• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

a. Diharapkan kepada siswa untuk lebih komunikatif dengan guru agama, dan hendaknya ditambahkan ekstrakurikuler tentang agama, misalnya pembentukan kelompok rohis, dan pendalaman Alkitab.

b. Diharapkan pihak sekolah memberikan informasi tambahan kepada para siswa/i tentang masalah seksualitas remaja dan kesehatan reproduksi remaja. Misalnya dengan melakukan kerjasama kepada Puskesmas yang berada pada daerah lingkungan sekolah, kemudian pihak puskesmas akan melakukan kunjungan ke sekolah dengan jadwal yang telah disepakati bersama, dan mereka dapat memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan kepada para siswa/i salah satunya adalah penyuluhan tentang seksualitas remaja dan kesehatan reproduksi pada remaja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Benyamin Bloom (Soekidjo Notoatmodjo,2007),ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu:

a. Pengetahuan (kognitif)

Pengetahuan dalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior). Pengetahuan yang dicakup didalam kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari ataurangsanagan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebgai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secra benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysa)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Pendidikan

Semakin tinggi pengetahuan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Pekerjaan bukan merupakan sumber kesenangan, tetapi lebih diartikan usaha untuk mencarai nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak

tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh.

3. Umur

Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin bertambah umur seseorang, semakin banyak pengetahuan yang didapat (Mubarok, 2006).

4. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan ciri khas yang dimiliki individu yang membedakannya dengan individu yang lain yaitu laki-laki dan perempuan. 5. Sumber Informasi

Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian- kejadian dan kesatuan nyata.

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulusatau objek (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo, Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan ataiu kesediaan untuk bertindak dan merupakan pelaksana dari suatu motif tertentu.

Alfort (1954) didalam buku Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen pokok antara lain:

1. kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek. 2. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. kecenderungan untuk bertindak.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

Dari berbagai tingkat sikap diatas peneliti membahas lebih khusus tentang

sikap “merespon” yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Remaja dapat melakukan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS).

 Ciri-ciri Sikap

 Sikap seseorang tidak dibawa lahir, tetapi harus dipelajari selama

perkembangan hidupnya.

 Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu

berhubungan dengan suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deret- deretan objek yang sama.

 Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada.

c. Tindakan (Practice)

Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan atau mengadakan aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak.

Tindakan terlihat menjadi lebih konsisten (serasi, sesuai) dengan sikap bila sikap individu sama dengan sikap kelompok dimana ia adalah bagiannya atau anggotanya. Menurut Notoatmodjo (2012), praktek atau tindakan itu mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

1 Persepsi (perseption)

Mengenal dan memilih berbgai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2 Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar. 3 Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis.

4 Adaptasi (adaptation)

Merupakan suatu proyek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

Dari berbagai tingkat praktek atau tindakan maka peneliti menjelaskan tentang persepsi dan responden terpimpin dimana persepsi adalah remaja yang melakukan pencegahan IMS (Notoadmodjo, 2012).

2.2 Remaja

2.2.1 Definisi

Remaja atau dalescen berasal dari bahasa latin “adolescare” yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesce yang berasal

dari bahasa Inggris, saat ni mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.( Maisaroh, 2009)

Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa ( Maisaroh, 2009).

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa puber. Pada masa inilah umumnya dikenal sebagai “pancaroba” keadaan

remaja penuh energi. Serba ingin tahu, belum sepenuhunya memiliki pertimbangan yang matang, mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani, emosi tinggi, sealu ingin coba tidak mau ketinggalan. Pada masa inilah merupakan kelompok yang paling rawan berkaitan dengan penyalahgunaan obat terlarang. (http://wwwIndonesia.co.id).

2.2.2 Ciri-ciri perubahan masa remaja

Masa remaja menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1) Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain: ingin bebas, lebih dekat dengan sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri-ciri khas antara lain: mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkayal tentang aktifitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam. 3) Masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas antara lain: mampu

berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri (Saroha, 2009).

2.2.3 Tahap Perkembangan Remaja 1) Remaja awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pula tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik lawan jenis, mudah terangsang erotis. 2) Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman menyukainya. Ada cendrung “narcitic” yang mencintai diri sendiri, dengan mneyukai teman-teman yang mepunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.

3) Remaja akhir (Late adolesence)

Tahapan ini adalah konsolisasi menuju periode dewasa dan ia ditandai dengan pencapaian llima hal di bawah:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intlek.

b. Egonya mencari kesmpatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

d. Egosintrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri

dengan orang lain)

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). (Sarwono, 2006).

2.2.4 Remaja dan ciri khasnya

Ciri yang ada pada remaja jika di hubungkan dengan seks sekunder adalah:

1) Pada perempuan

Buah dada mulai membesar, mulai tumbuhnya rambut-rambut pada daerah-daerah tertentu (kemaluan, lengan dan kaki), bentuk pinggul mulai terbentuk (mungkin membulat dan membesar), jerawat mulai sering tumbuh, perubahan itu juga pada kulit (menjadi kasar jika di bandingkan dengan kulit pada masa kanak-kanak), mulai katifnya kelenjar keringat dan perubahan pada suara.

Dan untuk seks primer, ciri yang dapat diketahui adalah pada perempuan di tandai dengan keluarnya darah haid (Ghojally, 2007). 2) Pada laki-laki

Perubahan pada laki-laki yaitu semakin melebarnya bagian bahu, dada terlihat semakin bidang, bagian pinggul dan paha terlihat ramping, dan terbentuknya sejumlah otot pada bagian tubuh paling atas. Dan pada usia antara 12-14 tahun, sebagian laki-laki akan mengalami pembesaran pada payudara (Dianawati, 2006).

2.3 Infeksi Menular Seksual (IMS) 2.3.1 Definisi

Penyakit kelamin adalah penyakit yang cara penularannya melalui hubungan kelamin. Tempat terjungkit penyakit tersebut, tidak semata-semata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi di berbagai tempat di luar alat kelamin. Dulu

penyakit ini di kenal dengan nama “veneral disease”, berarti penyakit dewi cinta

menurut versi yunani. Yang tergolong penyakit ini adalah siflis, gonore,

ulkusmola, limfogranuloma venereum, granuloma inguinela. ( Manuaba, 2009).

IMS (infeksi menular seksual) adalah merupakan satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang cara penularan utamanya adalah melalui hubungan kelamin tetapi dapat juga ditularkan memalui transfusi darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah, dan dari ibu ke anak selama kehamilan, pada persalinan atau sesudah bayi lahir. PMS dapat disebabkan oleh bakteri, jamur virus dan parasit (Pinem, 2009).

IMS adalah infeksi yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis sebrupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin (Widoyono, 2008).

Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tinggi terkena IMS bila melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi baru lahir bahkan kematian.

Infeksi menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Menurut the centers

for disease control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan per

tahun. Kelompok remaja dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang paling berisiko paling tinggi untuk tertular IMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah kelompok ini (www.http//kespro.info.com).

2.3.2 Gejala-gejala umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS)

a. Keluarnya cairan atau keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. b. Pada laki-laki, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah

buang air kecil.

c. Luka terbuka atau luka terbakar disekitar alat kelamin atau mulut. Dan luka tersebut dapat terasa sakit maupun tidak.

d. Tonjolan kecil-kecil disekitar alat kelamin. e. Kemerahan disekitar alat kelamin.

f. Pada laki-laki kemerahan dan rasa sakit pada kantung zakar.

g. Rasa sakit di perut bagian bawah yang hilang timbul, dan tidak berhubungan dengan menstruasi.

2.3.3 Jenis – Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)

Ada beberapa jenis penyakit menular seksual, dan semua jenis penyakit itu sudah masuk kategori bagi kesehatan. Jenis-jenis penyakit tersebut adalah:

a. Gonore

Gonore adalah penyakit menular seksual yang paling sering ditemukan, orang awam sering menyebut gonore sebagai kencing nanah, ditularkan melalui hubungan kelamin, juga bisa ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Masa inkubasi 3 – 5 hari, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria

Gonorrhoeae yanga menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, dan

tenggorokan serta bagian putih mata (konjungtiva).

Pada pria gejala awal timbul dalam waktu 2 – 7 hari setelah terinfeksi, tanda dan gejalanya yaitu mengeluh sakit pada waktu buang air kecil, dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau, setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Pada wanita penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan keluhan sehingga wanita mudah menjadi sumber penularan gonore, kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu buang air kecil (Hutapea, 2011).

Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tinggi seperti : penisilin, ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, spektinomisin, kinamisin, tiamfenikol, dan kuinolon (Hawari, 2007).

b. Herpes Simpleks

Penyakit Herpes Simpleks disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus

di atas kulit yang lembab atau eritematosa dan cendrung bersifat rekuren penularan hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual. Masa inkubasi 3 – 5 hari kemudian pada daerah kemaluan timbul gerombolan fesikel, di atas kulit kemerahan dan rasa nyeri, penyakit sembuh dalam waktu 2 – 3 minggu. Penyakit ini sering kambuh dan timbul pada daerah yang sama serta biasanya lebih ringan dari gejala yang biasanya (Hutapea, 2011).

Penyakit ini juga dapat menular melalui sentuhan serta adanya transmisi kontak langsung, misalnya berciuman, berpelukan, bersentuhan dengan penderita. Dengan menggunakan pakaian dari penderita juga dapat diindikasikan sebagai media penularan herpes (Mintarjo, 2007).

Sebelum herpes terjadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah herpes antara lain:

 Hindari kontak langsung dengan si penderita

 Tingkatkan daya tahan tubuh

 Penuhi kebutuhan nutrien (gizi) secara tepat

 Jauhi minuman beralkohol

 Hindari stress

 Jaga kebugaran tubuh agar tetap fit

 Bersihkan tempat tinggal seperti tempat tidur dan pakaian secara rutin

 Jaga kebersihan tubuh terutama bagian-bagian yang tersembunyi

Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dapat memperpendek lamanya serangan. Biasanya dengan mengkonsumsi obat anti virus dosis rendah, asiklovir atau obat anti virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung pada luka.

c. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh Trichomons Vaginalis. Penularan biasanya melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga melalui pakaian, handuk atau karena berenang. Oleh karena itu, trikomoniasis ini terutama ditemukan pada orang dengan aktifitas seksual tinggi. Masa inkubasi sekitar 4 hari – 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terhadap bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas.

Tanda dan gejala pada wanita yaitu gatal-gatal dan rasa panas pada vagina, sekret vagina yang banyak, berbau dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik trikomoniasis sebanyak 12%), disuria, perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks (Serviks Strawberry), dispaurenia, perdarahan setelah berhubungan seksual dan nyeri abdomen bagian bawah. Pada pria tanda dan gejalanya yaitu disuria, nyeri testis, sering berkemih, dan nyeri abdomen bagian bawah (Hutapea, 2011).

Pengobatan diberikan secara topikal dapat berupa bahan cairan berupa irigasi misalnya hidrogen peroksida dan asam laktat, bahan berupa supositoria dan gel atau krim yang berisi zat trikomoniasidal. Secara sistematik (oral) obat yang sering digunakan tergolong devirat nitromedazol (Daili, 2009).

Untuk menghindari infeksi Trichomonas vaginalis yaitu dengan cara menghindari seks bebas, tidak memakai pakaian renang milik orang lain dan tidak mengeringkan tubuh dengan handuk orang lain (Mintarjo, 2007).

d. Vaginosis Bakterial

Menurut Ronald (2011), penyakit ini disebabkan oleh Gardnerella

Vaginalis. Gejala klinisnya wanita dengan Vaginosis Bakterial akan mengeluh

(amis), yang dinyatakan oleh penderita sebagai satu-satunya gejala tidak menyenangkan. Bau lebih pekat apabila setelah melakukan senggama dan mengakibatkan darah menstruasi berbau tidak normal. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), lebih ringan daripada yang disebabkan oleh

Trikomoniasis Vaginalisatau C. Albican.

Pengobatan karena penyakit ini merupakan vaginitis yang cukup banyak ditemukan dengan gambaran klinis ringan tanpa komplikasi, jenis obat yang digunakan hendaknya tidak membahayakan dan sedikit efek samping. Pada saat sekarang pengobatan bervariasi dari yougurt sampai anti mikrobial sistemik. Metronidazol dengan cara pemberian beberapa macam dosis, ternyata efektif terhadap Vaginosis Bakterial, meskipun jangka waktu optimum dan dosis yang tepat asih dicari (Hawari, 2009).

Penyakit ini dapat menular melalui kontak secara fisik (seksual) langsung dengan penderita. Oleh karena itu, sebagai langkah pencegahan hindari seks bebas. Selain itu, jaga area genetalia agar tetap bersih dan kering. Gunakan pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan bahan yang menyerap seperti katun, mencuci alat kelamin dengan menggunakan air hangat dan sabun lembut tanpa pewangi (untuk menjaga agar pH vagina tetap normal) (Mintarjo, 2007).

 Mencegah Infeksi Vagina

Wanita yang mengalami vaginitis dianjurkan untuk memeriksakan dirinya kepada ahli kandungan. Meskipun demikian, anjuran-anjuran berikut dibawah ini perlu diperhatikan untuk terjadinya vaginitis.

1. Basuhlah bagian luar kemaluan secara teratur dengan sabun yang PH nya sesuai dengan PH vagina

2. Pakailah celana dalam yang berbahan katun (bahan nilon menyimpan panas dan kelembapan yang memungkinkan vaginitis berkembang.

3. Jangan memakai celana yang terlalu ketat pada selangkangan.

4. Jika kehidupan seks anda aktif, yakinkan bahwa pasangan anda menjaga kebersihannya. Kondom dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi oleh pasangan seksnya.

5. Pakai jelly atau bahan pelumas lain yang steril dan larut air dalam kegiatan seks anda. Hindarkan pemakaian vaselin.

6. Hentikan hubungan seks jika terasa nyeri atau mengakibatkan lecet.

7. Hindari diet yang kaya gula atau karbohidrat olahan, karena dapat mengubah pH normal vagina dan memungkinkan kuman berkembang. 8. Wanita yang rentan terhadap infeksi vagina dianjurkan untuk sering

membilas vagina dengan air biasa, larutan soda, satu atau 2 sendok cuka di salam seperempat liter air. Bilasan yougurt yang tidak dipasteurisasi dan

tidak berasa dapat memulihkan kehadiran bakteri yang “baik” yang

biasanya terdapat di dalam vagina tetapi telah terbunuh oleh antibiotik. Jangan membilas diri bila sedang hamil.

9. Peliharalah kesehatan umum anda. Diet buruk dan kurangnya tidur dapat menurunkan pertahanan anda terhadap infeksi.

e. Sifilis

Menurut Hutapea (2011), sifilis atau yang biasa disebut “raja singa” adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidium sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalannya dapat menyerang seluruh alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan oleh ibu penderita sifilis terhadap janin yang di kandungnya. Penularannya biasanya

melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan dari ibu kepada janin).

Tanda dan gejala yang terjadi dibagi dalam empat stadium yang berbeda yaitu: a) Stadium I

Ditandai dengan munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut, luka ini disebabkan chancre. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini, setelah beberapa minggu chancre akan hilang dan selama ini sangat menular.

b) Stadium II

Jika Sifilis stadium I tidak diobati, biasanya penderita akan mengalami ruam di telapak kaki dan tangan dan adanya luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Stadium ini biasanya berlangsung selma satu sampai dua minggu.

c) Stadium III

Kalau Sifilis stadium II tidak juga diobati, penderita akan mengalami Sifilis laten, semua gejala penyakit akan menghilang, namum penyakit tersebut masih bersarang di dalam tubuh dan bakteri penyebab pernyakit masih berkembangbiak di dalam tubuh. Sifilis laten berlangsung sampai bertahun-tahun.

d) Stadium IV

Pada stadium ini dikenal dengan Sifilis tersier, bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, dan tulang.

Cara pengobatannya yaitu dapat diobati dengan penisilin, selain itu juga bisa menggunakan tetrasiklin, eritromisin, atau dosisiklin. Namun kerusakan pada organ tubuh tidak dapat diperbaiki (Daili, 2009).

e) Klamidia Trachomatis

Klamidia tergolong dalam Infeksi Menular Seksual yang disebabkan oleh bakteri Clamydia Thrachomatis, ditularkan melalui hubungan seksual vaginal, anal, maupun oral dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama persalinan. Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 – 4 minggu (Hawari, 2009).

Pada pria terinfeksi terdapat pada saluran kencing. Gejalanya yaitu dengan keluarnya cairan putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit. Dapat menyebabkan peradangan pada penyimpanan kantung sperma. Pada wanita gejala yang terkadang muncul yaitu rasa panas terbakar pada panggul. Cara pengobatan yang paling efektif adalah golongan tetrasiklin dan eritromisin. Di samping itu juga dapat diobati dengan gabungan sulfa-trimetropin, spiramisin, dan kuinolon. Kadang-kadang tanpa pengobatan penyakit lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh dengan sendirinya (Hutapea, 2011).

Penyakit ini jika tidak mendapat penanganan yang tepat, infeksi klamidia akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Komplikasi dari Clamydia Trachomatis yang nyata adalah sebagai berikut :

 Infertilitas (kemandulan) akibat perlekatan pada saluran tuba palopi

 Radang panggul (penyebaran radang serviks pada perempuan)

 Biasanya menyertai Gonore

 Kehamilan diluar kandungan

 Radang paru-paru pada bayi lahir

 Mempermudah tertularnya virus HIV

Karena begitu bahayanya penyakit ini, perlu hendaknya dilakukan tindakan pencegahan untuk menghindarinya. Agar terhindar dari penyakit ini jangan sekali- kali melakukan seks bebas dan selalu menjaga kebersihan diri dan organ-organ reproduksi (Mintarjo, 2007).

f) Ulkus Mole

Ulkus mole adalah infeksi menular seksual yang akut, biasanya terlokalisasi di genetalia dan anus, disebabkan oleh Streptobacillus Ducrey (Haemophilus

Ducrey). Masa inkubasi bakteri 3 – 10 hari, setelah melewati masa inkubasi

Dokumen terkait