• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

C. SARAN

1. Bagi mahasiswa aktif berorganisasi

Bagi mahasiswa yang aktif berorganisasi disarankan untuk dapat

melihat faktor-faktor yang memengaruhi perilaku asertif berdasarkan hasil

penelitian agar dapat melakukan evaluasi terhadap kondisi organisasinya.

2. Bagi perguruan tinggi

Bagi perguruan tinggi, baik tingkat universitas, fakultas, maupun prodi

atau jurusan, ada baiknya jika adanya pelatihan perilaku asertif bagi

seluruh mahasiswa, khususnya untuk mahasiswa aktif berorganisasi.

Peneliti berharap dengan adanya pelatihan perilaku asertif tersebut dapat

membuat mahasiswa aktif berorganisasi dapat lebih menerapkan perilaku

pula agar kemampuan dalam berperilaku asertif tersebut dapat dijadikan

contoh bagi mahasiswa lain.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan mampu untuk tetap

memperhatikan fokus penelitian yang ingin didapatkan dengan tetap

memerhatikan respon partisipan yang terkadang akan bercerita panjang

lebar mengenai pengalamannya. Artinya peneliti tidak menjadi larut dalam

cerita partisipan namun tetap fokus pada tujuan penelitian. Selain itu,

87

DAFTAR PUSTAKA

Alayi, Z., Khamen, A. B. Z., & Gatab, T. A. (2011). Parenting style and self-assertiveness: effect of a training program on self-assertiveness of Iranian High School Girls. Procedia Social and Behavioral Sciences, 30, 1945-1950.

Alberti, R,. & Emmons, M. (1986). Your perfect right: A guide assertive living. California: Impact Publisher.

Alberti, R,. & Emmons, M. (2002). Your perfect right: Hidup lebih bahagia

dengan mengungkapkan hak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Amalia, D. (2012). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku asertif pada mahasiswa aktivis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anfajaya, Aqso & Endang, S. (2016). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku asertif pada mahasiswa organisatoris Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 5(3), 529-532.

Anindyajati, M., & Karima, C. M. (2004). Peran harga diri terhadap asertifitas remaja penyalahgunaan narkoba (penelitian pada remaja penyalahguna narkoba di tempat-tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba). Jurnal Psikologi, 2(1).

Astika, P. (2010). Gambaran konsep sejahtera pada lansia di Kelurahan

Sumbermulyo. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Bishop, S. (2000). Develop your assertiveness (2nd ed). London: Kogan Page. Bungin, B. (2001). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Caesari, K. C., Anita, L., & Ariati, J. (2013). “Kuliah versus organisasi” studi kasus mengenai strategi belajar pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi mahasiswa pecinta alam Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 12(2).

Castedo, A. L., Juste, M. P., & Alonso, J. D. (2015). Social competence: Evaluation of assertiveness in spanish adolescents. Psychological Reports: Relationship and Communications, 115(1), 219-229.

Creswell, J. (2014). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed (Ed. 3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, J. (2016). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed (Ed. 4). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Erlinawati, A. M. (2009). Kecenderungan perilaku asertif pada remaja akhir di Yogyakarta. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Fukuyama, M. A.,& Greenfield, T. K. (1983). Dimensions of assertiveness in an asian-american student population. Journal of Counseling Psychology, 30(3), 429-432.

Ginting, B. O., & Masykur, A. M. (2014). Hubungan antara harga diri dengan asertivitas pada siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang. Jurnal Empati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 3(4).

Guven, M. (2010). An analysis of the vocational education undergraduate students levels of assertiveness and problem-solving skills. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2, 2064-2070.

Hakim, R. N. (2017). Sempat ricuh, pansus angket kpk tolak temui pengunjuk rasa. Diunduh dari kompas.compada 16 Februari 2018 pukul 13.10 WIB. Hartley, M. (2005). The assertiveness handbook. London: Great Britain.

Ihsanuddin. (2018). Cerita ketua bem ui nekat kartu kuning jokowi dan

diamankan paspampres. Diunduh dari Kompas.com pada 20 Februari 2018

pukul 16.15 WIB.

Kamus bahasa indonesia online. Diunduh dari kbbi.web.id pada 15 Juni 2018, pukul 17.10 WIB.

Khan, R. I. (2012). Perilaku asertif, harga diri dan kecenderungan depresi. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2), 143-154.

Kusdiyati, S., & Fahmi, I. (2015). Observasi psikologi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Leny & Suyasa, P. T. Y. S. (2006). Keaktifan berorganisasi dan kompetensi interpersonal. Jurnal Phronesis, 8(2), 71-99.

Marini, L., & Andriani, E. (2005). Perbedaan asertivitas remaja ditinjau dari pola asuh orang tua. Jurnal Psikologia, 1(2), 46-53.

Miasari, A. (2012). Hubungan antara komunikasi positif dalam keluarga dengan asertivitas pada siswa SMP Negeri 2 Depok Yogyakarta. Emphaty. 1(1), 32-46.

Misnani, J. (2016). Hubungan perilaku asertif dan kesepian dengan kecemasan sosial korban bullying pada siswa SMP Negeri 27 Samarinda. Psikoborneo. 4(4), 793-802.

Moleong, L. (2009). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Montero, A. (2010). Developing assertiveness in organizations: Principles and tools. Diunduh dari www.qbsteam.com pada 7 Maret 2018 pukul 13.40 WIB.

Onyeizugbo, E. (2003). Effect of gender, age, and education on assertive in a Nigerian sample. Psychology of Women Quartely, 27, 12-16.

Paramitasari. (2011). Hubungan antara perilaku asertif dan tingkat stres kerja pada

karyawan. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Pourjali, F., & Zarnaghash, M. (2010). Relationship between assertiveness and the power of saying no with mental health among undergraduate student. Procedia Social and Behavioral Sciences, 9, 137-141.

Pratiwi, W. E. (2015). Pengaruh budaya jawa dan harga diri terhadap asertivitas pada remaja siswa kelas XDI SMA Negeri 3 Ponorogo. eJournal Psikologi, 3(1), 348-357.

Pipas, M. D., & Jaradat, M. (2010). Assertive communication skills. Annales Universitatis Apulensis Seris Oeconomica, 12(2), 649-656.

Putri, C. P. (2015). Motivasi mengikuti organsiasi mahasiswa ditinjau dari dukungan sosial teman satu jurusan. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Rizki, B. M. (2015). Self disclosure: Definisi, operasionalisasi, dan skema proses. Intuisi, 7(1).

Rizki, K., Sukarti., & Uyun, Q. (2015). Pelatihan asertivitas terhadap penurunan kecemasan sosial pada siswa korban bullying. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 3(2), 200-214.

Robbins, S. (1994). Organization theory: Structurer, design, and applications. Jakarta: Arcan.

Santrock, J. W. (2011). Life-span development. New York: McGraw-Hill.

Sarwono, S. W. (1978). Perbedaan antara pemimpin dan aktivis dalam gerakan protes mahasiswa. Jakarta: Bulan Bintang.

Satuti, N. B. (2014). Hubungan antara harga diri dengan perilaku asertif pada mahasiswa aktivis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Septyadi, R. (2004). Perbedaan kemampuan asertif antara remaja putra dan remaja putri dalam relasi persahabatan. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Siska., Sudardjo., & Purnamaningsih, E. A. (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Jurnal Psikologi, 2, 67-71.

SK Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan No.155/U/1998 tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan.

Sriyanto., Abdulkarim, A., Zainul, A., & Maryani, E. (2014). Perilaku asertif dan kecenderungan kenakalan remaja berdasarkan pola asuh dan peran media massa. Jurnal Psikologi, 41(1), 74-88.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta.

Supratiknya, A. (2007). Merajuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Tohrin. (2012). Metode penelitian kualitatif dalam pendidikan dan bimbingan konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(2017). Pentingnya komunikasi asertif dan regulasi emosi dalam penyampaian pendapat. Diunduh www.ui.ac.id pada 7 Maret 2018, pukul 16.00 WIB.

92

NO VERBATIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 PENDAHULUAN

Oke selamat sore Dara Selamat Sore Apa kabar nih? Baik baik, luar biasa

Habis asistensi ya? Iya Kesibukanmu yang sedang kamu lakukan saat ini

apa aja nih? Sekarang sih aku lagi magang di luar, sama ya ngasisten di farmasi sama di P. Kim Oh asistensi juga, terus kuliah udah selesai? Mata

kuliah udah gak ada sama sekali? Skripsi sudah selesai? Iya sudah semua,

jadi cari-cari kesibukan di luar. Okey. Em tentang kegiatanmu yang

udah-udah nih. Kamu pernah ikut organisasi? Ya Kalau boleh tau apa aja tuh?

Kalau organisasi sih sebenernya cuman satu, cuman aku 3 tahun di sana. Jadi udah 3 periode, organisasinya DPMF Farmasi Tiga periode tu satu periode satu tahun? Iya Bearti 3 tahun mengabdi? Luar biasa... Sampe buluk

Bearti ini dah gak menjabat, dah lepas tanggungjawab gitu ya? Iya

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 ISI

Emm.. peranmu sendiri di DPMF tu gimana? Em pengalaman yang kayak

gimana nih? Em jabatanmu dulu deh dari tiga periode tu apa aja? Yang pertama aku jadi anggota dulu, anggota di komisi quality control. Terus habis itu tahun kedua jadi CO, terus yang tahun terakhir jadi ketua.

Ketua DPMFnya.. oke. Terus nahh dari ketiga peranmu di organisasi itu pengalaman yang paling berkesan sebagai apa atau menjabat sebagai apa? Yang paling berkesan itu waktu jadi ketua Ketua.. nah kenapa tuh?

Kenapa bisa dikatakan paling berkesan diantara anggota dan CO? Karna

ya yang pertama pasti lebih banyak mengayomi orang. Karna kalau di eh maksute kalau jadi koordinator aja kan ya kamu cuman ngayomi anggotamu aja. Kalau jadi ketua kamu harus mikirin semuanya gimana, progresnya jalan, terus rencana-rencana setahun ke depan jalan, terus juga harus menjalin komunikasi sama bemf sama apa fakultas kayak gitu. Jadi selain kenalannya jadi banyak, rekanannya jadi banyak, jadi ya itu harus apa ya ya mengayomi semua.

Jadi lebih ke e berinteraksi dengan anggotanya, gimana cara me- em tugas-tugasnya biar terlaksana semua kayak gitu. Oke nah kalau e selama kamu menjadi ketua tu pasti ada kan pengalaman berkesan gitu. Em satu deh pengalaman berkesan saat kamu menjabat sebagai ketua tu apa? Em yang gak bisa kamu lupain? Em ini sih kita itu awal bikin anggota. Eh bikin anggota, maksudnya waktu penerimaan OPREC, itu beneran apa ya kayak macem rebutan tu lho. Karna di farmasi sendiri, ya gak tau sih di tempat lain gimana. Tapi menurutku di farmasi itu orangnya yang ikut organisasi juga cuman itu-itu aja. Jadi yang kejaring di bemf, kejaring di Responden 1, CADS

38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77

memperjuangkan karna memang kita liat kualitasnya emang bagus. Jadi ya sama-sama ber- sampe ada yang nangis segala, kayak gitu. Tapi akhirnya bisa kita.. kan ada dua orang nih, dua-duanya akhirnya sama-sama dapet dpmf. Cuma yang disayangkan ternyata salah satunya ini ternyata gak bener-bener bisa apa ya.. maksudnya kita dah bener-bener memperjuangin, tapi ternyata dia gak bisa kerja dengan sepenuh hatinya kayak gitu. Ya itu sih yang bener-bener kecewa sih. Tapi ya berkesan karna apa ya kita jadi bisa lihat watak-watak yang asli kayak gitu.

Oke bearti pengalaman untuk memilih gitu ya? oke lha kamu mengatasi masalah itu gimana tu? Kamu berperan masuk dalam apa ya ke.. kebimbangan dari orang-orang itu kamu gimana cara mengatasinya?

Jadi kita tu awalnya ngrembuk kayak gitu, rembuk bareng terus habis itu ngobrol dulu. Itu aku kemaren sama aku, wakilku sama beberapa yang aktif di DPMF yang periode sebelumnya, itu nyoba bukan ngerayu sih tapi e ngasih pertimbangan baik buruknya kayak gimana. Tapi semuanya tetep diserahin ke orangnya sih maunya kayak gimana, pokoknya kita juga ngasih gambaran kalau sekarang DPMF emang butuh orang-orang yang kompeten buat bangun karna selama ini kayaknya DPMF Farmasi tu ayem-ayem aja gitu lho. Malah karna ayem itu jadinya kayak gak ada perkembangan, makannya kita ngasih pertimbangan gitu ke orangnya supaya mau bergabung ke kita.

Jadi kamu lebih e mendekati secara personal orangnya ituterus ngasih pengertian pada akhirnya dia mau untuk bergabung gitu. Oke nah kalau berkaitan dengan program kerja atau kegiatan dalam organisasi DPMF ini, bisa sebutin gak program-program kerja yang ada dari DPMF ini?

Yang tahun ke berapa? Yang saat kamu menjabat ketua aja Jadi ketua itu evaluasi dosen, terus evaluasi dosennya ini dosen fakultas, eh fakultas. Jadi fakultas, fakultas ini ada prodi sama apoteker. Terus habis itu ada evaluasi program kerjanya BEMF. Jadi dari ada dari kita ada yang ikut kepanitiaannya mereka atau ikut acaranya mereka terus kita kayak bagi angket ke peserta, panitia gitu. Terus ini kalau yang bagian apa informasi itu publikasi dan aspirasi itu ada hari aspirasi sama advokasi juga ada hari aspirasi jadi kita keliling ke kelas-kelas gitu buat ngambil aspirasi. Jadi kita bawa kotak gitu, kita nyediain kertas buat mereka menyampaikan aspirasinya yang nanti kita sampaikan ke fakultas gitu. Terus itu hari aspirasi tu per enam bulan sekali. Nah ada yang satu bulan sekali itu, eh satu bulan sekali, em satu program di kepengurusan itu ada yang kita bikin kayak emm apa namanya kayak rembukan bareng gitu satu fakultas nyampaikan aspirasinya tapi secara langsung, kayak gitu kayak dialog gitu.

Berarti satu fakultas itu perwakilan gitu? Em dari pengalaman-pengalaman menjalani program itu tu menurutmu kamu emang setuju

80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119

berjalan kayak gitu padahal harusnya maksudnya semua program tu udah direncanain dari awal tahun kayak gitu jadi tinggal ngelaksanain semua tapi ya itu ada yang gak jalan. Gak jalannya karna.. Karna yang harusnya bertanggungjawab tidak melaksanakan tugasnya

Oke jadi dari divisi tertentu gitu. Oke em saat tadi tu awal waktu awal tahun kan berarti membicarakan program-program yang akan dilaksanakan satu tahun ke depan. Nah ada gak sih kayak diskusi apa ya apakah kamu juga setuju akan selalu setuju dengan semua program yang akan dijalani satu tahun ke depan atau mungkin kamu ada gak setujunya, terus didiskusikan gimana gitu? Ya kita jadi yang bikin program itu aku sama wakilku jadi itu kita bikinnya cuman berdua aja kan itu ceritanya setelah pemilihan ketua wakil sama gubernur wakil gubernur tu terus kita langsung bikin rancangan RKA sama R- sek aku lupa, pokoknya Rancangan Kegiatan sama Rancangan Anggaran kalau gak salah, itu kan. Terus habis itu kita bareng-bareng tu ngerjainnya sama BEMF biar waktu sama dana kayak gitu tu kita juga sinkron. Terus habis itu kan dipresentasiin ke fakultas. Itu kegiatannya sih sejauh itu lancar-lancar aja sih, tapi mungkin dengan BEMFnya kita kemaren sempet ini apa namanya bukan beda pendapat sih malah kita tu ternyata pendapatnya sama kayak gitu. Jadi BEMF mau ngadain em kayak dialog gitu, dan kita juga pingin ngadain dialog jadi daripada dobel mending kita jadiin satu. Jadi kita yang ambil aspirasi, mereka yang ngadain eksekusinya kayak gitu, acara yang di drost kayak gitu. Jadi pembagian tugas tapi tujuannya sama gitu. Daripada dobel dan biaya juga dobel

Nah waktu membicarakan antara ketua dan wakil ketua itu, apakah selalu sejalan, selalu sejalan atau mungkin ada perbedaan pendapat

kayak gitu? Pengalamanmu saat ini kayak gimana? Kayaknya sejalan sih,

sejalan. Cuma mungkin beda pendapat itu pas apa ya. tapi biasanya sama sih, maksude yang dimaksud si wakilku juga sama yang kayak aku maksud gitu. Jadi aku setuju aja kayak gitu.

Kalau dari program yang udah kalian diskusiin terus kalian distribusiin ke anggota-anggota lain kan pastinya nah itu mereka juga pada setuju-setuju aja atau ada pendapat lain atau gimana gitu? Setuju-setuju aja. Cuma mereka bikin ini kayak dirombak biar lebih apa ya sesuai sama mereka, tapi intinya sama sih cuma mereka bikin lebih bervariasi kayak gitu.

Emmm tapi intinya sama.. Oke kalau selama pelaksanaan programnya gimana sih pengalamanmu selama bekerja sama dengan anggota lainnya

saat program itu dilaksanakan? Em kayaknya sejauh kemaren tu juga cuma

satu sih sama satu divisi yang memang komunikasinya susah karna dia tu susah dicari gitu lho. Tapi kalau sama yang lain komunikasinya mudah sih karna jadi tiga komisi waktu itu. Sama yang dua komisi ini lancar terus

122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161

kayak gitu, salahnya dari mungkin aku sama wakilku kurang ngejar. Tapi ya, ya udah gede, udah namanya juga organisasi masa harus di kejar-kejar terus kayak gitu.

Bearti masalah komunikasi antara kalian dan si divisi satu ini? Nah terus cara kamu meng- apa ya mengajak mereka lagi atau ya

mengkomunikasikan lagi tu gimana caramu? Kalau aku sih kemaren karna

susah nyarinya jadi aku langsung nemuin anggotanya. Jadi karna koordinatornya sulit dicari, akhirnya aku langsung turun ke anggotanya kayak gitu. Langsung nanyain misalnya ada progress yang kurang apa enggak, ada yang perlu dibantu apa enggak. Terus sama yang susah diajak komunikasi ini ya aku akhirnya ngejar sih cuma mungkin telat juga, udah hampir selesai tu baru akhirnya dia menyelesaikannya di akhir-akhir. Tapi itu juga nyeleseinnya gak semaksimal itu lho, jadi ya dah selesai habis itu. Mungkin ngambang gitu

lah kerjaannya tu. Oke berarti sikapmu terhadap em bisa dikatakan orang

bermasalah itu, sikapmu tetep sabar gitu ya.. Iya.. mungkin itu sih salahku terlalu sabar kayaknya

Tapi tetep komunikasi, ngandan-ngandani gitu. Oke em saat, aku penasaran nih waktu tadi tu lho satu program yang sama dengan BEMF, nah itu bearti kan itu kayak gimana caranya untuk menggabungkan lagi tu, nah sikapmu terhadap bisa dikatakan berbeda pendapat- em bukan ya hampir berbeda pendapat terus diskusi, diskusi, diskusi terus nemu satu tujuan. Nah caramu untuk mendiskusikannya dengan BEMF sendiri gitu gimana ya? Ya kita jelasin kalau misalnya sebenernya program ini tu tujuannya sama-sama bagus, nanti daripada kita menghabiskan tenaga dan dana untuk dua program yang sebenernya bisa jalan bareng kenapa kita gak kerjasama aja buat. Lagian karna kan kita emang nyari aspirasi to, karna itu sebenernya dialog, karna dialog kan berarti butuh apa ya butuh masukan-masukan dari dari mahasiswa apa yang kurang jadi bisa diatasi sama fakultas. Jadi kenapa gak kita saling bantu terus tinggal bagi tugas aja nanti waktu

pelaksanaannya. Berarti kamu menjelaskan plus minusnya, kamu juga

menjelaskan tentang jalan keluarnya gimana kalau gini gini gini gini, dan

mereka langsung setuju? Oke.

Em kalau selama rapat-rapat biasa, rapat harian atau oh iya rapat rutin

berapa kali dalam waktu sebulan atau seminggu? Sebulan sekali Sebulan

sekali tu rutin? Rutin Nah dalam rapat-rapat biasa kayak gitu ada gak sih kesulitan yang kamu hadapi berlangsungnya rapat itu? Kesulitannya itu karna orangnya gak lengkap, gak selalu lengkap dalam setiap rapat. Jadi kadang informasinya harus diulang lagi kayak grup chat gitu baru maksudnya biar semuanya tahu kayak gitu. Gitu sih, maksudnya informasi yang ditangkap sama anggota tu kadang gak lengkap karna mereka gak dateng kayak gitu.

164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203

informasinya gak tersampaikan sekarang caramu dengan di grup chat itu. Berarti sejauh ini gak ada masalah yang terlalu besar ketika rapat

terus sampai debat atau apa gitu gak ada? Ayem-ayem ajaa.

Oke em ketika kamu ingin mengungkapkan pendapatitu, nah pertimbangan apa aja sih yang ingin em yang kamu gunakan saat kamu

mau mengungkapkan pendapat di muka umum gitu? Yang pertama

pemilihan kata-kata, karna ya kalau gak, kalau gak bener dalam kata-kata ntar malah kesannya jadi negatif. Terus dari kepentingan juga sih kalau misalnya itu ngasih pendapat yang sifatnya personal, ya mending aku ngomongnya personal aja daripada aku ngomong di depan semua orang. Terus ya itu dia

kalau mau. Berarti mempertimbangkan kontennya apa, kalau bisa

disampaikan secara umum ya secara umum, kalau emang personal ya setelah rapat gitu ya disampaikan personal ke orangnya gitu. Oke

Em pernah gak kamu menolak atau gak setuju dengan apa ya dengan keputusan rapat atau dengan pendapat orang saat rapat itu, pernah gak

ngalamin pengalaman kayak gitu? Emmm kayaknya enggak deh.

Sepertinya lho kayaknya enggak deh Kalau selama selain jadi ketua? Em sebenernya bukan rapat sih, itu waktu pemilihan ketua tu sebenernya aku gak mau, tapi aku bilange gini sih, maksud e ya kalau memang gak ada orang lagi itu gak ada orang yang memang bisa dan mau, ya aku gak papa. Tapi menurutku aku belum siap kayak gitu. Ya gitu sih, sebenernya gak setuju, tapi ya begitu dijalani emang enak sih, cuma e mungkin tahunku tu anak-anaknya susah dicari maksudnya anggotanya tu yang susah dicari. Jadi banyak memaksa ya dengan kata memaksa anggota yang kemaren kayak gitu buat

ikut lagi. Oke berarti kamu menolaknya ya gak menolak sih ya, em lebih

ke kalau ada yang lain.. berarti gak bisa, aku gak mau, gak mau ya gak

mau itu gak ma- gak, kamu gak kayak gitu. Aku selalu menerima saja…

Okee luar biasa. Kalau dalam pengambilan keputusan nih, gimana sih kamu menentukan pilihan ketika kamu harus menentukan pilihan saat pengambilan keputusan itu. Hal-hal yang kamu pertimbangkan apa?

Mempertimbangkan pendapat dari orang lain juga. Soalnya ya namanya juga organisasi jadi gak bisa mutusin dari satu pihak, jadi aku harus ngambil dari pendapat orang lain, plus minusnya kayak gimana, kelemahan kekurangannya kalau disetujui atau gak disetujui. Berarti pertimbangan yang kamu ambil

Dokumen terkait