• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 65-110)

Penguji III : Dra. Sabarijah WittoEng, SKM (

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Peralatan yang digunakan untuk mengevaluasi produk sebaiknya

dikalibrasi dan divalidasi secara rutin.

b. Personel atau karyawan merupakan unsur penting dalam produksi dan

mutu produk yang dihasilkan, untuk itu karyawan perlu terus dibina sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang diterapkan.

c. Proses pengembangan produk baru hendaklah terus ditingkatkan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat luas mengingat produk kosmetik adalah produk yang sangat dinamis dan memiliki tren tersendiri.

d. Perlunya melakukan penerapan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika Yang

DAFTAR PUSTAKA

Achyar. L, Lies. 1986. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Cara Pembuatan

Obat yang Baik 2006, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Harmonisasi ASEAN Dalam Bidang

Regulasi Kosmetik. Badan Pengawas Obat dan Makanan: Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2008. Peraturan Kosmetika di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan: Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2010. Penandaan/Peringatan Untuk

BahanKosmetika dengan Pembatasan Penggunaan. Badan Pengawas Obat dan

Makanan: Jakarta.

Kementerian Kesehatan. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetika. Jakarta :

Kementerian Kesehatan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 965/MENKES/SK/XI/1992 tentang Cara Produksi Kosmetika Yang Baik Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Primadiati, Rachmi. 2001. Kecantikan, Kosmetika dan Estetika. Jakarta: PT. Gramedia.

Tranggono, Retno I. dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Skema Alur Proses Produksi Lipstik

Persiapan bahan

Mixing

Filling

Flamming

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Tabel 2.1 Tipe Produk Kosmetika dan Kategorinya

No Tipe Produk Kategori

1. Krim, emulsi, cair, cairan kental, gel,

minyak untuk kulit (wajah, tangan, kaki dan lain – lain)

Sediaan bayi

Sediaan kebersihan badan Sediaan perawatan kulit

2. Masker wajah (kecuali produk peeling/

pengelupasan kulit secara kimiawi)

Sediaan perawatan kulit

3. Alas bedak (cairan kental, pasta, serbuk) Sediaan rias wajah

Sediaan rias mata

4. Bedak untuk rias wajah, bedak badan,

bedak antiseptik dan lain – lain

Sediaan kebersihan badan Sediaan bayi

Sediaan rias wajah Sediaan perawatan kulit

5. Sabun mandi, sabun mandi antiseptic,

dan lain – lain

Sediaan bayi Sediaan mandi

6. Sediaan wangi – wangian Sediaan bayi

Sediaan wangi – wangian

7 Sediaan mandi (garam mandi, busa

mandi, minyak, gel dan lain – lain)

Sediaan mandi

Sediaan perawatan kulit Sediaan bayi

8. Sediaan depilatory Sediaan rambut

9. Deodorant dan anti-perspiran Sediaan kebersihan badan

10. Sediaan rambut Sediaan kebersihan badan

Sediaan pewarna rambut Sediaan bayi

11. Sediaan cukur (krim, busa cair, cairan kental, dan lain-lain)

Sediaan cukur

12. Sediaan rias mata, rias wajah, sediaan pembersih rias wajah dan mata

Sediaan rias mata Sediaan rias wajah Sediaan perawatan kulit

14. Sediaan perawatan gigi dan mulut Sediaan higiene mulut

15. Sediaan untuk perawatan dan rias kuku Sediaan kuku

16. Sediaan untuk organ kewanitaan bagian luar

Sediaan kebersihan badan

17. Sediaan mandi surya dan tabir surya Sediaan tabir surya

Sediaan mandi surya 18. Sediaan untuk menggelapkan kulit tanpa

berjemur

Sediaan menggelapkan kulit

19. Sediaan pencerah kulit Sediaan perawatan kulit

Tabel 2.2. Contoh Klaim yang Diizinkan dan yang Tidak Diizinkan

No Klaim Kosmetika

Klaim yang diizinkan Klaim yang tidak diizinkan

1. Klaim

kemanfaatan

· Melindungi dari sinar matahari

· Melembabkan · Membersihkan kulit · Menyegarkan kulit

· Memperbaiki tekstur

kulit atau tekstur

jaringan lemak di bawah kulit · Mengencangkan otot daerah Rahim · Mengencangkan kulit 2. Klaim keamanan · Hypoallergenic · Dermatology tested · Ophthalmology tested

3. Rekomendasi “didesain atau

diformulasikan oleh

……… (apabila ada data pendukung)

· direkomendasikan oleh

dokter, dokter gigi,

apoteker, pakar di

bidang kosmetika atau organisasi profesi (IDI, PDGI, IAI/ISFI) atau yang sejenisnya untuk

menggunakan produk

tersebut.

· Telah diuji secara klinis oleh fakultas…..

· Hasil uji in vitro di laboratorium

4. Pesan

kesehatan

Pesan kesehatan dari

organisasi profesi di

bidang kesehatan, seperti :

sehari untuk menjaga kesehatan”

· “untuk menjaga

kesehatan gigi,

gosoklah gigi minimal dua kali sehari dan gosok gigi sebelum tidur” 5. Kata – kata atau gambar · Tidak mengandung/ tidak menggunakan/ bebas…. (hidrokinon,

merkuri, dietilen glikol atau bahan lain yang

dilarang dalam

kosmetika)

· Gambar palang dengan warna merah atau hijau

· “bebas”, “aman”,

“ampuh”, “membasmi” · Menggunakan peragaan

tenaga kesehatan atau yang mirip dengan itu misalnya menggunakan

gambar seorang

konsultan kesehatan gigi

· Bertentangan dengan

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. FABINDO SEJAHTERA

KAMPUNG WARU RT. 01/03 DESA PASIR JAYA,

KECAMATAN CIKUPA, BANTEN

PERIODE 7 JUNI – 1 JULI 2011

PENGARUH SUBMICA FL, ECOSOFT-608, DAN NYLON-12

PADA FORMULASI EYE SHADOW TERHADAP

APLIKASINYA

DISUSUN OLEH :

DIAN HAYATI, S. Farm.

1006835186

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM PROFESI APOTEKER–DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK

JUNI 2012

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Kosmetika ... 3 2.1.1 Kosmetika Perawatan Kulit ... 3 2.1.2 Kosmetika Rias ... 4 2.2 Eye Shadow ... 4

2.3 Bahan Tambahan Eye Shadow ... 5

2.3.1 Pengisi ... 5 2.3.2 Pengikat ... 6 2.3.3 Pengawet ... 6 2.3.4 Antioksidan ... 6 2.3.5 Pewarna ... 6 2.3.6 Pearlizers ... 6 2.4 Formulasi Eye Shadow ... 7 2.4.1 Talk ... 7 2.4.2 Mica C9-15 fluoroalcohol phosphate ... 7 2.4.3 Zinc stearat ... 7 2.4.4 Metil paraben ... 8 2.4.5 Propil paraben ... 9 2.4.6 Ceraphyl 847 ... 9 2.4.7 Ceraphyl ODS ... 10 2.4.8 Polivinil pirolidon (PVP) ... 10 2.4.9 Avobenzene ... 11 2.4.10 Vitamin E ... 11 2.4.11 Pearlize golden bronze ... 12 2.4.12 Pearlize 8774 ... 12 2.4.13 Pearlize super white ... 12

2.5 Bahan-bahan yang Berfungsi Sebagai Pengikat Pada

Percobaan Formula Eye Shadow ... 12 2.5.1 Submica FL ... 12 2.5.2 Ecosoft 608 ... 13 2.5.3 Nylon 12 ... 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14 3.2 Alat dan Bahan ... 14 3.2.1 Alat ... 14 3.2.2 Bahan ... 14

3.5.1 Uji Tarik ... 16 3.5.2 Drop test ... 16 3.5.3 Uji Usap ... 16 3.6 Kuisioner Responden ... 17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

5.1 Kesimpulan ... 22 5.2 Saran ... 22

1.1 Latar Belakang

Penampilan seseorang merupakan suatu kebutuhan dasar dan berperan penting dalam menunjang perkembangan karier, status, kesempatan, dan prestasi yang bermakna. Dalam menunjang semua usaha ini, setiap individu akan lebih menyukai pemakaian kosmetika guna mempercantik diri, menghias rupa, dan memelihara kulit sehingga memperoleh penampilan yang lebih menarik (Lokanata, 2008).

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Kosmetika diklasifikasikan atas kosmetika dekoratif, kosmetika perawatan kulit, dan kosmetika tubuh. Kosmetika dekoratif diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri. Kosmetika dekoratif terbagi menjadi dua golongan, yaitu kosmetika yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sementara seperti lipstik, bedak, blush on, eye shadow dan lain-lain; serta kosmetika dekoratif yang memberikan efek mendalam dan tahan lama seperti pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut dan lainnya (Tranggono, 2004).

Eye shadow merupakan kosmetik dekoratif yang diterapkan pada kelopak

mata untuk menciptakan bayangan mata agar mata terlihat lebih menarik dan segar, serta menambah kedalaman atau dimensi mata seseorang. Oleh karena itu,

eye shadow menjadi salah satu kosmetik yang digemari oleh wanita, terutama

wanita yang memiliki lingkaran mata hitam atau mata terlihat lelah karena tingkat aktivitas yang tinggi atau kurang istirahat.

Adapun kriteria eye shadow yang diinginkan oleh konsumen, yaitu mudah diaplikasikan; memiliki daya sebar, daya lekat, dan daya kilap yang baik; serta tidak mudah hancur. Kelopak mata merupakan daerah sensitif dan memiliki kulit yang lebih tipis dibandingkan dengan bagian tubuh lain. Oleh karena itu, eye

shadow diharapkan dapat diaplikasikan secara halus agar tidak melukai kulit.

Kemudahan aplikasi dapat didukung dengan daya sebar yang baik. Daya sebar adalah kemampuan serbuk eye shadow untuk menyebar secara merata pada kelopak mata saat diaplikasikan dengan menggunakan spons. Daya sebar yang baik dapat mengurangi frekuensi aplikasi dan membuat tampilan make up terlihat rapih. Selain itu, eye shadow diharapkan dapat melekat dengan baik pada kelopak mata agar serbuknya tidak jatuh masuk kedalam mata dan menimbulkan iritasi; serta dapat melekat dalam waktu yang cukup lama untuk mempertahakan tampilan make up, namun mudah dibersihkan dengan air. Kemudian, konsumen juga menyukai eye shadow yang memiliki daya kilap agar mata tampak lebih bersinar dan elegant. Daya kilap yang disukai, yaitu daya kilap yang tidak memberikan kesan kilap berlebihan. Eye shadow juga diharapkan tidak mudah hancur, dimana serbuk yang terkikis atau serbuk yang tertinggal dalam kemasan (godet) hanya sedikit, namun mudah melekat pada spons sehingga eye shadow mudah digunakan.

Untuk memperoleh kriteria eye shadow yang diinginkan oleh konsumen tersebut, maka diperlukan formulasi. Formulasi yang menjadi fokus pada tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Fabindo Sejahtera kali ini adalah pengaruh pengikat terhadap aplikasinya. Percobaan dilakukan terhadap enam formulasi eye shadow dengan jenis dan jumlah pengikat yang berbeda, kemudian akan diamati pengaruhnya terhadap aplikasi eye shadow. Dari enam formulasi tersebut diharapkan dapat memenuhi kriteria eye shadow yang diinginkan oleh konsumen.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui tahapan pembuatan eye shadow di PT. Fabindo Sejahtera

b. Mengetahui pengaruh Submica FL, Ecosoft 608, dan Nylon 12 terhadap aplikasi eye shadow pada kelopak mata.

2.1 Kosmetik

Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke-19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke-20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha.

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias dan mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 444/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut, Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit, yaitu kosmetika perawatan kulit dan kosmetika rias (Tranggono, 2007).

2.1.1 Kosmetika Perawatan Kulit (Skin Care Cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya, yaitu:

1. Pembersih (cleansing), misalnya pembersih dengan bahan dasar air (face tonic, skin freshener dan lain-lain), pembersih dengan bahan dasar minyak (cleansing cream, cleansing milk, dan lain-lain), pembersih dengan bahan dasar padat (masker).

2. Pelembab (moisturizing), misalnya cold cream, night cream, moisturizing,

base make up dan lain-lain.

3. Pelindung kulit (protecting), misalnya sunscreen, foundation cream, dan lain-lain.

4. Penipis (thinning), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)

2.1.2 Kosmetika Rias (Decorative Cosmetic)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik seperti rasa percaya diri. Dalam kosmetik rias, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar.

Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain warna yang menarik, bau harum yang menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau dan tidak merusak atau mengganggu kulit (Tranggono, 2007).

2.2 Eye shadow

Eye shadow merupakan salah satu kosmetika dekoratif yang dapat

menampilkan nuansa keindahan pada mata sehingga tampak lebih bersinar. Eye

shadow dipakai pada kelopak mata dan sudut mata untuk menciptakan bayangan

dan menghasilkan sensasi kelegaan dalam rangka menegaskan kecantikan mata. Tujuan penggunaan eye shadow adalah untuk mengaksentuasikan mata sehingga mata tampak cemerlang. Kandungan bahan dasar eye shadow harus aman dan cara pemakaiannya harus hati-hati karena digunakan di dekat mata yang kulitnya sangat peka (Tranggono, 2007).

Eye shadow mempunyai varietas warna yang lebih banyak daripada

kosmetik mata yang lain. Rentang warna eye shadow ini yaitu mulai dari warna normal seperti biru, ungu, cokelat, hingga warna-warna yang tegas seperti hijau, merah muda dan oranye. Untuk menciptakan warna-warna ini, Titanium dioksida berwarna yang dilapisi mika (pigmen pearlize) digunakan sebagai tambahan pigmen anorganik konvensional. Selain itu, ditambahkan pula efek berkilau untuk menciptakan kualitas warna yang lebih baik. Melalui penggunaan pigmen yang hidrofobik, sekarang sudah ada eye shadow yang lebih tahan lama. Formulasi untuk eye shadow pada dasarnya sama dengan formulasi untuk foundation (Mitsui, 1993).

Tipe utama dari eye shadow adalah serbuk padat dimana eye shadow telah dipress dalam wadah. Berikut ini adalah macam-macam jenis eye shadow. 1. Bentuk cair-pasta, yaitu berbasis minyak dan tipe emulsi (W/O atau O/W). 2. Bentuk padat, yaitu serbuk padat (compact powder), bentuk stick berbasis

minyak, dan tipe pensil.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk eye shadow antara lain (Mitsui, 1993):

1. Mudah digunakan secara halus dan mempunyai daya adhesi yang bagus dengan kulit

2. Tidak berminyak ketika digunakan

3. Tidak menciptakan noda ketika terkena keringat atau sebum dan dapat mempertahankan penampilannya

4. Aman untuk digunakan disekitar mata

2.3 Bahan Tambahan Eye shadow

Bahan tambahan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam suatu formula kosmetik, biasanya dalam jumlah kecil, yang dimaksudkan untuk memperbaiki bentuk sediaan yang diinginkan ataupun untuk meminimalkan bentuk sediaan yang tidak diinginkan.

2.3.1 Pengisi (Filler)

Pengisi adalah bahan tambahan yang diperlukan sebagai pemenuhan bulk atau massa. Beberapa bahan tambahan yang umum digunakan sebagai pengisi

untuk kosmetika, yaitu talkum, mica, Mica C9-15 Fluoroalcohol Phosphate, dll.

Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain sebagai berikut. 1. Bahan pengisi harus memenuhi peraturan-peraturan dari negara dimana

produk akan dipasarkan. 2. Harga terjangkau

3. Stabil secara fisik dan kimia baik dalam kombinasi dengan komponen lain 4. Bebas dari mikroba

2.3.2 Pengikat (Binders)

Pengikat merupakan bahan tambahan yang diperlukan untuk memberikan sifat kohesif sehingga dapat membentuk struktur yang kompak setelah pencetakan. Bahan pengikat menyatukan partikel kedalam butiran granulat. Beberapa bahan pengikat yang umum digunakan pada kosmetika, yaitu Liquid paraffin, Methylpolysiloxane, sellulosa, Kalsium stearat, Zinc stearate, Magnesium stearate, Polymerica (seperti etilen dan polietilen), dll.

2.3.3 Pengawet (Preservatives)

Pengawet merupakan zat yang dapat mencegah atau menghambat pertumbuhan mikroba dan karena itu dapat melindungi kosmetik dari kerusakan. Contoh : Metil paraben, Asam benzoate, Propil paraben, dll.

2.3.4 Antioksidan

Antioksidan merupakan zat/bahan yang ditambahkan untuk mencegah oksidasi dari sediaan. Contoh : Vitamin E, Vitamin C, dll.

2.3.5 Pewarna

Pewarna adalah zat atau campuran zat yang dapat digunakan pada sediaan kosmetik untuk mewarnai sediaan. Pewarna dapat pula digunakan sebagai bahan aktif dengan tujuan untuk melapisi luar tubuh manusia dengan atau tanpa bantuan zat lain. Misalnya produk compact powder, eye shadow, blush on, lipstik, dan lainnya.

2.3.6 Pearlizers

Pearlizers adalah bahan kosmetik digunakan untuk memperoleh efek

kilau dan berkilauan dalam produk kosmetik. Umumnya, efek kilau dicapai dengan senyawa kristalin microfine (pigmen pearlescent misalnya atau molekul kimia khusus) mampu mencerminkan gelombang cahaya. Pearlizers sangat sering digunakan untuk memberikan karakter yang mewah untuk produk kosmetik.

Pearlizers digunakan dalam produk perawatan pribadi, seperti sampo dan gel

2.4 Sifat Fisikokimia Bahan Tambahan

2.4.1 Talk (Rowe, 2001)

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit magnesium silikat. Talk berbentuk serbuk hablur sangat halus, berwarna putih atau putih keabu-abuan. Talk memiliki sifat mudah melekat pada kulit dan bebas butiran.

2.4.2 Mica C9-15 Fluoroalcohol Phosphate

Mica C9-15 Fluoroalcohol Phosphate merupakan hibrida atau campuran

dari fluoroalcohol phosphate dan silicon. Nama lain dari Mica C9-15 Fluoroalcohol

Phosphate adalah perfluoroalkylethyl phosphate, acrylate, atau dimethicone

copolymer. Mica C9-15 Fluoroalcohol Phosphate memiliki sifat hidrofob dan

hidrofil yang baik, sehingga bahan ini dapat digunakan sebagai penolak air dan minyak sehingga efek yang dihasilkan adalah make-up dapat bertahan lama. Mica

C9-15 Fluoroalcohol Phosphate berupa serbuk putih halus yang tidak bercahaya

(matte), memiliki cakupan luas dan adhesi kulit yang sangat baik. Mica C9-15

Fluoroalcohol Phosphate mirip dengan mika putih berbentuk butir halus dan

bersinar. Mica C9-15 Fluoroalcohol Phosphate tampak lebih kusam dibandingkan

dengan mika, namun tidak sekusam talk. Mica C9-15 Fluoroalcohol Phosphate

banyak digunakan sebagai pengganti bedak. Mica C9-15 Fluoroalcohol Phosphate

memiliki tingkat kompresibilitas lebih baik daripada mika. Mica C9-15

Fluoroalcohol Phosphate dapat dijadikan alternatif talk yang baik karena

menyerap minyak dengan baik. Mica C9-15 Fluoroalcohol Phosphate dapat

diaplikasikan dalam kosmetika warna, perawatan kulit, dan pelindung matahari.

2.4.3 Zinc stearat (Raymond, 2009)

Zinc stearat merupakan bubuk halus berwarna putih, sedikit berbau, dan bersifat hidrofobik. Dalam kosmetika, zinc stearat digunakan sebagai pengental krim dan sebagai bedak bubuk.

2.4.4 Metil paraben (Raymond, 2009)

Metil paraben memiliki bobot molekul 152,15 dengan nama lain methyl-4-hydroxybenzoate, methyl parahidroksibenzoat, dan nipagin. Rumus bangun metil paraben dapat dilihat sebagai berikut.

Metil paraben berbentuk bubuk kristal berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan memiliki sedikit rasa pahit. Metil paraben merupakan hasil esterifikasi asam p-hidroksibenzoat dengan metanol. Metil paraben secara luas digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, formulasi farmasi, dan produk makanan. Aktivitas antimikroba metil paraben berkisar pada pH 4-8. Efektivitas metil paraben sebagai pengawet menurun dengan meningkatnya pH karena terjadi pembentukan anion phenolate. Paraben lebih aktif melawan ragi dan jamur daripada terhadap bakteri. Metil paraben merupakan golongan paraben yang paling aktif. Aktivitas antimikroba dapat ditingkatkan dengan menggunakan kombinasi paraben sebagai efek sinergis. Oleh karena itu, kombinasi metil-, etil-, propil-, dan butil paraben sering digunakan bersama-sama. Selain itu, aktivitas juga dapat ditingkatkan dengan penambahan eksipien lain seperti propilenglikol, feniletil alkohol, dan asam edetik karena efek sniergis. Aktivitas antimikroba metil paraben dapat berkurang dengan adanya surfaktan non-ionik seperti polisorbat karena terbentuknya micel. Metil paraben dapat larut dalam etanol 95%

2.4.5 Propil paraben (Raymond, 2009)

Propil paraben memiliki bobot molekul 180,20 dengan nama lain propil hidroksibenzoat, propil parahidroksibenzoat, dan nipasol. Rumus bangun propil paraben dapat dilihat sebagai berikut.

Propil paraben berwarna putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa. Propil paraben secara luas digunakan sebagai pengawet anti mikroba pada kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetika. Propil paraben dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan anti mikroba lainnya. Paling banyak digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik. Senyawa paraben efektif pada range pH yang besar dan memiliki spektrum anti mikroba yang luas (paling efektif pada ragi dan kapang). Garam-garam paraben banyak digunakan untuk mengatasi kelarutannya yang kurang baik. Propil paraben (0,02% w/v) bersama dengan metil paraben (0,18% w/v) telah digunakan sebagai pengawet berbagai sediaan parenteral. Propil paraben mudah larut dalam aseton; dalam eter; dalam etanol 95% (1:11); dalam etanol 50% (1:5,6); dalam gliserin (1:250); dan dalam propilen glikol (1:3,9).

2.4.6 Ceraphyl 847

Nama lain Ceraphyl-847 adalah octyldodecyl stearoil stearat, 12 - [(1-oxooctadecyl) oxy] -, 2-Octyldodecyl ester. Ceraphyl 847 memilki rumus kimia

C56H110O4 dengan bobot molekul 846,87. Rumus bangun Ceraphyl 847 dapat

dilihat sebagai berikut.

Ceraphyl 847 merupakan asam lemak alami (derivat asam stearat) berupa cairan berwarna putih kekuningan yang ditemukan pada hewan dan lemak nabati.

sebagai dispersan pigmen warna, dan sebagai penyejuk kulit. Pada umumnya, Ceraphyl 847 digunakan pada konsentrasi 2 – 5%. Ceraphyl 847 larut dalam, minyak safflower, minyak mineral, palmitat oktil, etanol 95%, propilenglikol, sorbitol 70%, dan PEG 400. Ceraphyl 847 dapat membentuk padatan kecil, sehingga dalam penggunaannya terkadang harus dipanaskan dan diaduk untuk memastikan homogenitas.

2.4.7 Ceraphyl ODS

Ceraphyl ODS memiliki rumus molekul C38H76O2 dengan berat molekul

565. Nama lain dari Ceraphyl ODS adalah octyldodecyl stearat, 2-octyldodecyl ester; Octyl-1-dodecyl stearate; Octyldodecyl stearate; Octadecanoic acid, 2-octyldodecyl ester; 2-2-octyldodecyl octadecanoate. Rumus bangun Ceraphyl ODS dapat dilihat sebagai berikut.

Dalam kosmetika, Ceraphyl ODS memiliki sifat mengikat sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan spreadability. Kombinasi antara Ceraphyl ODS dengan Ceraphyl 847 memiliki kemampuan mengikat yang sangat baik. Selain berfungsi sebagai pengikat, ceraphyl juga berfungsi sebagai emollient.

2.4.8 Polivinil pirolidon (PVP)

Polivinil pirolidon (PVP) merupakan Hexadecene copolymer berupa cairan kental berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Dalam kosmetika, PVP V-216 berfungsi sebagai film former, pendispersi pigmen warna, penstabil emulsi, pengikat, meningkatkan viskositas, dan memberikan efek daya tahan air untuk eye

shadow. Pada umumnya, PVP digunakan pada konsentrasi 0,5 – 10%. PVP

digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk lipstik, lip balm, maskara, eyeshadow, shampo, kondisioner rambut, hairspray, dan produk perawatan rambut lainnya.

2.4.9 Avobenzene

Avobenzene memiliki bobot molekul 310,4 dengan nama lain Butil

methoxybenzoylmethane dan 1-(4-Methoxyphenyl)-3-(4-tert.-butylphenyl)

propan-1,3-dione. Rumus molekul C20H22O3 dan rumus bangun sebagai berikut.

Avobenzene berbentuk cairan kental sedikit, berwanra kuning pucat dan berbau aromatik. Avobenzene berfungsi sebagai UV-A protector dan emolient.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 65-110)

Dokumen terkait