• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Rancang bangun alat ini masih jauh dari sempurna. Untuk menunjang penelitian selanjutnya mengeneai topik ini terdapat beberapa saran sebagai berikut:

a) Detektor ini dapat dikembangkan menjadi salah satu metode pelacakan sinyal dengan menggunakan antena Yagi, yang tentunya akan lebih memiliki kepekaan lebih baik dan akurasi arah yang lebih baik.

b) Detektor ini dapat dikembangkan lagi dengan mengganti sensor atau menambahkan sensor yang lebih baik sehingga keakuratan sudut Azimuthnya lebih tinggi.

c) Detektor ini dapat dikembangkan dengan mengganti radio penerima menggunakan radio yang ada smeter hingga dapat membaca dengan lebih teliti daripada yang digunakan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Cristian, R. (2011) ‘Teori Aplikasi Op-Amp’, pp. 1–42.

Cover, T. M. and Thomas, J. A. (2005) Elements of Information Theory, Elements of Information Theory. doi: 10.1002/047174882X.

EINSTRONIC (2017) ‘Nodemcu’, Einstronic.

Fadlilah, U. (2003) ‘Simulasi Pola Radiasi Antena Dipole Tunggal’, Teknik Elektro Universitas Diponegoro.

Firman, B. (2016) ‘Implementasi Sensor IMU MPU6050 Berbasis Serial I2C pada Self-Balancing Robot’, Jurnal Teknologi Technoscientia.

G., R. A. and II, C. (1974) ‘Multilingual Dictionary of Technical Terms in Cartography’, The Geographical Journal. doi: 10.2307/1797128.

Jardiknas, P. T. (no date) ‘Antena dan Propagasi Gelombang Radio’.

Kossor, M. (1999) ‘A Doppler Radio-Direction Finder (Part 1)’, Qst, 5289(May), pp. 35–40.

Kraus, J. D. (2001) Antennas. Sixth. Newyork: McGraw-Hill Companies.

Kraus, J. D. and Marhefka, R. J. (2015) ‘Antennas: for all applications, third edition - Solution Manual’.

Kristiyana, S. (2008) ‘Pembuktian Pola Pancaran Gelombang Radio (RF) Menggunakan Metode Pelacakan Sinyal (Tracking) Dan Aplikasi Surfer’, Jurnal Teknologi Technoscientia, 1(1).

Kristiyana, S. (2015) ‘Sistem Detektor Arah Sinyal RF Menggunakan Antena Doppler’, Jurnal Teknologi Technoscientia, 7(2), pp. 192–201.

Lowrie, W. (2007) Fundamentals of Geophysics, second edition, Cambridge University Press. doi: 10.1017/CBO9780511807107.

Nuryadin, R. (2005) ‘Panduan Menggunakan MapServer’, Informatika, Bandung.

ORARI (2007) Buku Pegangan Amatir Radio Pemula & Siaga. 20070809th edn.

Edited by O. W. Purbo. Jakarta.

Rafsanjani, A. (2017) Navigasi Robot Berbasis Path Planning Dengan Pemulihan Jalur Otomatis., Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Rahayu, A. T. (2015) Optimasi Antena Pengarah Model Yagi Untuk Meningkatkan

Penguatan Dan Jangkauan Pemancar Radio. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Robinson, A. C. (2019) ‘Elements of viral cartography’, Cartography and Geographic Information Science. doi: 10.1080/15230406.2018.1484304.

Schmitt, R. (2008) Explained About Direction Finding. Newyork: Standford University.

Seputar Pengertian (2015) Seputar Pengertian Dan Jenis Gelombang Radio,

Electro. Available at:

http://seputarpengertian.blogspot.com/2015/04/seputar-pengertian-dan-jenis-gelombang-radio.html (Accessed: 4 November 2019).

Sherman, R. and John Pike (1999) Radio Communications System. Available at:

https://fas.org/man/dod-101/sys/ship/weaps/radio.htm.

Sipasulta, R. Y., St, A. S. M. L. and Sompie, S. R. U. A. (2014) ‘Simulasi Sistem Pengacak Sinyal Dengan Metode FFT (Fast Fourier Transform)’, E-Journal Teknik Elektro Dan Komputer, 3(2), pp. 1–9.

Suhartini, S. (2008) ‘Sudut Elevasi dan Ketinggian Antena Untuk Komunikasi Radio HF’, Berita Dirgantara, 9(3).

Timpanometri (2012) ‘Universitas Sumatera Utara’. doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2.

LAMPIRAN

U8G2_SSD1306_128X64_NONAME_1_HW_I2C u8g2(U8G2_R0, /* reset=*/

U8X8_PIN_NONE);

int int_heading;

static int cx = 36;

static int cy = 32;

static int armLength = 29;

u8g2_uint_t offset;

width = u8g2.getUTF8Width("DETEKTOR SUDUT AZIMUTH ARAH KEDATANGAN SINYAL BERBASIS KOMPAS DIGITAL");

u8g2.setFontMode(0);

while(!mpu.begin(MPU6050_SCALE_2000DPS, MPU6050_RANGE_2G)) {

Serial.println("Could not find a valid MPU6050 sensor, check wiring!");

delay(50);

// Menginisialisasi sensor magnetik Serial.println("Initialize HMC5883L");

while (!compass.begin()) {

Serial.println("Could not find a valid HMC5883L sensor, check wiring!");

delay(500);

}

// kalibrasi sensor hmc5883 dengan deklanasi magnet di indonesia compass.setRange(HMC5883L_RANGE_1_3GA);

Vector norm = compass.readNormalize();

Vector normAccel = mpu.readNormalizeAccel();

compass.setMeasurementMode(HMC5883L_CONTINOUS);

Vector norm = compass.readNormalize();

Vector normAccel = mpu.readNormalizeAccel();

// Calculate heading

float heading = atan2(norm.YAxis, norm.XAxis);

// Set declination angle on your location and fix heading

// You can find your declination on: http://magnetic-declination.com/

// (+) Positive or (-) for negative

// For Bytom / Poland declination angle is 4'26E (positive) // Formula: (deg + (min / 60.0)) / (180 / M_PI);

float declinationAngle = (0 + (49.0 / 60.0)) / (180 / M_PI);

heading += declinationAngle;

// Correct for heading < 0deg and heading > 360deg if (heading < 0)

float int_heading = heading * 180/M_PI;

// Output

Serial.print(" Heading = ");

Serial.print(heading);

Serial.print(" Degress = ");

Serial.print(int_heading);

Serial.println();

//inisialisasi sensor MPU6050

int pitch = -(atan2(normAccel.XAxis, sqrt(normAccel.YAxis*normAccel.YAxis + normAccel.ZAxis*normAccel.ZAxis))*180.0)/M_PI;

char pitch_array [] = " "; // better to start with an empty string to avoid garbage dtostrf(pitch, 3, 0, pitch_array); //convert a float to a char array

pitch_array [3] = char(176);

int roll = (atan2(normAccel.YAxis, normAccel.ZAxis)*180.0)/M_PI;

char roll_array [] = " "; // better to start with an empty string to avoid garbage dtostrf(roll, 3, 0, roll_array); //convert a float to a char array

roll_array [3] = char(176);

int roll = (atan2(normAccel.YAxis, normAccel.ZAxis)*180.0)/M_PI;

char roll_array [] = " "; // better to start with an empty string to avoid garbage dtostrf(roll, 3, 0, roll_array); //convert a float to a char array

roll_array [3] = char(176);

int angle =int_heading;

char angle_array [] = " "; // better to start with an empty string to avoid garbage dtostrf(angle, 3, 0, angle_array); //convert a float to a char array

angle_array [3] = char(176); // Character 'DEGREE SIGN'

// define intercardinal directions String corner;

u8g2.drawCircle(cx, cy, armLength, U8G2_DRAW_ALL);

float bearingRad = int_heading/57.2957795; //convert degree to radian int armY = armLength*cos(bearingRad);

int armX = -armLength*sin(bearingRad);

u8g2.drawLine(cx, cy, cx-armX, cy-armY);

// Put the bearing direction & angles on the right side of the OLED u8g2.setFont(u8g_font_unifont);

// Draw the heading arm

float bearingRad = int_heading/57.2957795; //convert degree to radian int armY = armLength*cos(bearingRad);

int armX = -armLength*sin(bearingRad);

u8g2.drawLine(cx, cy, cx-armX, cy-armY);

// Put the bearing direction & angles on the right side of the OLED u8g2.setFont(u8g_font_unifont);

u8g2.drawStr(75, 25, angle_array); // put the angles on the right bottom

u8g2.drawStr(75, 10, corner_array); // put the intercardinal direction on the right top

u8g2.drawStr(90, 40, pitch_array); // put the angles on the right bottom u8g2.drawStr(90, 55, roll_array);

} while( u8g2.nextPage() );

delay(300);

}

B. Hasil Tabel Pengujian

➢ Pengujian 1 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 2 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 3 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 4 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 5 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 6 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 7 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 8 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 9 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 10 Repeater Nglanggeran No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 1 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 2 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 3 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 4 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 5 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 6 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 7 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 8 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 9 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 10 Repeater Suroloyo No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 1 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 2 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 3 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 4 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 5 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 6 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 7 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 8 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 9 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

➢ Pengujian 10 Repeater Blado No Frekuensi

(MHz)

Sudut Pengukuran

(°) S-Meter Peneimaan Sinyal (dB)

C. Dokumentasi

Dokumen terkait