• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KESIMPU฀AN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Penangolahan lebih lanjut mengenai mie hancur patah (HP) dan mie hancur halus (HH) agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

2. Pengawasan mutu mi dilakukan dalam frekuensi yang lebih sering agar mutu mi yang dihasilkan lebih terjamin.

฀0

PUSTAKA

Anonima, 2011.Available at http//:www.alibaba.com.Diakses pada tanggal 10 Januari 2015.

Anonimb, 2015.Available at http//:www.sigmapackaging.com.Diakses pada tanggal 10 Januari 2015.

Anonimc, 2011.Available at http//:www. noodle-machines.com.Diakses pada tanggal 10 Januari 2015.

Anonimd, 2008.Available at http//:www.ebookpangan.com.Diakses pada tanggal 30 November 2014

Anonime, 2008. Available at http//:www.ISO 9000.com. Diakses pada tanggal 30 November 2014.

Anonimf, 2008. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456฀89 /1855฀/12/ Chapter%20II.pdf.txt .Diakses pada tanggal 30 November 2014. Albana, Hanifah. 2013. Available at http://hanifahalbana.blogspot.com. Diakses pada

tanggal 30 November 2014.

Assauri, S. 1980. Manajemen Produksi. LPEE UI. Jakarta.

Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan BihunPenebar Swadaya. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2006 Standar nasional (SNI) SNI 01-3฀51-2006. Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan. Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar nasional (SNI) SNI 01-3451-1994. Tepung Tapioka. Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar nasional (SNI) SNI 01-3551-2000. Mie Kering. Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.

Bukkle, K.A, R.A Edwards, G.H Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Drerosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta. Feigenbaum, A. V. 1992. Kendali Mutu TerpaduErlangga Jakarta.

฀1

Heryanto, Dian. 2008. Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT Jakarana Tama Food Industry Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

James E Kroger, Robert B. Matsuo and Joel W. Dick. 1996. Pasta and Noodle Technology฀ American Association of Careal Chemist, Inc. St. Paul Minnesata. USA.

Nitasari, Lidia. 2003. Proses Produksi Mie Instant danEvaluasi Perencanaan Sanitasi Perusahaan di PT. Tiga Pilar SejahteraUGM.Yogyakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta. Kerr, RW. 1950. Chemistry and Industry of Starch. Academic, inc. New York.

Kotler, P. 199฀. Manajemen Pemasaran. Prenhalindo. Jakarta.

Luluk, Ritantiyah, 2010. Laporan Magang: Quality Control of Mie Instant. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Nitisemito, Alex S. 1981. Marketing฀Ghalia Indonesia. Jakarta.

Matz, SA. 1984. Snack Food Technology Second Edition. The AVI Publishing Co, West Press Ltd. New Delhi.

Puji, Tri Noviani N. 2009. Proses Produksi Mie Instan Di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Sragen-Jawa Tengah.Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

PT. Jakarana Tama Gaga Food Food Industry. 2014. available at http://www.gagafood.com. Diakses tanggal 10 Agustus 2014.

Radiyati, tri dan Agusto W.M. 1990. Pendayagunaan Ubi Kayu. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI.

Shaleh, dkk. 2002. Dokumen Tepat Guna Institut Pertanian Bogor. UPT Perpustakaan IPB, Bogor.

Sunoko. 2011. Available at http://foodreview.co.id/preview.php diakses pada tanggal 10 Agustus 2014.

Suprapti, L.M. 2002. Pengawetan Telur, Telur Asin, Tepung Telur dan Telur Beku. Kanisius, Yogyakarta.

฀2

Suyanti. 2008. Membuat Mi Sehat Bergizi dan Bebas Pengawet. PenebarSwadaya. Depok.

Tati Nurmala, Wiyono. 1980. Budidaya Tanaman Gandum (Triticumspp)฀ PT. Karya Nusantara. Jakarta.

Yuyun, A. 2008.Panduan Membuat dan Menjual Aneka Mi. Agromedia. Jakarta. Winarno, F. G., 199฀. Kimia Pangan danGizi. PT. GramediaPustakaUtama, Jakarta.

73

79

83

85 Lampiran 7. Kemasan Mie Telor A1 Gaga

87

88

Gambar 12. Mesin Pencampuran Bumbu Mie hancur patah (HP)

Penggorengan hingga 3-4 % kadar air

Pencampuran bumbu

Pengemasan

Mie kering berbumbu bumbu

89

Lampiran 11. Proses Pengolahan Mie Hancur Halus

Mie hancur halus dapat digunakan sebagai pakan ternak. Mie hancur halus masih banyak mengandung nutrisi yang dapat mempercepat pertumbuhan ternak. Berikut merupakan hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian limbah mie pada ternak

฀4

No.Dokumen

RHC/02/NDL/01

Revisi 03

RENCANA HACCP

Halaman 19 dari 25

MI

Tanggal Efektif 2 Juli 2014

฀.0 ANALISA BAHAYA

TAHAPAN PROSES PENYEBAB BAHAYA BAHAYA POTENSIAL SSOP/ GMP DAPAT MENGENDALIKAN BAHAYA

APAKAH BAHAYA

POTENSIAL NYATA ALASAN UPAYA DECISION TREE

SSOP GMP Probability Severity YE

S NO

L/M/H L/M/H Q1 Q2 Q3 Q4 CCP / Not

CCP 1.   

      Penerimaan Bahan Baku

Tepung Terigu/tapi oka/gluten

Kadar air yang melebihi batas standard Biologi: Pertumbuhan kapang/jamur L L Tahapan berikutnya dapat mereduksi potensi bahaya Setiap kedatangan bahan baku disertai COA

dari suplier dan dilakukan pengujian parameter kimia dan fisik secara sampling oleh QC Analis dan QC

inspektor Kontaminan benda asing (logam dll) dari produsen, pengolahan dan distribusi Fisik:

Kontaminasi benda asing L L

Tidak pernah ada masalah berdasarkan

data historisis

Minyak *Kadar FFA & POV minyak melebihi standard

Kimia : FFA & POV tinggi

menyebabkan ketengikan L L

Tidak pernah ada penerimaan minyak yang tidak sesuai standar (FFA & POV melebihi standar)

Air Kualitas air yang tidak memenuhi syarat

Kimia :

Residu zat kimia di dalam air L L

Kemungkinan terjadinya

penyimpangan rendah berdasarkan data

Pengujian kualitas air di laboratorium luar untuk mengetahui

penyimpangan sedini

฀5

historis mungkin (setiap 6 bulan sekali)

Biologi :

PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

2 Penerimaan Raw Material

Premix Alkali L (Garam, pewarna, pengemban g, pengenyal) Kontaminan dari produsen, pengolahan dan distribusinya Fisik : Kontaminasi logam L L

Tidak pernah ada masalah berdasarkan data historisis

Setiap kedatangan bahan baku disertai COA dari suplier dan dilakukan pengujian parameter kimia dan fisik secara sampling oleh QC Analis dan QC inspektor.

Kimia :

Kontaminasi bahan kimia L L

3 Penuangan Bahan Baku Kontaminasi dari alat Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

Tahapan proses selanjutnya dapat mereduksi bahaya (pemanasan) Human error Fisik : Potongan benda asing

(logam) atau benang kemasan tepung terigu ikut tertuang

L L Tidak pernah ada masalah berdasarkan

data historisis 4 Pembuatan Larutan Alkali (pencampuran 1) Kontaminasi dari alat dan pekerja

Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP telah menjamin

keamanan tahap ini

Human error Fisika : potongan benda asing dari

kemasan L L

GMP telah menjamin

keamanan tahap ini

Kelebihan

penimbangan bahan premix

Kimia : Dosis penggunaan bahan

kimia premix alkali yang berlebihan

L L

GMP telah menjamin

keamanan tahap ini Pengkalibrasian timbangann

5 Pencampuran II Kontaminasi dari alat dan pekerja Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP telah menjamin

keamanan tahap ini

Human error Fisik : Potongan benda asing

฀6

7 Penguntaian Kontaminasi dari alat dan pekerja Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP telah menjamin

keamanan tahap ini

8 Pengukusan Kontaminasi dari alat dan pekerja Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP telah menjamin

keamanan tahap ini

9 Pendinginan I Kontaminasi dari alat dan pekerja Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP telah menjamin

keamanan tahap ini

10 Pemotongan Kontaminasi dari alat dan pekerja Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP telah menjamin

keamanan tahap ini

11 Pencetakan Kontaminasi dari alat dan pekerja Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP telah menjamin

keamanan tahap ini

12 Pemasakan

Frying

Base Cemaran Mikrobiologi

Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) - - M M

Mikroba mati pada suhu pemanasan minimal 1000C

Proses pemanasan dengan menggunakan

suhu 110 – 140 oC Y Y CCP

Cemaran Kimia Kimia :

Bilangan asam M M

Selama proses penggorengan nilai bilangan asam akan bertambah

Penambahan TBHQ

setiap 3 jam Y T Y T CCP

Drying

Base Cemaran Mikrobiologi

Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) - - M M

Mikroba mati pada suhu pemanasan minimal 1000C

Proses pemanasan dengan menggunakan

suhu 110 – 140 oC Y Y CCP

13 Pendinginan II Kontaminasi dari alat Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP telah menjamin

keamanan tahap ini

14 Pengemasan etiket / cup

Kontaminasi dari

alat dan pekerja Seal kurang kuat /

bocor

Biologi : PBP=Pertumbuhan Bakteri

Patogen (E.Coli, Coliform) L L

SSOP & GMP telah menjamin keamanan

tahap ini

15 Pengemasan Karton - - - - - - - -

16 Penyimpanan - - - - - - -

฀฀

Probability = Peluang Severity = Tingkat Keparahan

L = Rendah L = Rendah

M = Sedang M = Sedang

5

Dokumen RHC/02/NDL/01

Revisi 03

RENCANA HACCP

Halaman 21 dari 25

MI INSTAN

Tanggal Efektif 2 Juli 2014 8.0 PENGENDALIAN TITIK KENDALI KRITIS (TKK)

CCP BAHAY POTENSIAL YANG NYATA BATAS KRITIS UNTUK SETIAP UPAYA PENCEGAHAN

PROSEDUR PEMANTAUAN TINDAKAN KOREKSI DOKUMENTASI VERIFIKASI

WHAT HOW WHEN WHO WHERE

Penggorenga n Mikrobiologi : Pertumbuhan Bakteri Patogen (E.Coli, Salmonella, Jamur)

Minimal 100oC Suhu & Waktu Proses

Melakukan pengecekan suhu frying dari display yang tersedia

Setiap 30

menit Operator Produksi Pada proses frying

Dilakukan adjusment sampai suhu standar tercapai. Jika diketahui suhu display tidak sesuai standar,maka produk dianggap tidak aman. Produk yang tidak aman kemudian di hold untuk kemudian dilakukan analisa mikrobiologi.

FRM/02/ND

L/06 Pengawas produksi melakukan verifikasi terhadap suhu, dipastikan suhu standar tercapai dan thermometer sudah dikalibrasi. Kimia :

Bilangan asam Max 2 mg KOH/g Waktu proses Dilakukan pengecekan kadar bilangan asam setiap akan produksi dan penambahan anti oksidan secara berkala Setiap 3 jam sebanyak 900 gr Operator

produksi Pada proses frying

Dilakukan adjustment di awal produksi jika bilangan asam melebihi standar FRM/02/Q CA/06 FRM/02/ND L/06 Pengecekan nilai bilangan asam di mie blok untuk setiap produk Pengeringan Mikrobiologi : Pertumbuhan Bakteri Patogen (E.Coli, Salmonella, Jamur)

Minimal 100oC Suhu & Waktu Proses

Melakukan pengecekan suhu drying dari display yang tersedia

Setiap 45

menit Operator Produksi Pada proses drying

Dilakukan adjusment sampai suhu standar tercapai. Jika diketahui suhu display tidak sesuai standar,maka produk dianggap tidak aman. Produk yang tidak aman kemudian di hold untuk kemudian dilakukan analisa mikrobiologi.

FRM/02/ND

L/10 Pengawas produksi melakukan verifikasi terhadap suhu, dipastikan suhu standar tercapai dan thermometer sudah dikalibrasi.

Dalam dokumen Proses produksi dan analisis mutu proses (Halaman 78-98)

Dokumen terkait