URAIAN TEORITIS
2.3 Analisis Framing
Gagasan mengenai, framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sobur, 2004: 161). Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisisr pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori – kategori standar untuk mengapreasias realitas. Tetapi akhir – akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek – aspek khusus sebuah realita oleh media.
Framing secara sederahan adalah bingkaian sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana presektif atau cara pandangan
yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebung yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang di ambil, bagaimana yangditonjolkan dana bagian mana yang dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Sobur,2004:162).
Menurut Imawan (Sobur, 2004: 162) pada dasarnya framing adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media, memaknai, memahami, dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta – fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok – kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang diangap penting dan tidak penting. Karena berita menjadi manipulasi dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tak terelakan.
Ada dua aspek penting dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan kepada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan, yaitu apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bis jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau peristiwa yang lain.
Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu, penempatan yang menyolok, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi simplifikasi dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.
Prinsip analisis framing menyatakan bahwa pada fakta yang diberitakan dalam media terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi – dimensi tertentu. Fakta tidak ditampilkan secara apa adanya, namum diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi yang spesifik.
Penelitian ini menggunakan model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis teks media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Framing didefenisiskan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu (Eriyanto, 2002: 252).
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka “framing Analysis: An Aproach to News Discourse” mengoperasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen – elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global (Sobur, 2004:175).
Selanjutnya perangkat framing Pan dan Kosicki ini dibagi menjadi empat struktur besar (Eriyanto, 2002:255):
1. Sintaksis dalam wacana berita, sintaksis menunjukan pada pengertian sususnan bagan berita yaitu headline, lead, latar informasi, sumber, penutup dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan.
a. Headline
Berita yang menjadi topik utama media b. Lead
Alinea pembuka atau alinea pertama atau berita. Lead atau teras berita berisi pokok – pokok penting yang dapat mewakili isi berita.
c. Latar informasi
Merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
d. Kutipan sumber berita
Orang atau hal – hal yang dijadikan sumber berita. Dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan tidak memihak.
e. Pernyataan
Merupakan kalimat – kalimat yang dibuat untuk medukung isi berita. f. Penutup
Bagian akhir berita. 2. Skrip
Skrip berhubungan dengan bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur wartawan dalam mengisahkan/ menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita.
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah unsur kelengkapan berita yaitu: a. Who (siapa), siapa yang terlibat
b. What (apa), apa peristiwa yang diberitakan c. When (kapan), waktu terjadinya peristiwa d. Where (dimana), lokasi peristiwa
e. Why (mengapa), mengapa bisa terjadi
f. Hwo (bagaimana), bagaimana terjadinya peristiwa 3. Tematik
Struktur tematika berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis, bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa dalam proposi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Tematik memiliki perangkat framing: a. Detail
Elemen detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi yang tidak menguntungkan dirinya dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak disampaikan).
b. Koherensi
Merupakan elemen untuk melihat bagimana seseorang secara strategis menggunakan perangkat bahasa untuk menjelaskan fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau sebab akibat.
c. Bentuk kalimat
Bentuk kalimat dipakai untuk menjelaskan fakta yang ada, berhubungan dengan kalimat pasif atau kalimat aktif dan kalimat deduktif atau kalimat induktif.
d. Kata ganti
Kata pengganti subjek atau objek dalam satu kalimat, misalnya: aku, dia, mereka, itu, dan lain – lain.
4. Retoris
Struktur retoris suatu wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memaknai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.
Retoris memiliki perangkat sebagai berikut: a. Leksikon
Pemilihan dan pemakaian kata – kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa.
b. Grafis
Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan yang lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar, termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, dan tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan.
c. Metafora
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Begitu banyak tokoh yang dapat menjadi inspirasi generasi muda pada saat ini didalam bidang – bidang tertentu, dengan adanya tokoh tersebut akan membuat generasi muda pada zaman sekarang lebih membuka mata untuk bisa lebih kereatif lagi pada zaman gelobal saat ini, sedangkan kita ketahui dengan adanya perubahan gelobal pada saat ini banyak generasi tidak ada kesadaran bahwasanya perkembangan indonesia ada ditangan generasi muda mau dibawa kemana kelak indonesia jika generasi mudanya hanya berdiam diri saja tanpa melakukan apa – apa.
Dengan adanya tokoh yang dapat menginspirasikan generasi muda pada zaman sekarang dapat membangkitkan semangat generasi muda melakukan perubahan yang lebih baik untuk indonesia ada pun beberapa tokoh yang kita ketahui, penulis memilih salah satu tokoh yang kita ketahui yaitu Chairul Tanjung. Siapa yang tidak mengenal sosok seorang Chairul Tanjung beliau merupakan tokoh generasi indonesia yang berhasil dalam berbagai bidang seperti, bisnis, properti, perbank dan tokoh media massa tokoh serba bisa yang sangat menentukan keadaan indonesia masa kini dan mendatang.
Chairul Tanjung lahir dikeluarga yang sederhana berorang tua darah Batak-Sunda, A.G Tanjung dan Halimah, beliau merupakan lulusan dari FKG UI dan SMA Boedi Sutomo, masa kecil penuh dengan kecerian dilalui seperti anak pinggiran kota pada umumnya. Beliau mendapatkan ajaran agama yang sangat kuat dari sang nenek yang juga guru agama di SD Negeri Jalan Tepekong, jakarta didikan yang diberikan sang nenek menjadi panduan sepanjang hidup hingga saat ini kedisplinan orang tuanya dengan penghasilan sangat terbatas rela mengorbankan apa pun agar anak – anaknya bisa mengenyam pendidikan disekolah swasta. Diusia yang masih sangat belia, ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, anak tersebut sudah mulai mengurus keperluan transportasi teman – temannya yang akan study tour.
Kemudian dia tumbuh dewasa, lalu belajar tentang filosofi dan prinsip – prinsip hidup sekaligus merasakan bagaimana sulitnya mencari sumber
penghidupan. Perjalanan selanjutnya bagaikan air mengalir. Si anak ini tumbuh menjadi orang dewasa yang matang. Bahkan, di usia muda, pada saat yang hampir bersamaan, dia mampu meraih tiga prestasi sekaligus, baik dari sisi akademis, organisasi kemasyarakatan, maupun usaha bisnisnya.
Sosok Chairul Tanjung mengingatkan kita pada sebuah kisah dalam mitologi yunani kuno. Alkisah, seorang raja, midas yang sangat swakti. Segala sesuatu yang tersentuh tangannya berubah menjadi emas. Hikmah kisah ini bukan tentang keluhan midas yang kebingungan dengan kesaktiannya itu, sebab makanan yang akan Disantapnya di emas, tetapi tentang kesaktian Midas mengubah segala sesuatu menjadi emas.
Chairul Tanjung secara alegoris boleh disebut Midas, tidak dalam kisah, tetapi dalam kemyataan. Segala usaha yang ia dirikan dan kembangkan nyaris tidak ada yang gagal. Mungkin hanya dua yakni, usaha buku toko kebutuhan praktikum calon dokter di pasar senen dan praktik kontraktor bangunan. Itu pun ia golongkan sebagai bagian dari”Jatuh bangun” ketika masih sebagai mahasiswa FKG-UI (1981-2987), sebelum akhirnya membuka pabrik sepatus sebagai awal karirnya sebagai pengusaha.
Mengapa peneliti mengambil sosok seorang Chairul Tanjung sebagai salah satu tokoh yang diteliti,menurut peneliti seorang Chairul Tanjung adalah tokoh media massa seperti kita ketahui beliau merupakan pemilik salah satu stasiun televis yaitu TRANSTV, TRAN7 dan masih banyak perusahan yang dipimpin oleh beliau, peneliti tersebut dan ingin mengetahui bagaimanakah kisah seorang Chairul Tanjung Si Anak Singkong ini tumbuh menjadi salah satu orang yang diperhitungkan dalam indonesia dan bagaimanakah sosok seorang Chairul Tanjung dalam Buku Biografi tersebut.
Dengan adanya penelitian ini maka peneliti ingin melihat bahwasanya bagaimanakah wartawan mengambarkan sosok seorang Chairul Tanjung dalam Buku Biografi Si Anak Singkong tersebut. Selain itu kepentingan internal jurnalistik dan pemilik media. Kebijakan redaksi media juga dapat berpengaruh terhadap p-embuatan Buku Biografi tersebut. Ideologi yang dianut juga merupakan kekuatan lain yang mempengarui bagaimana media memahami, menuliskan sehingga memposisikan dirinya atas realitas yang ada disekitarnya.
Media bukanlah saluran yang bebas, tempat semua kekuatan sosial saling berintraksi dan berhubungan (Eriyanto, 2001:53). Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefenisikan realitas sesuai kepentinganya. Media bahkan menjadi sarana kelompok dominan tidak hanya memantapkan posisi mereka. Media juga dipandamg sebagai instrumen ideologi. Berita yang disajikan media,untuk lebih lanjutnya tidak hanya bermakna seperti realitas apa danya tetapi, memiliki makna dan maksud tertentu yang coba untuk disajikan media. Hingga realitas pun menjadi abstrak. Peristiwa yang dimaknai secara berbeda, dengan titik perhatian yang berbeda dan pemilihyan kata yang berbeda. Kenyataan ini menyadarkan kita betapa subjektifnya media. Ini juga memberikan ilustrasi bagaimana berita yang kita baca setiap hari telah melalui proses konstruksi.
Kita perlu banyak belajar dari Chairul Tanjung. Dalam kurang dari 10 tahun, dihitung dari saat mengakuisisi Bank Mega dari Bank Karman tahun 1996 hingga 2006 ketika masuk di urutan ke-18 dari 40 orang terkaya indonesia versi majalah forbes dengan total kekayaan pribadi 310 juta dollar AS atau lebih dari Rp 2,8 trilliun. Dibulan maret 2012, majalah yang sama mengeluarkan daftar 1.226orang terkaya di dunia, 17 diantaranya orang indonesia Chairul Tanjung termasuk diantaranya dalam urutan ke-634 dengan kekayaan pribadi 2,0 miliar dollar AS.
Beliau tidak membantah julukan the rising star, tetapi membantah disebut sebagai pengusaha dadakan, sebab dia merasakan semua diperoleh berkat kerja keras bertahun – tahun sejak mahasiswa. Dimulai dari usaha fotokopi, industri alas kaki, keuangan, lantas mengguritai keberbagai usaha mengakuisi perusahan asing (carrefour). Payung perusahaan Para Group diubah jdi CT Crop (Chairul Tanjung Corpora).
Dari berbagai berbagai pertemuan, liputan media, juga dari jawaban – jawabannya ketika ditanya wartawan, dia katakan ditahun 1998, “Sukses tidak bisa diraih dalam waktu sekejap.” Butuh ketekunan, kerja keras, dan integrasi tinggi. Dalam dunia usaha, kepercayaan modal utama. Begitulah pengalaman pertama kali mendapat kredit modal kerja Exspor sebesar 150 juta dari Bank Exim menilai Chairul Tanjung mampu memutar uang itu dengan mengekspor sepatu anak – anak.
Kepercayaan itu merupakan segala – galanya. Sekali kepercayaan luntur, dengan sendirinya bisnis luntur. Untuk mendapatkan kepercayaan dari mitra bisnis, diperlukan kerja keras dan sentiasa berfikir sehat dan positif. Kendati dalam peraktik bisnis sering terjadi penyimpangan etika bismis, tetapi sebagai pengusaha yang mau maju harus mengembangkan moral dan idealisme.
Kita ketahui kesuksesan yang diraih beliau tidak membuat dia lupa diri dengan kesuksesan yang dia raih, dengan ada buku Chairul Tanjung”Si Anak Singkong”, menceritakan perjalanannya membuat inspirasi untuk generasi muda pada saat ini. Buku ini wajib dibaca oleh siapapun, khususnya generasi muda yang ingin mempelajari arti sebuah perjuangan hidup dan kerja keras untuk mengubah kehidupan serta mewujudkan cita – cita. Tidak ada sukses yang bisa dicapai seperti membalikan telapak tangan dan tidak ada prestasi tanpa perjuangan dan kerja keras.
Tulis menulis dan menyiarkan berita adalah tugas wartawan. Artinya tugas utama insan media adalah mengkonstruksikan erbagai realitas atas kejadian yang dilaporkan. Pembuatan berita dimedia pada dasarnya penyusunan realitas – realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dan tentu saja pengunaan bahasa tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bahkan, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk mengambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai resprestasi yang berperan dalam subjek tertentu, tema – tema wacana tertentu, maupun strategi – strategi didalamnya (Eriyanto, 2001: 6)
Chairul Tanjung merupakan salah satu tokoh muda yang sukses membangun komunitas bisnisnya, bukan berangkat dari sesuatu yang sudah besar, perjuangannya dalam membangun apa yang telah dicapainya sampai saat ini tidak lepas dari kepemimpinan dan visi yang dimilikinya dalam ikut serta membangun negara ini. Buku ini menceritakan secara rinci perjuangannya. Beliau mengingatkan dari konsep filosofis “Dari tiada menjadi ada”. Di tangan Chairul Tanjung, konsep ini menjadi rill. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, beliau berhasil mencipatkan sekian usaha baru yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan banyak orang. Diantaranya menciptakan lapangan kerja bagi
lebih dari 75.000 karyawan dan mengharumkan nama indonesia dimata internasional.
Negara kita telah banyak melahirkan putra terbaik, yang karyanya merupakan manifestasi dari kecintaan kepada negerinya. Sedikit berbeda dari yang lainnya, kecintaan Chairul Tanjung pada indonesia selalu diwujudkan dalam kerja keras dan kerja nyata, yang dapat di nikmati oleh masyarakat luas. Pemikiran – pemikirannya dapat menjadi mercusuar bagi generasi muda yang memiliki hasrat dan mimpi yang sama.
Chairul Tanjung memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan – perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri ntuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional indonesia bisa berdiri sendiri, dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal ini patut diapresiasi agar indonesia dapat bersaing di kancah dunia. Resapi secara mendalam buku ini, dan anda akan memahami prinsipnya dalam menjalankan Usahanya
Anak singkong dari salah satu kampung kumuh dijakarta kini menjelma menjadi salah satu tokoh cukup diperhitungkan di indonesia. Dia adalah Chairul Tanjung. Analisis yang digunakan peneliti adalah anlisis framing. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaiman peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media (Eriyanto, 2001: 11). Framing dalam prespektif ilmu komunikasi dipakai untuk membeda cara – cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Framing adalah pendekataan untuk mengetahui bagaimana persepektif atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2004:162). Sedangkan analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah model framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat konstruksi kisah perjalanan Chairul Tanjung dalam Buku Biografi Si Anak Singkong.