• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 112-144)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Tetap mempertahankan kerjasama yang baik antar departemen pada PT Actavis Indonesia sehingga dihasilkan kinerja yang lebih baik.

2. Terus menjaga dan mempertahankan kualitas produk sesuai dengan CPOB atau GMP yang telah ada.

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB). Jakarta: BPOM RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Presiden Republik Indonesia. (1967). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing. Jakarta: Presiden RI

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Presiden

RI

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Presiden RI

Priyambodo, Bambang. (2007). Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.

PT. Actavis Indonesia. (2013). SOP Approved Supplier. Jakarta: PT. Actavis Indonesia.

PT. Actavis Indonesia. (2013). SOP Tata Cara Masuk-Keluar Karyawan dan

Tamu di Area Produksi Beta Lactam Facility. Jakarta: PT. Actavis

Indonesia

PT. Actavis Indonesia. (2012). SOP Toll Manufacturing & Analysis. Jakarta: PT. Actavis Indonesia.

PT. Actavis Indonesia. (2011). SOP Pelatihan Karyawan. Jakarta: PT. Actavis Indonesia.

PT. Actavis Indonesia. (2010). SOP Change Control (Kontrol Perubahan). Jakarta: PT. Actavis Indonesia.

PT. Actavis Indonesia. (2009). SOP Pembersihan Mesin Secara Umum. Jakarta: PT. Actavis Indonesia.

PT. Actavis Indonesia. (2009). SOP Self Inspection (Inspeksi Diri). Jakarta: PT. Actavis Indonesia.

PT. Actavis Indonesia. (2009). SOP Tata Cara Masuk Area Gudang. Jakarta: PT. Actavis Indonesia.

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. ACTAVIS INDONESIA

JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR

PERIODE 12 AGUSTUS – 1 OKTOBER 2013

VALIDASI PROSES

PRODUK AMOXICILLIN 750 mg DISPER TABLET

PT. ACTAVIS INDONESIA

BRAM HIK ANUGRAHA, S.Farm.

1206329436

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Validasi ... 3 2.2 Validasi Proses ... 5 2.3 Validasi Prospektif ... 6 2.4 Parameter Kritis ... 7 2.5 Validasi Tablet ... 8 2.6 Dokumentasi Validasi Prospektif ... 9

BAB 3 METODE PENGKAJIAN ... 11

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ... 11 3.2 Metode Pengkajian ... 11

BAB 4 PEMBAHASAN ... 12

4.1 Protokol Validasi Proses ... 12 4.2 Tahapan Validasi Proses ... 13 4.3 Hasil Validasi Proses Amoxicillin 750 mg Disper Tablet ... 20

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26 5.2 Saran ... 26

Tabel 2.1 Contoh parameter kritis pada proses produksi sediaan tablet ... 8 Tabel 4.1 Pengujian yang dilakukan pada In Process Control (IPC) ... 17 Tabel 4.2 Spesifikasi Produk Jadi ... 17 Tabel 4.3 Pengambilan sampel pada Produk ... 18 Tabel 4.4 Pengambilan sampel untuk kontrol lingkungan akan kontaminasi

Mikroba ... 20 Tabel 4.5 Hasil Pengujian pada pengambilan sampel validasi proses produk

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan salah satu unsur dalam pelayanan kesehatan. Dalam upaya menyediakan obat yang bermutu baik untuk masyarakat maka pemerintah mewajibkan setiap industri mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya.

Untuk obat yang akan dipasarkan, sebelumnya harus dilakukan validasi agar obat tersebut dapat dijamin mutu dan keamanannya. Validasi merupakan bagian dari program penjaminan mutu sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap khasiat, kualitas dan keamanan produk. Dr. Bernard T. Loftus, pencetus validasi, melakukan validasi dilatarbelakangi dengan adanya berbagai masalah mutu yang timbul dan masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi dari pengujian rutin yang dilaksanakan oleh industri farmasi yang bersangkutan. Hingga saat ini, validasi diberlakukan oleh negara yang tergabung dalam The Pharmaceutical Inspection

Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU), The International on Conference Harmonisation (ICH) dan World Heath Organization (WHO).

Validasi dilakukan untuk memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa macam validasi yang biasa dilakukan di industri farmasi, di antaranya adalah validasi proses, validasi pembersihan, validasi metode analisis, dan revalidasi atau validasi ulang.

Validasi proses adalah tindakan pembuktian bahwa proses, misal pemberian dosis terserap yang dikehendaki pada produk, akan mencapai hasil yang diharapkan sesuai persyaratan yang tercantum pada CPOB (CPOB, 2012). Validasi proses dilakukan apabila obat tersebut merupakan produk baru, adanya perubahan pada formula obat baik zat aktif maupun bahan tambahan atau adanya perbuahan alat dan mesin yang digunakan.

Pada tugas khusus ini akan membahas mengenai validasi proses terhadap produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet yang diproduksi oleh PT. Actavis Indonesia. Amoxicillin 750 mg Disper Tablet merupakan produk yang sudah lama dibuat dan diedarkan sebelumnya yang mengandung Amoxicillin Trihidrat sebagai bahan aktifnya. Validasi proses yang dilakukan adalah validasi prospektif dengan adanya perubahan pada proses pengeringan yang semula menggunakan mesin Fluid Bed Dryer (FBD) Arthur White menjadi FBD Yong Sheuan untuk mendapatkan hasil produksi yang secara konsisten memenuhi spesifikasi dan kualitas.

1.2 Tujuan

Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan validasi proses produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet di PT Actavis Indonesia.

2.1 Validasi

Istilah validasi pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-an. Validasi didefinisikan sebagai membuat bukti terdokumentasi yang menyediakan kepastian yang tinggi bahwa proses yang direncanakan akan melakukan secara konsisten sesuai dengan hasil yang telah dimaksud (WHO, 1997). Menurut

European Medicines Agency (EMEA, 2001) validasi adalah tindakan menunjukkan

dan mendokumentasikan bahwa prosedur beroperasi secara efektif. Validasi proses adalah cara untuk memastikan dan memberikan bukti dokumenter bahwa proses (dalam parameter tertentu yang didesain) mampu secara konsisten menghasilkan produk jadi dengan kualitas yang dibutuhkan. Sedangkan, menurut CPOB 2012 validasi adalah tindakan pembuktian bahwa proses, misal pemberian dosis terserap yang dikehendaki pada produk, akan mencapai hasil yang diharapkan sesuai persyaratan.

CPOB mensyaratkan tiga aspek yang perlu dilakukan validasi, yaitu validasi proses, validasi pembersihan dan validasi metode analisis. Validasi proses dilakukan terhadap produk baru dan harus sudah selesai dilakukan sebelum produk tersebut dipasarkan. Revalidasi dapat dilakukan bila terjadi perubahan besar pada proses yang berdampak signifikan pada kualitas produk. Validasi secara berkala perlu dilakukan untuk memelihara status validasi melalui analisis data bets produksi yang terkumpul. Sebelum dilakukan validasi, hendaknya fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah terkualifikasi, serta metode analisis yang digunakan juga sudah tervalidasi. Validasi pembersihan bertujuan sebagai konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Parameter-parameter yang dianalisis pada validasi pembersihan adalah kandungan residu dari suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Penentuan batas residu dan cemaran hendaknya ditentukan secara rasional

dengan didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Validasi pembersihan umumnya dilakukan hanya pada permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Selain itu, interval waktu antara penggunaan alat dan pembersihan juga perlu divalidasi. Validasi metode analisis bertujuan u n t u k membuktikan bahwa suatu metode analisis sesuai dengan tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap empat jenis pengujian, yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen obat tertentu.

Evaluasi secara berkala perlu dilakukan terhadap aspek-aspek yang divalidasi sebagai konfirmasi bahwa validasi masih absah. Validasi ulang terutama perlu dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan yang berpengaruh secara signifikan terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu proses. Pengkajian ulang terhadap data-data sebelumnya juga dapat dilakukan untuk menunjukan bahwa suatu proses perlu divalidasi ulang.

Rangkaian validasi proses terdiri dari kualifikasi, validasi proses, pemantauan dan pengkajian proses serta revalidasi bila diperlukan. Kualifikasi merupakan suatu usaha untuk membuktikan bahwa perlengkapan/mesin yang digunakan dalam suatu proses akan memberikan hasil yang memenuhi kriteria yang diinginkan secara konsisten. Proses kualifikasi memiliki tahap-tahap (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012):

1. Kualifikasi desain, merupakan proses melengkapi dan mendokumentasikan kajian desain (design review) untuk memastikan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perancangan

2. Kualifikasi instalasi, merupakan proses pemeriksaan instalasi untuk memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan telah dipasang secara tepat.

3. Kualifikasi operasional, merupakan proses pengujian untuk memastikan bahwa masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan

4. Kualifikasi kinerja, merupakan proses pengujian untuk memastikan bahwa masing-masing komponen atau kombinasi dari komponen tersebut berfungsi sesuai rancangan, memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan serta

menghasilkan produk yang diinginkan secara konsisten dan

berkesinambungan.

Suatu proses yang sudah tervalidasi tetap perlu dipantau dan dikaji untuk menilai apakah proses masih mampu untuk menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi atau tidak. Revalidasi dapat dilakukan bila dalam kajian terhadap proses ditemukan kecacatan sehingga proses perlu divalidasi ulang. Setelah dilakukan perbaikan terhadap proses, dilakukan pengkajian apakah validasi ulang perlu dilakukan.

2.2 Validasi Proses

1. Validasi prospektif

Validasi ini dilakukan dan harus selesai sebelum produk dipasarkan. Validasi prospektif dilakukan pada produk baru dan produk yang mengalami modifikasi pada proses produksinya di mana perubahan tersebut berdampak signifikan terhadap mutu produk. Secara umum validasi prospektif dilakukan pada tiga bets berturut-turut.

2. Validasi konkuren

Dalam kondisi tertentu, produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dahulu menyelesaikan program validasi. Hal ini biasanya dilakukan pada produk yang diproduksi terbatas (contohnya orphan drugs, obat untuk penyakit tertentu yang jarang terjadi atau obat untuk hewan langka) atau obat yang memiliki waktu parah pendek (sebagai contoh radiofarmasetika). Validasi konkuren juga dapat diterapkan pada produk obat yang sangat dibutuhkan dan diproduksi melalui koordinasi dengan badan yang berwenang untuk mengatasi kekurangan suplai obat (FDA, 2011). Keputusan untuk melakukan validasi konkuren hendaklah memiliki alasan yang kuat dan disetujui oleh kepala bagian pemastian mutu.

3. Validasi retrospektif

Validasi ini merupakan validasi yang dilakukan terhadap produk yang telah divalidasi sebelumnya untuk membuktikan konsistensi dari produk yang dihasilkan. Validasi retrospektif hanya dilakukan untuk proses yang sudah mapan, namun tidak berlaku jika terjadi perubahan pada formula, prosedur pembuatan atau peralatan. Validasi retrospektif didasarkan pada penelurusan riwayat dokumen produksi, pengujian dan pengendalian bets untuk 10 – 30 bets berturut-turut. Pada validasi retrospektif juga dilakukan analisis kapabilitas proses.

2.3 Validasi Prospektif

Validasi proses yang dilakukan pada produk sebelum distribusi komersial dari produk akhir obat (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Biasanya dilakukan untuk produk-produk baru. Oleh karena itu, validasi proses dilakukan dengan mengkaji data produksi, pengujian dan pengendalian bets untuk tiga bets berurutan. Validasi prospektif dapat digunakan sebagai panduan dalam persyaratan validasi proses dalam skala produksi komersial. Pada validasi prospektif tidaklah cukup hanya menilai suatu proses berdasarkan hasil pengujian yang dinyatakan dalam 'memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat'. Pernyataan hasil pengujian yang lebih spesifik dan bersifat kuantitatif diperlukan agar proses dapat dianalisis secara statistik dan variabilitas yang terjadi pada proses dapat ditentukan (FDA, 1990). Oleh karena itu merupakan hal yang penting untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan saat proses produksi dan pengujian yang dilakukan.

Pada validasi prospektif skala pilot, dilakukan dari menentukan bentuk sediaan sampai pengajuan harga. Biasanya dibutuhkan minimal 3 batch berurutan untuk menghasilkan hasil yang diharapkan.

Penerapan validasi ini mencakup langkah-langkah berikut dari skala labortorium hingga produksi skala komersial :

1. Formulasi program/optimasi formula

Pertama dilakukan pada skala laboratorium, setelah hasilnya bagus, maka dilakukan pilot project (minimal 10% dari ukuran batch komersial). Selanjutnya adalah proses scale up yang merupakan ukuran batch komersial

2. Testing/Challenging

Proses ini dilakukan pada saat skala laboratorium, pilot project, scale up. Ditujukan untuk memperbaiki formula.

3. Up scaling

Setelah melakukan sampai proses scale up, maka produksi ditingkatkan ke skala komersial

4. Master Production Document

Setelah formulasi scale up telah lengkap, maka industry memiliki document yang biasanya disebut master production document.

5. Master Production Procedure 6. Formal spesifikasi

Di jelaskan spesifikasi-spesifikasi raw material yang digunakan 7. Validation Program and Study

8. Registration for marketing authorization 9. Comercial sale production

2.4 Parameter kritis

Proses validasi tidak dilakukan pada semua parameter yang terdapat dalam proses karena akan menghabiskan waktu dan biaya. Parameter-parameter yang wajib dikaji hanyalah parameter-parameter kritis yang dapat berdampak signifikan terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. Beberapa contoh parameter- parameter kritis tersebut pada sediaan tablet salut selaput dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009).

Tabel 2.1 Contoh parameter kritis pada proses produksi sediaan tablet salut

Tahapan proses Contoh peralatan Parameter kritis Contoh pengujian Penimbangan Timbangan Kebersihan Cemaran mikroba Granulasi High shear mixer,

fluid bed dryer, granulator mesh

Lama pencampuran, kecepatan pengadukan,

volume massa granul, suhu granul, suhu pengeringanwaktu pengeringan, waktu pengayakan, ukuran pengayakan, kecepatan pengayakan. Keseragaman kandungan, susut pengeringan, distribusi ukuran partikel, tap density/bulk density, kadar air

Tabletting Mesin cetak tablet Kecepatan pencetakan tablet, Setting pre pressure, setting bobot.

Keragaman bobot, ketebalan, kekerasan,

friabilita, waktu hancur, penetapan kadar, disolusi tablet

Penyalutan Mesin coating Suhu penyalutan, jarak spray, waktu penyalutan,

tekanan udara,

Keragaman bobot, ketebalan tablet, waktu

hancur, disolusi tablet salut Pengemasan primer Mesin blistering/stripping Suhu/tekanan saat pembentukan dan penyegelan, kecepatan pengemasan, keutuhan blister/strip, kapsul yang

hilang, kualitas tinta cetakan Pencetakan etiket, pemeriksaan kekosongan, keutuhan/integritas strip/blister, uji kebocoran. 2.5 Validasi Tablet

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan-bahan pengencer yang sesuai (Niazi, 2004). Pada dasarnya validasi produk sediaan tablet tidak jauh berbeda dari validasi produk kapsul.

Parameter-parameter uji yang perlu dikaji antara lain, susut pengeringan, laju alir, keragaman bobot, keseragaman sediaan, kadar, waktu hancur dan disolusi. Pada proses pencetakan tablet, perlu diperhatikan kecepatan pencetakan, bobot dan tekanan dari alat cetak tablet, yang akan mempengaruhi parameter-parameter kritis dari sediaan tablet tersebut. Penampilan tablet juga perlu dipertimbangkan, seperti warna yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan dan logo yang tertera pada emboss tablet untuk meningkatkan pengenalan akan merek.

2.6 Dokumentasi Validasi Prospektif

Sesuai dengan kaidah Good Manufacturing Practices bahwa setiap aktivitas dalam suatu proses produksi haruslah didokumentasikan dengan baik. Salah satu penerapan dari kaidah ini adalah pembuatan laporan hasil validasi proses Prospektif yang terdiri atas:

1. Tujuan

Tujuan dari laporan validasi Prospektif adalah untuk membuktikan dan mendokumentasikan bahwa proses pembuatan suatu produk akan menghasilkan produk yang secara konsisten memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

2. Ruang lingkup

Ruang lingkup dari validasi Prospektif adalah validasi proses yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan. Validasi ini dilakukan pada 3 batch berturut-turut yang dihasilkan dari suatu proses produksi yang memenuhi kaidah CPOB yang berlaku

3. Referensi

Referensi yang digunakan dalam pembuatan sebuah laporan validasi prospektif meliputi data batch record produk, Prosedur Pengolahan Induk (PPI), protokol dari validasi proses, instruksi kerja dari pembuatan protokol validasi proses, serta instruksi kerja dari pembuatan laporan validasi proses.

4. Tinjauan

Dokumen-dokumen yang ditinjau dalam laporan validasi prospektif meliputi, a. Catatan pengolahan Batch (CPB)

b. Riwayat vendor bahan baku dan bahan kemas c. Riwayat perubahan proses yang terjadi

d. Riwayat penyimpangan selama proses yang terjadi e. Hasil uji di luar spesifikasi

f. Quality surveaillance g. Status validasi

5. Formula

Formula baku yang digunakan untuk memproduksi suatu produk berisikan daftar bahan baku yang digunakan beserta kode produknya, jumlah yang digunakan dan kegunaannya.

6. Peralatan dan perlengkapan

Status peralatan dan perlengkapan yang meliputi preventive maintenance, status kualifikasi dan kalibrasi, daftar peralatan yang digunakan selama produksi serta catatan-catatan variasi mesin yang terjadi.

7. Hasil dan pembahasan

Hasil dan pembahasan berisikan evaluasi hasil dari parameter kritis dan parameter uji serta justifikasi terhadap penyimpangan yang terjadi terhadap kualitas produk.

8. Kesimpulan

Kesimpulan berisikan rangkuman profile data dan deskripsi distribusi data dari parameter yang dianalisis. Kesimpulan menyatakan apakah proses masih valid atau tidak.

9. Rekomendasi

Rekomendasi yang bisa diberikan terhadap hasil analisis proses yang dilakukan. Rekomendasi dapat berupa saran untuk dilakukannya perbaikan pada proses, peninjauan desain proses ataupun investigasi terhadap

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus

Tugas khusus dilaksanakan selama Prakterk Kerja Profesi Apoteker pada periode 12 Agustus – 30 September 2013 di Failitas Betalaktam, PT. Actavis Indonesia, yang berlokasi di Jl. Raya Bogor KM 28, Jakarta Timur.

3.2 Metode Pengkajian

Metode yang digunakan dalam mengkaji pelaksaan validasi proses produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet adalah melalui penelusuran protokol validasi proses dan batch record serta melakukan pengamatan secara langsung pelaksanaan validasi proses yang dilakukan di Fasilitas Betalaktam. Kegiatan yang diamati mulai dari awal proses dispensing hingga proses pencetakan tablet.

Validasi proses yang dilakukan merupakan validasi prospektif dimana validasi yang dilaksanakan terdapat perubahan pada alat. Pada produk Amoxicillin 750 mg Disper Tablet yang terdapat perubahan mesin pengeringan granul dari FBD Arthur White menjadi FBD Yong Sheuan.

4.1 Protokol Validasi Proses

Protokol validasi dibuat untuk menjelaskan kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol validasi dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu atau Pemastian Mutu. Protokol validasi harus dapat menjelaskan langkah kritis dan kriteria penerimaan dari produk yang akan diproduksi. Protokol validasi terdiri atas:

1. Lembar pengesahan 2. Daftar isi

3. Sejarah revisi 4. Latar belakang 5. Dokumentasi

 Master Production and Process Control Record (MPPCR)

 Spesifikasi produk jadi

 Metode analisa 6. Proses

 Formula

 Diagram alur proses dan parameter kritis

 Kualifikasi ruangan

 Kapasitas mesin/alat

 Spesifikasi produk jadi

 Tes tambahan untuk validasi 7. Sampling plan

Sampling plan kontrol lingkungan akan kontaminasi mikroba

Sampling plan untuk produk 8. Lembar kerja untuk produksi

4.2 Tahapan Validasi Proses

Tahapan validasi proses hampir menyerupai proses produksi, namun terdapat beberapa perbadaan dimana pada validasi proses harus melihat beberapa parameter kritis yang perlu dikaji sehingga mempengaruhi kualitas produk dan efisiensi proses.

4.2.1 Tahapan Proses Produksi

Adapun tahapan dari proses produksi Amoxicillin 750 mg Disper Tablet adalah:

4.2.1.1 Persiapan

1. Periksa kesiapan compressed air dan steam dari utility

2. Pastikan filter FBD Yong Sheuan dan TK. Fielder sudah terpasang dan terkunci dengan baik

3. Catat nomor kontrol purified water yang digunakan 4. Isi checklist dan logbook

4.2.1.2 Granulasi

1. Masukkan ke dalam TK Fielder Amoxicillin Trihidrat dan bahan pengikat. Campur dengan menyetel lama pengadukan, kecepatan granulator dan kecepatan impeller.

2. Tambahkan purified water dengan mengatur kecepatan granulator, kecepatan impeller, tekanan liquid pot, kecepatan nozzle dam lama pengadukan.

3. Lanjutkan proses granulasi dengan mengatur kecepatan granulator, impeller dan waktu granulasi serta mencatat amperemeter dari impeller dan

amperemeter granulator. Buka tutup TK Fielder, turunkan granul yang menempel pada dinding container dan lakukan granulasi kembali.

4. Ayak granul dengan menggunakan ayakan no. 5 berdiameter 4 mm. Tampung granul dalam wadah drum yang dilapisi plastik dan timbang total granul. Bagi granul menjadi tiga bagian sama banyak (wadah 1, wadah 2 dan wadah 3).

4.2.1.3 Pengeringan

1. Conditioning mesin FBD Yong Sheuan dengan penyetelan suhu air inlet (1), suhu air inlet (2), waktu bag filter shaking, waktu shaking pause, kemiringan

damper angle, kelembaban air inlet dan waktu conditioning.

2. Masukkan granul pada wadah 1 ke dalam mesin FBD Yong Sheuan

3. Lakukan pengeringan pertama dengan penyetelan suhu air inlet (1), suhu air

inlet (2), waktu bag filter shaking, waktu shaking pause, kemiringan damper angle, kelembaban air inlet dan waktu pengeringan.

4. Setelah pengeringan pertama selesai, buka container kemudian lakukan pengadukan secara manual.

5. Lanjutkan pengeringan kedua dengan penyetelan suhu air inlet (1), suhu air

inlet (2), waktu bag filter shaking, waktu shaking pause, kemiringan damper angle, kelembaban air inlet dan waktu pengeringan

6. Cek moisture content granul setelah pengeringan dengan penyetelan parameter switch of mode, suhu dan berat

7. Ayak granulat kering dengan menggunakan ayakan no. 3 berdiameter 6,73 mm.

8. Timbang sisa granulat kering yang keras dan tidak bisa diayak. Lakukan proses pengecilan ukuran granul dengan mengggunakan Fitzpatrick Mill dengan menggunakan ayakan no. 3 berdiameter 6,73 mm.

9. Cek moisture content granul yang telah diayak dengan penyetelan parameter

switch of mode, suhu dan berat

10. Timbang bobot granul setelah dikeringkan dan diayak, simpan granul dalam kantong plastik dan tutup rapat.

11. Lakukan proses pengeringan dengan cara yang sama terhadap granul pada wadah 2 dan wadah 3.

4.2.1.4 Pencampuran

1. Masukkan seluruh granul (wadah 1, wadah 2 dan wadah 3) ke dalam TK. Fielder kemudian tambahkan bahan penghancur, lubrikan, anti adheren, bahan pengisi, dan pengharum yang telah diayak dengan ayakan no 10 berdiameter 2 mm.

2. Campur dengan mengatur lama pengadukan, kecepatan granulator dan kecepatan impeller.

3. Cek moisture content hasil pencampuran dengan penyetelan parameter switch

of mode, suhu dan berat pada alat untuk pengecekan moisture content.

4. Simpan granul (hasil pencampuran akhir) dalam wadah yang dilapisi plastik dan tertutup rapat.

4.2.1.5 Pencetakan Tablet

1. Periksa keutuhan jumlah punch dan dies.

2. Periksa aliran oli yang melumasi punch atas sebelum mesin berjalan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 112-144)

Dokumen terkait