• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada Pemerintah : agar Pemerintah memberikan subsidi bibit dan informasi tentang bagaimana cara memperbanyak bibit anggrek untuk mengurangi biaya

produksi petani anggrek.

2. Kepada Petani : sebaiknya petani lebih sering mencari informasi tentang teknik kultur jaringan untuk memperbanyak bibit tanpa harus membeli bibit dari luar Sumatera dan agar petani mengembangkan usahatani anggrek lebih luas sehingga petani di daerah penelitian lain juga dapat mengusahakan anggrek. 3. Kepada Peneliti Selanjutnya : Peneliti perlu melihat perkembangan anggrek

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Anggrek merupakan tanaman bunga hias yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Sentra tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Asia adalah Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera ataupun di Irian Jaya.

Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain :

Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang , Vandahookeriana,

berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek ralat atau Dendrobium phalaenopsis, anggrek bulan atau Phalaenopsis amabilis, anggrek

Paphiopedilun praestans, yang berasal dari Irian Jaya, serta anggrek

Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah. Tanaman anggrek

dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu :

a. Anggrek Ephytisadalah jenis anggrek yang menumpang pada batang pohon lain tetapi tidak merusak atau merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencarri makanan adalah akar udara.

b. Anggrek semi Ephytisadalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya

juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.

c. Anggrek Terrestrisadalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.

Tanaman Anggrek dapat tumbuh pada berbagai ketinggian tempat. Tanaman ini dapat tumbuh mulai dari 0 hingga 5.000 m di atas permukaan air laut. Jenis anggrek yang tumbuh pada dataran rendah (0-300 m di atas permukaan laut) antara lain Acampe praemorsa, Cymbidium aloifolium, Pholidota imbricata, dan

Vanda roxburghii. Sedangkan jenis anggrek dataran tinggi (ketinggian

3.500-5.000 m di atas permukaan laut) antara lain Bulbophyillum retusiusculum,

Habenaria cumminsiana, Herminium longilobatum, Nervilia macroglossa,

Pleione maculata dan sebagainya.

Struktur morfologi tanaman anggrek, terutama bunganya sangat menarik. Tanaman ini merupakan tanaman herba tahunan, yang tumbuh pada beberapa kondisi iklim yang beragam. Jenis anggrek ada yang hidup di semak-semak atau pohon-pohonan yang disebut anggrek liar, ada yang hidup di batuan dan disebut litofit, ada yang hidup di tanah atau yang disebut terestrial, yang hidup di sisa-sisa tanaman adalah epifit, sedangkan yang tumbuh di air seperti Cryptanthemis dan

Rhizanthella dinamakan semiakuatik. Tanaman anggrek tidak bersifat parasit,

sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini mencukupi kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri dari proses fotosintesis, dan bahkan tahan hidup

9

pertumbuhan dan pembungaan. Namun demikian, faktor lingkungan juga ikut menetukan keberhasilan budidaya tanaman anggrek. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ini ialah temperatur, kelembapan dan sinar matahari (Ashari, 1995).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Ilmu Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usahatersebutmemberikanpendapatansemaksimal mungkin(Suratiyah, 2008).

Nilai Penyusutan Alat(NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, lama pemakaian, dan jumlah barang tersebut.

NPA = ���������−����������

������������� x Jumlah Alat

Biaya Penyusutan Alat (BPA), merupakan biaya yang terdapat pada suatu alat dengan melihat nilai produksi cabang usahatani, total nilai produksi dan nilai penyusutan alat.

BPA = ���������������������������� (�,��,���)

������������������ x NPA

(Prawirokusumo, 1999).

2.2.2 Teori Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan merupakan jumlah kuantitas hasil produksi dikalikandengan harga dari kuantitas yang dihasilkan tersebut yang dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut : TR = Y. Py Keterangan : TR = Total Penerimaan Y = Jumlah Produksi Py = Harga Produk (Rp) (Soekartawi, 2002).

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi. Pendapatan bersih atau keuntungan petani tergantung dua faktor utama yaitu penerimaan dari biaya usaha tani. Untuk mengetahui keuntunganatau pendapatan bersih maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Π = TR – TC Keterangan :

Π = Keuntungan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

11

2.2.3 Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Anggrek

Kelayakan usaha dapat melihat kelayakan dari suatu gagasan yang berasal dari pengusaha secara individu. Kelayakan usaha dapat diketahui dengan menggunakan 2 kriteria umum dikenal sebagai berikut : R/C, dan BEP.

R/C adalah singkatan dari retrun cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut : Net R/C = ��������������� ���������� Keterangan : R = Penerimaan C = Biaya (Soekartawi, 1994). Kriteria Penilaian :

R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien.

R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas/Break Event Point (BEP).

R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak( Soekartawi, 1994 ).

Analisis break even adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. BEP Produksi

BEP = �� �−��

Keterangan :

BEP = Break Even Point

FC = Fixed Cost

VC = Variabel Cost

P = Price per unit

b. BEP Harga

BEP = �� �/�� Keterangan :

BEP = Break Even Point

TC = Total Cost

P = Price per unit

2.2.4 Studi Kelayakan

Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau tidak layak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil perbandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu (Johan, 2011).

13

usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financialbenefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Sulistiyani (1995) dengan judul “Pengusahaan Anggrek di PT. Lawang Kencana Indah, Cimanggis, Bogor”.Dari penelitian tersebut diperoleh hasil penelitian bahwa Analisis kelayakan usahatani anggrek potong untuk luasan lahan 1.500 m2 menunjukkan usaha tersebut layak, dengan nilai NPV sebesar Rp 82.526.630 dan Net B/C sebesar 1,96.

Menurut penelitian Zulkarnain (2009) dengan judul “Analisis Finansial terhadap Budidaya Tanaman Anggrek”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kriteria kelayakaninvestasi terhadap perubahan penawaran segmentasi umur anggrek yang dilakukan oleh Permata Anggrek. Perubahan segmentasi dilakukan berdasarkan meningkatnya permintaan terhadap anggrek dengan segmentasi umur dewasa danberbunga namun belum dapat dipenuhi oleh Permata Anggrek. Hasil penelitian inimenyatakan perubahan segmentasi umur budidaya yang dilakukan oleh PermataAnggrek telah memenuhi kriteria kelayakan investasi. Adapun interpretasi dariangka-angka tersebut adalah: NPV sebesar Rp 75.320.472, nilai NPV tersebutlebih besar dari nol maka nilai NPV tersebut dinyatakan layak; nilai IRR sebesar51 persen, nilai tersebut dikatakan layak karena nilai IRR tersebut lebih besar daritingkat bunga diskontonya sebasar 14 persen; Net B/C sebesar 2,63 menunjukkansetiap satu rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya akan mendapatkan manfaatsebesar Rp 2,63 dan dinyatakan layak karena nilainya lebih

dari satu; PP yangdiperoleh sebesar 0,32 menunjukkan pengembalian modal investasi selama tigabulan lebih.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani anggrek sebagai pelaksana dalam usahatani mengharapkan produksi yang besar agar memperoleh penerimaan yang besar pula. Produksi akan mempengaruhi penerimaan usahatani tanaman anggrek melalui tingkat harga.

Usahatani tanaman anggrek merupakan usaha yang dilakukan oleh petani anggrek dengan mengelola input produksi yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan tanaman anggrek.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi sesuai yang diharapkan oleh petani diperlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi adalah input produksi seperti, luas lahan, benih, modal, pupuk, dan tenaga kerja yang akan menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani anggrek. Pada umumnya pengelolaan input yang baik akan menghasilkan produksi yang besar.

Harga jual dapat mempengaruhi jumlah penerimaan yang diperoleh pemilik usahatani. Hasil produksi dikalikan dengan harga jual disebut total penerimaan. Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari hasil penjualannya.

Penerimaan yang besar belum tentu mencerminkan keberhasilan petani dalam melaksanakan usahataninya, karena penerimaan merupakan pendapatan kotor dari

15

Penerimaan, biaya, dan pendapatan yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam melihat apakah usahatani anggrek tersebut layak atau tidak layak untuk diusahakan.

Selanjutnya akan dilakukan analisis kelayakan ekonomis yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman anggrek. Adapun kriteria yang dipakai dalam penelitian ini antaralain NetR/C Ratio, BEP.

Usahatani anggrek di daerah penelitian layak atau tidak layak diusahakan dan dikembangkan di daerah penelitian dapat diketahui melalui analisis kelayakan usahatani.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : = Menyatakan Hubungan Penerimaan Petani Anggrek Usahatani Anggrek Hasil Produksi Pendapatan Analisis Kelayakan Ekonomis Ketersediaan Input Biaya Produksi Harga Jual Input

17 2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Penerimaan, dan pendapatan lebih besar dibandingkan biaya produksi usahatanitanaman anggrek di daerah penelitian.

2. Usahatani tanaman anggrek di daerah penelitian layak diusahakan.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanaman anggrek di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk dibudidayakan secara komersil. Sekitar 25 persen spesies tanaman anggrek dunia ada di Indonesia dan lebih dari 700 marga anggrek dimiliki oleh Indonesia, bahkan sekitar 90 persen induk-induk silangan anggrek yang paling digemari dan dikomersilkan di dunia berasal dari Indonesia. Melihat besarnya potensi jenis tanaman anggrek yang ada, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan usaha peranggrekan secara komersil.

Peluang bisnis anggrek cukup menjanjikan, hal ini terlihat dari setiap fase dalam perkembangan anggrek yang dapat dijadikan usaha dimulai dari mengadakan silangan untuk menciptakan kultivar baru sampai menghasilkan tanaman pot anggrek hiasberbunga atau produksi bunga potong. Anggrek pada umumnya diperdagangkan dalam tiga bentuk komoditas, yaitu bibit anggrek, tanaman anggrek dewasa (pot plant) dan bunga anggrek potong. Bibit anggrek terbagi lagi menjadi empat segmen, yaitu bibit botolan, bibit kompot, bibitseedling (tanaman dara), dan bibit tanaman remaja. Bibit anggrek menjadi komoditas perdagangan di tingkat petani dan importir bibit, sedangkan tanaman anggrek dewasa dan bunga anggrek potong diperdagangkan ditingkatpenjual/pusat pemasaran.

2

karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk memelihara tanaman anggrek dengan

tujuan komersial menjadi tinggi, mengingat kondisi pasar lokal, regional dan

internasional yang sangat cerah.

Di Pulau Sumatera terdapat lebih dari 731 spesies anggrek, 231 merupakan anggrek endemik dan terdistribusi secara merata. Endemisitas disebabkan beragamnya pola topografi di Pulau Jawa, yaitu daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Saat ini permintaan anggrek terus meningkat. Hal tersebut dikarenakan anggrek sangat populer digunakan dalam berbagai hal, sepertiperhelatan pernikahan, lebaran, natal, tahun baru, dan ulang tahun. Belum lagi kebutuhan untuk karangan bunga, untuk ucapan selamat dan rangkaian bunga meja untuk hotel, restoran, perkantoran dan bank. Dilihat dari hal tersebut, peluang usaha anggrek sebenarnya terbuka lebar dan usaha dibidang hortikultura seperti anggrek dapat mendatangkan banyak keuntungan.

Sesuai dengan laporan hasil Dinas Pertanian dan Kelautan (2015) di Kota Medan yang menerangkan bahwa, jenis tanaman anggrek bulan mengalami kenaikan jumlah (tangkai). Sedangkan jenis anggrek lainnya mengalami penurunan jumlah (tangkai).

Tabel 1. Jenis dan Jumlah (tangkai) Anggrek Yang Banyak Dijual Di Medan Tahun 2013-2014

No Jenis Anggrek Tahun (Tangkai)

2013 2014 1. Vanda 3.450.761 2.851.432 2. Dendrobium 5.510.025 5.110.625 3. Golden Shower 1.850.632 953.274 4. James Storie 1.570.831 850.715 5. Bulan 3.312.450 3.015.250 6. Cattleya 2.017.654 1.750.415 Total 17.712.353 14.531.711

Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan 2015

Berdasakan data Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan yang diuraikan dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah anggrek pada tahun 2013 sebesar 17.712.353/tangkai. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan jumlah sebesar 14.712.353/tangkai. Jenis anggrek paling banyak dijual yang jumlahnya > 2.000.000/tangkai adalah vanda, dendrobium, bulan dan cattleya.

Tabel 2. Volume Kebutuhan dan Nilai Jumlah Penjualan Tanaman dan Bunga Potong Anggrek Tahun 2013-2014

Tahun Volume Kebutuhan Jumlah Penjualan

Tanaman Bunga Potong Tanaman Bunga Potong (Pot) (Tangkai) (Pot) (Tangkai) 2013 14.375.302 10.450.604 23.344.570 20.277.672 2014 17.820.430 12.710.514 22.857.915 19.739.627 Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan 2015

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan yang di uraikan dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa volume kebutuhan untuk tanaman pada tahun 2013 sebesar 14.375.302/pot dan pada tahun 2014 volume kebutuhan mengalami peningkatan sebesar 17.820.430/pot. Sedangkan volume kebutuhan untuk bunga

4

penjualan mengalami penurunan sebesar 22.857.915/pot. Sedangkan jumlah penjualan untuk bunga potong pada tahun 2013 sebesar 20.277.672/tangkai dan pada tahun 2014 jumlah penjualan mengalami penurunan sebesar 19.739.627/tangkai.

Sumatera Utara berada didaerah tropis yang sangat cocok untuk tempat tumbuh dan berkembangnya anggrek. Adapun jenis anggrek dan penyebarannya di Sumatera Utara antara lain ditemukan di Hutan Gunung Laouser terdapat 47 jenis makroepifit yang termasuk dalam 4 kelas, 10 ordo, 20 famili, dan 32 genera. Hutan Gunung Sinabung 37 jenis anggrek epifit yang termasuk dalam 17 genus. Taman Wisata Sibolangit dengan 5 jenis anggrek tanah and 2 anggrek epifit. Cagar Alam Sibolangit ada 3 jenis anggrek (epifit, terestrial dan tanah) dan anggrek efifit hanya satu jenis. Kawasan Taman Eden ditemukan 112 spesies anggrek yang terhimpun dalam 38 genus [78 spesies anggrek epifit (24 genus), 32 spesies anggrek teresterial (18 genus) dan 2 spesies anggrek saprofit (2 genus)]. Gunung Lubuk Raya terdapat anggrek sepatu dewi (spesies phapio). Kawasan Hutan Barumun Ada 60 jenis anggrek yang terdiri dari 31 marga. Cagar Alam Dolok Sipirok Ada 95 jenis yang terdiri dari 40 marga 22 jenis (17 marga) diantaranya merupakan anggrek tanah dan 73 jenis (24 marga) merupakan anggrek epifit. Ada 3 jenis anggrek yang dilindungi yaitu Cymbidium

hartinahianum, Phalaenopsis sumatrana dan Vanda sumatrana.

Usahatani tanaman hias tidak memerlukan areal tanah yang luas sebagaimana usahatani tanaman lainnya, terutama tanaman pangan. Namun demikian, usahatani tanaman hias memerlukan ketersediaan input yang jelas mulai dari lahan, benih, modal, pupuk, dan tenaga kerja. Jika ketersediaan input tidak

terpenuhi hal inilah yang menyebabkan biaya produksi tanaman hias tampak lebih tinggi.

Untuk memulai bisnis, perlu dilakukan analisis usaha untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usahanya dan usahanya layak dikembangkan atau tidak. Kapan balik modal akan tercapai dan seberapa besar keuntungan yang didapat.

1.2Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana ketersediaan input (lahan, bibit, modal, pupuk, dan tenaga kerja) di daerah penelitian ?

2. Bagaimana biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani tanaman anggrek di daerah penelitian ?

3. Apakah usahatani tanaman anggrek layak diusahakandi daerah penelitian ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis ketersediaan input (lahan, benih, modal, pupuk, dan tenaga kerja) di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan usahatani tanaman anggrek di daerah penelitian.

6

2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang mebutuhkan.

3. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Fakultas Pertanian Sumatera Utara.

ABSTRAK

Muhammad Fahrul Rozi (120304005) dengan judul skripsi “Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Anggrek Di Kota Medan” Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis ketersediaan input (lahan, bibit, modal, pupuk, dan tenaga kerja) usahatani anggrekdi daerah penelitian, untuk menganalisis besarnya biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani anggrek di daerah penelitian, untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani anggrek di daerah penelitiandengan menghitung R/C Ratio

dan break even poin (BEP). Metode penentuan daerah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode purposive. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerimaan dan pendapatan usahatani anggrek lebih besar dibandingkan biaya produksi usahatani anggrek, semua usahatani anggrek memiliki R/C lebih besar dari 1, produksi per petani dan harga jual telah melewati titik impas (BEP), maka usahatani anggrek di daerah penelitian layak diusahakan. Kata Kunci : Input Produksi, Biaya Produksi, Pendapatan, dan Kelayakan

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANITANAMAN

ANGGREK DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

MUHAMMAD FAHRUL ROZI 120304005

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

i

ABSTRAK

Muhammad Fahrul Rozi (120304005) dengan judul skripsi “Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Anggrek Di Kota Medan” Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis ketersediaan input (lahan, bibit, modal, pupuk, dan tenaga kerja) usahatani anggrekdi daerah penelitian, untuk menganalisis besarnya biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani anggrek di daerah penelitian, untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani anggrek di daerah penelitiandengan menghitung R/C Ratio

dan break even poin (BEP). Metode penentuan daerah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode purposive. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerimaan dan pendapatan usahatani anggrek lebih besar dibandingkan biaya produksi usahatani anggrek, semua usahatani anggrek memiliki R/C lebih besar dari 1, produksi per petani dan harga jual telah melewati titik impas (BEP), maka usahatani anggrek di daerah penelitian layak diusahakan. Kata Kunci : Input Produksi, Biaya Produksi, Pendapatan, dan Kelayakan

Usahatani Anggrek

RIWAYAT HIDUP

MUHAMMAD FAHRUL ROZI, lahir di Padang Sidimpuan pada tanggal 9 Maret 1994. Penulis merupakan anak ke dua dari Bapak Iriyanto dan Ibu Rida Hayati.

Pendidikan Formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1999 masuk Taman Kanak – kanak dan lulus tahun 2000 dari YKWI Pekanbaru

2. Tahun 2000 masuk Sekolah Dasar dan lulus tahun 2006 dari SD Negeri 025 Pekanbaru.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus tahun 2009 dari SMP Negeri 25 Pekanbaru.

4. Tahun 2009 masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus tahun 2012 dari SMA Negeri 7 Padang Sidimpuan.

5. Tahun 2012 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UNDANGAN.

Kegiatan Yang Pernah diikutii penulis selama duduk di bangku kuliah adalah sebagai berikut :

1. AnggotaDepartemen Informasi dan Komunikasi IMASEP Pertanian, Universitas Sumatera Utara

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Anggrek Di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Kepada orangtua tercinta Bapak Ir. Iriyanto dan Mama Rida Hayati yang selalu memberikan nasihat, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan selama menjalani masa perkuliahan.

2. Kepada Abang Bayu Noercholis M, S.E, Adik Fitri Dewi Nasari, Wahyudi Akbar dan Novita Khairani, sepupu dan seluruh keluarga besar penulis yang memberikan doa dan dukungan.

3. Kepada Ibu Ir. Iskandarini, MM, P.hD selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan segala ilmu pengetahuan untuk membimbing, memberikan masukan, arahan, serta bantuan dalam menyusun skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

4. Kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan.

5. Kepada Seluruh Dosen Fakultas Pertanian, Khususnya Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada Seluruh Pegawai di Fakultas Pertanian, Pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan skripsi.

7. Kepada Teman–Teman Agribisnis Stambuk 2012, khususnya kepada teman-teman grup Anti IS (Dhieni, Sylvi, Pita, Purnama, Karol, Fais, Titin, Yosua, Febri, Ismail dan Triandi) yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

8. Kepada Teman-Teman EOT (Shela dan Tia) yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Namun demikian, penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pada skripsi ini, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

Dokumen terkait