BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.2. Saran
1. Dilakukannya penelitian lebih lanjut pengaruh terapi oksigen hiperbarik terhadap tuli mendadak secara prospektif mengingat tuli mendadak dapat sembuh spontan.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR PUSTAKA
Ali S, Maryam K, Matineh H. (2014). Diseases treated with hyperbarik oxygen therapy. Med Hyp Discov Innov Interdisciplinary.
Alimoglu, Y., Inci, E., Edizer, D.T., Ozdilek, A., & Aslan, M. (2011). Efficacy comparison of oral steroid, intratympanic steroid, hyperbaric oxygen and oral steroid + hyperbaric oxygen treatments in idiopathic sudden
sensorineural hearing loss cases. European Archives of
Otorhinolaryngology, 268:1735- 1741.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek, Edisi 5. Jakarta: Rineka Cipta.
Arslan, N., Haldun O., Münir D., Mustafa A. S., Ahmet I., Selda K. K., Erdal S. (2011). Combined intratympanic and systemic use of steroids for idiopathic sudden sensorineural hearing loss. Otol Neurotol.;32:393-7.
Bain, B.J. (2006). Haemoglobinopathy Diagnosis, 2nd Edition. Massachusetts: Blackwell Publishing Inc.
Bashiruddin, J., Soetirto I. (2007). Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Ed 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal.46.
Benjamin, ES, Charlotte Agrup, Dorian O Haskard, Linda M Luxon. (2010).
Sudden Sensorineural Hearing Loss. Lancet; 375: 1203–11
Chin-Saeng, Cho, Young-Jin Choi. (2013). Prognostic factor in sudden sensorineural hearing loss; a retrospective study using interaction effects. Braz J Otorhinolaryngol.;79(4):466-70.
Davies, A. dan Moores, C. (2003). The Respiratory System. London: Elsevier Science Ltd.
Devaraj, Divya. D., Srisakthi. (2014). Hyperbaric oxygen therapy-can it be the new era in denstistry?. Department of Public Health Dentistry, Saveetha Dental College: India.
Gill, A.L., Bell C.N.A. (2004). Hyperbaric oxygen; its uses, mechanisms of action and outcomes. Q J MED; 97:385-395
Harris, D. (2007). Ensiklopedi Unsur-Unsur Kimia. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka.
Imsuwansri, Thanarath. Pipat Poonsap. Kornkiat Snidvongs. 2012. Hyperbaric oxygen therapy for sudden sensorineural hearing loss after failure from oral and intratumpaic corticosteroid. Thailand: Department of otolaryngology. Johnson, L.R. dan Byrne, J.H. (2003). Essential Medical Physiology. California:
Academic Press.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia No. 879. (2006). Rencana strategi nasional untuk mencapai sound hearing 2030. Jakarta: Kemenkes.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia No. 120. (2008). Standar pelayanan medik hiperbarik. Jakarta: Kemenkes
Lauralee, S. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Levitzky, M.G. (2003). Pulmonary Physiology, 6th Edition. Indiana: McGraw-Hill Companies Inc.
Lin, Frank L., Roland Thorpe, Sandra Gordon-Salan, Luigi Ferrucci. (2011).
Hearing loss prevalence and risk factos among older adults in the United States. J Gerontol A Biol Sci Med Sci; 66A(5):582–590.
Liu, S.C., Kang, B.H., Lee, J.C., Lin, Y.S., Huang, K.L., Liu, D.W., Su, W.F., …
& Wang C.H. (2011). Comparison of therapeutic results in sudden sensorineural hearing loss with/without additional hyperbaric oxygen therapy: A Retrospective review of 465 audiologically controlled cases. Clinical Otolaryngology,36:121-128
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mathur, Neeraj N. (2015). Sudden Hearing Losss. Diakses dari: http://emedicine.medscape.com/article/856313-overview#showall
Moller AR. (2006). Hearing. Anathomy,Physiology, and Disorders of the auditory system. Second edition. Elsevier Inc: School of Behavioral and Brain Sciences University of Texas at Dallas.
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.
Na, Se Yong. Myung Gu Kim. Seok Min Hong. Ji Hyun Chung. Ho Min Kang. Seung Geun Yeo. (2014) Comparison of sudden deafness in adults and children. Clinical and experimental otorhinolaryngology; Korea. eISSN 2005-0720.
Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb N.H., dan Campio, A. (2007). Principles of Modern Chemistry. California: Thomson Brooks/Cole Publisher.
Pearce, Evelyn C. (2009). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia.
Racic, G., Petri N.M., Andric D. (2001). Hyperbaric oxygen as a mrthod of therapy of sudden sensorineural hearing loss. Clinical Hospital Split, croatia, Department of ENT. International Maritime Health. 5291-40:74-84. Rauch, S.D. (2008). Clinical practice: Idiopathic sudden sensorineural hearing
loss. N Engl J Med;359:833-40.
Rhoades, R.A. dan Bell, D.R. (2009). Medical Physiology. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins.
Sourabh B, Guruswam V. (2012). Hyperbaric oxygen and wound healing. Indian J Plast Surg. 45(2): 316-24.
Stachler R. J., Chandrasekhar S. S., Archer S. M., Rosenfeld R. M., Schwartz S. R., Barrs DM. (2012). Clinical practice guideline sudden hearing loss.
American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Otolaryngol
Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutarno, Adi Riono. (2000). Kedokteran Hiperbarik. Jakarta: Senter Hiperbarik RSAL Dr. Mintohardjo.
Thomas, M. (2005). Understanding the Element of the Periodic Table Oxygen. New York: The Rosen Publishing Group Inc.
Topuz, Ebru. Ozgur Yigit. Ugur Cinar. Huseyin Seven. (2004). Should hyperbaric oxygen be added to treatment in idiopathic sudden sensorineural hearing loss?. Eur Arch Otorhinolaryngol 261 : 393–396 DOI 10.1007/s00405-003-0688-6
Wulandari, Ayu. (2002). Terapi oksigen hiperbarik terhadap penderita dengan diagnosis tuli mendadak senter hiperbarik RSAL Dr. Mintohardjo periode 2002. Bandung: Universitas Padjajaran.
Yan, Ling. Ting Liang. Oumei Cheng. (2015). Hyperbaric oxygen therapy in
Lampiran 6. Uji Paired Sample T-Test
1. Paired Sample T-Test
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbaikan
pendengaran pada penderita tuli mendadak menggunakan
terapi oksigen hiperbarik Hipotesis :
1. Ho : Tidak ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakana
2. H1 : Ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakna
Pengambilan Kesimpulan :
1. Jika nilai signifikan ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak
ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik
2. Jika nilai signifikan ≤0,05, maka Ho ditolak berarti ada
perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik
Paired Sample T-Test pada frekuensi 250 Hz
Kesimpulan: ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakna
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kesimpulan: ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakna
Paired Sample T-Test pada frekuensi 1000
Kesimpulan: ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakna
Paired Sample T-Test pada frekuensi 2000 Hz
Kesimpulan: ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakna
Kesimpulan: ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakna
Paired Sample T-Test pada frekuensi 8000 Hz
Kesimpulan: ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakna