• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Medan

a) Mempertahankan dan meningkatkan kondisi sanitasi instalasi gizi yang sudah baik.

b) Melaksanakan program pelatihan higiene sanitasi makanan dan

program pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja instalasi

gizi.

c) Barang-barang bekas disamping instalasi gizi sebaiknya diletakkan atau disimpan pada tempat yang tertutup dan jauh dari instalasi gizi

sehingga tidak mengganggu estetika dan mencemari makanan di

Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Medan.

d) Memperbaiki konstruksi bangunan seperti, langit-langit yang sudah

rusak dan lantai yang tidak rata atau retak. Serta, pintu dibuat menutup

sendiri dan menambahkan kawat kasa pada ventilasi agar menjaga penghawaan selama proses pengolahan makanan.

e) Mengganti sabun batang dengan sabun cair pada tempat cuci tangan

dan toilet karena sabun batang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan bakteri.

g) Mengawasi dan memberi sanksi yang tegas pada pekerja instalasi gizi

yang tidak menggunakan alat pelindung diri.

h) Sebaiknya bahan beracun disimpan pada tempat yang tertutup dan

terpisah dari tempat pengolahan makanan dan bahan makanan dengan memanfaatkan ruang kosong di instalasi gizi.

i) Mengatur jadwal pembersihan instalasi gizi khusus nya tempat

penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi.

j) Memperketat jadwal pengakutan makanan agar tidak terjadi

kontaminasi pada makanan dikarenakan jalur yang dilewati adalah jalur

yang sama digunakan oleh aktivitas lainnya di Rumah Sakit.

2. Bagi pekerja instalasi gizi

a) Hendaknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan mengikuti kursus higiene sanitasi makanan

b) Menggunakan alat pelindung diri saat bekerja, sehingga pekerja

instalasi gizi dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh makanan.

c) Pekerja instalasi gizi yang bertugas membersihkan instalasi gizi,

sebaiknya lebih teliti dalam membersihkan daerah-daerah yang sulit dibersihkan seperti pertemuan lantai yang tidak konus, langit-langit

yang terdapat sarang laba-laba, dinding dan jendela yang terlihat kotor.

3. Bagi Instansi Terkait yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan

Dinas Kesehatan Kota Medan diharapkan selalu melakukan pengawasan

terhadap tenaga penjamah makanan saat berlangsungnya proses pengolahan

4. Bagi Pemerintah Indonesia

Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan atau mengkaji ulang

peraturan kesehatan tentang Higiene Sanitasi Makanan karena masih dianggap

kurang dalam penilaian higiene sanitasi makanan secara keseluruhan untuk

instalasi gizi Rumah Sakit. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat

mengeluarkan peraturan kesehatan tentang higiene sanitasi makanan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Higiene dan Sanitasi Makanan

2.1.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan

Pada hakikatnya “Hygiene” dan “Sanitasi” mempunyai pengertian dan tujuan yang hampir sama yaitu mencapai kesehatan yang prima.

Sudira (1996) mengemukakan bahwa : “Hygiene adalah ilmu kesehatan dan pencegahan timbulnya penyakit. Hygiene lebih banyak membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab timbulnya penyakit, sedang sanitasi lebih memperhatikan masalah kebersihan untuk mencapai kesehatan”.

Hygiene erat hubungannya dengan perorangan, makanan dan minuman karena merupakan syarat untuk mencapai derajat kesehatan. Sedang sanitasi menurut WHO merupakan suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.

Menurut Depkes RI (2004), hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sedangkan menurut Gea (2009:19) sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih

untuk keperluan cuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan.

Perbedaan sanitasi dan hygiene adalah hygiene lebih mengarahkan aktivitasnya pada manusia, sedangkan sanitasi lebih menitik beratkan pada faktor-faktor lingkungan hidup manusia. Tujuan diadakannya usaha sanitasi dan hygiene adalah untuk mencegah timbulnya penyakit dan keracunan serta gangguan kesehatan lain sebagai akibat dari adanya interaksi faktor-faktor lingkungan hidup manusia.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan atau pemborosan makanan ( WHO, 2007 ).

Langkah penting dalam mewujudkan higiene dan sanitasi makanan menurut Depkes RI (2007), adalah :

a. Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan suhu hidangan (panas atau dingin)

b. Penyajian, penanganan yang layak terhadap penanganan makanan yang dipersiapkan lebih awal

c. Memasak tepat waktu dan suhu

d. Dilakukan oleh pekerja dan penjamah makanan yang sehat mulai dari penerimaan hingga distribusi

e. Memantau setiap waktu suhu makanan sebelum dibagikan

f. Inspeksi teratur terhadap bahan makanan mentah dan bumbu-bumbu sebelum dimasak

g. Panaskan kembali suhu makanan menurut suhu yang tepat (74 ºC)

h. Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah, makanan masak melalui orang (tangan), alat makan, dan alat dapur

i. Bersihkan semua permukaan alat/ tempat setelah digunakan untuk makanan

j. Perhatikan semua hasil makanan yang harus dibeli dari sistem khusus. 2.1.2 Tujuan Sanitasi Makanan

Menurut Prabu (2008), Sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan/pemborosan makanan. Higiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Tujuan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman (Depkes RI, 2007):

1. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen.

melalui makanan.

3. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan di institusi.

2.2 Penyehatan Makanan

Makanan merupakan suatu hal yang yang sangat penting di dalam kehidupan manusia, makanan yang dimakan bukan saja memenuhi gizi dan mempunyai bentuk menarik, akan tetapi harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit.

Penyehatan makanan adalah upaya mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapan yang dapat atau menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya (Depkes RI,2003).

Menurut Chandra (2006) bahwa didalam upaya penyehatan makanan, terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan:

1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi 2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan 3. Keamanan terhadap penyediaan air

4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan penyajian dan penyimpanan

6. Pencucian dan pembersihan alat perlengkapan 2.3 Prinsip Higiene Sanitasi Makanan

Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman menurut Depkes RI (2004) berdasarkan Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah upaya pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat/bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Terdapat 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman yaitu:

1. Pemilihan Bahan Makanan 2. Penyimpanan Bahan Makanan 3. Pengolahan Makanan

4. Penyimpanan Makanan Masak 5. Pengangkutan Makanan 6. Penyajian Makanan

2.3.1 Pemilihan Bahan Makanan

Pembelian bahan sebaiknya di tempat yang resmi dan berkualitas baik seperti :

a. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari Instalasi Gizi atau dari luar rumah sakit/jasa boga harus diperiksa secara fisik dan laboratorium minimal 1 bulan sekali sesuai Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga.

b. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.

c. Bahan makanan kemasan (olahan) harus mempunyai label dan merek serta dalam keadaan baik.

2.3.2 Penyimpanan Bahan Makanan

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, terlindung dari bahan kimia berbahaya, serta terlindung dari serangga dan hewan lain.

1) Bahan makanan kering

a. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi

b. Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih maupun air limbah) untuk menghindari terkena bocoran.

c. Tidak ada drainase di sekitar gudang makanan.

d. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak terbawah 15-25 cm.

e. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 220C

f. Gudang harus dibuat antikus dan serangga.

g. Penempatan bahan makanan harus rapid an ditat tidak terlalu rapat untuk menjaga sirkulasi udara.

2) Bahan makanan Basah/mudah Membusuk dan Minuman

a. Bahan makanan seperti buah, sayuran, dan minuman disimpan pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 10-150C

b. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 4-100C

c. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0-4 0C

d. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka kurang dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu < 00C

e. Pintu tidak boleh sering dibuka karena dapat meningkatkan suhu f. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus dalam

kondisi tertutup

g. Pengambilan dengan cara first in first out(FIFO), yaitu yang disimpan lebih dahulu juga digunakan lebih dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.

2.3.3 Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti prinsip-prinsip hygiene sanitasi. Dalam hal ini persyaratan untuk tenaga pengolah makanan dan peralatan pada proses pengolahannya harus diperhatikan (Depkes RI, 2004).

Menurut Azwar (1990), Tujuan pengolaan makanan agar tercipa makanan yang memenuhi syarat kesehatan, mempunyai cita rasa yang sesuai serta mempunyai bentuk yang merangsang selera. Kemudian Kusmayadi (2008) menyatakan bahwa dalam proses pengolahan makanan, harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi terutama menjaga kebersihan peralatan masak yang

digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan penjamah makanan.

2.3.3.1 Penjamah Makanan

Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah makanan mulai dari persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian makanan. Pengetahuan, sikap dan tindakan seorang penjamah mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan penjamah yang sedang sakit flu, demam atau diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan makanan. Jika terjadi luka penjamah harus menutup luka dengan pelindung kedap air misalnya : plester atau sarung tangan plastik (Kusmayadi, 2008).

Berdasarkan Kepmenkes RI No.1098/Menkes/Per/VII/2003 tentang syarat penjamah makanan yaitu :

1. Bahwa setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai : a. Celemek/apron

b. Tutup rambut c. Sepatu dapur d. Berperilaku :

1. Tidak merokok

2. Tidak makan atau mengunyah

3. Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias 4. Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk

keperluannya

kamar kecil

6. Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar

7. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai diluar tempat kerja.

2. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat vaksinasi chotypa dan buku kesehatan yang berlaku.

2.3.3.2 Persyaratan peralatan masak dalam proses pengolahan makanan Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan, seperti pisau, sendok, kuali wajan dan lain-lain.

Persyaratan peralatan masak pada pengolahan makanan di rumah sakit berdasarkan Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 adalah

1. Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan. 2. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.

3. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan.

4. Peralatn agar dicuci segera sesudah digunakan,selanjutnya didesinfeksi dan dikeringkan.

5. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan disimpan pada rak terlindung dari vektor.

2.3.4 Penyimpanan Makanan Masak

Penyimpanan makanan dimaksudkan untuk mengusahakan makanan agar dapat awet lebih lama. Kualitas makanan yang telah diolah sangat dipengaruhi

oleh suhu, dimana terdapat titik rawan untuk perkembangbiakan bakteri pathogen dan pembusuk pada suhu yang sesuai dengan kondisinya.

Tujuan dari penyimpanan makanan adalah :

1. Mencegah pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri pathogen 2. Mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah : 1. Makanan yang disimpan diberi tutup.

2. Lantai atau meja yang digunakan untuk menyimpan makanan harus dibersihkan terlebih dahulu.

3. Makanan yang tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air limbah (selokan).

4. Makanan yang disajikan sebelum diolah (timun, tomat dan sebagainya ) harus dicuci dengan air hangat.

5. Makanan yang dipak dengan karton jangan disimpan dekat air atau tempat yang basah.

2.3.5 Pengangkutan Makanan

Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan di dalam mencegah terjadinya pencemaran makanan. Dalam proses pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkutan itu sendiri.

Berdasarkan Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, Prinsip

pengangkutan siap santap yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

dan bersih.

2. Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar tersedia udara untuk ruang gerak.

3. Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut bahan/barang kotor.

2.3.6 Penyajian Makanan

Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai cara asalkan memperhatikan kaidah hygiene sanitasi yang baik. Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas atau box plastik harus dalam keadaan bersih dan tidak berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan racun.

Menurut Kusmayadi (2008), Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi menggunkan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan.

Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, persyaratan

penyajian makanan adalah sebagai berikut :

1. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaram dan peralatan yang dipakai harus bersih.

2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.

3. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas pengahangat makanan dengan sushu minimal 600c dan 40c

untuk makanan dingin.

4. Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih.

5. Makana jadi harus segera disajikan.

6. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.

2.4 Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit

Menurut Sihite (2000), makanan dalam hubungannya dengan penyakit, akan dapat berperan sebagai :

1. Agen

Makanan dapat berperan sebagai agent penyakit, contohnya : jamur sepertiAspergillus yaitu spesies dari genusAspergillus diketahui terdapat dimana-mana dan hampir dapat tumbuh pada semua substrat, fungi ini akan tumbuh pada buah busuk, sayuran, biji-bijian, roti dan bahan pangan lainnya.

2. Vehicle

Makanan juga dapat sebagai pembawa (vehicle)penyebab penyakit, seperti : bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan juga beberapa mikroorganisme yang patogen, serta bahan radioaktif. Makanan tersebut dicemari oleh zat-zat diatas atau zat-zat yang membahayakan kehidupan.

3. Media

Makanan sebagai media penyebab penyakit, misalnya kontaminasi yang jumlahnya kecil, jika dibiarkan berada dalam makanan dengan suhu dan waktu yang cukup, maka bisa menyebabkan wabah yang serius.

2.5 Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit bawaan makanan menurut Depkes RI (2000), adalah penyakit yang pada umumnya menunjukkan gangguan pada saluran pencernaan yang ditandai dengan gejala mual, perut mulas,diare,kadang-kadang muntah yang disebabkan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung bakteri ganas dalam jumlah yang cukup banyak, racun bakteri atau bahan kimia berbahaya.

Penyakit akibat makanan dapat digolongkan menjadi 2(dua), yaitu (Purnawijayanti, 2001) :

1. Infeksi terjadi apabila setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung mikroorganisme pathogen hidup, kemudian timbul gejala-gejala penyakit, demam tifus dan paratifus, kolera dan disentri basiller. 2. Peracun terjadi apabila di dalam makanan terdapat racun, baik racun kimia

maupun racun intoksikasi ( racun yang ada dalam makanan tersebut). 2.6 Peralatan Makan

Peralatan makan adalah peralatan yang digunakan untuk menyediakan, menyajikan, dan memakan makanan (Wikipedia, 2010).

2.6.1 Perlindungan Peralatan Makan

Perlindungan peralatan makan dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bahan yang tidak larut dalam makanan, mudah dicuci, dan aman untuk digunakan. Peralatan utuh, aman, dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat tercuci sempurna.

makanan oleh Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, bahwa untuk persyaratan peralatan makan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya 100/cm2dan tidak mengandung bakteriEscherichia coli(negatif).

2.6.2 Persyaratan Peralatan Makan

Berdasarkan Permenkes RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 persyaratan peralatan makan adalah

1. Peralatan tidak rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan.

2. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan.

3. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.

4. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E.coli

5. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :

a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen, air dingin, air panas sampai bersih.

b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 80°C selama 2 menit.

6. Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak boleh dilap dengan kain.

keadaan kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber pengotoran/kontaminasi binatang perusak (Depkes RI,2003).

2.7 Sistem dan Teknik Pencucian Alat Makan dan Minuman 2.7.1 Sistem Pencucian

Menurut Anwar (1990), Three Comporment Sink yaitu suatu alat pencuci yang terdiri atas 3 bilik atau 3 bak, masing-masing bak mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Bak I : Disebut bak pencuci ( wash) 2. Bak II : Disebut bak pembilas ( rinse)

3. Bak III : Disebut bak pembilas terakhir ( final rinseatau desinfektan) Lengkapnya maka Three Comporment Sink terdiri atas bagian-bagiannya sebagai berikut :

1. Prepartion Table yaitu meja persiapan untuk mengumpulkan piring yang kotor dan yang akan dicuci.

2. Three Comporment Sink ( alat pencuci tiga bak)

3. Drip board Yaitu meja penuntas. Disini alat-alat makan dituntaskan dan dikeringkan dengan udara ( air dried), dilarang dikeringkan dengan lap. 4. Rak Penyimpan, setelah alat-alat makan tersebut kering baru lah

2.7.2 Teknik Pencucian

Menurut Depkes RI (2006), teknik pencucian yang benar akan memberikan hasil pencucian yang sehat dan aman. Tahapan-tahapan pencucian yang perlu diikuti agar hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut :

1. Scraping (membuang sisa kotoran), yaitu memisahkan kotoran dan sisa-sisa makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa-sisa makanan diatas piring,gelas,sendok,garpu dan lain-lain. Kotoran tersebut dikumpulkan di tempat sampah (kantong plastik) selanjutnya diikat dan dibuang di tempat yang kedap air.

2. Flusing (merendam dalam air ), yaitu mengguyur air ke peralatan yang akan dicuci sehingga terendam seluruh permukaan peralatan.

3. Washing ( mencuci dengan deterjen ), yaitu mencuci peralatan dengan cara menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau deterjen. Deterjen yang baik yaitu terdiri dari deterjen cair atau bubuk, karena deterjen sangat mudah larut dalam air, sehingga sedikit kemungkinan membekas pada alat yang dicuci.

4. Rinsing ( membilas dengan air bersih ), yaitu mencuci peralatan yang telah digosok deterjen sampai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih. Setiap peralatan yang dibersihkan dibilas dengan cara menggosok-gosok dengan tangan sampai terasa kesat, tidak licin.

5. Sanitizing/Desinfection ( membebashamakan ), yaitu membebashamakan peralatan setelah proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin aman dari mikroba dengan cara desinfeksi.

6. Towelling (Mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau mengeringkan dengan menggunakan kain atau handuk dengan maksud untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih menempel sebagai akibat proses pencucian seperti noda deterjen, noda klor dan sebagainya. Towelling ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa lap yang digunakan harus steril serta sering diganti. Penggunaan lap yang baik adalah yang sekali pakai.

2.8 Rumah Sakit

2.8.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI nomor 56 tahun 2014, Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.8.2 Tujuan Dan Sasaran Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit

Tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Rumah sakit menurut Darpito (2003), adalah mewujudkan lingkungan rumah sakit baik indoor ataupun outdoor yang aman, nyaman, dan sehat bagi para pasien, pekerja, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit, kejadian pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan sekecil mungkin atau bila mungkin dihilangkan.

Sasaran kesehatan lingkungan adalah pengelolaan kesehatan

rumah sakit pemerintah, BUMN/BUMD, TNI/POLRI ataupun rumah sakit

Dokumen terkait