Upaya desentralisasi dan penghormatan pada kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya laut dapat menyumbang secara positif pelestarian keanekaragaman hayati dalam kawasan TNW, oleh sebab itu sangat penting untuk diperhatian saran berikut :
a. Agar nilai-nilai kearifan tradisional masyarakat adat dapat dikolaborasiskan dengan sistem formal perlu review sistem pengelolaan TNW dengan memasukkan nilai-nilai pengelolaan berdasarkan sistem tradisional masyarakat adat Wakatobi.
b. Sangat penting bagi masyarakat dan pemerintah memahami bahwa memasukkan kearifan tradisional masyarakat adat dalam sistem pengelolaan bukanlah upaya meniadakan peran negara melalui pemerintah, tetapi dalam kerangka meningkatkan efektifitas, efisiensi melalui peningkatan partisipasi masyarakat.
c. Upaya penerapan kearifan masyarakat harus didahului dengan peningkatan pengetahuan masyarakat dan pemerintah agar upaya kontruksi kearifan tidak dimaknai sebagai pembangkitan kembali semangat feodal dan struktur tradisional kelas sosial masyarakat tetapi kebih pada ihtiar pewujudkan pengelolaan yang partsisipatif dan membawa dampak positif bagi lingkungan dan kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. 2000. Aneka Ragam Bahasa Pergaulan Masyarakat Di daerah Sulawesi Tenggara. Majalah Wolio Molagi Edisi 06, Januari-Februari 2000, Kendari.
Adimihardja K. 2008. Dinamika Budaya Lokal. CV. Indra Prahasta dan Pusat Kajian LBPB, Bandung.
Afifuddin dan Saebani B. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Pustaka Setia, Bandung.
Arafah N dan Manan A. 2000. Studi Pengelolaan Sumber Daya Berbasis Kearifan Tradisional di Pulau Kecil. Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol. VII, 2 Agustus 2000, Pusat Studi Lingkungan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Wakatobi. 2008.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2006 – 2026 Kabupaten Wakatobi, Wakatobi.
Dahuri R, Rais J, Ginting S dan Sitepu J. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
[DEPHUT] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2005. Pengelolaan Kolaboratif. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.19/Menhut-II/2004.
Endah (dalam Adnan H, Tadjudin Dj, E Yuliani, Komarudin H, Lopulalan D, Siagian Y dan Munggoro D). 2008. Belajar dari Bungo Mengelola Sumber Daya Alam di Era Desentralisasi. CIFOR, Bogor.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT.Gramedia Pusaka Utama, Jakarta.
Hidayat Z. 1997. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. PT. Pustaka LP3ES, Jakarta.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 2003. Laporan Studi Hubungan Korelasi Jaringan Perdagangan antara Pengusaha Wangi-Wangi dengan Masyarakat, Kendari.
Mitchell B, Setiawan B dan Rahmi DH. 2007. Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nababan A. 2003. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat Adat.
http://dte.gn.apc.org/AMAN/publikasi/makalah_ttg_psda_berb_ma_di_pplh_i pb.html. Diunduh tanggal 1 Oktober 2009.
Ranjabar J. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Ghalia Indonesia, Bogor.
Saad S. 2009. Hak Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan, Eksistensi dan Prospek Pengaturannya di Indonesia. LkiS. Yogyakarta.
Saidi E.A.M. 2000. Sultan Buton Ke-4 La Elangi Dayanu Iksanuddin (1578-1615).
Majalah Wolio Molagi Edisi 07 Tahun II Maret-April 2000, Kendari.
Satria A. 2009a. Ekologi Politik Nelayan. LkiS, Yogyakarta.
Satria A. 2009b. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. IPB Press, Bogor.
Satria A, Matsuda Y dan Sano M. 2003. Laporan Hasil Penelitian Questioning Community Based Coral Reef Management Systems: Case Studi of Awig-Awig in Gili Indah, Indonesia. Bogor.
Setiawan A dan Alikodra H. 2001. Tinjauan Terhadap Pembangunan Sistem Kawasan Konservasi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Lingkungan Volume VII/Nomor 2 Juni 2001 Jurusan KonserVasi Sumberdaya Hutan Fakutras Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Schoorl P. 2003. Masyarakat, sejarah dan Budaya Buton. Djambatan, Jakarta.
Soedjito H, Y Purwanto dan E Sukara. 2009. Situs Keramat Alami Peran Budaya dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Soemarwoto O. 2008. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Jakarta.
Solihin A, Karim M, Suhana dan Nugroho T. 2005. Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Indonesia. Humaniora, Bandung.
Susilo K. 2008. Sosiologi Lingkungan. Rajawali Pers, Jakarta.
[TNW] Taman Nasional Wakatobi. 2008. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Wakatobi 1998 – 2023 (Revisi 2008). Wakatobi.
[TNC dan WWF] The Nature Conservancy dan World Wide Fund for Nature Joint Program Wakatobi, 2009a. Data Survey Resoures Monitoring 2008/2009 (tidak dipublikasikan).
[TNC dan WWF] The Nature Conservancy dan World Wide Fund for Nature Joint Program Wakatobi, 2009b. Preception Monitoring Wakatobi National Park (tidak dipublikasikan).
Uluk A, M Sudana dan E Wollenberg. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak Terhadap Hutan. CIFOR, Bogor.
Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Zuhdi S. 1996. Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara Kesultanan Buton.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Zuhud (dalam Soedjito H, Y Purwanto dan E Sukara). 2009. Situs Keramat Alami Peran Budaya dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Lampiran 1 : Luasan Zonasi TNW
No Nama Pulau/Karang Zona Nama Zonasi
Luas Zona
1 Wangi-Wangi Pariwisata ZPr Sousu
Bahari ZPB Matahora
Bahari ZPB Karang Gurita
245.17
29.13 - - - 100.00
4 Kaledupa Pariwisata ZPr Sombano
6 Kaledupa Pariwisata ZPr Mantigola
184.27
11,027.61 - - 6,301.58 1.67
7 Kaledupa Pariwisata ZPr Derawa
Bahari ZPB Utara Kaledupa
Bahari ZPB Buranga
Bahari ZPB Derawa
Bahari ZPB Lintea
Bahari ZPB Lintea Kaledupa
103.86
11,027.61 - - 1,662.19 0.94
13
Tomia Pariwisata ZPr Marimabuk
44.79
1,636.65 - - 5,297.69 2.74
14 Tomia Pariwisata ZPr Tolandona
Sawah Pariwisata ZPr Pulau Sawah
Sawah Pariwisata ZPr Karang Tomia
18 Binongko Pariwisata ZPr Bante
244.55
1,182.57 - - 9,832.05 20.68
19 Binongko Pariwisata
ZPr Selatan Binongo
20 Binongko Pariwisata
ZPr Selatan Binongo
21 Karang Kapota Pariwisata ZPr Karang Kapota
22 Karang Kaledupa Pariwisata ZPr Karang Otiolo
23 Karang Kaledupa
Perlindungan
24 Karang Kaledupa
Perlindungan
25 Karang Kaledupa
Perlindungan
26 Karang Koromaha Pariwisata
ZPr Karang
27
Karang Koko
Perlindungan
Bahari ZPB Karang Koko
Bahari ZPB Kentiole
890.29
375.75 - - 17.57 100.00
30 Karang Runduma
Perlindungan
Bahari ZPB Ujung Runduma
Bahari ZPB Moromaho
Lampiran 2 : Struktur Organisasi TNW
Sumber : Taman Nasional Wakatobi
Lampiran 3 : Struktur Organisasi Dinas Kelautan Perikanan Wakatobi
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Wakatobi
Lampiran 4 : Foto-foto Proses Penelitian
Menggambar peta wilayah adat kadie dalam zonasi TNW
Alat tangkap ompo (nampak dari atas) di pesisir Kampung One Longe
Huma di Karang Kapota
FGD di desa Kolo Liya
Workshop Kearifan Tradisional
Penambang batu karang salah satu ancaman keanekaragaman hayati
Foto yang menunjukkan batas wilayah adat di pesisir kampung pada daerah pasang surut dan laut dala