• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Agar pelaksanaan sistem pelaporan dalam bentuk Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Nagara (LHKPN) dapat dilakukan secara intensif dan tegas, guna dapat memonitor terjadinya pidana suap atau gratifikasi, dengan berpedoman kepada Pasal 5 dan 10 Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Pasal 13 Undang-undang No. 30 Tahun 2002

tentang KPK, Peraturan KPK No. 07/KPK/02 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemeriksaan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. Selain itu agar Penyidik yang melakukan pemberkasan (penyidikan) perkara korupsi sedapat mungkin mengejar keberadaan aset-aset yang diduga merupakan hasil kejahatan korupsi guna selanjutnya dilakukan penyitaan dan seterusnya oleh Penuntut umum dalam requisitoirnya dimintakan perampasan/disita untuk negara guna mengembalikan kerugian keuangan negara.

2. Agar dilakukan peninjauan kembali terhadap rumusan (kata-kata : ”yang berhubungan dengan jabatan dan yang melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan kewajiban”) yang tercantum di dalam Pasal 12 B Undang-undang No. 20 Tahun 2001 karena rumusan ini kontra produktif dengan Pasal 37 A. Adapun rujukannya minimal kembali mengikuti rumusan Pasal 12 Undang-undang No. 31 Tahun 1999, sehingga Pasal 37 A dapat diterapkan.

3. Agar pengaturan pembalikan beban pembuktian suatu perkara korupsi dapat diterapkan secara efektif, sudah saatnya melakukan rekonseptualisasi sistem pembuktiannya ke arah asas praduga bersalah (Presumption of Guilt) dengan merujuk kepada filosofi dan substansi ketentuan Pasal 28 J UUD 1945, yaitu konsep HAM Indonesia, yang tidak murni menganut paham individualistik melainkan paham ”individualistik plus”. (hak dan kebebasan setiap orang dalam bingkai UUD 1945 harus diwujudkan untuk menciptakan harmonisasi kehidupan sosial, selain melindungi kepentingan hak-hak

indvidu) karena tanpa disadari, selama ini asas praduga bersalah telah diterapkan dalam Pasal 17 KUHAP, yang pada pokoknya bahwa untuk melakukan proses pidana terhadap seseorang berdasar deskriptif faktual dan bukti permulaan yang cukup, harus ada suatu praduga bahwa orang itu telah melakukan suatu perbuatan pidana yang dimaksud.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Adji, Indriyanto Seno, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara dan Hukum Pidana, Jakarta : Diadit Media, 2007.

Arief, Barda Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung : Alumni, 1991. Baxi Uppendra, Liberty and Corruption, Lalbagh : Luctnow EBC Publising Ltd,

1990.

Cansil, CST, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989.

Cooal, David, and Tyrer, Criminal Justice, An Introduction to the Criminal Justice System in England and Wales, New York : Longman Group Ltd, 1995. Friedman, W, Teori dan Filsafat Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993 Friedman, Lawrence M., Total Justice, Russel : Sage Foundation, 1994

Gautama, Sudargo, Pengertian Tentang Negara Hukum, Bandung : Penerbit Alumni, 1983.

Gibbons Don C., Society Crime and Criminal Careers., New Delhi : Prentice Hall of India, 1987

Hamzah, Andi, Perkembangan Pidana Khusus, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. __________ , Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 1993 __________ , Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 1993. __________ , Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sapta Artha Jaya, 1996. __________ , KUHP dan KUHAP, Jakarta : Rineka Cipta, 1998.

__________ , Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999.

__________ , Pemberantasan Korupsi Ditinjau dari Hukum Pidana, Jakarta : Pusat Studi Hukum Pidana Universitas Trisakti, 2002.

__________ , Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta: Radja Grafindo, 2003.

__________ , Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara, Jakarta : Sinar Grafika, 2005.

Hornby, A. S, The New Webster International Dictionary, Oxford : 1980

Kemnper, Bosh, Komentar Atas Reglemen Hukum Acara Didalam Pemeriksaan Dimuka Pengadilan Negeri, Jakarta : NV Versluys, 1972.

Keraf, Gorys, Argumentasi dan Narasi, Jakarta : Gramedia, 1987.

Lawyer Committee for Human Right, Fair Trial (Prinsip-Prinsip Peradilan yang Adil dan Tidak Memihak), Diterjemahkan oleh Ahmad Fauzan, Jakarta : Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 1997.

Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994. __________ , Sistem Nasional, Bandung : Mandar Maju, 2002.

__________ , Pembahasan Undang-Undang 1945, Alumni, 1975.

Macinto Donald A., fundamental of the Criminal Justice System, Ontario : The Carswell Ltd, 1989.

Mochtar, M. Akil, Memberantas Korupsi, Q-Communication, Jakarta 2006.

Muladi & Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung : Alumni, 1992.

Pitlo, Bewijs en Verjaring naar het Nederlands Burgelijk wetboek, Nederlands : Wetbook, 1968.

Poernomo, Bambang, Pertumbuhan Hukum Penyimpangan di luar Kodifikasi Hukum Pidana, Jakarta : Bina Aksara, 1984.

__________ , Pembuktian Hukum Pidana, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian hukum UI, 1995.

Prodjohamidjojo, Martiman, Sistem Pembuktian dan Alat Bukti. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983.

__________ , Pembahasan Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Pradnyaparaminta, 1988.

Reksodiputro Mardjono, Kemajuan Perkembangan Ekonomi & Kejahatan, Jakarta : Pusat Pelayanan Keadilan & Pengabdian Hukum UI, 1994.

__________ , Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Jakarta : Lembaga Kriminologi UI, 1994.

__________ , Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana, Jakarta : Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, Universitas Indonesia, 1995.

Remmelink, J., Hukum Pidana : Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari KUHP Belanda dan Padanannya dalam KUHP Indonesia, Jakarta :

Gramedia, 2003.

Rosjadi, Imron., Badjeber, Zain, Undang-undang Hukum Acara Pidana, Jakarta : Eko Jaya, 1979.

Rukmini, Mien, Perlindungan Ham melalui Azas Praduga Tidak Bersalah dan Azas Persamaan Kedudukan Dalam Hukum Pada Sistem Peradilan Pidana, Jakarta : Jembatan, 2005.

Simons, D., Beknopte handleiding tot het wetbook van Strafvordering, Bohn : Haarlem de Erven, 1952.

__________ , Leerboek van het Nederlansche Strafrecht, Nederlansche : 1910. Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Bandung : Alumni, 1983. Soebekti, Aneka Perjanjian, Bandung : Alumni 1984.

.Stafford Wadsworth& Louise Rayar The Dutch Penal Code, diterjemahkan oleh, Colorado : Rothman & Co., 1997.

Tak, P.J.P., The Dutch Criminal Justice System, Boom : Juridische Uitgever, 2003.

Walker, Clive and Starmer, Keir, Justice in Error, London : Blackstone Paris Ltd, 1993.

__________ , Miscarriage of Justice, Blackstone Press Ltd, 1999.

Yarbrough, Tinsley E., A Possion for Justice, Oxford : University Press, 1987.

B. Makalah :

Kartayasa, Mansyur, Beban Pembuktian dalam Undang-undang Tindak Pidana Korupsi, Disampaikan pada Rakor Sesjampidsus Kejaksaan RI di Sasana Pradata Kejagung RI, tanggal, Mei 2000.

Kaufmann, Daniel, Governance and Corruption: New Empirical Frontier For Program ,Design, dalam T. Mulya Lubis, “Reformasi Hukum Anti Korupsi”, Makalah Disampaikan dalam Konferensi Menuju Indonesia Bebas Korupsi, Depok, 18 September 1998

Loqman, Loebby Laporan Akhir Penelitian Ilmiah Masalah Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, disampaikan di Departemen Kehakiman RI Badan

Pembinaan Hukum Nasional, 1999.

Nasution, Adnan Buyung, Prinsip-prinsip Umum Pengadilan yang Baik, Lokakarya Pengadilan Khusus di Jakarta, tanggal 19-10 Juni 2001.

Nasution, Bismar, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, disampaikan pada dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penelitian Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Pebruari 2003.

C. Jurnal :

Adji, Indriyanto Seno, Newsletter Komisi Hukum Nasional Vol. 7, No. 2, Maret- April 2007.

Kaufmann, Daniel, Governance and Corruption, New Empirical Frontier For Program Design, Vol. 27, September 1998.

Majalah Time No. 15, tanggal 12 April 1993, hal. 40 – 41.

Pangaribuan, Luhut M, Sistem Pembuktian Terbalik, Kompas : Jakarta 2 April 2001, hal. 1.

Pendapat Akhir Fraksi Partai Golkar atas Perubahan Undang-undang No. 31 Tahun 1999.

Majalah Tempo, 22 Januari 1994, dalam BPKP, Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.

Tranparency International, “Corruption Perception”, Index 1995, 1996, 1997, 1998,1999 dan 2000, Berlin Germany.

__________ , Corruption Perception Index 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, Berlin Germany.

D. Peraturan/ Undang-undang :

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta : Nuasa Aulia, 2006.

Himpunan Engelbrecht, Jakarta : Iktiar Baru van Hoove, 1960.

Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Jakarta : Pantjuran Tudjuh, 1982.

Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)

Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Q-Communication, 2006.

Undang-undang No. 39 Tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia (HAM).

Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Q-Communication, 2006.

Undang-undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberanrasan Korupsi. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Peraturan KPK No. 07/KPK/02 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemeriksaan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara. United Nations Convention Against Corruption, 2003.

Singapore Prevention of Corruption Act, Chapter 241, Singapore : 1993.

E. Internet :

Prasetyantoko,”business as usual,”

http://aprasetyantoko.blogspot.com/2006/04/business-as-usual.html diakses 29 April 2008.

Dokumen terkait