• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

a. Perlu peningkatan upaya promosi kesehatan melalui Usaha Kesehatan Sekolah dan penyuluhan berkala kepada masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat dan bersih dalam upaya pencegahan infeksi cacing pada anak SD.

b. Perlu pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan lingkungan yang memenuhi persyaratan kesehatan.

c. Perlu dilakukan pengobatan secara selektif melalui pemeriksaan feses anak SD yang terdapat wilayah kerjanya guna mengidentifikasi secara komprehensif angka prevalensi infeksi cacing dan pemberian obat secara gratis kepada masyarakat untuk pencegahan infeksi cacing.

2. Kepada Puskesmas Deli Tua

a. Agar meningkatkan intensitas penyuluhan dan kunjungan rumah untuk meningkatkan pemahaman ibu yang mempunyai anak usia SD tentang infeksi cacing dan perilaku hidup bersih dan sehat guna mencegah terjadinya infeksi cacing pada anak SD.

b. Agar meningkatkan intensitas penyuluhan ke institusi pendidikan untuk meningkatkan pemahaman pendidik beserta anak didiknya tentang infeksi cacing, mekanisme penularan, dampak yang ditimbulkan, dan upaya penanggulangannya.

c. Agar merekomendasikan kepada institusi pendidikan untuk penyediaan sarana dan prasarana kebersihan dan kesehatan lingkungan di sekolah antara lain penyediaan sarana toilet yang sehat dan bersih, serta penataan lingkungan sekolah yang memenuhi persyaratan kesehatan.

d. Agar mengadakan pembinaan secara berkesinambungan dengan berkoordinasi dengan institusi pendidikan agar diusulkan sebuah program atau kegiatan jangka pendek dan jangka panjang untuk dapat membentuk perilaku pola hidup sehat dan bersih pada anak sekolah dengan dana bersumber dari dana institusi pendidikan.

3. Penelitian selanjutnya

a. Agar menggunakan desain case control agar dapat diidentifikasi secara komprehensif determinan infeksi cacing pada anak SD dengan menambahkan variabel lain seperti kondisi lingkungan berupa iklim, sumber air dan sanitasi lingkungan secara menyeluruh.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seorang anak membutuhkan bebas dari penyakit agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Tuntutan hak azasi anak untuk bebas dari penyakit dan menjadi sehat seringkali terabaikan, akibat kurangnya perhatian terhadap penyakit yang tidak menimbulkan gejala yang dramatikal, seperti infeksi Soil Transmitted Helminths (STHs) atau infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah (WHO, 2003).

Anak usia 6-15 tahun adalah penderita terbanyak infeksi STHs. Anak-anak ini berada pada puncak pertumbuhan, sementara infeksi cacing yang terjadi dapat memperburuk tingkat malnutrisi dan anemia yang berpotensi memperlambat pertumbuhan dan menjadi rentan terhadap penyakit lain. Akibatnya pertumbuhan yang terputus tidak terelakkan lagi, dan akan segera dimulai (WHO, 2003).

Lebih lanjut Sur (2003) menyatakan, lima puluh sembilan juta atau 5% dari 30% penduduk dunia yang menderita infeksi cacing, termasuk diantaranya 51 juta anak usia kurang dari 15 tahun (86,4%) akan berisiko untuk mengalami gangguan pertumbuhan dan mengalami penurunan kemampuan fisik. Diestimasi 1,5 juta atau 2,5% dari anak-anak tersebut akan mengalami kegagalan pertumbuhan. Efek tersembunyi dari infeksi kronis diestimasi akan terjadi pada 11,5 juta (19,5%) dari anak-anak tersebut.

Awastni et.al, (2003) juga menyatakan infeksi cacing memiliki efek yang tersembunyi pada pertumbuhan dan perkembangan. Efek yang ditimbulkan bersifat kronis dan menginfeksi lebih dari 33,3% penduduk dunia yang akan terinfeksi seumur hidup. Diperkirakan infeksi cacing menimbulkan 12% dari total beban penyakit/disease burden.

Menurut Bethony et.al, (2006) infeksi cacing merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang utama di negara miskin atau negara berkembang, dan menempati urutan tertinggi pada angka kesakitan yang ditimbulkan pada anak usia sekolah. Terjadinya infeksi tidak hanya bergantung pada kondisi lingkungan ekologi suatu wilayah saja, tetapi juga bergantung pada standar sosioekonomi masyarakat setempat.

Penderita infeksi cacing yang mengalami infeksi yang berat pada akhirnya dapat mengalami defisiensi nutrisi. Di samping itu infeksi cacing juga telah menunjukkan efek negatif pada perkembangan fisik dan kemampuan kognitif anak. Obstruksi intestinal, anemia, malnutrisi, sindrom disentri, demam, dehidrasi, muntah, dan colitis merupakan komplikasi utama akibat infeksi cacing (Bethony et.al, 2006).

Menurut WHO tahun 2003, ascariasis dapat menyebabkan malabsorpsi vitamin A, memperburuk tingkat malnutrisi, anemia, dan berkontribusi pada pertumbuhan yang terlambat, berakibat negatif terhadap nafsu makan dan kemampuan fisik anak-anak, mempengaruhi kemampuan kognitif anak-anak, dan aktivasi imun yang tetap dan panjang akibat infeksi cacing menurunkan kapasitas

Anak usia prasekolah sangat mudah mengalami defisiensi akibat infeksi cacing, sementara mereka berada dalam masa perkembangan mental dan fisik yang maksimum/cepat dan terutama sekali sangat membutuhkan vitamin dan mikronutrient yang hilang akibat infeksi cacing (WHO, 2003). Beberapa studi telah menunjukkan terjadi retardasi pertumbuhan dengan derajat berbeda akibat infeksi cacing (Sur, 2003).

Terdapat 2 (dua) milyar atau lebih dari 1/3 populasi penduduk dunia, terinfeksi STHs, dan 12,5% diantaranya mengalami infeksi berat dengan 50% kasus terjadi pada anak usia sekolah (WHO, 2003).

Diperkirakan 1,47 milyar penduduk dunia menderita ascariasis, dengan morbidity rate 23,7% dan mortality rate 0,02%. Penderita trichuriasis diperkirakan 1,3 milyar penduduk dunia, dengan morbidity rate 20,9% dan mortality rate 0,005%, sementara 1,3 milyar penduduk dunia menderita infeksi hookworms dengan morbidity rate 12,3% dan mortality rate 0,04% (Sur, 2003 dan Mascie, 2006).

Prevalensi infeksi cacing STHs mencapai 50-75% di banyak negara di Asia (Sur, 2003). Prevalensi infeksi di Indonesia, menurut beberapa penelitian menunjukkan prevalensi yang relatif tinggi, lebih dari 60-70%, dan prevalensi terbesar ditemukan pada anak balita dan anak usia sekolah dasar (Judarwanto, 2005).

Hasil survei cacingan di sekolah dasar di beberapa propinsi pada tahun 1986- 1991 menunjukkan prevalensi 60-80%, sedangkan untuk semua umur berkisar 40- 60%. Hasil survei Subdit Diare Depkes RI pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD di 10 propinsi menunjukkan prevalensi berkisar antara 2,2-96,3% (Depkes, 2006).

Laporan Broker (2002) menyebutkan distribusi infeksi cacing di Indonesia secara geografis menunjukkan prevalensi yang berbeda. Prevalensi tertinggi di Irian Jaya dan Sumatera Utara, sementara prevalensi terendah ditemukan di Jawa Timur. Hasil penelitian di beberapa SD di Bandung menunjukkan prevalensi infeksi 58,3 – 96,8% (Bali Post, 2005). Penelitian Wachidanijah (2002) pada anak SD di Kebumen menunjukkan prevalensi 70,6% dan 58,4% diantaranya pada anak berusia 11-13 tahun.

Prevalensi ascariasis di Sumatera Utara diperkirakan 50–79,9%, trichuriasis 80-100%, dan infeksi hookworms 50-79,9% (Broker, 2002). Penelitian Sri Alemina, tahun 2002 prevalensi infeksi pada anak SD di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo mencapai 70%.

Beberapa penelitian di Kabupaten Deli Serdang menunjukkan prevalensi infeksi cacing sebesar 87% (Tiangsa, 1995), sementara prevalensi infeksi berdasarkan cacing yang menginfeksi, yaitu prevalensi ascariasis 76,2%, trichuriasis 77,2%, dan infeksi cacing tambang 10,9% (Alemina, 2002).

Prevalensi infeksi cacing yang mencapai 60-80 % di Indonesia, diperkirakan menyebabkan kerugian ratusan miliar rupiah dan miliaran liter darah dalam setahun. Prevalensi ascariasis 70%, diasumsikan menimbulkan kehilangan karbohidrat per hari sekitar 125, 244 ton setara dengan 156,555 ton beras, kerugian yang ditimbulkan per tahun diperkirakan sebesar Rp. 285,8 miliar akibat tercurinya karbohidrat oleh infeksi cacing tersebut, diluar jumlah protein yang ikut tercuri. Prevalensi trichuriasis

darah 77.745.000 liter. Infeksi hookworms di Indonesia diperkirakan 45%, dan dalam 6 tahun diasumsikan terjadi kehilangan darah sebesar 1,7 milyar liter (Mahiswaty, 2005).

Terdapat beberapa faktor yang berperan penting dalam tingginya prevalensi infeksi cacing STHs, antara lain faktor sosiodemografi dan faktor tindakan pengobatan yang dilakukan.

Faktor geografis suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap perbedaan tingkat infeksi, dan secara geografis Sumatera Utara adalah salah satu wilayah dengan distribusi infeksi cacing tertinggi di Indonesia.

Perbedaan jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan dan perilaku, serta faktor sosioekonomi juga erat kaitannya dengan prevalensi infeksi cacing. Pekerjaan di bidang pertanian merupakan faktor pendukung terhadap meningkatnya intensitas infeksi. Pengetahuan dan perilaku seorang anak dan orang tua khususnya ibu erat kaitannya dengan tingkat infeksi berhubungan dengan epidemiologi penyakit. Perilaku hidup sehat dan bersih seorang anak sangat berpotensi untuk mencegah terjadinya infeksi cacing. Faktor sosioekonomi sebuah keluarga dapat menjadi faktor pendukung meningkatnya derajat infeksi dalam kaitannya dengan keterbatasan penyediaan sarana dan prasarana yang sehat dan layak yang dimiliki oleh keluarga yang memiliki status sosioekonomi yang rendah.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap mekanisme penularan infeksi cacing dapat mendorong untuk mengambil sebuah tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memutuskan rantai

penularan infeksi cacing adalah melalui tindakan pengobatan. Efek negatif yang ditimbulkan oleh infeksi cacing terhadap pertumbuhan atau satus gizi seorang anak dapat diperbaiki setelah diberikan tindakan pengobatan yang sesuai.

1.2. Permasalahan

Tingginya prevalensi infeksi cacing soil transmitted helminths (STHs) di Indonesia khususnya di Sumatera Utara, antara lain di Kabupaten Deli Serdang terutama pada anak usia sekolah dasar, untuk itu perlu diketahui distribusi infeksi cacing STHs pada anak sekolah dasar dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi cacing pada anak SD di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis prevalensi infeksi cacing berdasarkan jenisnya pada anak sekolah dasar di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk menganalisis hubungan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, status gizi anak, personal hygiene anak, tindakan anak, sosioekonomi, sanitasi lingkungan, tindakan ibu, dan pengetahuan ibu) terhadap infeksi cacing pada anak sekolah dasar di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk menganalisis hubungan faktor tindakan pengobatan terhadap infeksi cacing pada anak sekolah dasar di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli

1.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, status gizi anak, personal hygiene anak, tindakan anak, sosioekonomi, sanitasi lingkungan, pengetahuan ibu, dan tindakan ibu) dengan infeksi cacing pada anak sekolah dasar di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

2. Ada hubungan tindakan pengobatan dengan infeksi cacing pada anak sekolah dasar di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, bagi berbagai pihak sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan:

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi cacing dan dampaknya terhadap status gizi anak.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan kepada institusi pendidikan sekolah dasar khususnya, sebagai bahan pertimbangan di dalam menetapkan program penanggulangan infeksi cacing di sekolah.

3. Bagi Pemerintah Setempat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat informasi epidemiologi kepada pemerintah daerah setempat untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam menetapkan kebijakan penanggulangan infeksi cacing di daerahnya.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti, dan sebagai informasi bagi penelitian lebih lanjut.

ABSTRAK

Infeksi cacing merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak dijumpai pada anak usia 6-15 tahun yang berdampak terhadap proses pertumbuhan, perkembangan, dan gizi anak. Prevalensi infeksi cacing cenderung bervariasi di setiap wilayah di Indonesia dan cenderung lebih banyak dijumpai pada anak usia sekolah. Prevalensi infeksi cacing pada anak usia sekolah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2002 masih tinggi, dengan prevalensi infeksi berdasarkan jenis cacing yaitu prevalensi ascariasis 76,2%, trichuriasis 77,2%, dan infeksi cacing tambang 10,9%.

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan cross sectional study bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor sosiodemografi dan tindakan pengobatan dengan infeksi cacing pada anak Sekolah Dasar di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak SDN kelas I di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang sebanyak 929 orang, dengan sampel sebanyak 97 anak SD yang diambil secara proporsional sampling to size. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan feses. Analisis data dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cacing pada anak SD sebesar 42,3% dengan prevalensi ascariasis 18,6%, trichuriasis 7,2%, dan infeksi campuran 16,4% dengan intensitas infeksi berat 5,2%, sedang 14,4%, dan ringan 22,7%. Terdapat hubungan signifikan antara status gizi (p=0,001), personal hygiene (p=0,000), tindakan anak (p=0,006), sanitasi lingkungan (p=0,004), tindakan ibu (p=0,001), pengetahuan ibu (p=0,000), dan tindakan pengobatan (p=0,004) dengan infeksi cacing pada anak SD di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Hasil uji regresi logistik menunjukkan terdapat pengaruh signifikan antara status gizi, personal hygiene, sanitasi lingkungan, dan pengetahuan ibu terhadap infeksi cacing.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk melakukan pemeriksaan feses anak SD secara rutin untuk identifikasi cacing; pemberian obat cacing secara gratis; dan peningkatan penyuluhan secara terus menerus melalui kunjungan rumah.

ABSTRACT

Helminthiasis or worm infection is a type of disease that can be easily found among children at the age of 6-15 years that can interfere with their growth process and nutritional status. Prevalence of worm infection varies from area to another in Indonesia and mostly infect children at school age. Prevalence of worm infection among school age children in Deli Serdang District in 2004 were still high with distribution of prevalence infection prevalence of ascariasis as 76,2%, trichuriasis 77,2%, and hookworm 10,9%.

This cross sectional study is aim to analyze the relationship between sociodemographics and period of worm infection treatment among school age children in Deli Tua Subdistrict of Deli Serdang District. The population in this study were all the first grade of elementary school in Deli Tua Subdistrict of Deli Serdang District counts for 929 children, and by using proportional sampling to size 97 of them were selected as sample. The data conducted through interview, observation, and laboratory diagnostic for faeces. The data obtained were analyzed through chi square test and multiple logistic regression test with level confidence of 95%.

The result of this study reveal that the worm infection prevalence of elementary school was 42,3%, the prevalence of ascariasis was 18,6%, trichuriasis was 7,2%, mixed infection was 16,4% with severe infection 5,2%, moderate 14,4%, mild 22,7%. There were significant relationships between nutritional status (p=0,001), personal hygiene (p=0,000), child behaviour (p=0,006), the sanitation of environment (p=0,004), mother behaviour (p=0,001), mother knowledge (p=0,000), and period of treatment (p=0,004) with worm infection at elementary school students in Deli Tua Subdistrict of Deli Serdang District. The result of logistic regression test showed that there were four variables having significant relationships between worm infection and nutritional status, personal hygiene, the sanitation of environment, and mother knowledge regarding worm infection.

It is suggested to District Health Office of Deli Serdang that elementary school student should have routine faeces examination; free antihelmintic treatment; and continuosly improving health promotion intensively through home visit.

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN

TINDAKAN PENGOBATAN DENGAN INFEKSI CACING

PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN

DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2008

TESIS

Oleh

ROSLEINI PURBA

047023021/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN

TINDAKAN PENGOBATAN DENGAN INFEKSI CACING

PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN

DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2008

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSLEINI PURBA

047023021/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Judul Tesis : ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN TINDAKAN PENGOBATAN DENGAN INFEKSI CACING PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI

KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Rosleini Purba Nomor Induk Mahasiswa : 047023021

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H) Ketua

(Prof. dr. AA Depari, D.T.M.&H) (Dr. Sutarman, M.Sc) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

Telah diuji pada

Tanggal 08 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H Anggota :1. Prof. dr. AA Depari, D.T.M.&H

2. Dr. Sutarman, M.Sc 3. drh. Rasmaliah, M.Kes

PERNYATAAN

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN

TINDAKAN PENGOBATAN DENGAN INFEKSI CACING

PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN

DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009

ABSTRAK

Infeksi cacing merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak dijumpai pada anak usia 6-15 tahun yang berdampak terhadap proses pertumbuhan, perkembangan, dan gizi anak. Prevalensi infeksi cacing cenderung bervariasi di setiap wilayah di Indonesia dan cenderung lebih banyak dijumpai pada anak usia sekolah. Prevalensi infeksi cacing pada anak usia sekolah di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2002 masih tinggi, dengan prevalensi infeksi berdasarkan jenis cacing yaitu prevalensi ascariasis 76,2%, trichuriasis 77,2%, dan infeksi cacing tambang 10,9%.

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan cross sectional study bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor sosiodemografi dan tindakan pengobatan dengan infeksi cacing pada anak Sekolah Dasar di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak SDN kelas I di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang sebanyak 929 orang, dengan sampel sebanyak 97 anak SD yang diambil secara proporsional sampling to size. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan feses. Analisis data dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cacing pada anak SD sebesar 42,3% dengan prevalensi ascariasis 18,6%, trichuriasis 7,2%, dan infeksi campuran 16,4% dengan intensitas infeksi berat 5,2%, sedang 14,4%, dan ringan 22,7%. Terdapat hubungan signifikan antara status gizi (p=0,001), personal hygiene (p=0,000), tindakan anak (p=0,006), sanitasi lingkungan (p=0,004), tindakan ibu (p=0,001), pengetahuan ibu (p=0,000), dan tindakan pengobatan (p=0,004) dengan infeksi cacing pada anak SD di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Hasil uji regresi logistik menunjukkan terdapat pengaruh signifikan antara status gizi, personal hygiene, sanitasi lingkungan, dan pengetahuan ibu terhadap infeksi cacing.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk melakukan pemeriksaan feses anak SD secara rutin untuk identifikasi cacing; pemberian obat cacing secara gratis; dan peningkatan penyuluhan secara terus menerus melalui kunjungan rumah.

ABSTRACT

Helminthiasis or worm infection is a type of disease that can be easily found among children at the age of 6-15 years that can interfere with their growth process and nutritional status. Prevalence of worm infection varies from area to another in Indonesia and mostly infect children at school age. Prevalence of worm infection among school age children in Deli Serdang District in 2004 were still high with distribution of prevalence infection prevalence of ascariasis as 76,2%, trichuriasis 77,2%, and hookworm 10,9%.

This cross sectional study is aim to analyze the relationship between sociodemographics and period of worm infection treatment among school age children in Deli Tua Subdistrict of Deli Serdang District. The population in this study were all the first grade of elementary school in Deli Tua Subdistrict of Deli Serdang District counts for 929 children, and by using proportional sampling to size 97 of them were selected as sample. The data conducted through interview, observation, and laboratory diagnostic for faeces. The data obtained were analyzed through chi square test and multiple logistic regression test with level confidence of 95%.

The result of this study reveal that the worm infection prevalence of elementary school was 42,3%, the prevalence of ascariasis was 18,6%, trichuriasis was 7,2%, mixed infection was 16,4% with severe infection 5,2%, moderate 14,4%, mild 22,7%. There were significant relationships between nutritional status (p=0,001), personal hygiene (p=0,000), child behaviour (p=0,006), the sanitation of environment (p=0,004), mother behaviour (p=0,001), mother knowledge (p=0,000), and period of treatment (p=0,004) with worm infection at elementary school students in Deli Tua Subdistrict of Deli Serdang District. The result of logistic regression test showed that there were four variables having significant relationships between worm infection and nutritional status, personal hygiene, the sanitation of environment, and mother knowledge regarding worm infection.

It is suggested to District Health Office of Deli Serdang that elementary school student should have routine faeces examination; free antihelmintic treatment; and continuosly improving health promotion intensively through home visit.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan tesis dengan judul "Analisis Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Tindakan Pengobatan dengan Infeksi Cacing pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008".

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof.dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H, Prof.dr. AA. Depari D.T.M.&H, dan Dr. Sutarman, M.Sc selaku Komisi Pembimbing yang mau meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan ikhlas dan penuh kesabaran dalam penyusunan tesis ini. Selanjutnya penulis juga

Dokumen terkait