• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Keberhasilan dalam menciptakan partisipasi aktif tidak terlepas dari ketersediaan sarana belajar. Yang termasuk ketersediaan sarana itu meliputi ruang kelas, dan setting tempat duduk siswa, media dan sumber belajar.

20

Selain itu Mc Keachie dalam Dimyati, (Martinis Yamin, 2007: 77) menyatakan bahwa ada 7 aspek yaitu :

1) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran. 2) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar

3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antara siswa.

4) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

5) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.

6) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Sesuai pendapat dari beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oeh guru bersama siswa di kelas harus lebih mengacuh pada peningkatan aktifitas dan partisipasi siswa sehingga dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran maka kita juga mengembangkan kapasitas dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara penuh.

4. Bentuk-bentuk partisipasi aktif

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran partisipasi aktif siswa sangan dibutuhkan sehigga dapat menghindari situasi belajar yang hanya berpusat pada gurunya saja. Bentuk-bentuk partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran menurut Wina Sanjaya (2006:143) antara lain:

1. Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

21

Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan,melakukan sendiri, dan lain sebagainya. Selain itu pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerja sama dan interaksi dalam kelompok.

3. Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

4. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecakan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung. 5. Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa

atau guru dengan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya pembicaraan atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

Sesuai dengan penjelasan dari bentuk-bentuk di atas maka dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sangat dibutuhkan guna mengaktifkan siswa agar mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan tidak hanya berfokus pada guru saja.

D. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Kewarganegaraan

Hamid Darmadi (2012: 7) menyatakan bahwa kewarganegaraan dalam

22

Inggris disebut “Civic” artinya mengenai warga negara atau kewarganegaraan. Selain itu menurut Cogan &Derricott (Dalam Winarno Narmoatmojo, dkk 2015: 29) mendefinisikan kewarganegaraan sebagai

‘’a set of characteristic of being a citizen’’. Kewarganegaraan sebagai seperangkat karakteristik dari seorang warga. Karakteristik atau atribut kewarganegaraan (attribute of citizenship) itu meliputi: 1) Sense of identifi (perasaan akan identitas), 2) The enjoiment of certain rights (pemilikan hak-hak tertentu), 3) The fulfillment of corresponding obligations (pemahaman kewajiban-kewajiban yang sesuai), 4) A degree of interest and involvement in publich affair (tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah public), dan 5) An acceptance of basic social values (penerimaan terhadap nilai- nilai sosial dasar.

Sehingga dapat dipahami bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai warga negara apabila memiliki pemahaman akan identitas berupa siapakah yang dapat disebut sebagai warga negara dan bagaimana cara memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan di negara itu. Selanjutnya mengenai hak dan kewajiban dimuat dalam praturan perundangan negara serta peran atau partisipasi warga mencakup di berbagai bidang kehidupan negara. Sedangkan kepemilikan nilai bersama merupakan nilai yang dikembangkan dan diterima warga negara di negara tersebut.

Sedangkan menurut Undang-Undang No 20. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara. Hal ikhwal tersebut merupakan isi dari warga negara itu sendiri yang meliputi: identitas, hak, kewajiban, peran serta (partisipasi), dan kepemilikan nilai sosial bersama Winarno Narmoatmojo (2015: 30).

23

Merujuk dari pendapat para ahli di atas menunjukan bahwa kewarganegaraan merupakan identitas dari seseorang sebagai warga yang memiliki kesamaan hak politik yang sama dengan warga yang lain dalam satu negara. Dengan kata lain kewarganegaraan mengarah pada bentuk hubungan (ikatan) antara seseorang dengan negaranya.

2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Fathurrohman dan Wuri Wuryandani (2011: 33) menyatakan bahwa PKn memiliki peranan yang sengat penting dalam menyiapkan warga negara yang berkualitas, sehingga warga negara dapat berpartisipasi aktif, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya warga negara. Lebih dari itu PKn juga memiliki tugas dalam mengembangkan pendidikan demokrasi dengan mengemban tiga fungsi pokok yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga (civic participation).

Selain itu Winarno Narmoatmojo (2015: 15) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Repoblik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Repoblik Indonesia (NKRI), dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tana air. Sehingga dapat dipahami bahwa secara kurikuler PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas,

24

partisipasif, dan bertanggung jawab. Secara teoritik PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. PKn secara pragmatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai ( content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai prilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara Sunarsono, dkk (2006: 1-2).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang sengat penting karna mempersiapkan warga negara agar dapat menjadi waga negara yang baik dengan memiliki sikap dan tanggung jawab serta berprilaku briman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, bersikap rasional dan sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta memiliki kesadaran dalam bela negara.

3. Funsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan secara umum merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan

25

bangsa. Fungsi PKn menurut Sunarso, dkk (2006: 5) adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setiah kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Fathurrohman & Wuri Wuryandani, (2010:7-8) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Sejalan dengan itu Hamid Darmadi (2012: 30) mengungkapkan tujuan PKn secara garis besar yaitu untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan diri pribadi siswa sebagai insan pancasila dan meningkatkan diri siswa sebagai warga negara yang Pancasialis yang mahir dalam

26

hubungan sosial. Oleh sebab itu maka PKn memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan dan membina sikap individu agar dapat berperan penting dalam kehidupan bebangsa dan bernegara dengan baik sesuai yang diharpkan.

E. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki bidang kajian yang membahas tentang bagaiman membentuk sikap dan prilaku siswa agar menjadi warga negara yang baik yang memiliki tanggung jawab dalam menjaga keutuhan bangsa dan negaranya. Siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan untuk siap menghadapi segala tantangan dengan turut berpartisipasi aktif dalam segala tindakan bela negara.

Pada dasarnya partisipasi aktif siswa dalam mengikuti pelajaran umumnya dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran yang merujuk pada keterlibatan seluruh aktifitas siswa pada saat mengikuti pelajaran. Keterlibatan siswa tidak hanya terlihat pada aktifitas fisik saja akan tetapi melibatkan aktifitas mental. Agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif hendaknya guru menyiapkan rencana kegiatan seperti menyajikan suatu masalah konkrit atau kegiatan pembelajaran dimana siswa disuguhi dengan masalah-masalah. Pembelajaran dengan PBL ini mampu merangsang siswa berpartisipasi secara aktif dalam mengikuti pelajaran.

Akan tetapi pada kegiatan pembelajaran PKn kelas IV SD N Sawit ditemukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran semacam ini belum tampak. Sehingga dengan penerapan strategi pembelajaran PBL diharapkan dapat

27

membantu siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan memiliki pengalaman yang berharga dalam menyelesaikan berbagai persoalan.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis tindakan

yang diajukan peneliti adalah “Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa pada mata pelajaran

28

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama Suharsimi Arinkunto (2007: 3). Penelitian ini bertujuan utuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dengan menerapkan penggunaan strategi baru yang dapat menciptakan pembelajaran yang bermanfaat.

Penelitian tindakan kelas ini dikemas dalam bentuk penelitian tindakan kelas kolaboratif yaitu bekerja sama dengan guru kelas dalam merencanakan, mengobservasi, dan merefleksi tindakan yang telah di lakukan. Guru bertindak sebagai pelaksana proses pembelajaran di kelas, sedangkan peneliti bertindak sebagai observer atau pengamat. Oleh sebab itu peneliti dalam penelitiannya terlibat sejak awal perencanaa, memantau, mengumpulkan data, dan menganalisis serta melaporkan hasil penelitian dengan dibantu oleh kolaboratornya. Apabila masih ada masalah dalam proses pelaksanaan tindakan maka guru bersama dengan peneliti melakukan revisi dan refleksi untuk memperbaikinya pada tindakan berikutnya.

29

B. Seting Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sawit, Sewon, Bantul, Yogyakarta yang berjumlah 33 orang, objek yang akan diteliti adalah partisipasi aktif siswa kelas IV SDN Sawait pada mata pelajaran PKn melalui penggunaan strategi pembelajaran Learning (PBL). 2. Tempat dan waktu

a. Tempat

Penelitian ini dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sawit, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

b. Waktu penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap Tahun ajaran 2016/2017 pada bulan maret. Untuk pelaksanaan penelitian, peneliti akan menyesuaikan dengan pihak sekolah.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Perencanaan model ini menggunakan sistem spiral, yang masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen, yaitu: rencana, tindakan, observasi, dan refleksi Suharsimi Arikunto (2013:132).Keempat komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang seperti pada gambar berikut:

30 3 1 3-2

Gambar 1. Model penelitian tindakan dari Kemmis & Taggart 1. Tahap perencanaan (Plan)

Pada tahapan ini guru dan peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menemukan masalah yang ada di lapangan, yaitu:

1) Tahapan ini peneliti melakukan kegiatan awal dengan mewawancarai guru kelas IV untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam pembelajaran PKn. Pada penelitian ini masalah yang ditemukan di lapangan adalah kurangnya partisipasi aktif

4 1 3-2 Keterangan Siklus 1 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi

31

siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn serta penggunaan startegi dalam pembelajaran masih kurang bervariasi.

2) Memaparkan alasan dipilihnya permasalah tersebut sebagai latar belakang penelitian tindakan kelas.

3) Merumuskan masalah secara jelas dan rinci

4) Merancang tindakan yang yang akan digunakan pada penelitian tindakan kelas ini.

b. Merancang tindakan yang akan dilakukan

Setelah melakukan observasi untuk mengetahui permasalahan yang ada di lapangan, kemudian peneliti bersama guru menyusun rencana tindakan berupa tindakan apa yang akan diterapkan sebagai sulusi dari permasalahan yang ada sehingga dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa.

Tindakan yang dilakukan meliputi:

1) Peneliti mengeksplorasi teori yang relevan dan menerapkan alternatif tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran PKn. Solusi yang akan di gunakan yaitu dengan menerapkan strategi pembelajaran PBL untuk meningkatkan partisiipasi aktif siswa.

2) Peneliti bersama guru merencanakan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan stategi pembelajaran PBL pada siklus 1 yang dituangkan dalam RPP.

32

4) Peneliti bersama guru membentuk siswa kedalam kelompok- kelompok kecil. Setelah kelompok-kelompok terbentuk guru menyajikan suatu masalah yang akan di pecahkan atau dicari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menyajikan resolusi dari permasalahan tersebut.

5) Peneliti bersama dengan guru merencanakan untuk membentuk siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

2. Tahap pelaksanaan (Action)

Apabila jenis tindakan dan serta kelengkapan yang suda direncanakan suda tersusun maka peneliti dan 4 obserasi yang membantu beserta guru melaksanakan skenario yang telah direncanakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana atau tidak. Peneliti juga perlu melakukan pemantauan untuk mengetahui hasil yang sudah dilaksanakan. Pemantauan dilaksanakan oleh guru, peneliti dan dibantu oleh 4 observasi lainnya. 3. Tahap observasi atau pengamatan

Tahap ini peneliti akan menjabarkan hasil jalannya tindakan. Peneliti dibantu oleh empat oserver untuk melaksanakan observasi siswa dalam kelas. Dalam hal ini unpan balik dilakukan sebagai bahan untuk memodifikasi rencana selanjutnya. Bila perlu dilakukan perencanaan ulang ketika rencana awal kurang tepat dan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.

33 4. Tahap refleksi (reflect)

Tahap ini merupakan tahap akhir dengan melakukan refleksi pelaksanaan yang telah dilakukan. Tahap refleksi terdiri dari beberapa komponen yaitu:

a. Menganalisis, yaitu dengan menganalisis hasil tindakan yang telah dilakukan. Apakah perlu adanya perbaikan atau tidak, berhasil atau tidak, dan bagaimana hasil dari tindakan yang dilakukan tersebut. b. Melakukan sintesis, yaitu dengan menghubungkan antara hasil yang

telah diperoleh pada tindakan. Apakah setelah melakukan tindakan ada munculnya perubahan atau belum.

c. Memberi makna, yaitu dengan mengambil kesimpulan hasil yang telah diperoleh setelah disertasi awal.

d. Refleksi, yaitu tahap dimana diadakan perbaikan untuk mencapai tujuan yang akan diperoleh.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Suharsimi Arikunto 2010: 175). Data yang diperoleh dari penelitian ini bersumber dari peneliti, guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan strategi pembelajaran PBL. Untuk memperoleh data tersebut peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelas. Peneliti mengamati segala aktivitas siswa dan guru

34

selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pelaksanaan observasi menggunakan alat bantu berupa lembar observasi.

Lembar observasi bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penggunaan strategi pembelajaran PBL untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan memberi gambaran tentang aktivitas guru dan juga siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk kegiatan partisipasi siswa.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada subjek yang akan diteliti. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data terkait dengan permasalahan- permasalahan yang terjadi pada siswa terkait partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2010:192) adalah alat yang digunakan oleh peneliti pada waktu penelitian dengan menggunakan sesuatu metode. Instrumen merupakan alat pengambilan data oleh karena itu harus dapat memberikan informasi dan dapat dipertangggung jawabkan. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi pada saat kegiatan pembelajaran. Kisi-kisi instrument lembar observasi disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut:

35

Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi partisipasi aktif siswa

No Aspek yang diamati Indikator Deskripsi

1

Keterlibatan siswa dalam setiap proses pembelajaran.

1. Parhatian siswa tertuju pada penjelasan guru

2. Sikap siswa yang menunjukan rasa ingin tahu dan bertanya tentang hal yang belum di ketahui.

3. Siswa selalu disiplin dalam mengerjakan tugas.

2

Siswa belajar secara langsung

(experiential).

4. Siswa belajar melalui pengalaman nyata.

5. Siswa menggunakan media dalam pembelajaran. 3

Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar.

6. Siswa ikut menentukan sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran.

7. Siswa memanfaatkan sumber belajar yang ada untuk pembelajaran.

4

Adanya keterlibatan siswa dalam

melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan

pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul saat proses pembelajaran

berlangsung.

8. Siswa menjawab setiap pertannyaan yang diberikan. 9. Siswa bertanya tentang materi. 10. Siswa memberikan pendapat

untuk menyelesaikan masalah terkait pembelajaran.

5

Terjadi interaksi yang multi arah, baik antara siswa denga siswa atau guru dengan siswa.

11. Siswa melakukan diskusi. 12. Siswa bertanya kepada guru. 13. Siswa menjawab pertanyaan

36

Tabel 2. Kisi-kisi lembar observasi kegiatan guru

No Aspek yang diamati Indikator keterangan 1 Kegiatan pra pembelajaran 1.Menyiapkan kelas.

2.Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. 3.Menyampaikan pokok materi

yang akan dibahas. 2 Kegiatan inti

pembelajaran

4.Menyajikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran dengan jelas. 5.Siswa dikelompokan menjadi

beberapa kelompok kecil. 6.Siswa berdiskusi dalam

kelompoknya masing-masing untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut melalui berbagai sumber.

7.Siswa secara kelompok menyajikan solusi yang ditemukan.

3 Kegiatan penutup 8.Memberikan evaluasi 9.Meberikan penilaian 10. Guru bersama siswa

menyimpulkan hasil pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran PBL

11. Menutup pelajaran dengan berdoa bersama

37

Tabel 3. Rubrik pengamatan partisipasi aktif siswa

No Indikator Kemunculan Keterangan

Ya tidak

1 Parhatian siswa tertuju pada penjelasan guru

2 Sikap siswa yang menunjukan rasa ingin tahu dan bertanya tentang hal yang belum di ketahui.

3 Siswa selalu disiplin dalam mengerjakan tugas.

4 Siswa belajar melalui pengalaman nyata.

5 Siswa menggunakan media dalam pembelajaran.

6

Siswa ikut menentukan sumber belajar yang sesuai dengan materi

pembelajaran.

7 Siswa memanfaatkan sumber belajar yang ada untuk pembelajaran

8 Siswa menjawab setiap pertannyaan yang diberikan

9 Siswa bertanya tentang materi 10 Siswa memberi pendapat untuk

menyelesaikan masalah terkait pembelajaran.

11 Siswa melakukan diskusi 12 Siswa bertanya kepada guru 13 Siswa menjawab pertanyaan guru

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa analisis deskriptif kualitatif dengan teknik presentase. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat memunculkan peningkatan dan juga kemungkinan adanya perbaikan agar mengarah ke hasil yang lebih baik. Setelah pengumpulan data kemudian dilakukan analisis berupa refleksi dalam penelitian tindakan untuk membantu

38

dalam menafsirkan data. Peningkatan partisipasi aktif siswa dilihat dari peningkatan rata-rata presentase partisipasi aktif siswa yang tercapai dalam kelas yang diamati. Untuk menghitung presentase tersebut dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: S = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa N = Skor maksimum ideal

100 = Bilangan tetap

G. Validitas Istrumen

Suharsimi Arikunto (2006: 168) menyatakan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan tingkat kevalitan dan keabsahan suatu instrumen dalam penelitian. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu digunakan utuk mengukur apa yang hendak diukur. Pada penelitin ini peneliti menyusun rencana pembelajaran, lembar observasi dan rubrik pengamatan kemudian dikonsultasikan terlebi dahulu oleh dosen ahli.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah apabila partisipasi aktif siswa dalam satu kelas sudah mencapai 80 % setelah penerapan strategi pembelajaran PBL dalam proses pembelajaran.

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sawit yang terletak di dusun Miri, desa Panggungharjo, kecamatan Sewon, kabupaten Bantul, Jawa Tengah. Lokosinya sangat strategis karena berdekatan dengan jalan raya serta tidak berdekatan langsung dengan rumah penduduk sehingga suasana pembelajaran selalu kondusif.

SDN Sawit didirikan pada 02 Januari 1982 dan sejak itulah sekolah mulai beroperasi. Sekolah ini berdiri di tanah milik pemerintah daerah setempat dan memiliki sarana dan pra sarana yang cukup memadai dengan jumlah siswa yaitu 189 siswa yang terdiri dari kelas 1 berjumlah 26 siswa, kelas IIA berjumlah 20 siswa, kelas IIB berjumlah 20 siswa, kelas IIIA berjumlah 20 siswa, kelas IIIB berjumlah 15 siswa, kelas IV berjumlah 33 siswa, kelas V berjumlah 29 siswa, dan kelas VI berjumlah 26 siswa. Selain itu SDN Sawit memiliki 21 ruang yang terdiri dari 1 ruangan kelas I, 2 ruangan kelas II, 2 ruangan kelas III, 1 ruangan kelas IV, 1 ruangan kelas V, 1 ruangan kelas VI, 1 ruangan laboratorium IPA, 1 ruangan laboratorium computer, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan UKS, 1 ruangan kantor kepala sekolah, 1 ruangan guru, 1 ruangan administrasi, 1 ruangan penjaga, 1

Dokumen terkait