• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan terhadap mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun 2016, maka saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Financial literacy mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 termasuk dalam kategori sedang sehingga mahasiswa perlu untuk meningkatkannya. Oleh karena itu, pihak universitas dan para edukator diharapkan dapat membantu membekali mahasiswa pendidikan di bidang keuangan serta mendorong mahasiswa untuk memiliki perilaku keuangan (financial behavior) yang positif melalui mata kuliah maupun program workshop yang berkelanjutan.

2. Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini hanya mencakup faktor sosiodemografi yang terdiri dari gender, jurusan, dan pendapatan orangtua saja. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan

indikator lain seperti ras, agama, locus of control, dan nilai budaya. Selain itu, dalam mendesain kuesioner disarankan untuk menggunakan lebih banyak pertanyaan untuk mengukur tingkat financial literacy sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih akurat serta menggunakan metode survei lain yang lebih efisien seperti metode survei online.

3. Bagi para mahasiswa diharapkan untuk aktif mencari sumber-sumber ataupun mengikuti kegiatan untuk meningkatkan kompetensi di bidang keuangan. Selain itu, sangat penting untuk mengembangkan kebiasaan dan perilaku keuangan yang positif, seperti membuat anggaran, mencatat pengeluaran, menabung secara rutin, dan lain-lain.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Literacy

2.1.1.1 Pengertian Financial Literacy

Perkembangan industri jasa keuangan semakin meningkat dan semakin kompleks sehingga mengubah kondisi pasar keuangan. Oleh karena itu, setiap individu perlu memahami pengetahuan dasar keuangan yang berhubungan dengan kunci keamanan keuangan modern (Mandell dan Klein, 2007). Garman dan Forgue (2010:4) menyebutkan bahwa financial literacy merupakan pengetahuan tentang fakta, konsep, prinsip, dan alat teknologi yang mendasari untuk cerdas dalam menggunakan uang. Lebih lanjut dijelaskan, financial literacy menurut Huston (2010:307-308) diartikan sebagai komponen sumber daya manusia yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan keuangan.

Seseorang dikatakan melek keuangan ketika memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, melek keuangan pribadi merupakan kemampuan untuk membaca, menganalisis, mengelola, dan berkomunikasi tentang kondisi keuangan pribadi yang mempengaruhi kesejahteraan ekonomi. Hal ini mencakup kemampuan untuk membedakan pilihan keuangan, mendiskusikan masalah keuangan, rencana masa depan, dan kompetensi menanggapi peristiwa kehidupan yang mempengaruhi keputusan keuangan sehari-hari maupun peristiwa dalam perekonomian secara umum (Rohmah, 2014). Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa financial literacy merupakan pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola keuangan guna meningkatkan kesejahteraan.

2.1.1.2 Dimensi Financial Literacy

Financial literacy mencakup beberapa dimensi keuangan yang harus dikuasai. Chen dan Volpe (1998) menyebutkan beberapa dimensi financial literacy yang meliputi pengetahuan umum keuangan, tabungan dan pinjaman, asuransi, serta investasi.

a) Pengetahuan umum tentang keuangan

Menurut S.P Wagland dan S. Taylor (2009), pengetahuan tentang keuangan mencakup pengetahuan keuangan pribadi, yakni bagaimana mengatur pendapatan dan pengeluaran, serta memahami konsep dasar keuangan. Konsep dasar keuangan tersebut mencakup perhitungan tingkat bunga sederhana, bunga majemuk, pengaruh inflasi, opportunity cost, nilai waktu uang, likuiditas suatu aset, dan lain-lain.

b) Tabungan dan pinjaman

Menurut Garman dan Forgue (2010:376), tabungan adalah akumulasi dana berlebih yang diperoleh dengan sengaja mengkonsumsi lebih sedikit dari pendapatan. Dalam pemilihan tabungan, ada enam faktor yang perlu dipertimbangkan (Kapoor, et al., 2004:147), yaitu:

1. tingkat pengembalian (persentase kenaikan tabungan),

2. inflasi (perlu dipertimbangkan dengan tingkat pengembalian karena dapat mengurangi daya beli),

4. likuiditas (kemudahan dalam menarik dana jangka pendek tanpa kerugian atau dibebani fee),

5. keamanan (ada tidaknya proteksi terhadap kehilangan uang jika bank mengalami kesulitan keuangan, dan

6. pembatasan-pembatasan dan fee (penundaan atas pembayaran bunga yang dimasukkan dalam rekening dan pembebanan fee suatu transaksi tertentu untuk penarikan deposito).

c) Asuransi

Menurut Mehr dan Cammack (1980:16), asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit eksposur (exposure) dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian, kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung.

d) Investasi

Menurut Garman dan Forgue (2010:376), investasi adalah menyimpan atau menempatkan uang agar bisa bekerja sehingga dapat menghasilkan uang yang lebih banyak. Cara yang sering digunakan seseorang dalam berinvestasi yakni dengan meletakkan uang ke dalam surat berharga termasuk saham, obligasi dan reksa dana, atau dengan membeli real estate.

2.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Literacy

Tingkat financial literacy yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda. Perbedaan tingkat financial literacy itulah yang menyebabkan terjadinya perbedaan signifikan antara individu satu dengan yang lainnya dalam

mengumpulkan aset, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Huston (2010:311) menjelaskan bahwa faktor seperti kebiasaan, kognitif, ekonomi, keluarga, teman sebaya, komunitas dan institusi dapat berdampak pada perilaku keuangan (financial behavior).

Monticone (2010) menjelaskan bahwa tingkat financial literacy seseorang dipengaruhi oleh: karakteristik demografi (gender, etnis, pendidikan dan kemampuan kognitif), latar belakang keluarga, kekayaan serta preferensi waktu. Sedangkan Capuano dan Ramsay (2011) menjelaskan bahwa faktor personal (intelegensi dan kemampuan kognitif), sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi financial literacy dan financial behavior seseorang. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi financial literacy seseorang, baik faktor dari dalam diri individu seperti kemampuan kognitif dan psikologi maupun faktor di luar individu seperti keadaan sosial dan ekonomi. Dalam penelitian ini, faktor-faktor sosiodemografi yang diteliti terdiri dari gender, jurusan, dan pendapatan orangtua.

2.1.1.4 Kategorisasi Tingkat Financial Literacy

Chen dan Volpe (1998) mengkategorikan tingkat financial literacy menjadi tiga kelompok yaitu, rendah (<60%), sedang (60%<80%), dan tinggi (≥80%). Pengkategorian ini didasarkan pada persentase jawaban responden yang benar dari sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk mengukur financial literacy. Selain itu, untuk menganalisis financial behavior berdasarkan tingkat financial literacy yang dimilikinya, Chen dan Volpe (1998) juga mengkategorikan

keuangan di bawah median masuk dalam kategori responden dengan tingkat financial literacy yang relatif rendah, sedangkan responden yang memiliki tingkat literacy diatas median masuk dalam kategori responden dengan tingkat financial literacy relatif tinggi.

2.1.2 Financial Behavior

2.1.2.1 Pengertian Financial Behavior

Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara aktual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan, khususnya mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan (Wicaksono, 2015). Menurut Shefrin (2002 dalam Lubis, et al., 2013:16), perilaku keuangan merupakan hasil interaksi dari psikologis dengan tingkah laku keuangan dan performa dari semua tipe kategori investor. Perilaku keuangan menjadi gambaran cara individu berperilaku ketika dihadapkan dengan keputusan keuangan yang harus dibuat. Perilaku keuangan juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha memahami bagaimana emosi dan penyimpangan kognitif mempengaruhi perilaku investor (Tilson 2005:1 dalam Lubis, et al., 2013:16).

Di tengah perkembangan ekonomi global saat ini, setiap individu harus dapat menjadi konsumen yang cerdas untuk dapat mengelola keuangan pribadinya dengan cara membangun melek finansial yang mengarah pada perilaku keuangan yang sehat. Kendali diri merupakan perilaku keuangan yang sangat bermanfaat bila dipahami dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari (Lubis, et al., 2013:22). Melek finansial mendorong individu dalam pengambilan keputusan

yang lebih baik. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menemukan hubungan antara apa yang orang tahu berkaitan dengan pengelolaan keuangan pribadi dan bagaimana pengetahuan yang mereka miliki mempengaruhi perilaku keuangan mereka. Chinen dan Endo (2012) mengatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang benar tentang keuangan tidak akan memiliki masalah keuangan di masa depan dan menunjukkan perilaku keuangan yang sehat serta mampu menentukan prioritas kebutuhan bukan keinginan. Perilaku keuangan yang sehat ditunjukkan oleh aktivitas perencanaan, pengelolaan serta pengendalian keuangan yang baik.

2.1.2.2 Dimensi Financial Behavior

Menurut Brant A. Marsh (2006, dalam Zahroh, 2014), Financial behavior mencakup tiga dimensi keuangan yang harus dikuasai, yaitu:

1. Perilaku mengorganisasi, yaitu bagaimana mahasiswa mengatur anggarannya agar dapat digunakan selama satu bulan.

2. Perilaku pengeluaran, yaitu kegiatan atau kebiasaan penggunaan dana yang dilakukan mahasiswa setiap bulannya.

3. Perilaku menabung, yaitu simpanan yang dapat digunakan saat ada kebutuhan mendesak.

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian yang menganalisis tentang financial literacy dan financial behavior sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Analisis Data Hasil Penelitian

1. Fatimatus Zahroh (2014) Menguji Tingkat Pengetahuan Keuangan, Sikap Keuangan Pribadi, dan Perilaku Keuangan Pribadi Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Semester 3 dan Semester 7 Variabel: 1. Pengetahuan Keuangan 2. Sikap Keuangan Pribadi 3. Perilaku Keuangan Pribadi Analisis statistik deskriptif, uji validitas, uji reabilitas, dan uji t –test Terdapat perbedaan signifikan terhadap tingkat pengetahuan, sikap keuangan pribadi, dan perilaku keuangan pribadi antara mahasiswa

semester 3 dan mahasiswa semester 7. 2. Vincentius Andrew dan Nanik Linawati (2014) Hubungan Faktor Demografi dan Pengetahuan Keuangan dengan Perilaku Keuangan Karyawan Swasta di Surabaya V.Independen: 1. Faktor Demografi 2. Pengetahuan Keuangan V.Dependen: Perilaku Keuangan Analisis korespondensi dan chi square

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor demografi dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya, khususnya pada variable jenis kelamin dan pendapatan. 2. Terdapat hubungan yang siginifikan antara pengetahuan keuangan dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya. 3. Carlo de Bassa Scheresberg (2013) Financial Literacy and Financial Behavior among Young Adults: Evidence and Implications V.Independen: 1. Financial Literacy 2. Socio-demographic Charateristic V.Dependen: Financial Behavior Multiple multivariat regression 1. Tingkat financial literacy berpengaruh signifikan terhadap financial behavior. 2. Karakteristik sosio- demografi, khususnya jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap tingkat literasi keuangan dan perilaku keuangan.

Lanjutan Tabel 2.1

No. Peneliti/Tahun Judul

Penelitian

Variabel Penelitian

Analisis

Data Hasil Penelitian

3. Nujmatul Laily (2013) Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Mahasiswa Dalam Mengelola Keuangan V.Independen: 1. Gender 2. Usia 3. Academic Ability 4. Pengalaman Kerja V.Dependen: 1. Literasi Keuangan 2. Perilaku Keuangan Path analysis

Literasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa akan tetapi gender, usia, kemampuan akademis dan pengalaman kerja tidak terbukti memiliki korelasi dengan perilaku keuangan mahasiswa. 4. Irin Widayati (2012) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Literasi Finansial Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya V.Independen: 1. Status Sosial Ekonomi Orangtua 2. Pendidikan Pengelolaan Keuangan Keluarga 3. Pembelajaran di Perguruan Tinggi V.Dependen: 1. Tingkat Literasi Finansial Aspek Kognitif 2. Tingkat Literasi Finansial Aspek Sikap Analisis jalur

1. Status sosial ekonomi orangtua berpengaruh langsung positif signifikan terhadap

pendidikan pengelolaan keuangan keluarga. 2. Status sosial ekonomi orangtua tidak

berpengaruh langsung terhadap literasi finansial aspek kognitif dan aspek sikap. 3. Pendidikan

pengelolaan keuangan keluarga berpengaruh langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek kognitif dan aspek sikap. 4. Pembelajaran di perguruan tinggi berpengaruh langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek kognitif dan aspek sikap.

Lanjutan Tabel 2.1

No. Peneliti/Tahun Judul

Penelitian

Variabel Penelitian

Analisis

Data Hasil Penelitian

5. Status sosial ekonomi orangtua berpengaruh tidak langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek kognitif dan aspek sikap yang dimediasi oleh pendidikan pengelolaan keuangan keluarga. 6. Cliff A. Robb dan Ann S. Woodyard (2011) Financial Knowledge and Best Practice Behavior V.Independen: 1. Personal Financial Knowledge 2. Financial Satisfaction 3. Demographic V.Dependen: Financial Behavior Analisis Regresi Linier Berganda 1. Personal Financial knowledge secara subjektif dan objektif berpengaruh terhadap financial behavior, dimana pengetahuan subjektif memiliki pengaruh relatif lebih besar. 2. Financial satisfaction dan demographic berpengaruh signifikan terhadap financial behavior.

7. Ida dan Cinthia Yohana Dwinta (2010) Pengaruh Locus of Control, Financial Knowledge, Income Terhadap Financial Management Behavior V.Independen: 1. Locus of Control 2. Financial Knowledge 3. Income V.Dependen: Financial Management Behavior Analisis Regresi Linier Berganda

1. Tidak terdapat pengaruh locus of control dan personal income terhadap financial management behavior. 2. Terdapat pengaruh financial knowledge terhadap financial management behavior.

2.3 Kerangka Konseptual

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa financial literacy memiliki hubungan positif dengan perilaku keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Laily (2013) menunjukkan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Andrew dan Linawati (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara pengetahuan keuangan dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya. Karyawan dengan pengetahuan keuangan yang lebih tinggi cenderung lebih bijak dalam perilaku keuangannya bila dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan keuangan yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Ida dan Dwinta (2010) menunjukkan bahwa financial knowledge berpengaruh signifikan terhadap financial management behavior mahasiswa Universitas Kristen Maranatha.

Scheresberg (2013) mengemukakan bahwa karakteristik sosiodemografi, khususnya jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap tingkat literasi keuangan dan perilaku keuangan individu usia 25-34 tahun yang terdaftar di US National Financial Capability Study (NFCS). Penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah dan Witiastuti (2015) juga menunjukkan bahwa gender dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat literasi pemilik UMKM di kota Tegal, sedangkan tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pemilik UMKM kota Tegal. Selanjutnya, Andrew dan Linawati (2014) menemukan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara faktor

demografi (jenis kelamin dan pendapatan) dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Widayati (2012) menunjukkan bahwa status sosial ekonomi orang tua yang dilihat dari pekerjaan dan pendapatan orangtua tidak berpengaruh langsung terhadap literasi finansial aspek kognitif dan aspek sikap. Sedangkan pembelajaran di perguruan tinggi berpengaruh positif signifikan terhadap literasi finansial aspek kognitif dan aspek sikap mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Nababan dan Sadalia (2012) mengemukakan bahwa terdapat perbedan tingkat financial literacy mahasiswa berdasarkan program studi (jurusan) yang diambil mahasiswa. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pendapatan orangtua tidak mempengaruhi tingkat financial literacy dan financial behavior mahasiswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Zahro (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan terhadap tingkat pengetahuan keuangan, sikap keuangan pribadi, dan perilaku keuangan pribadi antara mahasiswa semester 3 dan mahasiswa semester 7 jurusan manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Rohmah (2014) menemukan bahwa terdapat perbedaan tingkat financial literacy mahasiswa pelaku usaha di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta berdasarkan kemampuan kognitif.

Tingkat Financial Literacy: 1. Relatif Rendah

2. Relatif Tinggi

Financial Behavior

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang juga didukung oleh tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian ini digambarkan seperti pada gambar 2.1 berikut :

Uji Beda Kruskal-Wallis Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

5. Terdapat perbedaan tingkat financial literacy mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 berdasarkan faktor sosiodemografi yang terdiri dari gender, jurusan, dan pendapatan orangtua.

6. Terdapat perbedaan financial behavior mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 berdasarkan faktor sosiodemografi yang terdiri dari gender, jurusan, dan pendapatan orangtua.

Gender Jurusan Pendapatan Orangtua Gender Jurusan

Pendapatan Orangtua Laki-Laki Perem-puan IPA <5 juta 5-10 juta >10 juta IPS Laki-Laki Perem-puan IPA IPS <5 juta 5-10 juta >10 juta

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Pada umumnya, negara berkembang ingin memperluas inklusi keuangan dengan baik. Terlebih sejak 1 Januari 2016 Indonesia telah menjadi bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berdampak pada tingginya tingkat kompetisi ekonomi di Indonesia karena terhubung dengan perekonomian global yang membawa investor–investor asing masuk secara bebas ke Indonesia. Inklusi keuangan adalah kegiatan menyeluruh untuk meniadakan segala bentuk hambatan, baik bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Maju atau mundurnya inklusi keuangan pada suatu negara salah satunya dipengaruhi oleh tingkat literasi keuangan masyarakat.

Literasi keuangan atau melek keuangan mengacu pada kemampuan atau tingkat pemahaman seseorang atau masyarakat tentang bagaimana uang bekerja. Peran literasi keuangan menjadi sangat penting karena perkembangan industri jasa keuangan menjadi semakin meningkat dan semakin kompleks sehingga mengubah kondisi pasar keuangan yang menuntut masyarakat Indonesia untuk memiliki pengetahuan dasar keuangan yang semakin baik, minimal pengelolaan keuangan pribadi untuk keamanan finansial di hari tua. Secara keseluruhan, literasi keuangan dapat diartikan sebagai suatu rangkaian proses atau kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan keyakinan (confidence) masyarakat agar mereka mampu mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik (Foruminvest.biz, 19 Juli 2014).

Literasi keuangan erat kaitannya dengan manajemen keuangan dimana semakin tinggi tingkat literasi keuangan individu maka semakin baik pula manajemen keuangan individu tersebut. Manajemen keuangan pribadi merupakan salah satu aplikasi dari konsep manajemen keuangan pada level individu. Manajemen keuangan yang meliputi aktivitas perencanaan, pengelolaan dan pengendalian keuangan, sangatlah penting untuk mencapai kesejahteraan finansial. Aktivitas perencanaan meliputi kegiatan untuk merencanakan alokasi pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk apa saja. Pengelolaan merupakan kegiatan untuk mengatur/mengelola keuangan secara efisien sedangkan pengendalian merupakan kegiatan untuk mengevaluasi apakah pengelolaan keuangan sudah sesuai dengan yang direncanakan (Laily, 2013).

Perilaku keuangan yang sehat ditunjukkan oleh aktivitas perencanaan, pengelolaan serta pengendalian keuangan yang baik. Bijak tidaknya pengelolaan keuangan pribadi erat kaitannya dengan kemampuan serta pengetahuan seseorang akan konsep-konsep keuangan yang dikenal dengan literasi keuangan. Menurut Laily (2013), literasi keuangan merupakan kecerdasan atau kemampuan seseorang dalam mengelola keuangannya. Literasi keuangan mencakup pengetahuan yang terkait dengan masalah keuangan, seperti pengenalan mengenai lembaga jasa keuangan, apa saja produk dan jasa keuangan, fitur-fitur yang melekat pada produk dan jasa keuangan, manfaat dan risiko dari produk dan jasa

keuangan, serta hak dan kewajiban sebagai konsumen pengguna jasa keuangan. Selain itu, literasi keuangan juga mencakup kemampuan dan keterampilan bagaimana caranya menghitung bunga, hasil investasi, denda dan sebagainya.

Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat menyebabkan semakin kompleksnya kebutuhan sehingga memaksa individu untuk cerdas dalam menggunakan sejumlah dana yang mereka miliki demi tercapainya kesejahteraan. Oleh karena itu, maka perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang yang dapat menentukan perbedaan tingkat financial literacy seseorang. Menurut Monticone (2010), faktor-faktor yang dapat menentukan financial literacy antara lain: 1) karakteristik demografi (gender, etnis, pendidikan dan kemampuan kognitif), 2) latar belakang keluarga, 3) kekayaan, 4) time preferences. Sedangkan Capuano dan Ramsay (2011) menjelaskan bahwa faktor personal (intelegensi dan kemampuan kognitif), sosial dan ekonomi dapat menentukan financial literacy dan financial behavior seseorang.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan keuangan dan faktor demografi, khususnya pada variabel jenis kelamin dan pendapatan dengan perilaku keuangan (Andrew dan Linawati, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mahdzan dan Tabiani (2013) menemukan bahwa faktor demografi yang mempengaruhi keputusan menyimpan dana oleh seorang individu dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anak, status pernikahan, dan pengalaman bekerja. Scheresberg (2013) menemukan bahwa

tingkat financial literacy perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Namun, Laily (2013) menemukan bahwa faktor sosiodemografi seperti gender, usia, kemampuan akademis, dan pengalaman kerja tidak terbukti memiliki korelasi dengan perilaku keuangan mahasiswa.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nababan dan Sadalia (2012), gender diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku keuangan mahasiswa dan tingkat financial literacy mahasiswa laki-laki cenderung lebih tinggi daripada mahasiswa perempuan. Beberapa studi mengungkapkan bahwa laki-laki lebih pandai dalam mengelola keuangan dibandingkan dengan perempuan (Ansong dan Gyensare, 2012, Taylor dan Wegland, 2009). Hal ini mengindikasikan bahwa laki-laki lebih memiliki kepercayaan yang tinggi dalam membuat keputusan keuangan dibandingkan dengan perempuan yang lebih cenderung risk averse dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Nidar dan Bestari (2012), pendapatan orang tua merupakan salah satu faktor sosiodemografi yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat literasi keuangan mahasiswa.

Survei Nasional Keuangan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2013 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan Indonesia terbilang sangat rendah, yaitu hanya 21,84 persen yang berarti bahwa hanya 21,84 persen penduduk Indonesia yang memahami hak, kewajiban, biaya risiko, serta manfaat produk dan layanan jasa keuangan. Menurut survei World Bank pada 2011, tingkat penggunaan produk dan atau layanan jasa keuangan formal penduduk Indonesia diatas usia 15 tahun hanya sebesar 19,58 persen. Pada 2014, Indonesia mengalami kenaikan sebesar 16,36 persen dalam tiga tahun sehingga

tingkat penggunaan produk dan atau layanan jasa keuangan formal Indonesia sebesar 35,94 persen yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mulai memahami produk dan atau layanan jasa keuangan formal meskipun masih terbilang rendah kalau dibandingkan dengan Malaysia yang 80,67 persen dan Thailand yang 78,13 persen (Saibumi.com, 14 September 2015).

Sumber : World Bank 2015

Gambar 1.1

Tingkat Financial Literacy Beberapa Negara

Berdasarkan data World Bank yang diperoleh dari riset terhadap 150 ribu orang yang tersebar di 140 negara, Indonesia memperoleh score sebesar 32% untuk tingkat melek finansial (financial literacy). Nilai ini lebih kecil sedikit dari score rata-rata seluruh negara, yaitu 33%. Secara keseluruhan, peringkat Indonesia termasuk cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, namun tingkat melek finansial Indonesia masih tergolong rendah dengan hanya 1 dari 3 orang saja yang melek finansial dan kalah jauh dari negara tetangga, yaitu Singapura (59%) dan Malaysia (36%). Rendahnya literasi keuangan masyarakat

Indonesia akan berdampak pada keputusan keuangan yang akan diambil,

Dokumen terkait