• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Mengingat frekuensi iklan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keputusan pembelian pada PT Garuda Indonesia Airlines, maka pihak Garuda Indonesia Airlines perlu untuk lebih mempertahankan frekuensi iklannya yang dapat meningkatkan penjualan pada PT Garuda Indonesia Airlines.

2. Berdasarkan distribusi jawaban responden variabel frekuensi iklan yang paling dominan adalah pernyataan bahwa konsumen sering melihat iklan Garuda Indonesia Airlines di berbagai media, maka pihak Garuda Indonesia Airlines perlu untuk memasuki media yang lebih sering digunakan oleh konsumen seperti media sosial twitter, facebook, path, instagram, Blackbarry Messenger dan lain-lain sehingga mampu lebih meningkatkan penjualan Garuda Indonesia Airlines.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat terus mengembangkan penelitian ini. Penelitian menggunakan dua variabel bebas (daya tarik iklan dan frekuensi iklan) untuk mengukur keputusan pembelian, dan keduanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian tetapi tidak terlalu besar pengaruhnya sehingga belum terfokus pada objek-objek keputusan pembelian secara lebih menjurus, bagi peneliti selanjutnya dapat mengganti variabel dalam penelitian dengan variabel misalnya brand association, kualitas produk, komunikasi pemasaran, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan penjualan, dan lain-lain sehingga dapat mengukur keputusan pembelian

secara lebih mendalam agar dapat menciptakan temuan baru di bidang keputusan pembelian konsumen.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

Pemasaran dikenal luas dengan arti “menjual” atau mengiklankan. Akan tetapi hakikatnya pemasaran sebenarnya berarti lebih dari sekedar dua kata itu. Pemasaran berarti sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dan sekaligus merupakan proses sosial, dimana cakupan yang dikaji dalam pemasaran tidak hanya berarti menjual atau mengiklankan barang kepada konsumen saja atas suatu produksi yang ditawarkan (Charty, 2008:237). Akan tetapi pemasaran mencakup kebutuhan pelanggan dan usaha sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan usaha sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. Belajar menjadi alas kaki pelanggan untuk mengetahui benar-benar kebutuhan dari pelanggan dapat menjadi sebuah manivestasi terbaik yang bisa dilakukan sebuah perusahaan yang baru berdiri atau berusaha mempertahankan usahanya (Kertajaya, 2010:72). Dan sejalan dengan definisi di atas Philip Kotler mengungkapkan bahwa pemasaran adalah proses yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertaruhkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Semua pendapat tersebut bermuara pada tujuan pemasaran untuk mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya mampu menjual dirinya sendiri karena idealnya, pemasar harus menghasilkan pelanggan yang siap membeli.

Perusahaan yang mulai membangun nama merek di masyarakat ataupun yang ingin mempertahankan posisi perusahaan tetap di hati pelanggan, maka perusahaan seharusnya tidak hanya fokus terhadap laba tetapi juga harus berfokus pada kebutuhan dan kepuasan dari pelanggan itu sendiri.

2.2 Promosi

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk dari komunikasi pemasaran, yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Demikian halnya definisi promosi penjualan yang diungkapkan Tjiptono (2008:229) dalam bukunya strategi pemasaran bahwa promosi penjualan adalah suatu bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli oleh pelanggan.

Pesatnya pertumbuhan media promosi penjualan telah menciptakan persaingan yang ketat dengan pesaing, produsen dituntut untuk melakukan penawaran yang paling menarik dibandingkan pesaing-pesaingnya. Maka dari itu promosi lebih diterima sebagai alat penjualan yang efektif. Pengembangan strategi promosi yang efektif sangat bergantung pada seberapa baik perusahaan melakukan tahap-tahap awal dalam proses manajemen pemasaran khususnya yang berhubungan dengan pemahaman perilaku pembeli, segmentasi pasar, analisa persaingan, penetapan pasar sasaran dan penentuan posisi produk (Boyd, 2002:65).

Perusahaan semakin memperhatikan keterpaduan kombinasi alat-alat promosi yang disebut bauran promosi. Kelima bauran promosi menurut Kotler (2010:426) adalah :

1. Iklan (advertising), segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa.

2. Penjualan perorangan (personal selling), presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.

3. Promosi penjualan (sales promotion), insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.

4. Hubungan masyarakat (public relation), membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun “citra perusahaan” yang baik dan menangani atau menyingkirkan gossip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan.

5. Pemasaran langsung (direct marketing), komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan langsung melalui penggunaan surat, telepon, faks, e-mail, dan lain-lain untuk komunikasi langsung dengan konsumen tertentu atau usaha untuk mendapat tanggapan langsung.

2.3 Periklanan 2.3.1 Pengertian Iklan

Kata iklan berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah upaya untuk “menggiring” orang pada gagasan. Pengertian iklan menurut Morissan (2010:17) seperti dalam buku periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, iklan adalah setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui (advertising is an any paid form of

nonpersonal communication about an organization product, service or idea by an identifi’[ed sponsor). Adapun maksud beberapa pernyataan tersebut seperti

“dibayar”, menurut buku tersebut menunjukkan bahwa fakta ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Sedangkan kata

“nonpersonal” berarti bahwa suatu iklan melibatkan media massa (televisi, radio, majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan.

Menurut Lwin (2005:5), iklan merupakan kandungan utama dalam manajemen promosi yang menggunakan ruang media bayaran untuk menyampaikan pesan. Menurut Kasali (2007:9), iklan didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui media. Periklanan pada dasarnya merupakan faktor penting dalam perusahaan, dimana pada tiap-tiap tahap itu bagaikan mata rantai yang saling memiliki hubungan erat. Dimana fungsinya sebagai alat untuk melancarkan komunikasi pesan persuasif dari perusahaan kepada konsumen yang telah ditargetkan. Akan tetapi untuk semakin menguatkan keberadaan sebuah merek perusahaan dituntut mengeluarkan biaya yang besar pula untuk membuat periklanan yang menarik dan

semakin mudah diingat dalam bentuk konsumen, karena hal ini sejurus dengan definisi periklanan oleh Kotler (2010:202) mengungkapkan bahwa periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan. Pengertian lain dari iklan yaitu merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak, orisinal, serti memiliki karakteristik tertentu dan persuasif sehingga para konsumen atau khalayak secara sukarela terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai yang diinginkan pengiklan.

Sesuai dengan fungsi iklan dalam pemasaran yaitu sebagai hal yang memperkuat dorongan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai pemenuhan kepuasannya. Agar iklan pemasaran dapat merangsang tindakan pembeli, menurut Pujiyanto (2003:25) setidaknya harus memenuhi kriteria AIDCDA, yaitu :

Attention : mengandung daya tarik

Interest : mengandung perhatian dan minat

Desire : memunculkan keinginan untuk mencoba dan memiliki Conviction : menimbulkan keyakinan terhadap produk

Decision : menghasilkan kepuasan terhadap produk Action : mengarah tindakan untuk membeli 2.3.2 Tujuan Periklanan

Menurut Suyanto (2005:53), terdapat beberapa tujuan periklanan televisi sebagai berikut :

1. Iklan informatif

Iklan informatif bertujuan untuk membentuk permintaan pertama dengan memberitahukan pasar tentang produk baru, mengusulkan kegunaan baru suatu produk dan memberitahukan pasar tentang perubahan harga, menjelaskan pelayanan yang tersedia, dan membangun citra perusahaan.

2. Iklan persuasif

Iklan persuasif bertujuan membentuk permintaan selektif suatu merek tertentu, yang dilakukan pada tahap kompetitif dengan membentuk preferensi merek, mendorong alih merek, mengubah persepsi pembeli tentang atribut produk, membujuk pembeli untuk membeli sekarang dan membujuk pembeli menerima, mencoba, atau menstimulasi penggunaan produk.

3. Iklan pengingat

Iklan pengingat bertujuan mengingatkan pembeli pada produk yang sudah mapan bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan.

4. Iklan penambah nilai

Iklan penambah nilai bertujuan untuk menambah nilai merek pada persepsi konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas, dan penguatan persepsi konsumen.

5. Iklan bantuan aktivitas lain

Iklan bantuan aktivitas lain bertujuan membantu memfasilitasi aktivitas lain perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, penulis memahami bahwa iklan merupakan bentuk dari komunikasi penyampaian pesan yang menawarkan suatu produk atau jasa kepada masyarakat melalui media dengan tujuan

membujuk dan mempengaruhi masyarakat untuk membeli suatu produk atau jasa tersebut. Begitu pula dengan tayangan iklan televisi maskapai Garuda Indonesia Airlines merupakan bentuk komunikasi dari periklanan ke khalayak dengan membayar uang serta waktu kepada stasiun televisi untuk menawarkan dan menciptakan kesadaran merek khalayak terhadap jasa tersebut.

2.3.3 Media Periklanan

Penetapan media periklanan berkaitan erat dengan strategi dan perencanaan media. Strategi dan perencanaan media dijalankan setelah perusahaan mengidentifikasi pasar sasaran, serta menentukan sasaran sebelumnya yang akhirnya menentukan strategi yang tepat untuk pencapaiannya. Banyak pengiklan percaya bahwa audiens sasaran perli di bombardir exposure iklan agar bisa berdampak. Pengulangan yang terlalu sedikit dianggap sia-sia, karena tidak akan sempat mendapat perhatian. Pemilihan media untuk menyampaikan pesan memerlukan banyak pertimbangan. Pemilihan media bisa didasarkan atas keterlibatan konsumen dalam proses pembelian terhadap produk yang ditawarkan, kelompok pendengar radio, penonton televisi, pembaca surat kabar, pembaca majalah dan lain sebagainya. Berbagai media yang digunakan memiliki kelebihan dan keterbatasan.

Tabel 2.1

Keunggulan dan keterbatasan Media Periklanan

MEDIA KEGUNAAN KETERBATASAN

Surat Kabar Fleksibilitas; tepat waktu; mampu menangkap pasar lokal dengan baik

Umur informasi pendek; kualitas gambar dan cetakan kurang bagus

Televisi Informasi bisa dilihat; didengar dan gambar yang bergerak menarik untuk di tonton

Biaya tinggi; kebingungan yang tinggi; tingkat pemaparan yang terlalu cepat

Radio Mempunyai banyak pendengar; biaya rendah

Audiens hanya mendengar; perhatian lebih rendah

Majalah Jumlah pembaca yang meneruskan informasi cukup baik

Waktu tunggu lama; wakt sirkulasi terbuang; tidak ada posisi yang lebih baik

Sumber: Setiadi ( 2003:255).

Perusahaan dapat mengunakan media-media periklanan untuk mengenalkan produk-produk perusahaan yang mempengaruhi konsumen untuk membeli sehingga penjualan perusahaan dapat meningkat dan konsumen loyal terhadap produk tersebut. Media televisi merupakan salah satu media yang paling banyak digunakan perusahaan untuk mengiklankan produknya, hal ini dapat kita lihat pada Gambar 2.1.

Sumber : http://www.slideshare.net/efmirza/data-statistik-bidang-penyiaran Gambar 2.1

2.3.4 Evaluasi Efektifitas Iklan

Mengingat besarnya biaya iklan, maka perlu dikaji efektifitas iklan yang ditayangkan. Berbagai model telah diciptakan untuk mengukur efektifitas iklan. Menurut Durianto (2003:15) model adalah penyederhanaan dari sesuatu yang mampu mewakili sejumlah objek atau aktivitas.

Mengukur efektivitas iklan maka digunakan model dengan pertimbangan konsumen yang hidup didalam lingkungan yang kompleks. Perilaku konsumen sangat kompleks. Dengan menggunakan model maka dapa dijelaskan secara sederhana perilaku konsumen yang kompleks tersebut. Dalam bidang pemasaran, model kualitatif digunakan apabila kasus pemasarannya menggambarkan situasi pasar yang aktual. Pengambilan keputusan dapat menginterpretasikan keputusan awal yang harus diambil tanpa menggunakan perhitungan matematis. Model kuantitatif digunakan jika informasi yang disajikan berkaitan dengan pengolahan matematis.

Ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas periklanan, yaitu : penjualan, pengingatan, dan persuasi. Efektivitas periklanan yang berkaitan dengan penjualan dapat diketahui melalui riset tentang dampak penjualan. Efektivitas periklanan yang berkaitan dengan ingatan dan persuasi dapat diketahui melalui riset tentang dampak komunikasi.

2.4 Daya Tarik Iklan

Perlu adanya daya tarik untuk melakukan pendekatan kepada konsumen dan agar pesan dapat mudah diterima dengan baik. Daya tarik iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya

(Indiarto, 2006:243). Menurut Saliman (2001:8), daya tarik iklan harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu :

1. Iklan harus bermakna (meaningful), yaitu menunjukkan manfaat-manfaat yang membuat produk lebih diinginkan atau lebih baik bagi konsumen.

2. Pesan iklan harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan iklan.

3. Daya tarik itu khas (distinctive), yaitu harus menyatakan apa yang membuat produk lebih baik dari produk-produk pesaing.

Daya tarik menurut Shimp (2003:468) yang sering digunakan dalam iklan antara lain :

1. Daya tarik peran pendukung (endoser) dalam iklan

Produk-produk dalam banyak iklan mendapat dukungan (endorsement) eksplisit dari berbagai tokoh umum yang populer. Akan tetapi selain dukungan dari selebritis terkenal, terkadang sebuah iklan secara terselubung mendapat dukungan dari non-selebritis.

2. Daya tarik humor dalam iklan

Bila dilakukan dengan benar dan pada keadaan yang tepat, humor dapat menjadi teknik periklanan yang efektif untuk menarik kesadaran konsumen akan produk.

3. Pemakaian daya tarik rasa takut

Pemakaian rasa takut diharapkan akan sangat efektif digunakan sebagai suatu cara untuk meningkatkan motivasi. Para pengiklan mencoba memotivasi para pelanggan untuk mengolah informasi dan melakukan

tindakan dengan menggunakan daya tarik rasa takut yang menyebutkan : konsekuensi negatif jika tidak menggunakan produk atau konsekuensi negatif dari prilaku yang tidak baik.

4. Rasa bersalah sebagai pemikat

Seperti halnya rasa takut, rasa bersalah juga menjadi pemikat bagi emosi negatif. Para pengiklan dan komunikator pemasaran menyajikan rasa bersalah untuk membujuk para calon pelanggan dengan menegaskan atau menyimpulkan bahwa rasa bersalah dapat dihapus dengan menggunakan produk yang dipromosikan.

5. Pemakaian unsur seksual dalam periklanan

Sebuah iklan yang memakai unsur daya tarik seksual apabila digunakan dengan tepat akan dapat menimbulkan perhatian konsumen, meningkatkan ingatan dan menciptakan asosiasi yang menyenangkan sesuai produk yang diiklankan.

6. Daya tarik musik iklan

Sebuah jingle, musik latar, nada-nada populer, dan aransemen klasik digunakan dengan tepat akan dapat menimbulkan perhatian konsumen, meningkatkan ingatan dan menciptakan asosiasi yang menyenangkan sesuai produk yang diiklankan.

2.5 Frekuensi Iklan

Iklan yang memiliki cakupan media yang luas dan semakin tinggi frekuensi tayangannya akan memungkinkan penonton semakin sering menerima informasi iklan dan merasakan impresi iklan tersebut (Indiarto, 2006:247). Dan pemasangan iklan melalui media televisi secara geografis memiliki jangkauan

yang sangat luas. Iklan televisi dapat menjangkau khalayak sasaran dengan strategi efek pengulangan positif yang dimilikinya, dimana pengulangan suatu pesan iklan dapat dengan mudah diingat, apalagi hampir seluruh keluarga di era modern ini memiliki televisi sebagai sarana hiburan. Dengan semakin tinggi frekuensi penayangan iklan memungkinkan pemirsa semakin sering menerima informasi dari iklan tersebut.

Akan tetapi suatu frekuensi penayangan iklan yang tinggi bila tidak didukung dengan waktu yang tepat akan terasa sia-sia, karena iklan tidak akan menjangkau segmen pasar yang tepat. Biaya periklanan, karakteristik khalayak, dan kesesuaian pemograman sangat bervariasi pada jam-jam tertentu di suatu hari terutama pada hari libur setiap akhir pekan. Waktu-waktu dalam periklanan televisi seperti halnya dalam radio sehari ini disebut sebagai bagian hari (day

part). Menurut Shimp (2003:219), day part dibagi menjadi tiga bagian waktu

yaitu waktu utama (prime time), siang hari (day time), dan waktu tambahan (fringe time) yang masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan tersendiri. 1. Waktu utama (prime time), periode waktu antara pukul 20.00 dan 23.00 atau antara pukul 19.00 dan 22.00. Program terbaik dan termahal ditayangkan selama periode ini. Para pengiklan harus membayar biaya yang relatif mahal pada periode ini karena penonton paling banyak di saat periode prime time. 2. Siang hari (day time), periode yang dimulai dengan tayangan berita di pagi

hari (subuh) berlangsung sampai pukul 16.30. Day time berisi program-program baik untuk dewasa maupun anak-anak. Program di sore hari dengan tekanan khusus pada opera sabun, talk show, dan berita keuangan ditujukan pada orang-orang yang bekerja di rumah dan pensiunan.

3. Waktu tambahan (fringe time), masa sebelum dan sesudah waktu utama (prime time). Awal fringe time dimulai pada sore hari dan khususnya ditujukan pada anak-anak tetapi menjadi lebih berorientasi kepada orang dewasa bilamana waktu utama mendekat. Waktu tambahan di larut malam ditujukan untuk para dewasa muda.

Iklan akan memberikan hasil efektif apabila disampaikan pada tingkat frekuensi efektif, kemudian menerpa audiens dalam jumlah efektif, serta seharusnya dipasang pada masa pembelian. Suatu iklan baru akan efektif jika dilihat rata-rata tiga kali. Jika hanya satu atau dua kali dianggap belum memberi dampak signifikan karena tingkat perhatian audiens masih rendah atau belum terbentuk. Akan tetapi terlalu banyak pengulangan dapat menimbulkan efek yang merugikan, yaitu sesudah jumlah tertentu pengulangan maka pengulangan tambahan mungkin mengurangi keefektifan iklan (Indriyanti & Ihalauw, 2002). Fenomena ini disebut kejemuan akan iklan (advertising wearout). Solusi sederhana untuk masalah kejemuan adalah pemakaian iklan yang berbeda dalam strategi pelaksanaan, tetapi membawa pesan dasar yang sama. Daripada memperlihatkan iklan yang sama 20 kali, dua versi yang berbeda dapat diulang masing-masing 10 kali.

Berdasarkan literatur-literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa frekuensi iklan yang efektif dengan waktu penayangan yang tepat, maka tingkat efektivitas iklan akan semakin tinggi pula.

2.6 Teori Tentang Perilaku Konsumen 2.6.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Istilah perilaku erat hubungannya dengan objek yang studinya diarahkan pada permasalahan manusia. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan. The American

Marketing Assotiation dalam Setiadi (2003:3) mendefenisikan perilaku konsumen

adalah merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi perilaku, dan lingkungannya, dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.

Menurut Mangkunegara (2003:3), “Perilaku konsumen adalah tindakan -tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan, suatu produk, jasa dan sumber lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, jasa dan sumber lainnya tersebut”.

Menurut Sumarwan (2003:19), “Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini”.

Menurut Hurriyati (2005:67), “Perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran (exchange process) yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang dan jasa, pengalaman serta ide-ide”.

Definisi ini mengandung dua konsep penting. Pertama, proses pertukaran (exchange process) dimana segala sumber daya ditransfer diantara kedua belah pihak antar konsumen dengan perusahaan yang melibatkan serangkaian langkah-langkah dimulai dari tahap perolehan atau akuisisi, lalu ke tahap konsumsi dan berakhir dengan tahap disposisi produk atau jasa. Kedua, unit pembelian (buying

units), hal ini dikarenakan pembelian dilakukan oleh kelompok ataupun individu,

dimana keputusan pembelian dilakukan oleh individu atau sekelompok orang. Menurut Suryadi (2000:14), pengambilan keputusan merupakan suatu proses komunikasi dan partisipasi yang terus-menerus dari keseluruhan organisasi. Hasil keputusan tersebut merupakan pernyataan yang disetujui alternatif atau prosedur untuk mencapai tujuan.

Persoalan pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan bentuk pemilihan alternatif-alternatif tindakan mungkin dipilih yang prosesnya merupakan mekanisme tertentu. Penyusunan model keputusan adalah suatu cara untuk mengembangkan hubungan-hubungan logis yang mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model keputusan matematis, yang mencerminkan hubungan yang terjadi diantara faktor yang terjadi diantara faktor yang terlibat.

Menurut Suryadi (2000:15), proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga fase, yaitu :

a. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problem serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

b. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang biasa dilakukan, tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menemukan solusi dan menguji kelayakan solusi.

c. Choice

Pada tahap ini merupakan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Lebih jauh lagi keputusan adalah soal pilihan, terkait dengan itu Kotler (2010:363), proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap. Setiap konsumen pasti melalui kelima tahap ini setiap kali membuat keputusan pembelian. Menurut Setiadi (2003:16), proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap, yaitu ;

I. Pengenalan masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan.

II.Pencarian informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Jika dorongan konsumen lebih kuat dan produk itu berada didekatnya mungkin konsumen akan langsung membelinya. Sumber-sumber informasi konsumen :

1. Sumber pribadi : keluarga, teman 2. Sumber komersil : iklan, tenaga penjual 3. Sumber umun : media massa

Jumlah relatif dan pengaruh sumber-sumber informasi ini berbeda-beda bergantung pada jenis produk dan karakteristik pembeli. Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pasar. Namun informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Tiap informasi menjalankan

Dokumen terkait