INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA
TAHUN DI PAKAI
2. Pendapat Mahasiswa Tentang Dampak Negatif Penggunaan Gadget Telekomunikasi Terhadap Interaksi Sosial Telekomunikasi Terhadap Interaksi Sosial
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan beberapa pendapat mahasiswa tentang dampak negatif penggunaan gadget telekomunikasi. Secara keseluruhan semua mahasiswa yang peneliti wawancara
menyatakan bahwa dampak negatif penggunaan gadget meliputi;
pertama, gadget telekomunikasi menjadikan mahasiswa mengalami disfungsi sosial; kedua, waktu interaksi langsung berkurang; ketiga, kurang peka terhadap lingkungan sekitar; keempat, kehadiran gadget
telekomunikasi mengganggu kualitas interaksi langsung; kelima, gadget
telekomunikasi menjadikan mahasiswa hyperpersonal; keenam, gadget
komunikasi menjadikan mahasiswa konsumtif.
a. Gadget Telekomunikasi Menjadikan Mahasiswa Mengalami Disfungsi Sosial
Salah satu dampak negatif dari penggunaan gadget adalah
menjadikan mahasiswa mengalami disfungsi sosial, dimana fungsi-fungsi sosial mahasiswa tidak berfungsi-fungsi. Seperti yang dialami oleh beberapa partisipan, partisipan U menyatakan kepada peneliti bahwa separuh hidupnya ada di gadget telekomunikasi, sehingga ketika
tidak ada gadget dia akan melakukan segala upaya untuk
mendapatkannya kembali.
“kalo hilang saya usahakan sebisa mungkin dapetin yang baru
lagi...karena saya orang nya tidak bisa jauh dari handphone, rasanya
tidak megang handphone itu kayanya ada yang hilang”24
23
Wawancara dengan U 03 Maret 2016
Begitupun dengan partisipan W, gadget telekomunikasi merupakan kebutuhan dalam melakukan segala aktifitas, dia merasa hampa kalau tidak ada gadget telekomunikasi.
“...paling rasanya bete kan kita tiap hari megang handphone jadi bingung
mau ngapain gitu, kaya hidupnya hampa yang biasa kita lakukan terus
tiba-tiba ngga ada ngga kita lakukan kaya ada yang beda...”25
Selain itu, masalah lain yang ditimbulkan adalah orang menjadi mementingkan diri sendiri, hal seperti ini dialami oleh partisipan U, dimana dia lebih menyukai komunikasi melalui
gadget telekomunikasi serta lebih mementingkan dirinya ketimbang orang lain.
“...saya pengen menyampaikan apa yang saya rasa di bandingin saya
mendengarkan apa yg dia rasa, saya lebih teratarik ke handphone”26
Penggunaan secara berlebihan juga menyebabkan sesuatu menjadi kurang baik, hal ini dialami oleh beberapa partisipan,
sebagai sebuah kebutuhan penggunaan gadget secara otomatis
makin sering digunakan. Sebagaimana yang dipaparkan partisipan
IA dan T, bagi mereka menggunakan gadget kalau diperkirakan
sekitar 12-14 jam dalam sehari semalam, bahkan bagi keduanya hal yang pertama dilakukan sebelum dan setelah bangun tidur adalah membuka gadget;
“Paling kurang lebih 14 jam, jujur saya juga bangun tidur langsung
megang handphone sampai mau tidur pun tidak lepas dengan gadget, dan
kalo ada waktu setelah aktifitas di luar jam kuliah saya main gadget”27
“Hampir setengah dari 24 jam, hampir seharian selama aktifitas, waktu
senggang, waktu kuliah, sebelum tidur sampe bangun tidur buka
handphone”28
24
Wawancara dengan U 03 Maret 2016 25
Wawancara dengan W 03 Maret 2016 26
Wawancara dengan U 03 Maret 2016 27
Wawancara dengan IA 02 Maret 2016 28
Wawancara dengan T 03 Maret 2016
Adapun menurut partisipan U tidak dapat menentukan waktu
pasti berapa lama menggunakan gadget, karena baginya
menggunakan gadget dapat kapan pun ketika dibutuhkan atau
selagi ada waktu luang.
“Kalau misalnya ada waktu luang sih saya luangin megang handphone
tapi kalo lagi kuliah saya ngga buka, kalo saya kosong berarti ya saya
megang handphone”29
b. Gadget Telekomunikasi Menyebabkan Waktu Interaksi Langsung Berkurang
Ternyata didapati lima partisipan (EF, R, IA, T dan U) mengabiskan waktu bersama teman jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan memainkan gadget telekomunikasi, kalau sebelumnya dalam
memainkan gadget telekomunikasi partisipan menghabiskan waktu
hampir selama 14 jam dalam sehari maka ketika bersama dengan teman mereka hanya menghabiskan waktu 2-3 jam. Itu pun biasanya dilakukan ketika mereka berada di kampus. Sebagaimana yang disampaikan partisipan IA, “Tiga jam sampai empat jam, ya”.30
Begitu pun dengan partisipan EF dan T, bagi keduanya mereka menghabiskan waktu selama 2-4 jam, itu pun biasanya dilakukan setelah aktifitas perkuliahan atau ketika mereka berada di kampus;
“Sehari kumpul bareng temen, kalo kumpul belajar kan di kelas selalu
kumpul, kumpul sama teman dalam sehari empat jam”31
“Lebih dari dua jam, kalo temen kuliah pasti sehabis ngampus,..”32
Adapun partisipan W lebih suka menghabiskan waktunya dengan keluarga di rumah, baginya ketika sudah dirumah jarang menggunakan gadget;
29
Wawancara dengan U 03 Maret 2016 30
Wawancara dengan IA 02 Maret 2016 31
Wawancara dengan EF 02 Maret 2016 32
Wawancara dengan T 03 Maret 2016
“Sekarang udah jarang ngumpul ama temen, lebih sering di rumah, karena di rumah banyak sodara jadi lebih memilih untuk berkumpul dengan
keluarga, karena enak interkasinya secara langsung, main gadget jarang
kalo udah lagi kumpul ama sodara ya handphone di taroh di kamar atau di
diamkan dulu”33
Berdasarkan komparasi di atas akhirnya peneliti mencoba mendeskripsikan lebih jauh bagaimana mahasiswa melakukan komunikasi langsung dengan temannya di tengah kehadiran gadget. Seperti yang disampaikan partisipan R, W dan U hal yang dilakukan ketika bertemu dengan teman sudah pasti mengobrol, bercanda tawa, atau diskusi;
“Lebih suka diskusi, tapi tergantung ketemunya ka kalo ketemu sama temen organisasi ya ngobrol masalah organisasi tapi kalo ketemu sama
temen kelas ya ngobrolin kuliah ya engga jauh-jauh dari tugas”34
“Biasanya yang pasti ngobrol ya, cerita-cerita, ya gimana sih, kalo ketemu
ya pasti mengobrol,..”35
“...kita omongin di obrolan itu entah dari pelajaran atau pasangan masing-masing, karena kita kalo lagi ngumpul bawa pasangan masing-masing
jadi obrolannya campur apapun ya kita ceritakan sharing dengan
teman”36
c. Gadget Telekomunikasi Menyebabkan Mahasiswa Kurang Peka Terhadap Lingkungan Sekitarnya
Pengalaman ini hampir dialami oleh partisipan, seperti misalnya partisipan EF, dia seringkali ditegur oleh temannya lantaran terlalu
fokus dengan gadget sehingga dia tidak mendengarkan apa yang
temannya sampaikan.
“....waktu itu gadget nya dalam keadaan penting, temen aku sedang curhat
tapi aku sedang fokus dengan gadget, terus temennya bilang udah-udah,
udah lewat, makanya jangan terlalu fokus ke gadget katanya, jadi lebih
baik kalo lagi ngobrol dengan orang atau temennya mau cerita tinggal
bilang saja, maaf gitu saya lagi sibuk di hp nanti dulu”37
33
Wawancara dengan W 03 Maret 2016 34
Wawancara dengan R 02 Maret 2016 35
Wawanca ra denganW 03 Maret 2016 36
Wawancara dengan U 03 Maret 2016 37
Wawancara dengan EF 02 Maret 2016
Begitu juga dengan partisipan W, dimana dia lebih asyik memainkan game di gadget telekomunikasinya sehingga dia ditegur oleh temannya.
“Saya kan suka nya main game di handphone ya, saya fokus di game terus, saya di ajak ngobrol sama temen dan saya ngga tau dia ngomong apaan karena saking asiknya main game, terus kata temen yang ceritanya “eh lu dengerin gue ngga sih” terus saya bilang maaf tadi ngga
kedengaran soalnya asik main game”38
Pengalaman lain di alami oleh partisipan R karena terlalu fokus dengan gadget ketika berada dalam KRL dia harus menaiki kereta lagi karena stasiun yang dituju sudah terlewat.
“Pernah, ceritanya saya pengen turun ke stasiun, eh tau-tau udah
kelewatan, karena terlalu fokus dengan gadget jadi tidak tahu”39
Berbeda dengan partisipan-partisipan yang lain partisipan T mengatakan belum pernah mengalami hal-hal tersebut, walaupun
fokus dengan gadget telinganya masih tetap mendengar sehingga
kalau ada yang curhat atau mengajak ngobrol dia masih bisa respon.
“Ngga pernah, walapun fokus dengan handphone telinga masih tetep
dengar jadi kalo ada yang curhat masih bisa saya respon”40
Kepada peneliti partisipan U mengatakan seringkali dia tidak
merespon (karena asik dengan gadget) apa yang temannya sampaikan
sehingga seringkali temannya merasa jengkel ketika mengajak partisipan U mengobrol atau hanya sekedar tegur sapa. Partisipan U sebetulnya tahu dan menyadari apa yang temannya sampaikan akan tetapi dia lebih asik dengan gadgetnya.
“Nah itu dia sering suka khilafnya kaya gitu emang, justru hal hal yang lebih menarik dengan yang jauh saya pengen menyampaikan apa yang saya rasa di bandingin saya mendengarkan apa yg dia rasa, saya lebih tertarik ke handphone,... karena saya lebih suka menceritakan kisah hidup
38
Wawancara dengan W 03 Maret 2016 39
Wawancara dengan R 02 Maret 2016 40
Wawancara dengan T 03 Maret 2016
saya ketimbang saya harus mendengarkan kisah orang lain, jadi kalo ada
orang lain cerita saya kurang respon”41
d. Kehadiran Gadget Telekomunikasi Mengurangi Kualitas Interaksi Langsung
Adapun ketika tiba-tiba gadget berdering atau terdengar suaru notifikasi dari gadget biasanya partisipan langsung melihat gadget
tersebut apakah penting atau tidak, namun demikian biasanya partisipan lebih melihat kondisi atau topik perbincangan. Sebagaimana yang disampaikan partisipan EF, biasanya dia meminta maaf atau izin kepada temannya dahulu sebelum menerima telefon.
“Respon pertama, jujur saya lebih respon ke telepon atau sms karena kalo
telepon dan sms lebih urgent, jadi kalo ada telepon masuk atau ada sms
saya lihat dulu dari siapa kalo ada yang penting saya bilang atau izin buat
terima telepon itu”.42
Bagi partisipan R dia tidak langsung membuka gadgetnya
ketika obrolan sedang menarik. Dia akan mengabaikannya notifikasi
gadget untuk sementara sehingga dia bisa menghubunginya kembali.
“Tergantung sih kalo perbincanganya lagi enak ya lanjutin obrolan sama
temen, tapi kalo obrolannya ngga enak langsung megang handphone, kalo
tema atau topik pembahasanya lagi seru ya lanjutin diskusi, kalo ada
telepon langsung diangkat tapi kalo ada chat biasanya di pending
sementara”43
Adapun dengan partisipan IA secara refleks dia akan langsung melihat gadgetnya;
“....kalo kita lagi ngumpul biasa ya mungkin mentingin handphone dulu
lihat siapa yang nelpon atau sms atau chatting..”44
Selain itu, ada beberapa hal yang membuat para partisipan merasa kecewa ketika mereka berkomunikasi secara langsung akan tetapi lawan bicara mereka malah sibuk dengan gadgetnya. Meski
41
Wawancara dengan U 03 Maret 2016 42
Wawancara dengan EF 02 Maret 2016 43
Wawancara dengan R 02 Maret 2016 44
Wawancara dengan IA 02 Maret 2016
demikian para partisipan biasanya menanyakan atau menegur kepada teman tersebut untuk tidak memainkan gadgetnya.
Pengalaman partisipan R ketika mengadakan reuni, setelah bertahun-tahun tidak bertemu sekalinya ketemu (berkumpul) masing-masing malah sibuk dengan gadget.
“Perasaanya ya bete aja, kalo misalkan sudah lama ngga ketemu pengen
reunian udah komunikasi cape-cape lewat medsos buat nyatuin
temen-temen, eh tau nya pada main handphone sendiri, ya kecewa”45
Ada juga yang melakukan perjanjian seperti partisipan EF, partisipan EF biasanya melakukan perjanjian bersama teman-temannya, bahwa selama berkumpul gadget di taruh di tas atau di depan. Gadget hanya dipakai dalam keadaan darurat saja.
“Responnya pertama kita harus menanyakan dulu alasan dia
menggunakan handphone, kalo semisal penting, oke lah, ngga apa-apa
tapi biasanya kita kalo lagi ngumpul, bikin perjanjian atau kesepakatan
untuk tidak bermain hp, saat kumpul hp di silent atau di taroh di tas”46
Bagi partisipan T makna berkumpul menjadi hilang ketika
sedang berkumpul teman-temannya malah asik dengan gadget
masing-masing;
“Rasanya ngga enak aja apa artinya kita ngumpul kalo pada akhirnya
main hp, percuma gitu ka buat ngumpul ya ini sih kalo lagi ngumpul
banyak orang, kalo cuma ngobrol berdua sih ngga apa-apa lah ngga
masalah”47
Adapun bagi partisipan U tidak masalah temannya
memainkan gadget selama bertemu yang penting dia masih
merespon apa yang partisipan U sampaikan;
“Kalo saya sih ya itu kalo misalkan dia sekali buka handphone berarti itu ada yang penting tapi kalo dia sering ya saya harus negur, tapi kalo selagi dia masih respon saya sih ngga apa-apa karena masih ngedengerin saya
ngomong gitu”48
45
Wawancara dengan R 02 Maret 2016 46
Wawancara dengan EF 02 Maret 2016 47
Wawancara dengan T 03 Maret 2016 48
Wawancara dengan U 03 Maret 2016
e. Gadget Telekomunikasi Menyebabkan Mahasiswa Jarang Melakukan Komunikasi Tatap Muka
Komunikasi menggunakan gadget telekomunikasi memang
memberikan kepuasan tersendiri kepada para penggunanya, sehingga tidak heran banyak pula mahasiswa yang lebih menyukai komunikasi
menggunakan gadget telekomunikasi ini. Bentuk komunikasi yang
disukai partisipan umumnya adalah komunikasi langsung (tatap muka), meski pun bentuk komunikasi ini jarang sekali dilakukan oleh para partisipan, akan tetapi partisipan menyadari betul pentingnya komunikasi tatap muka ini.
Seperti yang dipaparkan partisipan EF, dia lebih menyukai
komunikasi secara langsung dibandingkan dengan melalui gadget
(tidak langsung), baginya ketika bertemu langsung hubungan emosional lebih dapat ketimbang melalui gadget, dengan bertemu bisa lebih mengetahui apa yang disampaikan oleh lawan bicara;
“Ketemu langsung soalnya emosinya lebih dapet, dibandingkan lewat
medsos karena itu kan terbatas yah, terhalangi oleh handphone walaupun
kita berbicara dengan kata-kata itu belum tentu bisa menyampaikan pesan yang dimaksud orang tersebut, salah menggunakan tanda baca aja itu artinya udah beda, kalo ketemu langsung enak bisa tau orang itu dan ketemu langsung lebih ngerti dan banyak peluang ketemu langsung
membaca mimik mukanya,....”49
Begitupun menurut partisipan R, baginya manusia sebagai makhluk sosial memerlukan interaksi langsung;
“Ketemu langsung, kalo secara langsung lebih enak aja, kalo lewat medsos komunikasinya kurang, yang namanya manusia kan makhluk
sosial, jadi harus ada interaksi langsung.”50
Selaras dengan apa yang disampaikan partisipan W, dia lebih menyukai komunikasi langsung karena tidak memiliki batas, tidak dikhawatirkan dengan capeknya mengetik di gadget;
49
Wawancara dengan EF 02 Maret 2016 50
Wawancara dengan R 02 Maret 2016
“Enak secara langsung, karena misalkan ngga kita tuh masih suka ada yang nyangkut di pikiran terus kalo di media sosial masih banyak yang lupa kalo ketemu langsung reflek ngomong nya banyak sampe detail juga
, ngetik di sms kan lebih cape kadang-kadang ya pake voice note”51
Berbeda dengan partisipan EF, R, IA, T dan W, partisipan U malah sebaliknya, dia lebih senang komunikasi tidak langsung ketimbang komunikasi langsung, baginya komunikasi tidak langsung lebih mendapat respon dengan orang yang di ajak komunikasi.
“Saya itu tipe orang yang kalo ngobrol harus cari orang yang nyambung dulu, jadi saya termasuk orang yang susah untuk interaksi secara
langsung, karena saya lebih sering komunikasi di handphone atau gadget
lewat media sosial atau sms, dan menurut saya, interaksi yang
menyenenangkan itu ya adanya timbal balik seumpama saya nge-love dia
dan dia juga nge-love balik saya jadi ada kesenangan sendiri walaupun
interaksi di dunia maya atau interaksi secara tidak langsung”52
f. Gadget Telekomunikasi Menjadikan Mahasiswa Konsumtif
Pemanfaatan teknologi informasi yang baik sebetulnya memberikan peluang yang besar bagi wirausahawan muda terutama mahasiswa. Pada bagian ini peneliti hendak memaparkan bagaimana perkembangan teknologi informasi ini dijadikan sebuah peluang usaha bagi para partisipan.
Ternyata hanya dua partisipan saja yang memanfaatkan peluang usaha ini, yakni partisipan EF dan R. Partisipan EF menawarkan berbagai macam aksesoris dan kerudung secara online, partisipan EF menyadari bahwa ruang geraknya yang terbatas, sehingga dia lebih menjajakan barang daganganya secara online. Partisipan R pun sama, dia mencoba peruntungan dengan menawarkan sepatu olahraga secara online.
“Lebih kepada jualan aksesoris, aku sebenarnya makenya dua, langsung
sama online jadi kalo langsungkan waktunya terbatas ruang geraknya
juga, toh kalo kerudung itu bukan kebutuhan tiap hari tidak bisa daur
ulang, jadi harus online karena peluangnya lebih gede, mencakup orang
lebih banyak”53
51
Wawancara dengan W 03 Maret 2016 52
Wawancara dengan U 03 Maret 2016 53
Wawancara dengan EF 02 Maret 2016
“...waktu itu sempat jualan sepatu dan memasang DP sepatu futsal jualan di online, pernah jadi konsumen juga beli sepatu ketipu dengan barangnya
tidak sesuai dengan ukuran”54
Partisipan T dan W mengaku hanya sebagai konsumen barang-barang yang ditawarkan secara online, meskipun mereka pernah dikecewakan karena barang yang dipesan tidak sesuai tetapi bukan berarti mereka berhenti. Berdasarkan pengalaman tersebut mereka biasanya hanya mau menerima penawaran dari teman yang sudah mereka kenal, sehingga suatu saat mereka dapat melihat langsung barang yang ditawarkan.
“Saya lebih kearah konsumtif kak, sering beli di online, tapi biasanya
kecewa kalo bukan sama temen yang kita kenal karena barangnya kurang
memuaskan, kalo sama temen kan bias nanya atau lihat sampelnya
dulu”55
“Aku lebih ke konsumen, pernah waktu itu pesan baju di online tapi pas
dateng malah kurang puas sama barangnya. Makanya sekarang-sekarang sih kalo mau beli apa-apa mending ke mall atau pesen ama temen yang
udah kita kenal gitu”56
Adapun partisipan IA dan U, dia tidak suka berbelanja secara online, karena pernah dikecewakan dengan barang yang dipesan tidak sesuai dengan harapan dia lebih memilih untuk melihatnya secara langsung di toko-toko.
“Pernah beli tapi karena barangnya kurang cocok jadi kecewa sampe
sekarang udah ngga mau beli-beli di online lagi mending sekalian aja ke
toko nya”57
“Kalo ke konsumen saya lebih suka lihat barangnya lansung dari pada di
online shop dan saya tidak tertarik untuk berjualan di online”58
54
Wawancara dengan R 02 Maret 2016 55
Wawancara dengan T 03 Maret 2016 56
Wawancara dengan W 03 Maret 2016 57
Wawancara dengan IA 02 Maret 2016 58
Wawancara dengan U 03 Maret 2016
E. DISKUSI (Analisis Hasil Penelitian)
Pada bagian ini peneliti membandingkan data hasil dengan teori ataupun hasil penelitian yang sebelumnya. Beberapa teori dan hasil penelitian yang digunakan sudah dijelaskan pada Bab 2 Kajian Pustaka, namun beberapa lainnya peneliti cari setelah data lapangan terkumpul.
Brotosiswoyo B Suprapto mengungkapkan, pada akhirnya
Penggunaan Gadget sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata
melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka:
“....disini interaksi yang terbentuk kemudian dipercepat prosesnya melalui suara dan
teks atau tulisan”.59
Interaksi dengan menggunakan gadget telekomunikasi diakui
memudahkan manusia untuk berhubungan dengan manusia lain. Beberapa
mahasiswa (R dan T) menyatakan bahwa gadget telekomunikasi
memudahkan mereka untuk menjalin komunikasi dengan orang yang jauh.
Sebagaimana yang disampaikan partisipan R, baginya gadget
telekomunikasi mempermudah menjalin komunikasi dengan teman yang jauh.
Dalam kehidupan sosial manusia membutuhkan orang lain karena tidak dapat di pungkiri manusia tidak dapat hidup sendiri. Untuk memenuhi kebutuhanya maka mansuia membutuhkan hubungan dengan manusia lain. Begitupun mahasiswa saling membutuhkan karena untuk mengetahui informasi perkuliahan maka dengan itu mahasiswa harus berinteraksi
dengan mahasiswa yang lain baik menggunakan gadget atau bertatap muka
langsung guna untuk dapat memenuhi kebutuhanya mencari informasi atau tugas kuliah.
Menurut Soerjono Soekanto (2013) Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu yang lain, antara kelompok dengan kelompok yang lain maupun individu dengan kelompok. Di dalam interaksi tidak mesti
59
Brotosiswoyo B Suprapto. Dampak Sistem Jaringan Global dan Pendidikan Tinggi:Peta
Permasalahan Komunikasi. NO 28/IX. Tangerang Univ Terbuka 2002
terjadi komunikasi, interaksi sosial dimulai pada saat orang saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda interaksi sosial telah terjadi. Berbeda jika sebaliknya;
Ketika dua orang bertemu dan mereka saling menyadari keberadaan keduanya pada saat itu sudah terjadi interaksi. Meskipun diantara keduanya tidak terjadi percakapan. Berbeda apabila keduanya tidak menyadari dengan tidak melihat atau mendengar atau apa pun yang dapat dirasakan oleh panca indra, maka tidak terjadi
interaksi.60
Sependapat dengan partisipan R, partisipan T juga menyatakan hal
yang sama bahwa gadget telekomunikasi mempermudah menjalin
komunikasi dengan teman yang jauh. Selain sebagai media komunikasi
dengan teman yang jauh, gadget telekomunikasi juga memberikan dampak
positif yang lain, seperti yang disampaikan partisipan EF, baginya gadget
telekomunikasi juga mempermudah dia untuk menunjukkan arah jalan. Adapun bagi partisipan lain seperti IA dan W, gadget telekomunikasi juga mempermudah mereka mendapatkan berita terkini. Dengan demikian beberapa mahasiswa (R dan IA) mengungkapkan bahwa selain untuk
komunikasi dengan orang yang jauh gadget telekomunikasi juga biasa
digunakan untuk melakukan janjian dengan teman dekat yang mereka temui sehari-hari.
Menurut Agusli, Rachmat (2008) teknologi handphone dari tahun ke
tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini handphone
dilengkapi dengan berbagai macam fitur. Handphone terbaru saat ini
kemampuannya sudah seperti sebuah komputer, menurut beliau:
Sejalan dengan perkembangan teknologi, saat ini handphone dilengkapi dengan
berbagai macam fitur, seperti game, radio, Mp3, kamera, video dan layanan internet.
Handphone terbaru saat ini sudah menggunakan processor dan OS (Operating System) sehingga kemampuannya sudah seperti sebuah komputer. Orang bisa
mengubah fungsi handphone tersebut menjadi mini komputer. Fitur ini membantu
mahasiswa dalam mengerjakan tugas sehingga bisa diselesaikan dalam waktu yang
singkat... Saat ini sudah banyak sekali gadget ataupun smartphone, handphone
yang keren dan modern dengan kualitas fitur yang sangat sempurna dan keren. 60
Soerjono Soekanto: Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
hlm. 55
Gadget sudah menjadi kebutuhan mendasar manusia modern saat ini yakni saat dimana pertukaran informasi sangat cepat sehingga manusia membutuhkan alat yang
bisa menjawab kebutuhanya tersebut.61
Sebagaimana yang disampaikan keenam partisipan (EF, R, IA, W, T
dan U) bahwasanya dampak positif penggunaan gadget telekomunikasi
adalah untuk menjalin komunikasi dengan orang yang jauh serta sebagai