• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 110-151)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Berikut adalah beberapa saran dari penulis untuk penelitian: 1. Saran untuk perusahaan:

a. Karena implementasi masih dilakukan di Departemen Finance Accounting, maka manfaat yang terlihat belum banyak. Namun manfaat – manfaat tersebut bisa menjadi pegangan bagi organisasi jika akan mengembangkan unit bisnisnya.

b. Manfaat-manfaat yang teridentifikasi bisa menjadi pegangan perusahaan untuk menerapkan sistem Oracle di area distribution seperti modul Puchase Order, Inventory dan Order Management. Penerapan beberapa modul distribusi tersebut akan menyebabkan data-data untuk penjualan terintegrasi dengan modul AR sehingga kualitas data akan lebih baik dan kesalahan pencatatan tidak ada lagi

c. Perubahan proses bisnis untuk penagihan yang tertunda pada tahun berjalan yang dibayarkan pada tahun berikutnya menjadi di tahun yang berjalan dimana dikontrol oleh sistem Oracle Finance yang melakukan pemberitahuan ke bagian Finance Accounting bahwa ada pembayaran yang telat dilakukan oleh pelanggan

2. Saran untuk penelitian lanjutan:

a. Penelitian sejenis yang menggunakan Tabel Generik dalam melakukan analisis manfaat bisnis dari investasi SI/TI, disarankan untuk menggunakan metode system dynamics dalam memodelkan hubungan

Universitas Indonesia antara manfaat yang telah teridentifikasi, karena simulasi model tersebut dengan metrik yang tepat dalam metode system dynamics menghasilkan proses penghitungan kuantifikasi manfaat menjadi lebih akurat dan terstruktur.

b. Penelitian berikutnya bisa dilakukan setelah implementasi modul-modul lain yang berkaitan dengan proses pengadaan barang dan jasa, inventori dan penjualan.

c. Penelitian berikutnya bisa melakukan kajian terhadap kelayakan dari implementasi sistem yang tidak berkaitan dengan Departemen Finance Accounting.

d. Penelitian berikutnya dapat menambahkan rencana mitigasi risiko yang terjadi pada tiap-tiap manfaat relevan dan signifikan yang dilakukan kuantifikasi.

e. Penelitian berikutnya dapat membagi risiko setiap manfaat yang dikuantifikasi menjadi lebih spesifik berdasarkan metrik KRI yang diteliti oleh Samuel (2014) sehingga penentuan KRI menjadi lebih baku.

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agung, Anak. (2012). Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Dalam Mengakomodasi International Financial Reporting Standards (IFRS) Di Suatu Perusahaan melalui Pendekatan Analisis Biaya Konvergensi.

[2] Antasari, Toha. (2011). Kajian Literatur Identifikasi dan Klasifikasi Metriks TI yang digunakan untuk Mengkuantifikasi Nilai Manfaat Ekonomis SI/TI Generik Ranti. Karya Akhir, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta: Perpustakaan MTI FASILKOM.

[3] Andriadi, F. (2000). Justifikasi Investasi Teknologi Informasi dengan Menggunakan Metodologi Information Economics pada Direktorat Jendral Imigrasi (Studi Kasus : SIMKIM). Jakarta: Universitas Indonesia. Tesis, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta: Perpustakaan MTI FASILKOM.

[4] APICS, (1998). APICS Dictionary, 9th ed. APICS – The Educational Society for Resource Management: Falls Church, VA.

[5] Arifin, Satria Perdana. (2010). Kajian Manfaat Bisnis TI Implementasi Enterprise Resource Planning pada Industri Minyak dan Gas: Studi Kasus PT. Chevron Pacifik Indonesia. Karya Akhir, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta: Perpustakaan MTI FASILKOM.

[6] Beasley, Mark S., Bruce C. Branson, dan Bronnie V. Hancock. (2011). “Developing Key Risk Indicators Strengthen Enterprise Risk Management: How Key Risk Indicators can Sharpen Focus on Emerging Risks.” Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. December. Diakses 12 Juni 2014.

http://www.coso.org/guidance.htm

[7] Darmadji, P. A. (2011). Analisis Kelayakan Ekonomis Cloud Computing

Universitas Indonesia pada Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia dengan Metode Ranti’s Generic IS/IT Business Value dan Economic Value Added : Studi Kasus pada Bank Perkreditan Rakyat di Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia. [8] Dewanto, W., & Falahah. (2007). ERP: Menyelaraskan Teknologi

Informasi Dengan Strategi Bisnis, Bandung: Penerbit Informatika.

[9] Indrajit, R. E. (2011). Kajian Strategis Analisa Cost Benefit Investasi Teknologi Informasi. Boston: Harvard University.

[10] ITGI, (2008). Enterprise Value: Governance of IT Investments The Val IT Framework 2.0 Extract, Rolling Meadows.

[11] Maulana, Dzulfikar. (2013). Analisis Manfaat Investasi SAP dengan Menggunakan Ranti’s Generic IS/IT Business Value dan System Dynamics. Studi Kasus: PT. Pindad (Persero). Karya Akhir, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta: Perpustakaan MTI FASILKOM.

[12] Nur, Rakhman. (2014). Analisis Manfaat Investasi Multiple Active Trading Center Sistem Perdagangan Saham Dengan Menggunakan Tabel Generik Manfaat Bisnis SI/TI, System Dynamics, dan Economic Value Added: Studi Kasus PT Bursa Efek Indonesia. Karya Akhir, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta: Perpustakaan MTI FASILKOM.

[13] Pakpahan, R. (2012). Analisis Implementasi SAP R/3 pada Perusahaan Penyedia Jasa & Produk Teknologi Informasi dengan Menggunakan Ranti’s Generic IS/IT Business Value dan Economic Value Added: Studi Kasus PT. XYZ. Karya Akhir, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta: Perpustakaan MTI FASILKOM.

[14] Parker, M. M., Benson, R. J., & Trainor, H. E. (1988). Information Economics: Linking Business Performance to Information Technology.

Universitas Indonesia New Jersey: Prentice Hall College Div.

[15] Ranti, Benny. (2006). “A Review of Information Technology Investment Evaluation Methodologies: The Need for Appropriate Evaluation Methods,” ICT Journal the Indonesia ICT Institute, pp. 1-6.

[16] Ranti, Benny. (2008). “Identifikasi Manfaat-manfaat Bisnis Sistem Informasi/Teknologi Informasi dengan Pendekatan Hermeneutika: Kasus-kasus di Indonesia.” Ringkasan Disertasi, Program Doktor Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.

[17] Ranti, B., & Tambotoh, J. (2010). Implementasi Kajian Kelayakan Finansial untuk Meningkatkan Tingkat Kematangan Manajemen Investasi Teknologi Informasi. Jurnal Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

[18] Samuel, Deni. (2014). Kajian Literatur Keterkaitan Tabel Manfaat Bisnis SI/TI Generik Dengan Manajemen Risiko Menggunakan COSO Enterprise Risk Management Framework. Karya Akhir, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta: Perpustakaan MTI FASILKOM.

[19] U. Sekaran and R. Bougie, (2010). Research Methods for Business: A Skill Building Approach Fifth Edition, John Wiley & Sons Ltd.

[20] W, Van Grembergen. (2004) Strategies for Information technology Governance, IDEA Group Publishing.

[21] Wardhani, Natalia. (2011). Eksplorasi Kontribusi SAP Menggunakan Generic IS/IT Business Value dan Economic Value Added: Studi Kasus Perusahaan Manufaktur di Industri Kimia Spesifik. Karya Akhir, Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta: Perpustakaan MTI FASILKOM.

[22] http://www.sistemdynamics.org/DL-IntroSysDyn/start.htm (Diakses 17 Juni 2013)

Universitas Indonesia [23] http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1310/1070

SeminarNasional Aplikasi TeknologiInformasi 2005 (SNATI 2005) ISBN: 979-756-061-6 Yogyakarta, 18 Juni 2005 (Diakses 15 Juni 2013)

[24] http://sysdyn.clexchange.org/ (Diakses 4 April 2013)

[25] http://www.yazaki-group.com/global/network/ao.html#indonesia (Diakses 15 November 2013) [26] http://www.yazaki-group.com/global/pdf/ser2012_07-10.pdf (Diakses 15 November 2013) [27] http://www.yazaki-group.com/global/pdf/ser2012_05-06.pdf (Diakses 15 November 2013) [28] http://www.yazaki-group.com/global/ser/2012.html (Diakses 15 November 2013)

100

LAMPIRAN A

Lampiran A

Koresponden Wawancara 1: Pak John (Senior Supervisor Departemen Finance Accounting)

Koresponden Wawancara 2: Pak Samsul (Manajer TI)

Pak John sudah bekerja di lingkungan PASI sejak tahun 2000, dimana dia juga ikut serta dalam proses implementasi Oracle Finance. Pak Samsul sudah bekerja di lingkungan PASI sebelum PASI menjadi grup dari tahun 1989.

Saya mau menanyakan dan mengkonfirmasikan beberapa hal dari sisi user/pengguna TI di PASI tentang hal berikut ini:

Konfirmasi permasalahan ERP di PASI:

1. Pak Samsul, bagaimana penerapan ERP di tempat anda ? apa aplikasi yang digunakan ?

Sejak tahun 2003 kami menggunakan Oracle E-Business Suite modul

Finance versi 11i, seluruh cabang juga menggunakan sistem yang sama.

Saat itu pertimbangannya adalah konsolidasi laporan keuangan bisa lebih cepat dan akurat, serta laporan keuangan bisa lebih cepat dibuat dari sistem.

2. Bagaimana dengan bagian-bagian lain seperti bagian pengadaan, gudang, dan sales ?

Bagian-bagian tersebut belum menggunakan aplikasi yang digunakan oleh bagian Finance Accounting. Mereka masih menggunakan aplikasi buatan internal TI kami sendiri, dimana menggunakan Oracle Form.

3. Lalu apakah ada rencana pengembangan aplikasi Oracle E-Business Suite untuk bagian-bagian pengadaan, gudang dan sales ?

Universitas Indonesia

Memang ada, rencananya kami ingin mengimplementasikan di salah satu cabang di Semarang. Namun kami masih berdiskusi dengan pihak terkait disana terkait dengan kebutuhannya.

4. Pak John, selama ini bagaimana kecepatan pemrosesan data ?

Rendah untuk data diluar Orafin

5. Apakah data terintegrasi untuk semua bagian ?

Data tidak terintegrasi karena aplikasi yang digunakan berbeda dan formatnya tidak baku

6. Pak John, bagian apa saja yang selama ini menggunakan Orafin ?

Awalnya implementasi dilakukan di departemen finance accounting. Departemen lain belum menggunakan aplikasi oracle, namun menggunakan oracle form yang terpisah dari orafin

7. Pak John, apakah seringkali terjadi perbedaan persepsi atas suatu transaksi akibat tidak adanya penyeragaman dan kodefikasi ?

Ya, karena tidak terintegrasi data antar departemen purchasing,

inventory, dan sales

8. Bagaimana produktivitas dan efisiensi ? lalu selama ini bagaimana komunikasi antar bagian ?

Efisiensi rendah karena duplikasi pekerjaan antar bagian, komunikasi cukup lancar mengingat telah dibuat calendar of even yang telah disepakati oleh semua bagian

9. Jadi menurut bapak, apakah sistem yang ada belum diterapkan secara maksimal ?

Ya belum maksimal, karena beberapa proses yang seharusnya bisa dilakukan dalam sistem namun dilakukan di luar sistem. Contohnya seperti proses pricing, costing masih dilakukan dengan excel

A.1

A.2

A.3

A.4

Universitas Indonesia 10.Menurut pak Samsul, apa manfaat SI/TI untuk perusahaan (khususnya di

PASI) saat ini?

Efisiensi waktu, SDM, dan traceable data

11.Pak John, sebelum menggunakan Oracle, apa aplikasi lain yang digunakan ? Apakah ada masalah dengan sistem sebelumnya ?

Untuk Finance, sebelumnya menggunakan aplikasi "MAS". Masalahnya untuk data transaksi yang banyak sangat lambat di cabang dan kesulitan konsolidasi. Laporan bisa 15 hari kerja tiap bulan. Banyak membutuhkan staff untuk mencatat data dalam sistem

12.Pak John, apa manfaat yang paling bapak rasakan setelah menggunakan Oracle Finance ?

Pada waktu itu yang paling dirasakan adalah pembuatan laporan yang cepat serta laporan konsolidasi bisa dilakukan dengan akurat. Data

supplier dan customer tidak hilang dan seragam untuk penulisan datanya,

serta terintegrasi antara data-data utang, piutang, pembayaran tagihan dan piutang. Semuanya dalam satu aplikasi. Proses tutup buku bulanan berlangsung lebih cepat yaitu 5 hari kerja. Serta penggunaan staff yang lebih sedikit dari 10 orang menjadi 4 orang untuk staff yang melakukan

input ke sistem

13.Lalu bagaimana dengan staff yang sudah bekerja sebelumnya ?

Staff tersebut ada yang dipindah bagian atau cabang sesuai kebutuhan yang ada pada saat itu. Ada yang dimutasi ke Subang, ada juga yang ke Semarang, mereka menjadi key user disana.

14.Siapa pencetus penggunaan Oracle pertama kali ?

Orafin dicetuskan oleh Dept Head Finance yang sebelumnya dengan alternatif Orafin atau SAP

A.5 A.6 A.10 A.8 A.9 A.7 A.9a

Universitas Indonesia 15.Apa pentingnya mengetahui manfaat suatu investasi serta nilai manfaat yang

didapat ?

Manfaat penggunaan aplikasi orafin tidak pernah dikuantifisir

16.Apakah setelah implementasi Oracle Finance terjadi pengurangan beberapa biaya seperti telekomunikasi, biaya perjalanan, biaya operator, biaya pertemuan, biaya layanan ?

Tidak ada pengurangan biaya telekomunikasi karena tidak berhubungan dengan sistem. Begitu juga dengan biaya perjalanan, biasanya biaya perjalanan disini diatur oleh GA dimana tidak berkaitan dengan sistem dan perjalanan disini merupakan perjalanan dinas. Untuk biaya operator atau karyawan tidak berhubungan dengan sistem juga. Untuk Oracle

Finance tidak memberikan layanan secara langsung terhadap produksi,

saat ini Oracle Finance masih berupa pendukung bisnis bukan core. Untuk proses pencatatan di gudang dan sales ataupun pengadaan menggunakan oracle form yang belum terintegrasi dengan oracle finance kita.

17.Bagaimana dengan biaya sewa ruangan, alat-alat produksi ?

Untuk ruangan rapat ataupun gedung, kita tidak sewa. Kita memiliki ruang sendiri, begitu juga dengan alat-alat pabrik yang digunakan tidak disewa.

18.Bagaimana proses penjualan disini ?

Penjualan dilakukan untuk domestik (dalam negeri) dan third-party. Untuk domestik biasanya proses negosiasi masih bisa langsung dilakukan oleh orang kita, namun untuk third-party ada rule khusus dari Yazaki pusat, biasanya proses negosiasi masih dilakukan oleh pihak Jepang. Untuk proses tersebut belum bisa dicover dalam sistem Oracle Finance.

19.Bagaimana untuk proses penyimpanan hasil jadi produksi ?

A.11

A.12

A.13

A.14

Universitas Indonesia

Untuk proses penyimpanan hasil jadi produksi dilakukan di tiap-tiap cabang, dan untuk distribusinya dilakukan pengiriman ke Cikarang dahulu sebelum dilakukan pengiriman. Untuk pencatatan dalam sistem dibuat aplikasi yang terpisah dengan oracle forms sehingga belum terintegrasi dengan oracle finance.

20.Bagaimana kebijakan untuk produk-produk yang rusak ?

Dari produksi kita mengharapkan zero defect. Proses produksi yang ada masih dilakukan secara padat karya, pencatatan ke sistem belum ada sehingga masih ada pencatatan manual oleh tiap-tiap supervisor yang memegang beberapa team leader produksi. Proses produksi yang ada tidak terintegrasi ke oracle finance, saat ini masih menggunakan sistem yang dibuat khusus dari Jepang karena dirasakan lebih cocok diterapkan.

21.Apakah keputusan dan kebijakan berdasarkan hasil dari laporan sistem ?

Tidak, karena bisnis yang kita lakukan berdasarkan dari job order yang ada sehingga keputusan yang dihasilkan bukan dari hasil sistem namun dari permintaan pelanggan.

A.15

A.16

A.17

Universitas Indonesia

LAMPIRAN B

Lampiran B

Koresponden Wawancara: Pak John (Senior Supervisor Accounting Finance) Ada beberapa pertanyaan berikut yang terkait dengan data dan kondisi di organisasi bapak:

1. Berapa banyak kertas tagihan per bulan yang harus dicatat dalam sistem ?

Ada sekitar 2500 tagihan per bulan, setengahnya merupakan transaksi dalam mata uang USD, setengahnya lagi dalam mata uang IDR. Dibedakan seperti itu bergantung dari suppliernya.

2. Lalu berapa banyak dokumen pembayaran setiap bulan ?

Ada sekitar 800 dokumen pembayaran per bulan

3. Berapa nilai transaksi tagihan tersebut per bulannya pak?

Berdasarkan data yang saya miliki untuk USD bernilai 17.252, dan untuk mata uang rupiah rata-rata nilai per transaksi yang dicatat 180.186.677

4. Untuk pengelolaan transaksi tersebut apakah ada kesulitan sebelum ada Oracle ?

Dulu ketika masih menggunakan MAS, kita masih pakai program Access, jadi seringkali ada salah catat. Dari 2500 transaksi, kira-kira ada 100 transaksi yang salah catat. Sesudah pakai Oracle, paling banyak terjadi kesalahan 9 transaksi. Kalo dulu kita input di bulan berikutnya, atau baru tahu kesalahan salah catat tersebut waktu audit pertengahan tahun. Sekarang kita mengetahui lebih cepat, karena ada kontrol dari sistem pada waktu closing bulanan.

5. Kalau untuk pengelolaan transaksi piutang, apakah ada perbedaan dahulu dengan sekarang ?

B.1

B.2

B.3

B.4

Universitas Indonesia

Untuk piutang dari customer, kita dapat data tersebut dari departemen sales. Seringkali banyak perubahan yang terjadi di sisi mereka walaupun sudah pakai Oracle karena program yang mereka pakai belum terintegrasi, kita mengalami kesulitan. Misalnya dulu untuk sekitar 260an transaksi, ada 10 transaksi yang salah input atau koreksi, kadangkala kita tidak mencatatnya. Sesudah ada Oracle, kesalahan paling banyak terjadi hanya dua transaksi. Biasanya karena human error.

6. Berapa nilai transaksi tersebut pak?

Sebelumnya kita membagi penjualan yang ada menjadi tiga yaitu ekspor, penjualan ke afiliasi dan penjualan ke third-party. Tiap bulan third-party paling banyak penjualannya, sekitar 150 transaksi dengan total nilai 161.700.562.322 berdasarkan data yang saya miliki. Untuk ekspor tidak banyak paling sekitar 10 transaksi dengan total nilai 30.000 dollar. Untuk afiliasi sendiri ada 100 transaksi dengan total nilainya 18.168.344.636 rupiah. Ini berdasarkan data-data yang saya miliki per bulan Mei 2014. Nanti bisa dicek kertas kerjanya untuk data-data tersebut.

7. Bagaimana untuk transaksi pembayaran sebelum dan sesudah implementasi Oracle ?

Pembayaran kita paling banyak untuk pembayaran petty cash, 80 persen kebanyakan untuk operasional disini. Kalau untuk pembayaran ke supplier, kita lakukan 2x seminggu, untuk sebulan kira-kira nilai transaksi berdasarkan data yang saya punya itu 1.067.916.124 rupiah untuk 160 transaksi.

8. Dari transaksi pembayaran, berapa persentase kesalahannya?

Waktu pakai MAS, dari 800an voucher, ada sekitar 20 transaksi yang kita salah catat atau tidak kita input karena sudah tutup buku jadinya kita masukkan di bulan berikutnya. Sesudah implementasi, kesalahan menjadi lebih kecil, sebanyak-banyaknya hanya 1 transaksi. Itupun karena ada kesalahan input dari user

B.5

B.6

B.7

B.8

Universitas Indonesia 9. Bagaimana proses konfirmasi pembayaran yang dilakukan sehingga kesalahan

pembayaran bisa sekecil itu ?

Walaupun ada kontrol dari sistem berupa laporan aging, kita juga melakukan konfirmasi langsung dengan supplier terkadang kita mengadakan rapat untuk menyamakan data, sehingga tidak ada merasa dirugikan

10.Berapa banyaknya transaksi pembayaran tagihan dalam satu bulan ?

800 voucher payment, pembayaran paling banyak dilakukan untuk petty

cash. 80 % transaksi pembayaran untuk petty cash sedangkan sisanya

pembayaran kepada supplier. Petty Cash disini nilai transaksinya dibawah satu juta rupiah.

11.Berapa lama pembuatan tagihan ?

Kurang dari 1 hari

12.Berapa lama pengiriman tagihan ?

1 hari

13.Berapa biaya pengiriman tagihan ?

Hanya biaya kurir atau bensin, totalnya sekitar 150.000 rupiah

14.Biasanya untuk biaya cetak faktur tagihan ke customer menggunakan cartridge, kira-kira berapa biaya yang dikeluarkan untuk sekian lembar faktur tagihan tersebut ?

Biasanya kita tidak memperhitungkan secara langsung. Tapi perkiraan saya sekitar 150 rupiah per 500 lembar faktur yang dicetak

15.Berapa banyaknya dokumen pembayaran dari pelanggan setiap bulannya ?

Untuk dokumen receipt tersebut sekitar 100 lembar per bulan dimana 65 diantaranya pembayaran dengan mata uang rupiah, dan sisanya pembayaran dengan mata uang US Dollar. Untuk rupiah, pembayaran

B.9 B.10 B.11 B.12 B.13 B.14 B.15a

Universitas Indonesia

dari customer ke kita dari data yang saya miliki yaitu 246.560.555.662 rupiah, kalau US dollar mencapai 21 jutaan dollar. Datanya nanti bisa saya berikan. Untuk petty cash, kita juga input ke sistem AR, untuk proses pengisiannya. Untuk pengisian petty cash nilainya kurang dari 10 juta per transaksi, kira-kira ada 20 transaksi per bulan. Dahulu sebelum ada Oracle, jarang terjadi kesalahan untuk penerimaan pembayaran ini, paling sekitar 6 transaksi per tahun. Bisa dibayangkan kalau salah terima uang akan bermasalah untuk PASI juga. Sesudah ada Oracle, dalam setahun sekitar 1 transaksi. Itupun karena salah input atau telat input, jadi kita reversed aja di dalam sistem.

16.Untuk penjualan, paling banyak penjualan kemana ?

Penjualan paling banyak dilakukan ke grup, sehingga margin kita tiap tahun tidak besar. Penggunaan sistem yang ada pun tidak mempengaruhi produksi, rugi ataupun untung, kita tetap menjalankan produksi

17.Berapa banyak dokumen laporan yang harus dilaporkan ke pusat ?

Secara softfile hanya BSPL beserta detailnya. Secara hardcopy hanya sekali dalam setahun yaitu audited financial report. Laporan tersebut membutuhkan jasa auditor juga untuk melakukan penilaian, biasanya kita mengalokasikan anggaran untuk proses audit dari Deloitte.

18.Berapa jumlah pegawai yang digunakan di Dept Finance Accounting ?

karyawan pasi wh Finance = 15 orang, yg akses ke orafin hanya 10 orang, dari 10 orang ini yg melakukan data entry hanya 4 orang

19.Berapa kisaran remunerasi yang diberikan ke staff bapak ?

UMK sebesar 2,8 Juta jika mengikuti sektor 1 otomotif, kondisi disini adalah dua kali UMK

20.Pak John, dahulu waktu penerapan ERP apakah pernah terjadi seperti mati lampu atau downtime ? Lalu hal-hal apa saja yang dilakukan untuk hal tersebut ? B.16 B.17 B.18 B.19 B.15b B.15c B.15d

Universitas Indonesia

Biasanya untuk pabrik yang berada di lokasi Balaraja, cukup sering terjadi mati lampu, sehingga hal tersebut sangat mengganggu operasional kami disini. Kalau dari tim TI sendiri sudah menyiapkan genset untuk berjaga-jaga, genset tersebut diletakkan di Balaraja, karena disana kami meletakkan server kami.

21.Apakah banyak menemui kendala untuk perpindahan sistem dari MAS ke Oracle ?

Iya, awalnya untuk perpindahan sistem di PASI, kami membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun untuk beradaptasi. Banyak kondisi seperti kurangnya pengetahuan dari staff untuk melakukan transaksi dalam sistem, salah catat dalam sistem sehingga banyak data kotor yang

tersimpan dalam sistem. Akhirnya kami memutuskan untuk

menggunakan tools seperti dataloader atau sendkey untuk memperkecil kesalahan proses transaksi input ke sistem. Kami juga menggunakan

interface dan macro dari excel. Tujuannya untuk proses kontrol kami di

luar sistem.

22.Bagaimana bapak mengukur performance untuk staff bapak ? Apakah ada KPI tersendiri yang berkaitan dengan proses transaksi ke dalam sistem ?

Ada tapi kaitannya ke bonus dan tidak dibuat untuk proses ke sistem

23.Akun-akun mana saja yang digunakan untuk mencatat biaya konsultan untuk proses auditing? Mengapa dibuat akun tersendiri ?

Akun 7288211 Profesional Fee untuk audit fee. Pembuatan akun itu untuk mencatat aktivitas audit eksternal yang berpengaruh juga untuk laporan laba rugi PASI. Laporan keuangan yang ada akan diberikan kepada holding yang ada di Yazaki sehingga audit yang ada juga membuat laporan dalam format IFRS. Sebelum ada Oracle, pembuatan laporan format IFRS ini dilakukan oleh audit eksternal. Sekarang Oracle sudah memiliki IFRS Package sehingga mempercepat proses menjadi 5

B.20 B.21 B.22 B.23 B.24 B.25

Universitas Indonesia

hari untuk mempersiapkan dan menghasilkan laporan format IFRS setelah proses audit dilakukan.

24.Akun mana saja yang berperan dalam pencatatan untuk proses pengadaan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 110-151)

Dokumen terkait