BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini hanya mencakup faktor demografi yang terdiri dari gender, age, dan income. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan indikator lain seperti ras, agama, locus of control, dan nilai budaya. Selain itu, dalam mendesain kuesioner disarankan untuk menggunakan lebih banyak pertanyaan untuk mengukur tingkat financial literacy sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih akurat serta menggunakan metode survei lain yang lebih efisien seperti metode survei online.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Best Practice Financial Behavior
Menurut (Robb dan Woodyard, 2011) best practice financial behavior diidentifikasi dengan maksud memilih praktek-praktek yang paling dekat berhubungan dengan pengetahuan keuangan. Praktik dipilih untuk penerapan mereka ke daerah-daerah utama perencanaan keuangan yaitu dasar keungan pribadi, pinjaman, tabungan/investasi, dan perlindungan. (Huston, 2010 dalam Robb dan Woodyard, 2011)
Financial Behavior mempelajari bagaimana manusia secara aktual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan, khususnya mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan (Wicaksono, 2015)
Individu yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang benar tentang keuangan tidak akan memiliki masalah keuangan di masa depan dan dapat menunjukkan perilaku keuangan yang sehat. Menurut Shefrin (2002 dalam Lubis,
et al., 2013:16), perilaku keuangan merupakan hasil interaksi dari psikologis
dengan tingkah laku keuangan dan performa dari semua tipe kategori investor.
Financial Behavior merupakan interaksi dari psikologis dengan tingkah
laku keuangan dan performa dari semua tipe kategori investor. Financial
keputusan keuangan yang harus dibuat. Financial behavior juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha memahami bagaimana emosi dan penyimpanan kognitif mempengaruhi peilaku investor (Tilson 2005: 1 dalam Lubis, et al, 2013:16).
2.1.2 Financial Satisfaction
Financial satisfaction merupakan evaluasi kepuasan tiap-tiap individu
terhadap kondisi keuangan pribadi (Hira dan Mugenda, 1998). Menurut Kim (1999) financial satisfaction adalah kepuasan sesorang terhadap kondisi keuangan pribadi. Hira dan Mugenda (1998) mengartikan kepuasan keuangan sebagai persepsi subjektif individu pada kecukupan sumber daya keuangan yang dimiliki. Oleh karena itu, kepuasan keuangan merupakan salah satu komponen dari kehidupan yang ditandai dengan ketercukupan aset keuangan. Berpijak pada definisi tersebut tampak bahwa mencapai atau tidak mencapai kepuasan keuangan ditentukan oleh bagaimana mengelola uang. Selain daripada itu tampak bahwa kepuasan keuangan merupakan salah satu kewajiban bagi siapa saja untuk mewujudkannya.
Financial satisfaction dapat diukur melalui cara pandang seseorang
terhadap kepuasan dari income yang diterima, kemampuan dapat mengatasi masalah keuangan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, level hutang yang dimiliki, jumlah tabungan, ketersediaan uang untuk kebutuhan dimasa depan, serta tujuan hidup (Hira dan Mugenda, 1998). Penilaian financial
satisfaction dapat dilakukan secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian
merupakan penilaian dari dalam diri masing-masing individu dalam melihat kondisi keuangan. Financial satisfaction dapat dinilai secara terpisah, yaitu berdasarkan objektif saja atau berdasarkan subjektif saja, maupun secara bersama-sama.
Menurut Toscano et al. (2006), penilaian secara subjektif masing-masing individu terhadap financial satisfaction dinilai lebih akurat karena setiap individu dapat menilai kondisi keuangan saat ini terhadap kondisi dimasa lalu, ekspektasi dimasa depan, dan standar sosial, dibandingkan melihat kondisi keuangan secara objektif saja. Cara mengukur financial satisfaction disesuaikan terhadap sampel yang di uji.
2.1.3 Financial Knowledge
Menurut Halim dan Astuti (2015) pengetahuan keuangan adalah kemampuan untuk memahami dan mengelola keuangan untuk membuat suatu keputusan keuangan yang tepat agar tehindar dari masalah keuangan. Orang yang memiliki pengetahuan keuangan yang lebih baik akan memiliki perilaku keuangan seperti membayar semua tagihan tepat waktu, membukukan pengeluaran setiap bulan, dan memiliki dana darurat. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan karena melakukan menyimpan dan mengumpulkan kekayaan, atau memungkinkan karena memiliki pengalaman keuangan keluarga.
2.1.4 Demographic
Menurut Rita dan Kusumawati (2010) menyatakan faktor demografi terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan status perkawinan, pekerjaan, jabatan, dan pendapatan. Tren demografi yang berbentuk sangat andal digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan jangka pendek dan menengah. Faktor demografi yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
2.1.4.1 Gender (jenis kelamin)
Menurut Baron (2000:188) mendefiniskan bahwa gender merupakan sebagian dari konsep diri yang melibatkan identifikasi individu sebagai seorang laki-laki atau perempuan. Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan sejak dilahirkan. Sedangkan menurut Setyawan (2011) sebagaimana dikutip Handi dan Mahastanti (2012) jenis kelamin adalah suatu konsep karakteristik yang membedakan seseorang antara laki-laki dan perempuan dalam berperilaku. Seorang perempuan biasanya memiliki sifat yang lebih halus bila dibandingkan laki-laki, sebab laki-laki cenderung menggunakan nalurinya bila dibandingkan dengan perempuan yang lebih menggunakan perasaannya sehingga tingkah laku seorang perempuan akan berbeda halnya dengan laki-laki. Pada
gender dapat dilihat dengan menggunakan variabel dummy dengan kode 0 untuk
laki-laki dan kode 1 untuk perempuan.
2.1.4.2 Age (usia)
Age (usia) adalah batasan atau tingkat ukuran hidup yang mempengaruhi
kondisi fisik seseorang. Selera dalam mengkonsumsi barang tergantung dari umur seseorang (Kotler dan Keller, 2009). Usia juga berperan dalam perkembangan moral seseorang. Usia seseorang akan meningkat pada suatu langkah yang lebih tinggi dalam pengembangan moral (Lawrence dan Shaub, 1997). Maksudnya
seseorang yang memiliki umur yang lebih tua akan mempunyai perilaku dan nilai-nilai etis yang lebih tinggi disbanding yang usianya jauh lebih muda. Dengan bertambahnya usia maka pengalaman hidup akan semakin tinggi sehingga dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Hal ini selaras dengan perkembangan moral yang terjadi. Semakin baik perkembangan moral seseorang maka semakin dapat berperilaku etis (Trevino L., 1992) artinya orang-orang cenderung lebih etis saat mereka tumbuh dewasa.
2.1.4.3 Income (pendapatan)
Berdasarkan UU Nomor 17 tahun 2000 mengenai perpajakan, definisi penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh yang digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan. Menurut Smeeding dan Weinberg (2001) income adalah pendapatan yang diterima baik berupa kas maupun bukan kas, yang dapat langsung digunakan untuk belanja sehingga dapat meringankan beban rumah tangga. Secara umum, kompenen
income adalah kas dari pekerjaan utama maupun bukan pekerjaan utama, dividen,
bungan tabungan, royalti, dana pension, dan bonus. Lebih lanjut income adalah penjumlahan seluruh komponen income yang diterima dipotong pajak).
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Analisis Data Hasil Penelitian 1. Vincentius Andrew dan Nanik Linawati (2014) Hubungan Faktor Demografi dan Pengetahuan Keuangan dengan Perilaku Keuangan Karyawan Swasta di Surabaya V.Independen: 1. Faktor Demografi 2. Pengetahuan Keuangan V.Dependen: Perilaku Keuangan Analisis koresponden si dan chi square 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara 15ultiv demografi dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya, khususnya pada variable jenis kelamin dan pendapatan. 2. Terdapat hubungan yang siginifikan antara pengetahuan keuangan dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya 2. Nujmatul Laily (2013) Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Mahasiswa Dalam Mengelola Keuangan V.Independen: 1. Gender 2. Usia 3. Academic Ability 4. Pengalaman Kerja V.Dependen: 1. Literasi Keuangan 2. Perilaku Keuangan Path analysis Literasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa akan tetapi gender, usia, kemampuan akademis dan pengalaman
kerja tidak terbukti memiliki korelasi dengan perilaku keuangan mahasiswa. 3. R. Zaimah (2013) Financial Behaviors of Female Teachers in Malaysia Variabel: faktor demografi, pengetahuan keuangan, financial behavior Analisis faktor, t-test dan Anova Perbedaan dalam perilaku keuangan, dalam hal usia, tingkat pendidikan, pendapatan bulanan dan latar belakang keuangan
Lanjutan Tabel 2.1 No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Tekhnik Analisis Hasil Penelitian 4. Carlo de Bassa Scheresberg (2013) Financial Literacy and Financial Behavior among Young Adults: Evidence and Implications V.Independen: 1. Financial Literacy 2. Sociodemographic Charateristic V.Dependen: Financial Behavior Multiple ultivariate regression 1.Tingkat financial literacy berpengaruh signifikan terhadap financial behavior. 2.Karakteristik sosiodemografi, khususnya jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap tingkat literasi keuangan dan perilaku keuangan. 5. Cliff A. Robb dan Ann S. Woodyard (2011) Financial Knowledge and Best Practice Behavior V.Independen: 1. Personal Financial Knowledge 2. Financial Satisfaction 3. Demographic V.Dependen: Financial Behavior Analisis Regresi Linier Berganda 1.Personal Financial knowledge secara subjektif dan objektif berpengaruh terhadap financial behavior, dimana pengetahuan subjektif memiliki pengaruh relatif lebih besar. 2. Financial satisfaction dan demographic berpengaruh signifikan terhadap financial behavior. 2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu Erlina (2011:33). Kerangka konseptual akan menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang diteliti, yaitu:
variabel independen dan Best Practice Financial Behavior sebagai variabel dependen.
Rabb dan Woodyard (2011), perilaku keungan memiliki efek yang signifikan dan langsung pada kepuasan keuangan dari tingkat pendapatan rumah tangga atau faktor demografi lainnya.
Sejumlah penelitian menunujukkan bahwa pengetahuan keuangan memiliki hubungan yang signifikan antara perilaku keungan. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Andrew dan Linawati (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan keuangan dengan perilaku keuangan karyawan Swasta di Surabaya. Karyawan dengan pengetahuan keuangan yang lebih tinggi cenderung lebih bijak dalam perilaku keuangannya bila dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan keuangan yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Ida dan Dwinta (2010) menunjukkan bahwa financial knowledge berpengaruh signifikan terhadap financial management behavior mahasiswa Universitas Kristen Maranatha.
Scheresberg (2013) mengemukakan bahwa karakteristik sosiodemografi, khususnya jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap tingkat literasi keuangan dan perilaku keuangan individu usia 25-34 tahun yang terdaftar di US National Financial Capability Study (NFCS). Penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah dan Witiastuti (2015) juga menunjukkan bahwa gender dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat literasi pemilik UMKM di kota Tegal, sedangkan tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi
keuangan pemilik UMKM kota Tegal. Selanjutnya, Andrew dan Linawati (2014) menemukan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara faktor demografi (jenis kelamin dan pendapatan) dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang juga didukung oleh tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian ini digambarkan seperti pada gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka secara simultan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh Financial Satisfaction,
Financial Knowledge, dan Demographic terhadap Best Practice Financial Best Practice Financial Behavior (Y) Financial Satisfaction (X1) Financial Knowledge (X2) Gender (X3) Age (X4) Income (X5)
Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan
Politeknik Negeri Medan, dan secara parsial hipotesis yang diajukan adalah: 1. Financial Satisfaction memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Best
Practice Financial Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara dengan Politeknik Negeri Medan.
2. Financial Knowledge memiliki hubungan yang signifikan terhadap Best Practice Financial Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara dengan Politeknik Negeri Medan.
3. Demographic memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Best Practice Financial Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kecerdasan yang harus dimiliki manusia modern adalah kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan dalam mengelola aset keuangan pribadi. Beberapa orang cenderung untuk menyimpan banyak informasi, beberapa ingin mengumpulkan informasi sebelum melakukan pembelian, dan sebagian orang ingin mengikuti insting mereka. Dengan menerapkan pengelolaan keuangan yang besar, maka individu diharapkan bisa mendapatkan manfaat maksimal uang yang dimilikinya.
Upaya dalam meningkatkan kesejahteraan keuangan individu, keluarga dan masyarakat harus memberikan penekanan yang lebih besar untuk aspek
Financial behavior. Financial behavior mengacu pada praktik seseorang
menggunakan sistem manajemen keuangan yang sistematis. Financial behavior yang baik digambarkan dengan memiliki perilaku yang efektif seperti menyiapkan catatan keuangan, dokumentasi arus kas, perencanaan biaya, membayar tagihan listrik, mengendalikan penggunaan kartu kredit serta rencana tabungan.
Financial behavior berhubungan dengan tanggung jawab keuangan
seseorang terkait dengan cara pengelolaan keuangan. Tanggung jawab keuangan merupakan proses pengelolaan uang dan aset yang dilakukan secara produktif. Pengelolaan uang adalah proses menguasai dan menggunakan aset keuangan. Ada beberapa elemen yang masuk ke pengelolaan uang yang efektif, seperti
pengaturan anggaran dan menilai pembelian berdasarkan kebutuhan. Aktivitas utama dalam pengelolaan uang adalah proses penganggaran. Anggaran bertujuan untuk memastikan bahwa individu mampu mengelola kewajiban keuangan secara tepat waktu dengan menggunakan penghasilan yang diterima dalam periode yang sama (Ida dan Dwinta, 2010). Best practice financial behavior merupakan penerapan dalam hal-hal keuangan agar keuangan lebih terencana, terlindungi dan terhindar dari masalah keuangan.
Setiap orang ingin mencapai kepuasan dan kebahagiaan didalam hidup. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah melalui tercapainya financial satisfaction. Menurut Joo (2008), financial satisfaction menunjukkan kondisi keuangan seseorang yang baik serta orang tersebut merasa bahagia dan bebas dari rasa khawatir terhadap kondisi keuangan pribadi. Semakin puas seseorang terhadap kondisi keuangan pribadi (financial satisfaction), maka orang tersebut akan semakin puas dan bahagia.
Kepuasan menggambarkan perasaan pemenuhan, maknanya adalah relative dan sering bergantung pada definisi seseorang yang sukses pada daerah tertentu dari kehidupan. Dalam masyarakat kita cenderung menyamakan financial
satisfaction dengan memiliki banyak uang. Pada kenyataannya, sejauh mana
orang merasa puas dengan uang mereka didasarkan pada interprestasi yang unik dan pribadi dari kebutuhan dan keadaan. Dengan kata lain, dua individu dapat mengalami situasi keuangan yang berbeda, namun tingkat kepuasan mereka bisa terasa di kutub yang berlawanan.
Perekonomian nasional tidak akan mudah tergoyahkan atau terimbas dari krisis keuangan dunia jika masyarakat memahami sistem keuangan (Kompas, 21 Oktober 2008). Banyaknya masyarakat yang tidak mengerti tentang keuangan menyebabkan mereka mengalami kerugian, baik akibat penurunan kondisi perekonomian dan inflasi atau karena berkembangnya sistem ekonomi yang cenderung boros karena masyarakat yang konsumtif. Masyarakat banyak yang memanfaatkan kredit rumah dan kartu kredit, tetapi karena pengetahuannya minim, tidak sedikit yang mengalami kerugian atau sering terjadi perbedaan perhitungan antara konsumen dan bank.
Kebanyakan orang mencari suatu kehidupan yang berkualitas dan keamanan keuangan. Mereka menginginkan untuk bisa membuat keputusan yang cerdas tentang bagaimana mengatur pengeluaran dan investasi uang mereka dan akhirnya memperoleh suatu tingkat kekayaan. Pendekatan praktis untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai ini melibatkan pembelajaran mengenai aktivitas keuangan yang spesifik yang dihadapi yaitu pencatatan dan penganggaran, perbankan dan penggunaan kredit, simpanan dan pinjaman, pembayaran pajak, membuat pengeluaran utama (seperti rumah dan mobil), membeli asuransi, investasi, dan rencana pensiun. Untuk menangani personal
finances secara sistematis dan berhasil maka di perlukan pengetahuan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan keuangan yang mencukupi akan memberikan pengaruh positif terhadap financial behavior seseorang. Dengan kata lain, perilaku keuangan yang positif akan meningkatkan tingkat keuangan kesejahteraan dan sebaliknya.
Ada kalanya kesulitan keuangan bukan hanya disebabkan oleh rendahnya tingkat penghasilan, tetapi bisa juga disebabkan kesalahan dalam manajemen keuangan. Untuk itu, dibutuhkan financial knowledge yang memadai. Literasi keuangan dalam bentuk semua aspek keuangan pribadi bukan ditujukan untuk mempersulit atau mengekang orang dalam menikmati hidup serta menggunakan uang yang mereka miliki, tetapi justru dengan literasi keuangan, individu atau keluarga dapat menikmati hidup dengan menggunakan sumber daya keuangannya dengan tepat dalam rangka mencapai tujuan keuangan pribadinya (Warsono, 2010 dalam Nababan, 2012).
Faktor demografi adalah bagian yang melekat pada individu dan mampu untuk mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Menurut Coskuner (2016) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik demografi yaitu gender,
age, education, job classification dan income. Karakter demografi menurut
Keown (2011) meliputi usia, jenis kelamin, status keluarga, status imigrasi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan regional. Elemen faktor demografi yang sesuai dengan karakteristik dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan ialah gender, age, dan income
Gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Laki-laki dan perempuan memiliki sikap overconfidence, tetapi biasanya laki-laki lebih
overconfidence. Laki-laki cenderung merasa lebih kompeten dari pada perempuan
laki dan perempuan sejak dilahirkan.. Lusardi dan Mitchell (2007) menemukan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam membuat keputusan keuangan, Laki-laki cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengambil keputusan keuangan karena memiliki pengetahuan keuangan yang lebih luas.
Age (usia) merupakan faktor yang mempengaruhi pola pikir berdasarkan
tingkatan usia pribadi masing-masing individu. Pola pikir berdasarkan usia sangat mempengaruhi seseorang dalam mengelola keuangan pribadinya, karena semakin bertambahnya usia seseorang atau semakin dewasa seseorang maka mereka akan cenderung lebih memperhatikan hal-hal penting mengenai kebutuhan apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
Menurut Tascano et al. (2006) income merupakan penghasilan bersih yang diterima dalam periode waktu tertentu. Income yang diperoleh dapat digunakan untuk membeli barang-barang yang merupakan kebutuhan hidup maupun untuk barang-barang yang diinginkan. Income dikategorikan menjadi income individu dan income rumah tangga. Pengertian dari income individu adalah pendapatan yang diperoleh oleh satu orang. Sedangkan income rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh keluarga secara keseluruhan. Setiap orang berusaha memperoleh pekerjaan dengan income yang tinggi untuk mencapai kepuasan secara finansial.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan keuangan, pengetahuan keuangan dan faktor demografi, khususnya pada variabel jenis kelamin dan
pendapatan dengan perilaku keuangan (Andrew dan Linawati, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mahdzan dan Tabiani (2013) menemukan bahwa faktor demografi yang mempengaruhi keputusan menyimpan dana oleh seorang individu dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anak, status pernikahan, dan pengalaman bekerja. Laily (2013) menemukan bahwa faktor sosiodemografi seperti gender, usia, kemampuan akademis, dan pengalaman kerja tidak terbukti memiliki korelasi dengan perilaku keuangan mahasiswa. Rabb dan Woodyard (2011), perilaku keungan memiliki efek yang signifikan dan langsung pada kepuasan keuangan dari tingkat pendapatan rumah tangga atau faktor demografi lainnya.
Dosen dianggap memiliki penghasilan tetap serta latar belakang pendidikan yang memadai sehingga seharusnya dosen memiliki perilaku keungan yang baik dan dapat mengelola penghasilannya.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terletak di jalan Prof. Hanafiah, Padang Bulan, Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara. Dan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan terletak di jalan Almamater Kampus USU Medan. Yang kedua fakultas sama-sama mempunyai dosen-dosen yang sangat kompeten dalam memberikan pengajaran kepada para mahasiswanya.
Tabel 1.1
Jumlah Dosen FEB USU
No Jenis Kelamin Jumlah Dosen (Orang)
1 Laki-Laki 12 orang
Tabel 1.2
Jumlah Dosen Politeknik Negeri Medan
No Jenis Kelamin Jumlah Dosen (Orang)
1 Laki-Laki 13 orang
2 Perempuan 17 orang
Tabel 1.3 Data Pra Survey Rentang Usia Dosen FEB USU
No Rentang Usia Jumlah Dosen (Orang)
1 30 - 50 tahun 19 orang
2 50 - 60 tahun 11 orang
Tabel 1.4 Data Pra Survey
Rentang Usia Dosen Politeknik Negeri Medan
No Rentang Usia Jumlah Dosen (Orang)
1 30 - 50 tahun 13 orang
2 50 - 60 tahun 17 orang
Berdasarkan latar belakang tesebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perbedaan Best Practice
Financial Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan Politeknik Negeri Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka secara simultan rumusan masalah yang dapat dibuat adalah: Apakah terdapat pengaruh
Financial Satisfaction, Financial Knowledge, dan Demographic terhadap Best Practice Financial Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara dengan Politeknik Negeri Medan, dan secara parsial dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Financial Satisfaction berpengaruh terhadap Best Practice Financial
Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
dengan Politeknik Negeri Medan?
2. Apakah Financial Knowledge berpengaruh terhadap Best Practice Financial
Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
dengan Politeknik Negeri Medan?
3. Apakah Demographic berpengaruh terhadap Best Practice financial Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan Politeknik Negeri Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka secara simultan tujuan penelitian ini adalah: Untuk menganalisis pengaruh Financial Satisfaction,
Financial Knowledge, dan Demographic terhadap Best Practice Financial Behavior dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan
Politeknik Negeri Medan, dan secara parsial tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh Financial Satisfaction dengan Best Practice
Financial Behavior Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara dengan Politeknik Negeri Medan.
2. Untuk menganalisis hubungan Financial Knowledge dengan Best Practice