• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 101-157)

Pembimbing II : Drs. Hayun, M.Si., Apt (

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Penerapan aspek-aspek CPOB di PT. Ferron Par Pharmaceuticals perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin konsistensi mutu produk yang dihasilkan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta. Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Penerbit Global Pustaka

Utama, Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta.

PT. Ferron Par Pharmaceuticals. 2005. Ferron Integrated System Manual, PT. Ferron Par Pharmaceuticals. Cikarang.

Gambar 3.4. Konsep (a) deadlag (b) zerodeadlag

Gambar 3.5. Pengolahan Air di PT. FPP

Gambar 3.6. Gambaran sederhana sistem HVAC

Tabel 3.1. Daftar Sertifikasi CPOB PT. FPP

No Nama Sertifikat Nomor Dokumen Tanggal

pengesahan 1 Sertifikat CPOB untuk tablet,

antibiotik 2362/CPOB/A/XI/02 07.11.2002

2 Sertifikat CPOB untuk injeksi, steril-antibiotik

2363/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 3 Sertifikat CPOB untuk injeksi,

steril-non antibiotik 2364/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 4 Sertifikat CPOB untuk suppositoria,

non antibiotik

2365/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 5 Sertifikat CPOB untuk kapsul,

antibiotik

2366/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 6 Sertifikat CPOB untuk kapsul, non

antibiotik 2367/CPOB/A/XI/02 07.11.2002

7 Sertifikat CPOB untuk tetes mata, steril-antibiotik

2368/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 8 Sertifikat CPOB untuk tetes mata,

steril-non antibiotik 2369/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 9 Sertifikat CPOB untuk

salep/krim/gel, non antibiotik 2370/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 10 Sertifikat CPOB untuk

salep/krim/gel, antibiotik

2371/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 11 Sertifikat CPOB untuk tablet, non

antibiotik 2372/CPOB/A/XI/02 07.11.2002

12 Sertifikat CPOB untuk sediaan cair

oral, non antibiotik 2373/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 13 Sertifikat CPOB untuk sediaan cair

oral, antibiotik

2374/CPOB/A/XI/02 07.11.2002 14 Sertifikat CPOB untuk tablet salut,

non antibiotik 2695/CPOB/A/IX/06 22.09.2006 15 Sertifikat CPOB untuk tablet salut,

antibiotik

2696/CPOB/A/IX/06 22.09.2006 16 Sertifikat Freeze Dry Injection

Antibiotic 2896/CPOB/A/IV/09 30.04.2009

17 Sertifikat Freeze Dry Injection Non-Antibiotic

Tabel 3.2. Daftar Sertifikat MHRA PT. FPP

Bentuk Sediaan dan Jenis Bahan Aktif No. Dokumen Tanggal Sertifikat MHRA untuk Sediaan

Non-Steril: Kapsul Cangkang Keras

UK GMP 32874 Insp GMP

32874/444644-0001

13.03.2008 Sertifikat MHRA untuk Sediaan

Non-Steril: Tablet 13.03.2008

Sertifikat MHRA untuk Pengemasan Primer: Kapsul Cangkang Keras

13.03.2008 Sertifikat MHRA untuk Pengemasan

Primer: Tablet

13.03.2008 Sertifikat MHRA untuk Pengemasan

Sekunder 13.03.2008

Sertifikat MHRA untuk Pengujian Quality Control: Mikrobiologi-Non Steril

13.03.2008 Sertifikat MHRA untuk Pengujian Quality

Control: Kimia/Fisika 13.03.2008

Sertifikat TGA untuk sediaan solid tablet, tablet salut, kapsul cangkang keras

MI-13082007-CE-001136-11

14.08.2009 Sertifikat ZAB untuk sediaan freeze dry

injection

Az. : 53.2-ZAB-2671.1 L 8

Tabel 3.3. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Jumlah Partikel Hygiene Zoning Kelas Jumlah Partikel/m3 At rest In operational 0.5 (µm) 5.0 (µm) 0.5 (µm) 5.0 (µm) A 100 ≤ 3.520 ≤ 20 ≤ 3.520 ≤ 20 B 100 ≤ 3.520 ≤ 29 ≤352.000 ≤ 2.900 C 10 000 ≤ 352.000 ≤ 2.900 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000 D 100 000 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000 NS NS E1 UC NS NS NS NS E2 UC NS NS NS NS E3 UC NS NS NS NS Keterangan: UC : Unclassified NS : No Spesification

Tabel 3.4. Pembagian Kelas Ruangan Berdasarkan Batas Kontaminasi Mikroba

Hygiene

Zoning Kelas

Batas Kontaminasi Mikroba (in operation) Air Sample (cfu/m3) Settle plates diam. 90 mm (cfu/4 hour) Glove Print, 5 fingers (cfu/glove) A 100 < 1 < 1 < 1 B 100 10 5 5 C 10 000 100 50 NS D 100 000 200 100 NS E1 UC NS NS NS E2 UC NS NS NS E3 UC NS NS NS

Tabel 3.5. Parameter Spesifikasi Air

Tipe air Parameter

Raw

Water Pemerian, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, pH dan konduktivitas. Fresh

Water Pemerian, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, pH dan konduktivitas. Softened

Water

Pemerian, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, pH dan konduktivitas.

Purified

Water Pemerian, Angka Mikroba, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, zat mudah teroksidasi, nitrat, logam berat, pH, konduktivitas, suhu dan Total Organic Carbon (TOC).

Water For Injection

Pemerian, Angka Mikroba, E. Coli, S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypimurium, coliform, endotoksin bakteri, zat mudah teroksidasi, nitrat, logam berat, pH, konduktivitas, suhu dan Total Organic Carbon (TOC) serta endotoksin.

Lampiran 1. Struktur Organisasi Umum PT. FPP

Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Sistem dan Perencanaan

Toll Manufacturing Officer

System & Planning Manager

SnP Adm Staff

PPIC

Officer AnalystSystem System DevelopmentOfficer

PPIC Staff

System Development Staff

Lampiran 5. Alur Proses Produksi Lini Solida 1

GRANULASI Bahan Baku

Pengeringan granul Pengayakan Pencampuran akhir Pencetakan tablet Blistering Pengemasan sekunder Penimbangan Box

IPC

Larutan pengikat

Lampiran 6. Alur Proses Produksi Lini Solida 2

Material pengemas primer

Material pengemas sekunder

IPC Larutan pengikat Granulasi, pengeringan,

pengayakan dan pencampuran akhir

Raw material

Tablet coating (jika dibutuhkan)

Stripping/blistering

Pengemasan sekunder

Penimbangan Master Box

PW panas (jika dibutuhkan) + bahan pengikat

Kapsul pellet

Pelletisasi

Coating pellet (jika dibutuhkan)

Lampiran 7. Alur Proses Produksi Lini Likuida

Purified Water +

suspending agent Bahan baku

Purified Water + gula

Penimbangan box Penimbangan Pembuatan suspending agent Pembuatan Syrupus simplex Pengadukan Penyaringan Penyimpanan dalam kontainer Kemasan primer Pencucian IPC

Filling & Capping

Pengemasan Sekunder Labeling Pengkodean label Kemasan primer bersih

Lampiran 8. Alur Produksi Lini Semisolida

Bahan larut air Bahan larut minyak

Panaskan basis air

pada suhu 700C Panaskan basis minyak pada suhu 700C

Pra- emulsifikasi

Pencampuran dan homogenisasi, vakum (kecuali suppositoria), pemanasan dan pendinginan

pengisian

Cooling & sealing (khusus untuk suppositoria)

Pengemasan sekunder

IPC Material

Lampiran 9. Alur Produksi Lini Steril 1

Labeling

Pengemasan tersier Bahan baku Purified water

WFI panas dengan suhu > 70/300C

Raw Material

Mixing

Di Filtrasi menggunakan membran filter cellulose acetate nylon yang sudah steril,

juga dilakukan bubble point test

Ampul/vial dicuci

Ampul/vial bersih disimpan dalam stray kemudian disimpan

dalam internal trolley

Ampul/vial disterilisasikan dengan oven FILLING Rubber Stopper Pencucian Rubber Stopper Penyimpanan rubber

stopper dalam tray

kemudian disimpan dalam internal troly

Rubber stopper disterilkan

dengan autoclave 1210C, 20 menit

Penutupan dengan rubber stopper (untuk vial) setelah itu dilakukan alucapping Sealing (untuk ampul)

Sterilisasi akhir dengan autoclave kecuali untuk produk aseptis

Pemeriksaan secara visual (inspeksi)

Cartoning Clean air Clean air N2 IPC IPC IPC Leaflet

Lampiran 10. Alur Proses Produksi Steril Pada Lini Steril 2

Purified Water suhu >85/25WFI dengan 0C

Raw Material

MIXING

N2 Pencucian Vial

Clean

Vial disterilisasi

Difiltrasi dengan membran filter cellulose acetate/nylon, termasuk

bubble point test

IPC

Filling dan rubber stoppering (tergantung

produk)

Larutan steril dimasukkan dalam tanki stainless steel yang terhubung

langsung dengan mesin filling

Rubber stopper, flip off, alucap disterilisasi 121-121,50C selama 20 menit Clean Alucapping Rubber stopper Flip off/Alucap Produk

Vial yang sudah terisi ditutup sebagian kemudian dimasukkan

dalam freeze dryer untuk lyofilisasi kemudian ditutup

sepenuhnya Sterilisasi akhir untuk

produk non aserptis

Pemeriksaan partikel secara visual (inspeksi)

Labeling

Cartoning

Pengemasan tersier IPC

Lampiran 11. Alur Penerimaan Barang Eksternal Untuk Produksi Barang datang (supplier)

Cek dokumen Dikembalikan (BAPBB)

Released (label hijau)

Simpan, masukkan data ke dalam database gudang

Rejected (label merah)

Sampling (Uji)

Musnahkan/kembalikan Karantina (label kuning)

Lampiran 12. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Internal)

Lampiran 13. Alur Distribusi Barang Dari Gudang (Eksternal)

Lampiran 14. Skema Pengolahan Limbah PT. FPP Surat pesanan

AAM Pusat

DOPL

Distribution Order Packing List

Mengeluarkan barang Distributor

Gudang

PPI Gudang Penyiapan barang

Serah terima barang dari timbang ke produksi

Penimbangan

Cek hasil timbang

KUALIFIKASI MESIN BOTTLES BLOWER, MESIN FILLER-CAPPER, MESIN BOTTLES LABELLER DAN MESIN BOTTLES CARTONER

DI LINI LIKUIDA PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

YUDHO PRABOWO, S. Farm. 1006835596

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK DESEMBER 2011

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1. Peralatan ... 3 2.2. Validasi ... 3 2.3. Kualifikasi dan Peralatan Produksi ... 4 2.4. User Requirement Specification (URS) ... 8 2.5. Mesin Bottles Blower ... 9 2.6. Mesin Filler-Capper ... 10 2.7. Mesin Bottles Labeller ... 11 2.8. Mesin Bottles Cartoner ... 13 BAB 3. METODE KUALIFIKASI ... 15 3.1 Alat ... 15 3.2 Bahan ... 15 3.3 Kualifikasi Mesin Bottles Blower ... 15 3.4 Kualifikasi Mesin Filler-Capper ... 17 3.5 Kualifikasi Mesin Bottles Labeller ... 18 3.6 Kualifikasi Mesin Bottles Cartoner ... 19 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21 4.1 Hasil ... 21 4.2 Pembahasan ... 23 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31 5.1 Kesimpulan ... 31 5.2 Saran ... 31 DAFTAR ACUAN ... 32

1.1 Latar Belakang

Industri farmasi harus dapat menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Salah satu kriteria penting dari produk industri farmasi ialah diterimanya kriteria persyaratan kualitas obat karena menyangkut soal nyawa manusia. Oleh karena itu, industri farmasi dan produk industri farmasi diatur secara ketat, baik oleh industri farmasi itu sendiri maupun oleh pemerintah (dalam hal ini Badan POM sebagai regulator industri farmasi di Indonesia).

Peralatan merupakan salah satu aspek yang dipersyaratkan dalam CPOB, yang juga menentukan kualitas obat yang diproduksi. Peralatan yang dimaksud adalah seluruh peralatan yang berhubungan dengan produk atau dapat mempengaruhi kualitas produk baik itu peralatan untuk proses produksi, peralatan untuk pemantauan, peralatan pendukung (utility), peralatan untuk pengujian maupun peralatan untuk penyimpanan. Peralatan hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kualifikasi untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, dipasang dengan benar, dapat dioperasikan tanpa kendala, serta mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan yang dipersyaratkan secara konsisten.

Bagian produksi PT. Ferron Par Pharmaceuticals (FPP) terbagi menjadi 6 lini produksi yaitu lini solida 1, lini solida 2, lini semisolida, lini steril 1, dan lini steril 2 serta didukung oleh 1 lini timbang. Lini likuida merupakan lini untuk pembuatan dan pengemasan sediaan cair oral, mencakup oral drops dari volume 10 mL sampai volume 100 mL. Proses produksi likuid untuk botol 60 mL dan 100 mL menggunakan mesin otomatis mulai dari bottle cleaning, filling, capping, sampai labeling, sedangkan pengemasan masih secara manual. Khusus untuk

produk drops menggunakan mesin filling dan capping semi otomatis, sedangkan proses labeling dan pengemasannya secara manual. Seiring dengan berjalannya waktu, kapasitas produksi lini likuida sebesar 50 botol/menit tidak lagi mencukupi lonjakan sales order dari marketing, sehingga mesin packaging existing akan diremajakan dan diganti dengan mesin yang baru untuk meningkatkan kapasitas lini likuida. Pada proses lini likuida akan dibuat proses produksi secara in-line mulai dari tahap bottle cleaning, filling-capping, labeling hingga cartoning dan peningkatan kecepatan dari 50 botol/menit menjadi 150 botol/menit.

Mesin yang didatangkan dari supplier, sebagaimana protokol pemesanan suatu mesin baru, maka pembelian mesin-mesin produksi tersebut harus melalui tahapan-tahapan kualifikasi, mulai dari penyusunan User Requirement Specification (URS), analisis dan audit supplier, functional spesification, design spesification, sampai pada kualifikasi alat (IQ, OQ, PQ). Proses kualifikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa mesin-mesin tersebut telah terpasang, mampu beroperasi, serta keseluruhan komponennya mampu menjalankan fungsinya dengan baik sesuai dengan yang dipersyaratkan. Kualifikasi dinyatakan berhasil jika semua parameter yang diperiksa dalam kualifikasi memenuhi persyaratan dan semua deviasi yang ada telah dievaluasi pengaruhnya pada sistem, diterima dan disahkan.

1.2 Tujuan

Memberikan bukti terdokumentasi bahwa mesin bottles blower, mesin filler-capper, mesin bottles labeller dan mesin bottles cartoner dalam kondisi baik dan dapat dioperasikan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

2.1 Peralatan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006)

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai dengan desain serta seragam dari bets ke bets yang lain dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian diluar batas yang ditentukan. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur baur produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan, dan nomor tiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut.

2.2 Validasi

Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006). Validasi merupakan bagian dari program Penjaminan Mutu (Quality Assurance) sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap khasiat (efficacy), kualitas (quality), dan keamanan (safety) produk-produk industri farmasi. Validasi mencakup paling tidak 4 (empat) bidang utama dalam industri farmasi, yaitu hardware, terdiri dari instrumen, peralatan produksi, dan sarana penunjang; software, berupa seluruh dokumen dan sistem atau mekanisme kerja dalam industri farmasi; metode analisa; dan kesesuaian sistem (Priambodo, 2007).

Validasi memiliki cakupan yang sangat luas dan hampir meliputi seluruh bidang (area) di industri farmasi, mulai dari personalia, bahan awal (bahan aktif,

bahan tambahan, maupun bahan pengemas), fasilitas, peralatan, mesin, bangunan hingga sistem atau prosedur kerja. Sedemikian luasnya cakupan validasi ini, mengakibatkan beragamnya pengertian dan pendekatan dalam pelaksanaan validasi. Secara garis besar, pelaksanaan validasi di industri farmasi terbagi menjadi 3, yaitu (Priambodo, 2007) :

1. Pre validation, terdiri dari kualifikasi mesin, peralatan dan sarana penunjang, serta validasi metoda analisa.

2. Process validation, terdiri dari validasi proses produksi, validasi pengemasan, dan validasi pembersihan.

3. Post validation, terdiri dari periodic review, change control, dan revalidasi. 2.3 Kualifikasi Mesin dan Peralatan Produksi

Kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi mesin, peralatan produksi, maupun sarana penunjang. Kualifikasi mesin, peralatan produksi, dan sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanaan validasi di industri farmasi. Seluruh kegiatan validasi di industri farmasi diawali dengan pelaksanaan program kualifikasi ini. Validasi metode analisa, validasi proses produksi, validasi proses pengemasan, serta validasi pembersihan tidak bisa dilakukan tanpa melakukan kualifikasi mesin, peralatan produksi, serta sarana penunjang terlebih dahulu (Priambodo, 2007).

Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas, atau sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja sesuai dengan kinerja dan fungsinya serta pembatasan nilai tertentu atau restriksi terhadap sifat tersebut. Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang terdiri dari 4 tingkatan, yaitu (Priambodo, 2007) :

1. Kualifikasi Desain (Design Qualification/DQ) 2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification/IQ) 3. Kualifikasi Operational (Operational Qualification/OQ) 4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification/PQ)

Masing-masing pelaksanaan kualifikasi harus dilaksanakan secara urut dan berkesinambungan mulai dari Design Qualification (DQ), Installation Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance

Qualification (PQ) (Priambodo, 2007). Untuk kualifikasi alat baru, terdapat langkah-langkah proses kualifikasi yang tersaji dalam skema V-cycle di bawah ini:

Sesuai dengan program validasi yang diterapkan di FPP, maka dalam hal

Gambar 4.1 Skema V-cycle Gambar 1. Skema V-Cycle

2.3.1 Design Qualification (DQ)

Tujuan Design Qualification (DQ) adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku. DQ dilaksanakan sebelum mesin, peralatan produksi, atau sarana penunjang (termasuk bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli, dipasang, atau dibangun.

Sasaran atau target dari pelaksanaan DQ adalah (Priambodo, 2007) : 1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang

atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam CPOB (GMP Compliance).

2. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangun) memperhatikan aspek-aspek keamanan dan kemudahan operasional.

3. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan, telah dilengkapi dengan modul desain, gambar teknis, dan spesifikasi produk secara lengkap.

Kualifikasi Desain ini dilakukan sebelum instalasi (pemasangan)

User Requirements

(Process oriented descriptions) PQ

OQ IQ Design Specification (Detailed Technical Documentation) Functional Requirements (What? How?) Implementation DQ (Audits & Reviews) is based on is based on is based on Commissioning

alat/mesin/ prasarana produksi. Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa) pelaksanaan DQ, yang terdiri dari :

1. Rencana Induk Validasi/Kualifikasi 2. Lay out, dan rencana desain. 3. Gambar teknis dan spesifikasi.

4. Kesesuaian sistem dengan ketentuan CPOB. 2.3.2 Installation Qualification (IQ)

Tujuan Installation Qualification (IQ) adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. IQ dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang.

Sasaran atau target dari pelaksanaan IQ adalah (Priambodo, 2007) :

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana desain yang telah ditentukan (GMP Compliance).

2. Memastikan bahwa bahan dan konstruksi peralatan telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan (jenis baja anti karat, kemudahan pembersihan, dan lain-lain)

3. Memastikan ketersediaan perlengkapan pengawasan (alat kontrol) dan pemantauan (monitor) sesuai dengan penggunaannya.

4. Memastikan sistem atau peralatan aman dioperasikan serta tersedia sistem atau peralatan pengaman yang sesuai.

5. Memastikan bahwa sistem penunjang, misalnya listrik, air, udara, dan lain-lain telah tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai sesuai dengan penggunaannya.

6. Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia dan terpasang dengan benar.

Kualifikasi instalasi dilakukan pada waktu instalasi (pemasangan baru), modifikasi atau pemindahan alat yang bersangkutan. Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat daftar periksa pelaksanaan IQ, yang terdiri dari :

1. Spesifikasi/rancangan alat/sistem.

2. Identifikasi kemasan/asesoris mesin/peralatan dan pengecekan suku cadang (spare part).

3. Identifikasi bagian alat/ mesin/ sistem yang penting yang dapat mempengaruhi proses dan kulaitas produk.

4. Daftar alat/instrumen yang perlu dikalibrasi. 5. Pelaksanaan kalibrasi (sertifikat analisis). 6. Prosedur (tata cara) instalasi.

7. Pemeriksaan instalasi terpasang dan sarana penunjang. 2.3.3 Operational Qualification (OQ)

Tujuan Operational Qualification (OQ) adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. OQ dilaksanakan setelah pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan digunakan sebagai tes mesin atau peralatan.

Sasaran atau target dari pelaksanan OQ adalah (Priambodo, 2007) :

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan bekerja sesuai rencana desain dan spesifikasi.

2. Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara aktual dan operasional telah sesuai dengan rencana design yang telah ditentukan.

3. Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak terhadap kualitas produk akhir bekerja sesuai dengan rancangan desain yang telah ditentukan. 4. Memastikan bahwa langkah operasi (urutan tata cara kerja) berdasarkan

petunjuk operasional, telah sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam operasi secara berurutan,.

Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi (pemasangan baru), modifikasi atau pemindahan alat yang bersangkutan. Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa) pelaksanaan OQ, yang terdiri dari :

 Uji simulasi dengan kondisi operasi yang sesungguhnya (tanpa produk).  Batas/limit yang masih dapat disetujui.

 Menetapkan parameter dan batas limit operasi yang dapat mempengaruhi proses dan produk dan menetapkan SOP (Standart Operating Procedure).  Menetapkan limit spesifikasi.

2.3.4 Performance Qualification (PQ)

Tujuan Performance Qualification (PQ) adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan penggunaan.

Sasaran atau target dari pelaksanaan PQ adalah (Priambodo, 2007) : 1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan bekerja sesuai

dengan yang diharapkan dan spesifikasi yang telah ditetapkan. 2. Pada umumnya pelaksaan dilakukan dengan placebo.

3. Selanjutnya dengan menggunakan produk (obat) dan pada kondisi normal. 4. Dilakukan 3 kali secara berurutan.

Agar memudahkan pelaksanaannya, dibuat check list (daftar periksa) pelaksanaan PQ, yang terdiri dari :

1. Kesinambungan operasi dan fungsinya. 2. Dapat diulang kembali (repeatability).

3. Memastikan dalam kondisi yang sama, mutu produk dan spesifikasi obat jadi terwujud.

2.4 User Requirement Specification (URS)

Untuk pembelian mesin baru, perlu dilakukan pembuatan URS. Demikian halnya dalam pembelian mesin blowing, mesin filling-capping, mesin labelling, dan mesin cartoning. URS merupakan dokumen yang diajukan user (dalam hal ini konsumen) kepada supplier (produsen) yang berisi berbagai hal mengenai persyaratan yang diinginkan user untuk dapat dipenuhi oleh supplier dalam hal kontrak jual beli diantara keduanya. URS dibuat berdasarkan pada referensi EU GMP, TGA, dan Local and National Codes.

Dengan adanya URS ini maka supplier memiliki kewajiban untuk dapat memenuhi spesifikasi yang diinginkan user, yang telah dituangkan dalam URS.

Dalam proses pemenuhan spesifikasi user tersebut, terbentuklah suatu kesepakatan antara user dan suplier. Dokumen kesepakatan yang dikenal dengan Purchase Agreement (PA) ini merupakan salah satu usaha menyeimbangkan antara kebutuhan user dan kepentingan supplier.

Selain URS, terdapat dokumen SAT (Site Acceptance Test) dan FAT (Factory Acceptance Test) yang diperlukan dalam kualifikasi alat. SAT dan FAT tersebut harus mencakup pengujian parameter-parameter kritis dari alat sesuai dengan parameter-parameter yang telah disetujui dalam URS dan purchase agreement serta dokumen terkait lainnya.

2.5 Mesin Bottles Blower

Mesin Bottles blower merupakan rotary machine yang mampu menghilangkan kotoran atau partikel di dalam botol dengan compressed air yang melewati membran filter 0,2 μm. Mesin mampu membersihkan minimal 150 botol/menit untuk botol dengan ukuran 100 mL dan kurang lebih 150 botol/menit untuk botol 60 mL dan 15 mL. Mesin juga dapat digunakan untuk membersihkan botol dari kaca (100 mL, 60 mL, dan 15 mL) ataupun plastik PET (100 mL dan 60

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 101-157)

Dokumen terkait