• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Daya Tarik Iklan dan Frekuensi Iklan Terhadap Keputusan Pembelian pada PT. Garuda Indonesia Airlines Distrik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Daya Tarik Iklan dan Frekuensi Iklan Terhadap Keputusan Pembelian pada PT. Garuda Indonesia Airlines Distrik Medan"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH DAYA TARIK IKLAN DAN FREKUENSI IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PT. GARUDA

INDONESIA AIRLINES DISTRIK MEDAN

No. Responden : _____ I. Petunjuk Pengisian

Responden yang terhormat, bersama ini saya mohon kesediaan Saudara/I untuk mengisi data kuesioner yang diberikan. Informasi yang Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi saya. Oleh karena itu kepada responden, saya sebagai peneliti mengharapkan :

1. Saudara/I menjawab setiap pernyataan dengan sejujur-jujurnya, dan perlu diketahui bahwa jawaban Anda tidak berhubungan dengan benar atau salah. 2. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda checklist () pada salah satu jawaban

yang paling sesuai menurut Saudara/I.

II. Identitas Responden Nama :

Umur : < 20 tahun 21-25 > 26 tahun

Menjadi pelanggan Garuda Indonesia Airlines selama : <1 tahun 2-3 tahun > 4 tahun

Frekuensi membeli tiket Garuda Indonesia Airlines bulan : 1-2 kali > 3 kali

Keterangan pengisian lembar pertanyaan : SS = Sangat Setuju (Skor 5)

S = Setuju (Skor 4)

(2)

III. Pernyataan Mengenai Variabel Daya Tarik Iklan (X1)

No. Pernyataan STS TS KS S SS

1. Saya tertarik dengan penggunaan

endoser dalam iklan Garuda Indonesia Airlines.

2. Iklan Garuda Indoesia Airlines mengandung humor.

3. Iklan Garuda Indonesia Airlines memberitahu konsekuensi apabila tidak menggunakan Garuda Indonesia Airlines.

4. Saya akan merasa kecewa jika tidak menggunakan Garuda Indonesia Airlines.

5. Iklan Garuda Indonesia Airlines mengandung daya tarik seksual. 6 Musik yang digunakan iklan Garuda

Indonesia Airlines menarik perhatian saya.

Frekuensi Iklan (X2)

No. Pernyataan STS TS KS S SS

1. Saya sering melihat iklan Garuda Indonesia Airlines di berbagai media.

2. Dalam sehari iklan Garuda Indonesia Airlines memiliki intensitas penayangan yang banyak. 3. Saya sering melihat iklan Garuda Indonesia Airlines pada waktu

prime time (pukul: 19.00 22.00). Keputusan Pembelian (Y)

No. Pernyataan STS TS KS S SS

1. Saya mengetahui kebutuhan akan penggunaan jasa penerbangan. 2. Saya mencari informasi mengenai

jasa penerbangan.

3. Saya mengevaluasi dari berbagai produk jasa penerbangan.

(3)

Lampiran 2. Daftar Distribusi Jawaban Responden

Daya Tarik Iklan (X1)

No. Pernyataan JLH

1 2 3 4 5 6

(4)
(5)

Frekuensi Iklan (X2) No. Pernyataan JLH

1 2 3

(6)
(7)

Keputusan Pembelian (Y)

No. Pernyataan JLH

1 2 3 4

1 5 4 5 5 19

2 5 5 5 5 20

3 4 5 5 5 19

4 4 4 4 4 16

5 5 5 5 5 20

6 5 5 5 4 19

7 5 5 4 2 16

8 5 5 5 3 18

9 4 5 5 5 19

(8)
(9)

Lampiran 3. Hasil Output SPSS

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,674a ,454 ,440 1,259

a. Predictors: (Constant), Frekuensi_iklan, Daya_Tarik_Iklan b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Regression 102,752 2 51,376 32,411 ,000a

Residual 123,643 78 1,585

Total 226,395 80

a. Predictors: (Constant), Frekuensi_iklan, Daya_Tarik_Iklan b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6,357 1,446 4,398 ,000

(10)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 6,357 1,446 4,398 ,000

Daya_Tarik_Iklan ,282 ,056 ,457 5,020 ,000 ,846 1,182 Frekuensi_iklan ,342 ,089 ,347 3,817 ,000 ,846 1,182

a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 3,551 ,875 4,056 ,000

(11)
(12)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized

Residual

N 81

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1,24319580 Most Extreme

Differences

Absolute ,092

Positive ,044

Negative -,092

Kolmogorov-Smirnov Z ,830

Asymp. Sig. (2-tailed) ,495

(13)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Amstrong dan Kotler. (2003). Dasar-dasar Manjemen Pemasaran. Diterjemahkan oleh Bambang Sarwiji. Edisi Sembilan. Jilid 1. Jakarta : Penerbit PT.Indeks.

Anwar Prabu Mangkunegara. (2003). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama.

Azwar, Saifuddin. (2008). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Boyd, Walker, Larreche. (2000). Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jilid II. Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

Bungin, Burhan (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Cannon, Joseph P., William D. Perreault, Jr., & E.Jerome McCarthy. (2008). Pemasaran Dasar 1. Penterjemah: Afia R. Fitriati & Ria Cahyani. Jakarta: Salemba Empat.

Durianto, Darmadi, Sugianto, Anton Hendrawan Widjaja dan Hendrawan Supratikno. (2003). Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Efffendy, Onong Uchana MA. (2001). Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Ferdinand, Augusty. (2006). Metode Penelitian Manajemen. Semarang : Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.

Hahn, Fred E. (2002). Beriklan dan Berpromosi Sendiri. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hurriyati, Ratih. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Cetakan Pertaman. Bandung : CV . Alfabeta.

Kasali, Rhenald. (2007). Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Cetakan Kelima. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Kertajaya, Hermawan. (2010). Marketing in Venus Playbook. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

(14)

Kotler, Philip (2005). Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Laemer, Richard, Mark Simmons. (2008). Punk Marketing. New York: Harper Collin Publishers.

Lwin, May dan Jim Aitchison. (2005). Clueless in Advertising. Jakarta :PT. Bhuana Ilmu Populer.

Morissan, MA, (2010). Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu Edisi Pertama. Jakarta : Prenada Media Group.

Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama, Jakarta : Prenada Media.

Shimp, Terence A. (2003). Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta : Erlangga. Situmorang, Syafrizal Helmi,dkk. (2015). Analisis Data untuk Riset

Manajemen dan Bisnis. Cetakan Ketiga, Medan : USU Press. Sugiyono (2010). Metoda Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumarwan, Ujang. (2003). Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Supramono, Haryanto. (2003). Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Suryadi,Kadarsah dan M.Ali Ramadhani. (2000). Sistem Pendukung Keputusan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Suyanto, M. (2005). Strategi Perancangan Iklan Outdoor Kelas Dunia. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Tjiptono, Fandy (2008). Pemasaran Jasa. Cetakan Kedua. Malang : Bayu Media Publishing.

Jurnal dan Skripsi :

Eka, Rita dan A.R. Saliman. (2001). Periklanan yang Efektif. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Juli.

Helmi, Aditya Elyandi. (2014). Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan Dan Promosi Penjualan Terhadap Kesadaran Merek dan Dampaknya Terhadap Ekuitas Merek Mie Sedaap di Kota Semarang. Skripsi. UNDIP : Semarang.

(15)

Indriyanti, I. S., & Ihalauw, J. J. (2002). Pengulangan Pesan Suatu Iklan dalam Proses Pembelajaran Konsumen: Studi Terhadap Iklan Pasta Gigi Pepsodent. Jurnal Ekonomi & Bisnis, 8, 36-52.

Naples, Michael J. (1979). Effective Frequency : The Relationship Between Frequency and Advertising Effectiveness. New York : Association of National Advertisers.

Pujiyanto (2003), Strategi Pemasaran Produk Melalui Media Periklanan,http://puslit.petra.ac.id/Journal/Design/,Vol 5, Januari, 96-109 Satrio, Ashari Muharam. (2011). Analisis Pengaruh Desain Kemasan Produk dan

Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Awareness dan Dampaknya Pada Minat Beli Konsumen (Studi Pada Konsumen Susu Kental Manis Frisian Flag di Kota Semarang). Skripsi. UNDIP : Semarang.

Sok, Yeoh Foon. (2011). An Exploratory Study of the Relationships between Advertising Appeals, Spending Tendency, Perceived Social Status and Materialism on Perfume Purchasing Behavior. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No. 10.

Sufa, Faela. (2012). Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Dan Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap Pada Mahasiswa Kost di sekitar UNDIP Tembalang, Semarang). Skripsi. UNDIP : Semarang.

Internet :

www.topbrand-award.com diakses pada 11 November 2014 pukul 18.00 WIB.

www.emeralddinsight.com diakses pada 14 November 2014 pukul 04.37 WIB

www.tandfonline.com diakses pada 14 November 2014 pukul 04.37 WIB

www.ekonomi.kompasiana.com diakses pada 30 November 2014 pukul

01.04WIB

www.library.binus.ac.id diakses pada 01 Desember 2014 pukul 17.47 WIB

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, Bungin (2011:89) menyatakan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Cabang Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia Wilayah Medan, Jalan Walter Monginsidi No. 34 A . Penelitian dijadwalkan berlangsung selama satu bulan dari bulan Maret 2015 sampai dengan September 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional variabel digunakan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, dibuat suatu batasan operasional antara lain : 1. Variabel Bebas : Daya Tarik Iklan (X1)

(17)

3.4 Definisi Operasional

Penguraian definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian. Selain itu juga bertujuan memberikan batasan-batasan pada objek yang akan diteliti. Definisi operasional variabel-variabel tersebut adalah :

1. Daya Tarik Iklan (X1)

Seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya. 2. Frekuensi Iklan (X2)

Mengetahui seberapa sering pemirsa melihat penayangan iklan. 3. Keputusan Pembelian (Y)

Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

Pengukuran Daya Tarik

Iklan (X1)

Kemampuan iklan Garuda Indonesia memukau atau menarik perhatian pemirsanya.

a. Daya Tarik Endorser

b. Daya Tarik humor dalam iklan. c. Pemakaian daya tarik rasa takut. d. Pemakaian rasa bersalah sebagai

pengikat.

e. Pemakaian unsur seksual dalam iklan.

f. Audio (musik) yang digunakan.

Likert

Frekuensi Iklan (X2)

Tingkat frekuensi penayangan iklan Garuda Indonesia.

1. Menggunakan berbagai media periklanan.

2. Intensitas muncul. 3. Bagian hari penayangan.

Likert

Keputusan pembelian (Y)

Pengambilan

keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar

menggunakan Garuda Indonesia

1. Pengenalan masalah. 2. Pencarian Informasi. 3. Evaluasi alternatif. 4. Keputusan Membeli.

(18)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2010:93). Skala Likert menggunakan lima tingkatan jawaban sebagai berikut :

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Item Instrumen Skor

1. 2. 3. 4. 5.

Sangat Setuju (SS) Setuju (S)

Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5 4 3 2 1 Sumber : Sugiyono ( 2010:93).

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

(19)

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2007:62) ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sehingga untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus (Supramono, 2003:52) :

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Z = Nilai standard normal yang besarnya tergantung  Bila  = 0,5

Bila  = 0,01

P = Estimasi proporsi populasi yang diharapkan memiliki karakteristik tertentu

q = (1 – p) proporsi populasi yang tidak sesuai karakteristik d = Penyimpangan yang ditolerir (10%)

(20)

orang 81 menjadi dibulatkan orang, 67 , 80 n (0,1) (0,3)(0,7) (1,96) n d (p)(q) ) (Z n 2 2 2 2    

Berdasarkan uraian diatas maka jumlah responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 81 orang.

Metode penelitian sampel menggunakan metode Accidental Sampling, yaitu dengan memilih orang atau unit yang paling mudah dijumpai. Menurut Sugiyono (2010:85), accidental sampling adalah pengambilan responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti cocok sebagai sampel, dimana kriteria utamanya adalah orang tersebut merupakan pelanggan Garuda Indonesia Airlines Distrik Medan dengan batasan umur 18 tahun sampai dengan umur 70 tahun.

3.7 Jenis Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer di dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan (questionnaire) yang diberikan kepada pelanggan Garuda Indonesia Airlines Distrik Medan.

2. Data Sekunder

(21)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Metode kuesioner.

Jenis kuesioner ini adalah kuesioner tertutup dengan skala Likert. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda checklist (). Kuesioner dengan skala Likert adalah instrumen yang umumnya digunakan untuk meminta responden agar memberikan respon terhadap beberapa statement dengan menunjukkan apakah dia sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap statement. Setiap statement akan diberi bobot atau nilai.

2. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data dari buku-buku, jurnal, majalah dan internet yang memiliki relevansi dengan pnelitian ini.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum instrumen penelitian digunakan maka terlebih dahulu diadakan uji validitas dan reliabilitas :

3.9.1 Uji Validitas

(22)

Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai korelasi atau r-hitung dari variabel penelitian dengan nilai r-tabel. Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan perangkat lunak software SPSS (Statistical Package for the Social Science) 16.0 for

windows. Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai

berikut :

a. Jika r-hitung > r-tabel maka pernyataan dinyatakan valid. b. Jika r-hitung < r-tabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 responden diluar dari responden penelitian, tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden penelitian. Nilai r tabel dengan ketentuan df = N-2 (30-2) = 28 dan tingkat signifikansi sebesar 0,05, maka angka yang diperoleh = 0.361.

Tabel 3.3 merupakan hasil pengolahan prasurvei yang telah dilakukan kepada 30 responden di luar sampel penelitian.

Tabel 3.3 Uji Validitas

No. Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

1 P1 0,805 0,361 Valid

2 P2 0,546 0,361 Valid

3 P3 0,613 0,361 Valid

4 P4 0,779 0,361 Valid

5 P5 0,416 0,361 Valid

6 P6 0,533 0,361 Valid

7 P7 0,602 0,361 Valid

8 P8 0,546 0,361 Valid

9 P9 0,396 0,361 Valid

10 P10 0,458 0,361 Valid

11 P11 0,370 0,361 Valid

12 P12 0,796 0,361 Valid

(23)

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan telah valid karena r hitung > r tabel. Dengan demikian, kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap pengujian reliabilitas.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan menunjukkan konsistensi di dalam mengukur gejala yang sama. Pernyataan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika r alpha positif atau > dari r tabel maka pernyataan reliabel. b. Jika r alpha negatif atau < dari r tabel maka pernyataan tidak reliabel.

Menurut Situmorang (2015:92) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.8 reliabilitas sangat baik /sangat meyakinkan, 0.7 < Cronbach Alpha < 0.8 reliabilitas baik, dan Cronbach Alpha < 0.7 reliabilitas kurang meyakinkan.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada 13 pernyataan dengan tingkat signifikansi 0,05 diketahui bahwa koefisien alpha (Cronbach's Alpha) adalah sebesar 0,883 ini berarti 0,883 > 0,80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(24)

3.10 Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis data yaitu : 3.10.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterpretasikan secara objektif sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan menjelaskan hasil perhitungan.

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar mendapatkan perkiraan yang tidak biasa dan efisien maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5%, maka jika nilai Asymp.sig (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, Lutfi 2015:114). 2. Uji Heteroskedastisitas

(25)

kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

3.10.3 Analisis Linier Berganda

Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat (Y). untuk

memperoleh hasil yang lebih terarah, maka peneliti menggunakan bantuan perangkat lunak software SPSS (Statistical Package for the Social Scince) dengan rumus :

Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian A = Konstanta

b1, b2 = Koefisien Regresi Berganda

X1 = Daya Tarik Iklan

X2 = Frekuensi Iklan

e = Standar error 3.10.4 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian dengan menggunakan :

a. Uji Signifikan Parsial (Uji - t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah :

(26)

signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. b. Ho : b1≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan adalah :

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada ditolak jika t hitung > t tabelpada 5 % b. Uji Signifikan Simultan (Uji - F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah :

1. Ho : b1, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Ha : b1, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusannya adalah :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada  = 5%

H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel pada  = 5%

3.10.5 Koefisien Determinan (R2)

(27)
(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Seiring semakin meningkatnya permintaan jasa industri penerbangan, Perusahaan terus mengembangkan jaringan penerbangan hingga ke kota-kota pertumbuhan ekonomi dan wisata baru di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Sejarah penerbangan komersial Indonesia dimulai saat bangsa Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaannya. Penerbangan komersial pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian Airways” dilakukan pada 26 Januari 1949.

Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”, terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden

(29)

Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini mendorong perusahaan untuk mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk awak kabin dan awak darat Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama Garuda Indonesia Training Center.

Armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami revitalisasidan restrukturisasi besar-besarandi sepanjang tahun 1980-an. Hal ini menuntut Perusahaan merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong Perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Indonesia Training Center di Jakarta Barat.

Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat karyawan Garuda Indonesia.

(30)

2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting ini dilakukan setelah Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta dedikasi berbagai pihak. Per 31 Desember 2013, struktur kepemilikan saham Garuda Indonesia sebagai emiten dan Perusahaan publik adalah Negara Republik Indonesia (69,14%), karyawan (0,4%), investor domestik (24,34%), dan investor internasional (6,12%).

Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 5 (lima) Entitas Anak yang fokus pada produk/jasa pendukung bisnis Perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution Systems Indonesia, PT Aero Wisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, PT Aero Systems Indonesia, dan PT Citilink Indonesia. Dalam menjalani kegiatan operasionalnya, Perusahaan didukung oleh 7.861 orang karyawan, termasuk 2.010 orang siswa yang tersebar di Kantor Pusat dan Kantor Cabang.

Garuda Indonesia, pada Januari 2015, mengoperasikan 134 pesawat yang terdiri dari 2 pesawat Boeing 747-400, 11 pesawat Airbus A330-300, 11 pesawat Airbus A330-200, 5 pesawat Boeing 737 Classic (seri 300/500), 76 pesawat Boeing 737-800NG, 15 pesawat CRJ1000 NextGen, 8 pesawat ATR72-600, 6 pesawat Boeing 777-300ER, dan 30 pesawat Citilink yang terdiri dari 24 pesawat Airbus A320-200, 5 pesawat Boeing 737-300 serta 1 pesawat Boeing 737-400.

(31)

Selain melayani penerbangan di rute-rute tujuan yang dioperasikan, saat

ini Garuda Indonesia juga melaksanakan perjanjian “code share” dengan 14

maskapai internasional.

Selain itu, pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia secara resmi bergabung dengan aliansi global, SkyTeam, sebagai bagian dari program perluasan jaringan internasionalnya. Dengan bergabung bersama SkyTeam, penumpang Garuda Indonesia kini dapat terbang ke 1.064 tujuan di 178 negara yang dilayani oleh semua maskapai anggota SkyTeam dengan lebih dari 15.700 penerbangan per hari dan akses ke 564 lounge di seluruh dunia.

Sebagai bagian dari upaya Perusahaan untuk terus meningkatkan layanan kepada pengguna jasa, Garuda Indonesia memperkenalkan layanan khas “Garuda

Indonesia Experience”, yang menghadirkan kerahmahtamahan, budaya, dan

segala hal terbaik dari Indonesia melalui kelima panca indera, yaitu sight, sound, taste, scent, dan touch, untuk diimplementasikan dalam layanan journey, pre-flight, in-pre-flight, post-pre-flight, dan post-journey.

(32)

4.1.1 Visi, Misi dan Tujuan 1. Visi

Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.

2. Misi

Sebagai perusahan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional.

4.1.2 Logo Perusahaan

[image:32.595.157.546.418.601.2]

Sumber: www.garuda-indonesia.com

(33)

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk merumuskan dan menginterpretasikan hasil penelitian berupa identitas responden dan distribusi jawaban terhadap masing-masing variabel.

4.2.1 Karakteristik Responden

[image:33.595.110.516.293.369.2]

Berikut ini adalah tabulasi mengenai karakteristik responden yang berjumlah 81 orang, di distribusikan sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Pria 33 40%

Wanita 48 60%

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada Table 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah wanita dengan presentase sebesar 60% dan pria sebesar 40%.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Presentase

< 20 Tahun 10 12,3%

21 - 25 Tahun 32 39,5%

> 26 Tahun 39 48,2%

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas umur dari responden adalah dibawah 20 tahun sebesar 12,3%, 21 tahun sampai 25 tahun tahun sebesar 39,5% dan diatas 26 tahun sebesar 48,2%.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Presentase

Mahasiswa 12 14.81

Pegawai Swasta 17 20.99

Wiraswasta 27 33.33

Dll 25 30.86

[image:33.595.109.516.443.525.2] [image:33.595.112.517.630.731.2]
(34)
[image:34.595.104.517.181.245.2]

Pada tabel 4.3 menunjukan bahwa responden berdasarkan pekerjaan terbagi rata, tetapi yang mendominasi adalah kalangan wiraswasta sebesar 33,33% dan responden yang paling sendikit pada kalangan mahasiswa.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli

Frekuensi Membeli Jumlah Presentase

1 – 2 kali 55 67,9%

> 3 kali 26 32,1%

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 67,9% membeli tiket satu sampai dua kali setiap bulan dan 32,1% membeli tiket lebih dari tiga kali.

4.2.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Daya Tarik Iklan, Frekuensi Iklan dan Keputusan Pembelian

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Daya Tarik Iklan (X1) No.

STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F %

Rata-rata % 1 0 0 0 0 2 2,6 23 28,5 25 67,9 2.75 100 2 0 0 1 1,2 4 4,9 26 32,2 50 61,7 4.54 100 3 1 1,2 11 13,6 17 21 27 33,3 25 30.9 3.79 100 4 0 0 7 8,6 20 24,8 25 30,9 29 35,8 3.94 100 5 5 6,2 11 13,6 7 8,6 17 21 41 50,6 3.96 100 6 0 0 1 1,2 10 12,4 18 22,2 52 64,2 4.49 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:

(35)

2. Pada pernyataan kedua, dari 81 responden, sebanyak 61,7% responden menyatakan sangat setuju bahwa iklan Garuda Indonesia Airlines mengadung humor, 32,2% menyatakan setuju, 4,9% menyatakan kurang setuju, 1,2% menyatakan tidak setuju, dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, artinya responden yang tidak setuju Garuda Indonesia mengandung humor dikarenakan iklan Garuda Indonesia yang dominan dilihat oleh responden yaitu iklan Garuda Indonesia yang bekerja sama dengan pemain sepakbola Liverpool Fc.

3. Pada pernyataan ketiga, dari 81 responden, sebanyak 30,9% responden menyatakan sangat setuju bahwa Garuda Indonesia Airlines memberitahu konsekuensi apabila tidak menggunakan Garuda Indonesia Airlines, 33,3% menyatakan setuju, 21% menyatakan kurang setuju, 13,6% menyatakan tidak setuju, dan 1,2% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, responden yang menjawab sangat tidak setuju dikarenakan responden tidak pernah mendengar konsekuensi apabila tidak menggunakan Garuda Indonesia.

(36)

5. Pada pernyataan kelima, dari 81 responden, sebanyak 50,6% responden menyatakan sangat setuju bahwa iklan Garuda Indonesia mengadung unsur seksual, 21% menyatakan setuju, 8,6% menyatakan kurang setuju, 13,6% menyatakan tidak setuju, dan 6,2% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

6. Pada pernyataan keenam, dari 81 responden, sebanyak 64,2% responden menyatakan sangat setuju bahwa musik yang digunakan iklan Garuda Indonesia Airlines menarik perhatian konsumen, 22,2% menyatakan setuju, 12,4% menyatakan kurang setuju, 1,2% menyatakan tidak setuju, dan 6,2% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut responden yang menjawab tidak setuju dikarenakan responden kurang menyukai musik yang digunakan iklan Garuda Indonesia.

Pada tabel 4.5 jawaban responden terhadap variabel daya tarik iklan (X1)

(37)
[image:37.595.83.545.99.222.2]

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Frekuensi Iklan (X2)

No.

STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F % Rata-

rata %

1 0 0 0 0 10 12,4 24 29,6 47 58 4.46 100

2 0 0 2 2,4 14 17,3 25 30,9 40 49,4 4.27 100 3 0 0 3 3,7 14 17,3 31 38,3 33 40,7 4.16 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:

1. Pada pernyataan pertama dari 81 responden, sebanyak 58% menyatakan sangat setuju bahwa konsumen sering melihat iklan Garuda Indonesia Airlines di berbagai media, 29,6% responden menyatakan setuju, 12,4% responden menyatakan kurang setuju, 0% responden menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju.

2. Pada pernyataan kedua dari 81 responden, sebanyak 49,4% responden menyatakan sangat setuju bahwa dalam sehari iklan Garuda Indonesia Airlines memiliki intensitas penayangan yang banyak, 30,9% responden menyatakan setuju, 17,3% responden menyatakan kurang setuju, 2,4% responden menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju responden yang menyatakan tidak setuju dikarenakan responden jarang melihat iklan yang ditayangkan televisi.

(38)

tidak setuju responden yang menjawab tidak setuju dikarenakan responden pada prime time sedang menjalani aktivitas dan sebagainya.

Pada tabel 4.6 jawaban responden terhadap variabel frekuensi iklan (X2)

[image:38.595.103.525.396.524.2]

yang paling dominan merupakan pernyataan pertama, dimana sebanyak 58% menyatakan sangat setuju bahwa konsumen sering melihat iklan Garuda Indonesia Airlines di berbagai media, 29,6% responden menyatakan setuju, 12,4% responden menyatakan kurang setuju, 0% responden menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju. Garuda Indonesia Airlines menggunakan berbagai media untuk menawarkan produknya, selain memiliki frekuensi tinggi di TV Garuda Indonesia juga menawarkan produknya melalui poster dan berbagai event yang di selenggarakan oleh Garuda Indonesia Airlines.

Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y)

No.

STS TS KS S SS TOTAL

F % F % F % F % F % Rata-

rata % 1 0 0 2 2,5 10 12,3 15 18,5 54 66,7 4.49 100 2 0 0 0 0 4 5 21 25,9 56 69,1 4.64 100 3 0 0 2 2,5 4 5 26 32,1 49 60,4 4.51 100 4 0 0 1 1,2 15 18,5 26 32,1 39 48,2 4.27 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa:

(39)

2. Pada pernyataan kedua dari 81 responden, sebanyak 69,1% responden menyatakan sangat setuju konsumen mencari informasi mengenai jasa penerbangan, 25,9% responden menyatakan setuju, 5% responden menyatakan kurang setuju, 0% responden menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju

3. Pada pernyataan ketiga dari 81 responden, sebanyak 60,4% responden menyatakan sangat setuju konsumen mengevaluasi dari berbagai produk jasa penerbangan, 32,1% responden menyatakan setuju, 5% menyatakan kurang setuju, 2,5% responden menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju responden yang menjawab tidak setuju dikarenakan responden lebih menyukai maskapai penerbangan yang menggunakan promo dari pada Garuda Indonesia yang memberikan kualitas yang tinggi.

4. Pada pernyataan keempat dari 81 responden, sebanyak 48,2% responden menyatakan sangat setuju bahwa konsumen menggunakan produk jasa penerbangan dengan pilihan atau alternative yang terbaik, 38,1% responden menyatakan setuju, 18,5% responden menyatakan kurang setuju, 1,2% responden menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju alasan responden menjawab tidak setuju dikarenakan responden lebih menyukai maskapai penerbangan yang menggunakan promo dari pada Garuda Indonesia yang memberikan kualitas yang tinggi.

(40)

penerbangan, 25,9% responden menyatakan setuju, 5% responden menyatakan kurang setuju, 0% responden menyatakan tidak setuju dan 0% responden menyatakan sangat tidak setuju. Semakin banyaknya jasa penerbangan maka semakin ketat pula persaingan antara penawaran jasa penerbangan sehingga konsumen mencari tahu tentang jasa penerbangan yang ditawarkan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.

4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin menguji apakah dalam model regresi distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorv-Smirnov. 1. Analisis Grafik

(41)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Gambar 4.2

Pengujian Normalitas Histogram

[image:41.595.189.446.141.318.2]
(42)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Gambar 4.3

Pengujian Normalitas P-P Plot

Pada P-P plot terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan cenderung mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang dipergunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas sehingga layak untuk diuji dengan model regresi.

2. Analisis Statistik

[image:42.595.165.554.92.397.2]
(43)
[image:43.595.152.466.185.367.2]

tidak berdistribusi normal. Berikut ini pengujian normalitas yang didasarkan dengan uji statistik nonparametik Kolmogorv-Smirnov (K-S).

Tabel 4.8

Uji Kolmogrov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 81

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,24319580

Most Extreme Differences Absolute ,092

Positive ,044

Negative -,092

Kolmogorov-Smirnov Z ,830

Asymp. Sig. (2-tailed) ,495

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,495, ini berarti nilainya diatas nilai signifikan 0.05. dengan kata lain variabel tersebut berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

(44)

yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu: 1. Analisis Grafik

[image:44.595.145.533.197.488.2]

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah) Gambar 4.4

Pengujian Heteroskedastisitas Scatterplot

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. 2. Analisis Statistik

(45)
[image:45.595.113.553.94.252.2]

Tabel 4.9 Uji Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3,551 ,875 4,056 ,000

Daya_Tarik_Iklan -,089 ,034 -,304 -2,614 ,011

Frekuensi_iklan -,027 ,054 -,058 -,498 ,620

a. Dependent Variable: absut

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.9 varaibel Independent (Daya tarik iklan dan Frekuensi Iklan) yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependent absolute Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas X1 dan X2 (0,110)

dan (0.620) diatas tingkat kepercayaan 5% (0,05), jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedestisitas.

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yang terdiri dari daya tarik iklan (X1) dan frekuensi iklan (X2) terhadap variabel terikat

(46)
[image:46.595.194.432.88.195.2]

Tabel 4.10 Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Frekuensi_Iklan,

Daya_Tarik_Iklana . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.10 (Variabel Entered/removedb) menunjukkan hasil analisis statistik tiap indikator sebagai berikut:

Tabel 4.11

Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 6,357 1,446 4,398 ,000

Daya_Tarik_Iklan ,282 ,056 ,457 5,020 ,000

Frekuensi_iklan ,342 ,089 ,347 3,817 ,000

a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.11 maka persamaan analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah:

Y = 6,357+ 0,282 X1 + 0,342 X2

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

[image:46.595.113.549.371.487.2]
(47)

2. Koefisien X1 (b1) = 0,282, ini berarti bahwa variabel daya tarik iklan (X1)

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, atau dengan kata lain jika daya tarik iklan (X1) ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka keputusan

pembelian akan bertambah sebesar 0,282. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel daya tarik iklan dengan keputusan pembelian, semakin meningkat daya tarik iklan maka akan semakin meningkat pula keputusan pembelian terhadap penggunaan jasa Garuda Indonesia Airlines.

3. Koefisien X2 (b2) = 0,343, ini berarti bahwa variabel frekuensi iklan (X2)

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, atau dengan kata lain jika frekuensi iklan (X2) ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka keputusan

pembelian akan bertambah sebesar 0,343. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel frekuensi iklan dengan keputusan pembelian, semakin meningkat frekuensi iklan maka akan semakin meningkat pula keputusan pembelian terhadap penggunaan jasa Garuda Indonesia Airlines.

4.5 Uji Hipotesis

4.5.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah:

(48)

Ho : b1 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α= 5%

Ho ditolak jika F hitung > F tabel pada α= 5%

Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebas penyebut, dengan rumus sebagai berikut:

df (Pembilang) = k – 1 df (Penyebut) = n – k

Keterangan :

n = jumlah sampel penelitian k = jumlah variabel bebas dan terikat

Pada penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) 81 dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 3, sehingga diperoleh :

1. df (pembilang) = 3 – 1 = 2 2. df (penyebut) = 81 – 3 = 78

Nilai Fhitung akan diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS,

kemudian akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat α = 5% = F0,05(2, 78) =

(49)
[image:49.595.113.517.136.232.2]

Tabel 4.12

Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Regression 102,752 2 51,376 32,411 ,000a

Residual 123,643 78 1,585

Total 226,395 80

a. Predictors: (Constant), Frekuensi_iklan, Daya_Tarik_Iklan

b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa hasil perolehan Fhitung pada kolom F

yakni sebesar 32,411 dengan tingkat signifikansi = 0.000, lebih besar dari nilai Ftabel yakni 3,113, dengan tingkat kesalahan α = 5%, atau dengan kata lain Fhitung >

Ftabel (32,411 > 3,113).

Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis jika Fhitung > Ftabel dan tingkat

signifikansinya (0.000 < 0.05), menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas (daya tarik iklan dan frekuensi iklan) secara serempak adalah signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian).

4.5.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah:

Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

(50)

Kriteria pengambilan keputusan adalah: Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5%

Ho ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5% Hasil pengujian adalah:

Tingkat kesalahan (α) = 5% (0,05) dan derajat kebebasan (df) = (n-k)

n = jumlah sampel, n = 81

k = jumlah variabel yang digunakan, k = 3

Derajat kebebasan / degree of freedom (df) =(n-k) = 81-3 = 78

Uji-t yang dilakukan adalah uji satu arah, maka ttabel yang digunakan

[image:50.595.113.547.359.515.2]

adalah t0,05 (78) = 1,990.

Tabel 4.13

Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 6,357 1,446 4,398 ,000

Daya_Tarik_Iklan ,282 ,056 ,457 5,020 ,000

Frekuensi_iklan ,342 ,089 ,347 3,817 ,000

a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa: 1. Variabel Daya Tarik Iklan (X1)

Nilai thitung variabel daya tarik iklan adalah 5,020 dan nilai ttabel 1,990 maka

thitung > ttabel (5,020 > 1,1990) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel daya

(51)

2. Variabel Frekuensi Iklan (X2)

Nilai thitung variabel frekuensi iklan adalah 3,817 dan nilai ttabel 1,990 maka

thitung > ttabel (3,817 > 1,990) sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan (0,01 < 0,05) secara parsial terhadap keputusan pembelian. Artinya, jika variabel frekuensi iklan ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,342. 4.6 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

[image:51.595.152.471.519.586.2]

Pengujian koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1). Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.

Tabel 4.14

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,674a ,454 ,440 1,259

a. Predictors: (Constant), Frekuensi_iklan, Daya_Tarik_Iklan

b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

(52)

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa:

1. R = 0,674 berarti hubungan antara variabel daya tarik iklan (X1), dan frekuensi

iklan (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 67,4%. Artinya

hubungannya kuat.

2. Nilai R Square sebesar 0,440 berarti 44% variabel keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel daya tarik iklan (X1), dan frekuensi iklan (X2).

Sedangkan sisanya 56% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Standard Error of Estimated (Standar Deviasi) artinya mengukur variasi dari

nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar 1,259. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.

4.7 Pembahasan

4.7.1 Pengaruh Daya Tarik Iklan Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel daya tarik iklan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu Yeoh Sok Foon dengan hasil penelitian “Advertising appeals, tendency to spend, perceived social status and materialism

have significant relationship With the purchasing behavior.”

Teori daya tarik iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya (Indiarto, 2006:243). Iklan yang menarik adalah iklan yang mempunyai daya tarik, yaitu memiliki kemampuan untuk menarik perhatian pasar (audience) sasaran.

(53)

2006:242). Produk atau merek dapat menonjol dalam periklanan salah satunya menggunakan daya tarik para figur masyarakat. Figur masyarakat tersebut dapat seorang tokoh, bintang TV, aktor, aktris, atlet, ilmuwan dan sebagainya. Sejalan dengan semakin menguatnya minat dan intensitas masyarakat untuk menonton televisi telah memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada audiensnya, sehingga dapat mendorong orang untuk melakukan pembelian.

4.7.2 Pengaruh Frekuensi Iklan Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel frekuensi iklan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu Faela Sufa yang di dimana hasil pengelitiannya adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik iklan, kualitas pesan iklan dan frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan televisi Mie Sedaap.

teori frekuensi iklan. Frekuensi iklan adalah seberapa sering iklan dilihat dan dibaca. Iklan yang memiliki cakupan media yang luas dan semakin tinggi frekuensi tayangannya akan memungkinkan penonton semakin sering menerima informasi iklan dan merasakan impresi iklan tersebut (Indiarto, 2006:247).

(54)

time), siang hari (day time), dan waktu tambahan (fringe time) yang

masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan tersendiri. Seperti pada pertanyaan ketiga pada distribusi jawaban banyak responden menjawab sangat setuju penayangan iklan di waktu prime time (pukul 19.00 – 22.00). waktu prime time adalah dimana konsumen meluangkan paling banyak waktunya sehingga frekuensi iklan dapat berjalan efektif, semakin banyak iklan dilihat konsumen dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

4.7.3 Pengaruh Daya Tarik Iklan dan Frekuensi Iklan Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel daya tarik iklan dan frekuensi iklan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini dapat dilihat dari pengertian keputusan pembelian. Keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli (Kotler, 2010:226).

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan Uji-F, secara serempak (simultan) daya tarik iklan dan frekuensi iklan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Hal ini dapat dilihat bahwa hasil perolehan Fhitung pada kolom F yakni sebesar

33,196 dengan tingkat signifikansi = 0.00, lebih besar dari nilai Ftabel

yakni 3,113, dengan tingkat kesalahan α = 0,05 atau dengan kata lain Fhitung > Ftabel (33,196 > 3,113).

2. Berdasarkan Uji-t disimpulkan bahwa yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap Garuda Indonesia Airlines adalah frekuensi iklan.

3. Pada hasil analisis koefisien determinasi didapat nilai R Square sebesar 0,460 berarti 46% variabel keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel daya tarik iklan (X1) dan frekuensi iklan (X2). Sedangkan sisanya

(56)

5.2 Saran

1. Mengingat frekuensi iklan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keputusan pembelian pada PT Garuda Indonesia Airlines, maka pihak Garuda Indonesia Airlines perlu untuk lebih mempertahankan frekuensi iklannya yang dapat meningkatkan penjualan pada PT Garuda Indonesia Airlines.

2. Berdasarkan distribusi jawaban responden variabel frekuensi iklan yang paling dominan adalah pernyataan bahwa konsumen sering melihat iklan Garuda Indonesia Airlines di berbagai media, maka pihak Garuda Indonesia Airlines perlu untuk memasuki media yang lebih sering digunakan oleh konsumen seperti media sosial twitter, facebook, path, instagram, Blackbarry Messenger dan lain-lain sehingga mampu lebih meningkatkan penjualan Garuda Indonesia Airlines.

(57)
(58)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

Pemasaran dikenal luas dengan arti “menjual” atau mengiklankan. Akan

(59)

Perusahaan yang mulai membangun nama merek di masyarakat ataupun yang ingin mempertahankan posisi perusahaan tetap di hati pelanggan, maka perusahaan seharusnya tidak hanya fokus terhadap laba tetapi juga harus berfokus pada kebutuhan dan kepuasan dari pelanggan itu sendiri.

2.2 Promosi

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk dari komunikasi pemasaran, yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Demikian halnya definisi promosi penjualan yang diungkapkan Tjiptono (2008:229) dalam bukunya strategi pemasaran bahwa promosi penjualan adalah suatu bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli oleh pelanggan.

(60)

Perusahaan semakin memperhatikan keterpaduan kombinasi alat-alat promosi yang disebut bauran promosi. Kelima bauran promosi menurut Kotler (2010:426) adalah :

1. Iklan (advertising), segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa.

2. Penjualan perorangan (personal selling), presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.

3. Promosi penjualan (sales promotion), insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.

4. Hubungan masyarakat (public relation), membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun “citra perusahaan”

yang baik dan menangani atau menyingkirkan gossip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan.

(61)

2.3 Periklanan 2.3.1 Pengertian Iklan

Kata iklan berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah upaya untuk “menggiring” orang pada gagasan. Pengertian iklan menurut Morissan (2010:17) seperti dalam buku periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, iklan adalah setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui (advertising is an any paid form of

nonpersonal communication about an organization product, service or idea by an

identifi’[ed sponsor). Adapun maksud beberapa pernyataan tersebut seperti

“dibayar”, menurut buku tersebut menunjukkan bahwa fakta ruang atau waktu

bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Sedangkan kata

“nonpersonal” berarti bahwa suatu iklan melibatkan media massa (televisi, radio, majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan.

(62)

semakin mudah diingat dalam bentuk konsumen, karena hal ini sejurus dengan definisi periklanan oleh Kotler (2010:202) mengungkapkan bahwa periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan. Pengertian lain dari iklan yaitu merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak, orisinal, serti memiliki karakteristik tertentu dan persuasif sehingga para konsumen atau khalayak secara sukarela terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai yang diinginkan pengiklan.

Sesuai dengan fungsi iklan dalam pemasaran yaitu sebagai hal yang memperkuat dorongan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai pemenuhan kepuasannya. Agar iklan pemasaran dapat merangsang tindakan pembeli, menurut Pujiyanto (2003:25) setidaknya harus memenuhi kriteria AIDCDA, yaitu :

Attention : mengandung daya tarik

Interest : mengandung perhatian dan minat

Desire : memunculkan keinginan untuk mencoba dan memiliki Conviction : menimbulkan keyakinan terhadap produk

Decision : menghasilkan kepuasan terhadap produk Action : mengarah tindakan untuk membeli 2.3.2 Tujuan Periklanan

(63)

1. Iklan informatif

Iklan informatif bertujuan untuk membentuk permintaan pertama dengan memberitahukan pasar tentang produk baru, mengusulkan kegunaan baru suatu produk dan memberitahukan pasar tentang perubahan harga, menjelaskan pelayanan yang tersedia, dan membangun citra perusahaan.

2. Iklan persuasif

Iklan persuasif bertujuan membentuk permintaan selektif suatu merek tertentu, yang dilakukan pada tahap kompetitif dengan membentuk preferensi merek, mendorong alih merek, mengubah persepsi pembeli tentang atribut produk, membujuk pembeli untuk membeli sekarang dan membujuk pembeli menerima, mencoba, atau menstimulasi penggunaan produk.

3. Iklan pengingat

Iklan pengingat bertujuan mengingatkan pembeli pada produk yang sudah mapan bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan.

4. Iklan penambah nilai

Iklan penambah nilai bertujuan untuk menambah nilai merek pada persepsi konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas, dan penguatan persepsi konsumen.

5. Iklan bantuan aktivitas lain

Iklan bantuan aktivitas lain bertujuan membantu memfasilitasi aktivitas lain perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.

(64)

membujuk dan mempengaruhi masyarakat untuk membeli suatu produk atau jasa tersebut. Begitu pula dengan tayangan iklan televisi maskapai Garuda Indonesia Airlines merupakan bentuk komunikasi dari periklanan ke khalayak dengan membayar uang serta waktu kepada stasiun televisi untuk menawarkan dan menciptakan kesadaran merek khalayak terhadap jasa tersebut.

2.3.3 Media Periklanan

(65)
[image:65.595.115.512.93.316.2]

Tabel 2.1

Keunggulan dan keterbatasan Media Periklanan

MEDIA KEGUNAAN KETERBATASAN

Surat Kabar Fleksibilitas; tepat waktu; mampu menangkap pasar lokal dengan baik

Umur informasi pendek; kualitas gambar dan cetakan kurang bagus

Televisi Informasi bisa dilihat; didengar dan gambar yang bergerak menarik untuk di tonton

Biaya tinggi; kebingungan yang tinggi; tingkat pemaparan yang terlalu cepat

Radio Mempunyai banyak pendengar; biaya rendah

Audiens hanya mendengar; perhatian lebih rendah

Majalah Jumlah pembaca yang meneruskan informasi cukup baik

Waktu tunggu lama; wakt sirkulasi terbuang; tidak ada posisi yang lebih baik

Sumber: Setiadi ( 2003:255).

Perusahaan dapat mengunakan media-media periklanan untuk mengenalkan produk-produk perusahaan yang mempengaruhi konsumen untuk membeli sehingga penjualan perusahaan dapat meningkat dan konsumen loyal terhadap produk tersebut. Media televisi merupakan salah satu media yang paling banyak digunakan perusahaan untuk mengiklankan produknya, hal ini dapat kita lihat pada Gambar 2.1.

Sumber : http://www.slideshare.net/efmirza/data-statistik-bidang-penyiaran Gambar 2.1

[image:65.595.122.419.485.686.2]
(66)

2.3.4 Evaluasi Efektifitas Iklan

Mengingat besarnya biaya iklan, maka perlu dikaji efektifitas iklan yang ditayangkan. Berbagai model telah diciptakan untuk mengukur efektifitas iklan. Menurut Durianto (2003:15) model adalah penyederhanaan dari sesuatu yang mampu mewakili sejumlah objek atau aktivitas.

Mengukur efektivitas iklan maka digunakan model dengan pertimbangan konsumen yang hidup didalam lingkungan yang kompleks. Perilaku konsumen sangat kompleks. Dengan menggunakan model maka dapa dijelaskan secara sederhana perilaku konsumen yang kompleks tersebut. Dalam bidang pemasaran, model kualitatif digunakan apabila kasus pemasarannya menggambarkan situasi pasar yang aktual. Pengambilan keputusan dapat menginterpretasikan keputusan awal yang harus diambil tanpa menggunakan perhitungan matematis. Model kuantitatif digunakan jika informasi yang disajikan berkaitan dengan pengolahan matematis.

Ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas periklanan, yaitu : penjualan, pengingatan, dan persuasi. Efektivitas periklanan yang berkaitan dengan penjualan dapat diketahui melalui riset tentang dampak penjualan. Efektivitas periklanan yang berkaitan dengan ingatan dan persuasi dapat diketahui melalui riset tentang dampak komunikasi.

2.4 Daya Tarik Iklan

(67)

(Indiarto, 2006:243). Menurut Saliman (2001:8), daya tarik iklan harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu :

1. Iklan harus bermakna (meaningful), yaitu menunjukkan manfaat-manfaat yang membuat produk lebih diinginkan atau lebih baik bagi konsumen.

2. Pesan iklan harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan iklan.

3. Daya tarik itu khas (distinctive), yaitu harus menyatakan apa yang membuat produk lebih baik dari produk-produk pesaing.

Daya tarik menurut Shimp (2003:468) yang sering digunakan dalam iklan antara lain :

1. Daya tarik peran pendukung (endoser) dalam iklan

Produk-produk dalam banyak iklan mendapat dukungan (endorsement) eksplisit dari berbagai tokoh umum yang populer. Akan tetapi selain dukungan dari selebritis terkenal, terkadang sebuah iklan secara terselubung mendapat dukungan dari non-selebritis.

2. Daya tarik humor dalam iklan

Bila dilakukan dengan benar dan pada keadaan yang tepat, humor dapat menjadi teknik periklanan yang efektif untuk menarik kesadaran konsumen akan produk.

3. Pemakaian daya tarik rasa takut

(68)

tindakan dengan menggunakan daya tarik rasa takut yang menyebutkan : konsekuensi negatif jika tidak menggunakan produk atau konsekuensi negatif dari prilaku yang tidak baik.

4. Rasa bersalah sebagai pemikat

Seperti halnya rasa takut, rasa bersalah juga menjadi pemikat bagi emosi negatif. Para pengiklan dan komunikator pemasaran menyajikan rasa bersalah untuk membujuk para calon pelanggan dengan menegaskan atau menyimpulkan bahwa rasa bersalah dapat dihapus dengan menggunakan produk yang dipromosikan.

5. Pemakaian unsur seksual dalam periklanan

Sebuah iklan yang memakai unsur daya tarik seksual apabila digunakan dengan tepat akan dapat menimbulkan perhatian konsumen, meningkatkan ingatan dan menciptakan asosiasi yang menyenangkan sesuai produk yang diiklankan.

6. Daya tarik musik iklan

Sebuah jingle, musik latar, nada-nada populer, dan aransemen klasik digunakan dengan tepat akan dapat menimbulkan perhatian konsumen, meningkatkan ingatan dan menciptakan asosiasi yang menyenangkan sesuai produk yang diiklankan.

2.5 Frekuensi Iklan

(69)

yang sangat luas. Iklan televisi dapat menjangkau khalayak sasaran dengan strategi efek pengulangan positif yang dimilikinya, dimana pengulangan suatu pesan iklan dapat dengan mudah diingat, apalagi hampir seluruh keluarga di era modern ini memiliki televisi sebagai sarana hiburan. Dengan semakin tinggi frekuensi penayangan iklan memungkinkan pemirsa semakin sering menerima informasi dari iklan tersebut.

Akan tetapi suatu frekuensi penayangan iklan yang tinggi bila tidak didukung dengan waktu yang tepat akan terasa sia-sia, karena iklan tidak akan menjangkau segmen pasar yang tepat. Biaya periklanan, karakteristik khalayak, dan kesesuaian pemograman sangat bervariasi pada jam-jam tertentu di suatu hari terutama pada hari libur setiap akhir pekan. Waktu-waktu dalam periklanan televisi seperti halnya dalam radio sehari ini disebut sebagai bagian hari (day

part). Menurut Shimp (2003:219), day part dibagi menjadi tiga bagian waktu

yaitu waktu utama (prime time), siang hari (day time), dan waktu tambahan (fringe time) yang masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan tersendiri. 1. Waktu utama (prime time), periode waktu antara pukul 20.00 dan 23.00 atau antara pukul 19.00 dan 22.00. Program terbaik dan termahal ditayangkan selama periode ini. Para pengiklan harus membayar biaya yang relatif mahal pada periode ini karena penonton paling banyak di saat periode prime time. 2. Siang hari (day time), periode yang dimulai dengan tayangan berita di pagi

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.3 Uji Validitas
Tabel 3.4 Uji Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan Tabel 4.7 digambarkan bahwa sebagian besar responden mahasiswa menjawab setuju terhadap pernyataan keputusan pembelian A Mild yaitu pesan iklan A

Berdasarkan penjelasan Tabel 4.10 digambarkan bahwa sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan keputusan pembelian simPATI freedom yaitu pesan iklan simPATI freedom

Universitas Kristen Maranatha responden yang menjawab setuju sebanyak 122 responden, pernyataan responden terhadap Anda membeli Vit-levite untuk memenuhi kebutuhan anda,

Berdasarkan penjelasan Tabel 4.7 digambarkan bahwa sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan minat beli bahwa produk pakaian jadi yang ditawarkan di facebook

Pada pernyataan pertama yang berhubungan dengan informing , sebanyak 56% responden menyatakan setuju dan 21,5% responden menyatakan sangat setuju bahwa iklan sepeda motor

Hasil pengumpulan data tersebut menunjukkan bahwa 37% responden setuju iklan sabun pencuci piring Sunlight dengan model Sahrul Gunawan memberikan informasi yang menarik, serta

Hasil pra survey menunjukkan bahwa sebagian responden 22 orang (73,3%) tidak setuju dengan iklan smartphone OPPO F Series karena iklan yang diberikan tidak menarik dan

Selain menawarkan produk yang berkualitas dan penetapan harga, kemampuan perusahaan dalam mengkomunikasikan produk kepada konsumen melalui kegiatan promosi melalui iklan