah, S.Pd I Perempuan Kepala Sekolah
2 Priyanto Laki-laki Guru Kelas
3 Samsul Khoeri, S.Pd I Laki-laki Guru Kelas (Honorer)
4 Retno Wulaningtyas Perempuan Guru Kelas (Honorer)
5 Khusnah Perempuan Guru Kelas (Honorer)
6 Fatmawati Perempuan Guru Kelas (Honorer)
7 Dwi Nur Zuminasih Perempuan Guru Kelas (Honorer)
8 Mustofa Laki-laki Guru Penjas (Honorer)
Sumber : Data Sekunder Yang Diolah, 2013
Adapun struktur organisasi MI Wonoyoso adalah sebagai berikut :
Sumber : Data Sekunder Yang Diolah, 2013
B. Data Khusus Penelitian
1. Karakteristik Responden Penelitian a. Umur Responden
Tabel 3.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No. Umur
(th)
frekuensi Persentase
(%)
1 10 16 35,60
2 11 14 31,10
3 12 15 33,30
Total 45 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2013
Data pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden,
yaitu 16 orang atau 35,60% berusia 10 tahun. Sedang minoritas
responden, yaitu 15 orang atau 31,10% berusia 11. Sedang lainnya 15
orang responden atau 33,30% berusia 12 tahun.
b. Jenis Kelamin Responden
Tabel 3.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis kelamin frekuensi Persentase
(%)
1 Laki-laki 26 57,80
2 Perempuan 19 42,20
Total 45 100,00
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis
kelamin laki-laki (26 orang atau 57,80%). Sedang minoritas responden
berjenis kelamin perempuan (19 orang atau 42,20%).
2. Analisis Pengukuran Variabel Penelitian a. Profesionalisme Guru
Untuk mempermudah pembahasan mengenai penilaian
pernyataan-pernyataan kuesioner profesionalisme guru dalam
penelitian ini digunakan skala likert, dimana masing-masing
pernyataan diberikan 5 pilihan jawaban dengan ketentuan sebagai
berikut: sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), netral (N), setuju
(S), dan sangat setuju (SS).
Untuk mengetahui kkriteria tanggapan responden terhadap
variabel profesionalisme guru, maka dapat dilihat berdasarkan pada
range nilai distribusi frekuensi. Range nilai distribusi frekuensi
tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(Mulyono, 2005)
Kelas Banyaknya
Jarak Interval=
Keterangan :
Jarak : Nilai terbesar – Nilai terkecil
Banyaknya Kelas : Banyaknya kelas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tiga
Berdasarkan rumus tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai skor
dengan demikian jarak atau intervalnya jika dibagi menjadi 4 kelas
adalah 18, berikut perhitungannya :
Interval = 4
18 90−
= 108 sehingga range distribusinya adalah sebagai
berikut :
18-36 = Berarti profesionalisme guru kurang
37-54 = Berarti profesionalisme guru cukup
55-72 = Berarti profesionalisme guru baik
73-90 = Berarti profesionalisme guru sangat baik
Dengan melandaskan pada ketentuan tersebut di atas maka
penilaian profesionalisme guru MI Wonoyoso sesuai dengan hasil
pengisian kuesioner adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Penilaian Profesionalisme Guru Skor Nilai frekuensi Persentase
(%)
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan data pada tabel 3.4 tersebut di atas dapat dijelaskan
bahwa 28 atau 62,20% orang responden menilai jika guru memiliki
profesionalisme yang baik, sedang minoritas responden (3 orang atau
6,70%) menilai jika prosionalisme guru adalah sangat baik. Dan
adalah sedang, dan tidak ada seorang respondenpun (0,00%) yang
menilai jika profesionalisme guru kurang.
b. Prestasi Belajar PAI Siswa
Prestasi belajar PAI Siswa dinilai berdasarkan angka yang
dihimpun dalam buku raport dengan ketentuan nilai sebagai berikut :
Nilai 8,0-9,0 lebih : Amat baik
Nilai 7,0-7,9 : Baik
Nilai 6,0-6,9 : Cukup
Nilai 0,0-6,0 : Kurang
Berdasarkan data nilai raport semester II tahun pelajaran 2012-2013
diperoleh distribusi data PAI sebagai berikut:
Tabel 3.5
Distribusi Nilai PAI Siswa Semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 Skor Nilai frekuensi Persentase
(%)
Keterangan
0,0-6,0 18 40,0 Kurang
6,0-6,9 9 20,0 Cukup
7,0-7,9 17 37,8 Baik
8,0-9,0 lebih 1 2,2 Amat Baik
Total 45 100.00
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan data pada tabel 3.5 tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa 18 orang
atau 40,00% orang responden memiliki nilai PAI dengan criteria kurang, dan
hanya 1 saja responden (2,20%) yang dinilai memiliki nilai PAI dengan criteria
amat baik. Kemudian lainnya 9 orang atau 20,00% dinilai memiliki nilai PAI
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini akan dipemaparkan hasil analisis data penelitian dan
sekaligus dilakukan penafsiran atau pembahasan pada angka-angka hasil analisis
tersebut.
Dalam penelitian ini untuk menjawab hipotesis penelitian dilakukan
dengan korelasi Spearman Rank, tetapi untuk mengetahui apakah kuesioner yang
digunakan oleh peneliti memenuhi persyaratan valid dan reliabel maka sebelum
melakukan analisis korelasi Spearman Rank pada hasil penelitian terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada data hasil pengisian kuesioner
penelitian tersebut.
Untuk melakukan uji validitas dilakukan dengan menggunakan alat analisis
pearson product moment, sedang untuk uji reliabilitas digunakan analisis
scale-reliability dengan bantuan program SPSS.
A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner (Ghozali, 2004 : 45). Dari hasil penelitian ini diperoleh
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Kuesioner Profesionalisme Guru
Pernyataan r-hitung r-tabel Keterangan
1 0,459 0,294 Valid
Sumber : Data Primer Yang diolah, 2013
Dari tabel hasil analisis validitas di atas dapat dilihat bahwa nilai r-hitung
masing-masing butir pertanyaan berada pada kisaran range 0,320 s/d 0,849
> r-tabel (0,294. Oleh karena itu kuesioner penelitian dapat dikatakan
valid.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
(responden) terhadap pernyataan dalam kuesioner adalah konsisten atau
stabil (Ghozali, 2004 : 42). Dari hasil uji reliabilitas kuesioner
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Profesionalisme Guru
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients
N of Cases = 45.0 N of Items = 18
Alpha = .9217
Dari table di atas dapat dilihat bahwa nilai cronbach alpha variable
profesionalisme guru adalah sebesar 0,9217 sehingga > 0,6, untuk itu
kuesioner dikatakan reliabel.
Karena hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian
menunjukkan penilaian yang valid dan reliabel maka data hasil penelitian
layak digunakan untuk analisis lebih lanjut.
B. Analisis Tiap-Tiap Variabel Penelitian 1. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Dari hasil observasi diperoleh data mengenai prestasi belajar
pendidikan agama Islam siswa diperoleh data yang menunjukkan jika
mayoritas responden yaitu 18 orang atau 40,00% responden memiliki nilai
PAI dengan kriteria kurang, dan hanya 1 saja responden (2,20%) yang
dinilai memiliki nilai PAI dengan criteria amat baik. Kemudian lainnya 9
orang atau 20,00% dinilai memiliki nilai PAI cukup, dan 17 orang lainnya
Banyaknya siswa yang memiliki prestasi nilai untuk mata pelajaran
Agama Islam dengan kriteria kurang menunjukkan jika sebagian besar
siswa dapat dikatakan kurang berhasil untuk menguasai pengetahuan
tentang Agama Islam yang disampaikan oleh guru PAI selama ini.
Dengan demikian guru perlu secara sistematis perlu melakukan koreksi
terhadap metode pembelajaran PAI yang selama ini dilakukannya. Hal
tersebut dapat ditempuh dengan meningkatkan variasi dalam cara
mengajar, meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi dengan
siswa, membagi perhatian kepada siswa secara merata dan konsisten,
memperbaiki gaya mengajar sehingga mampu menimbulkan motivasi,
keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, lebih fokus untuk
menggunakan buku-buku panduan PAI yang diterbitkan pemerintah, dan
meninjau kembali pokok bahasan yang telah diajarkan setiap mengakhiri
mata pelajaran dengan cara merangkum atau membuat ringkasan,
mengadakan evaluasi dengan menerapkan ide baru, mengekspresikan
pendapat sendiri dan atau membuat soal tertulis, serta memberikan tindak
lanjut yang berupa pekerjaan rumah.
2. Penilaian Profesionalisme Guru
Dari hasil pengisian kuesioner penelitian diperoleh data yang
menunjukkan jika mayoritas responden, yaitu 28 atau 62,20% orang
responden menilai jika guru memiliki profesionalisme yang baik, sedang
minoritas responden (3 orang atau 6,70%) menilai jika prosionalisme guru