• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Dapat dilakukan penelitian tentang cemaran mikroba patogen lainnya terkait dengan syarat yang ditetapkan KEPMENKES no 661 tahun 1994 pada jamu-uyup yaitu Staphylococcus aureus danPseudomonas aeruginosa.

2. Perlu dilakukan pembinaan kepada produsen jamu racik “X” di

Yogyakarta oleh pihak yang berwenang, agar lebih memperhatikan kebersihan dan perilaku higenis dalam pembuatan dan penyajian jamu sehingga keamanan jamu dan kesehatan masyarakat lebih terjamin.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrazzaq, Y.M., 2003.Aflatoxin M1 in breastmilk of UAE women. Ann. Trop. Paediatri, 23(3),pp. 173–179.

Agoes, A., 2010,Tanaman Obat Indonesia, Buku 2, Salemba Medika, Jakarta, pp. 57-59, 99-101.

Ahmad, R. Z., 2009, Cemaran Kapang Pada Pakan dan Pengendaliannya, Balai Besar Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor, pp.15. Anonim, 2014,Efek Pendinginan dan Pemanasan Pada Populasi Bakteri E.coli,

http: //www. amazine. co/12089/efek–pendinginan - pemanasan-pada-populasi-bakteri-e-coli/, diakses tanggal 19 Juni 2014.

Aulia, 2012,Medium Pertumbuhan Bakteri, Bapelkes, Jakarta, pp. 1-3.

Atlas, R.M., 2000,Hand Book of Microbiological Media, 2nd Edition, CRC Press, New York, pp. 255.

Badan Pengawas Obat Makanan Republik Indonesia, 2008, Pengujian Mikrobiologi Pangan, Vol.9, No.2, Balai POM, Jakarta, pp. 1-7.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Kepala BPOM RI No. 00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1). Bridson, E., Y., 2006, oxoid manual, 9th Edition,, Oxoid Limited, England, pp.

337, 338.

Cappuccino, J,G, and Natalie Sherman, 2008, Microbiology a Laboratory Manual, eight edition, Pearson education, USA, pp. 155-170.

Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 30.

David W., PhD, Rana A. Hajjeh, MD, Brent A. Lasker, PhD, 2001,Epidemiology and Prevention of Invasive Aspergillosis, Current Science Inc, USA, pp. 507.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan Obat Tradisional, Depkes RI, Jakarta, pp. 157,165.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2000, Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 27. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 003 Tahun 2010 Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1), (4).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2011, Integrasi Pengobatan tradisional dalam Sistem Kesehatan Nasional http: // www. depkes. go. id / index. php / berita / press - release / 1706 – integrasi – pengobatan –

tradisional –dalam– sistem–kesehatan - nasional. html, diakses tanggal 28 Oktober 2013.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1). Diagnostic, B., 2009,EC Broth, http://www. biokardiagnostics. com /solabia /

produitsdiagnostic. Nsf / 0 / 4f6d4bb6091347e7c12574c80036db96 / $file / tds_bk162_v6. pdf, diakses tanggal 13 April 2014.

Dupont, H.L., Formal, S.B., Hornick, R.B., Snyder, M.J., Libonati , D.G., Sheahan, LaBrec, E.H., and Kalas, J.P. 1971.Pathogenesis of Escherichia coli diarrhea. New Eng. J. Med, pp. 285:1-9.

Fardiaz, S., 1992,Mikrobiologi Pangan, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, pp. 183. Finegold, S.M, dan E.J. Baron, 1996,Bailey and Scott’s Diagnostic Microbiology

7thedition, CV Mostby, Saint Louis, pp. 113.

Hadioetomo, R.S., 1985, Mikrobiologi Dasar dan Praktek –teknik dan Prosedur Dasar dalam Laboratorium, Gramedia, jakarta, pp. 42-46, 100.

Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T.,Williams, S.T., 2000, Bergey’s Manual Determinative Bacteriology, 9thedition, Lippincott Williams and Wilkins Company, USA, pp. 167-168.

Jawetz, E.J.I., Melnick and Adberg, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Diterjemahkan oleh Nugroho, E., dan Maulany Edisi XX, EGC, Jakarta, pp. 191.

Jutono, dkk., 1972, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 44, 57-59.

Kanti A. 2005. Keragaman khamir tanah asal Taman Nasional Kalimutu dan Taman Wisata Alam Ruteng Nusa Tenggara Timur, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor, pp. 56.

Latief, A., 2012, Obat Tradisional, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 1,3-6, 25.

Lay. B.W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Edisi I, PT. Raja grafindo Persada, Jakrata, pp. 81-85, 91, 99.

Levinson, W and E. Jawetz .2003. Medical Microbiology & Imunology Examination & Board Review. 7th Edition.USA: McGraw-Hill Company. pp. 130-131.

Melliawati, R., 2009, Escherichia coli dalam Kehidupan Manusia, Bio Trends, 4 (1), 13.

Murray,P.R., 1999,Manual of Clinical Microbiology, 7th Edition, aditors Ellen Jo Baron, Michael A. Pfaller, fred C. Tenover, Robert H. Yolken, American Society for Microbiology, 1325 Massachusetts Avenue, Washington D.C. pp. 1073.

Pratiwi, S. T., 2008,Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, pp. 178, 180-184 Radji, M., 2011, Buku Ajar MIKROBIOLOGI Panduan mahasiswa farmasi dan

kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 127.

Rengga, W.D.P. dan Prima A.H, 2013, Serbuk Instan Manis Daun Pepaya Sebagai Upaya Memperlancar Air Susu Ibu, Universitas Negeri Semarang, Semarang, pp. 7.

Roesli, U, 2000. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Penerbit Trubus Agriwidya, Jakarta, pp. 6.

Sears, B.W., 2011, Intisari Mikrobiologi & Imunologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 1-2.

Suharmiati, 2003, Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong, Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta, pp. 2-4, 33-35.

Sumarmo, 2000, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik, Akademi Analisis Kesehatan Yogyakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Yogyakarta, pp. 38-39.

Sumarsih, 2007, Nutrisi dan Medium Kultur Mikroba, http: // sumarsih07. files. wordpress. com / 2008/ 11 / nutrisi–dan - medium–kultur - mikroba. Pdf, diakses tanggal 29 Maret 2014.

Supardi, I., dan Sukamto., 1999, Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan, Penerbit Alumni, Bandung, pp. 34.

Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pp. 190-191.

Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 5,14, 17-19, 26-27, 32-37.

Wattimena, J.R., Sugiarso, N.C.,Widianto, M.B., Sukandar, E.Y., Soemardji, A.A., Setiadi, A.R., 1991, Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, pp. 184, 187.

Wijayanti, S., 2009,Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri Susu Sapi Segar dari Koperasi Unit Desa di Kabupaten Boyolali, http: // www. pdfqueen. com / pdf / ma / makalah–tentang– pedagang–kaki–lima /., diakses tanggal 10 Mei 2014.

72

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta

Lampiran 2. Hasil uji MPNE.colidari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta

Lampiran 3. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5

Sampling Pengenceran Jumlah Koloni AKK (CFU/mL) Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling I 10-1 ∞ ∞ ∞ 4 x 105 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 68 65 133 10-4 31 36 67 10-5 10 10 20

Sampling Pengenceran Jumlah Koloni AKK (CFU/mL) Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling II 10-1 ∞ ∞ ∞ 4 x 105 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 110 104 214 10-4 23 28 51 10-5 15 13 28

Sampling Pengenceran Jumlah Koloni AKK (CFU/mL) Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling III 10-1 ∞ ∞ ∞ 7,5 x 104 10-2 136 142 278 10-3 55 67 122 10-4 18 26 44 10-5 5 6 11

Lampiran 4. Perhitungan AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5

Sampling I

Pengenceran 10-1

• Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

• Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-3

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 68 + 65 = 133 x 10-3= 133.000 koloni/mL

Pengenceran 10-4

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 31 + 36 = 67 x 10-4= 670.000 koloni/mL

Pengenceran 10-5

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 10 + 10 = 20 x 10-4= 200.000 koloni/Ml

Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-3dan pengenceran 10-4 Pengenceran 10-3= 133.000

Pengenceran 10-4= 670.000 +

Sampling II

Pengenceran 10-1

• Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

• Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-3

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 110 + 104 = 214 x 10-3= 214.000 koloni/mL

Pengenceran 10-4

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 23 + 28 = 51 x 10-4= 510.000 koloni/mL

Pengenceran 10-5

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 15 + 13 = 28 x 10-5= 2.800.000 koloni/mL

Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-3dan pengenceran 10-4 Pengenceran 10-3= 214.000

Pengenceran 10-4= 510.000+

Sampling III

Pengenceran 10-1

• Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 136 + 142 = 278 x 10-2= 27.800 koloni/mL

Pengenceran 10-3

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 55 + 67 = 122 x 10-3= 122.000 koloni/mL

Pengenceran 10-4

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan koloni 10-150 18 + 26 = 44 x 10-4= 440.000 koloni/mL

Pengenceran 10-5

• Koloni tidak dapat dihitung karena tidak menunjukkan koloni 10-150 Dipilih cawan petri dari pengenceran 10-2dan pengenceran 10-3

Pengenceran 10-2= 27.800 Pengenceran 10-3= 122.000 +

Lampiran 5. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 24 Jam

Sampling Pengenceran Jumlah Koloni ALT (CFU/ml) Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling I 10-1 ∞ ∞ ∞ 8 x 104 10-2 250 238 244 10-3 126 134 130 10-4 63 69 66 10-5 31 35 33

Sampling Pengenceran Jumlah Koloni ALT (CFU/ml) Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling II 10-1 ∞ ∞ ∞ 1,1 x 106 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 250 224 237 10-4 204 208 206 10-5 122 138 130

Sampling Pengenceran Jumlah Koloni ALT (CFU/ml) Petri 1 Petri 2 Jumlah

Sampling III 10-1 ∞ ∞ ∞ 2,4 x 107 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 ∞ ∞ ∞ 10-4 ∞ ∞ ∞ 10-5 238 246 242

Lampiran 6. Perhitungan ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam

Sampling I

Pengenceran 10-1

• Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250 koloni/mL

Pengenceran 10-3

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250 koloni/mL

Pengenceran 10-4

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250 koloni/mL

Pengenceran 10-5

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250 koloni/mL

Dipilih cawan petri dengan pengenceran 10-2dan pengenceran 10-3 Pengenceran 10-2= 24. 400

Pengenceran 10-3= 130.000 +

Sampling II

Pengenceran 10-1

• Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

• Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-3

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250 koloni/mL

Pengenceran 10-4

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250 koloni/mL

Pengenceran 10-5

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250

Dipilih cawan petri pada pengenceran 10-3dan 10-4 Pengenceran 10-3= 237.000

Pengenceran 10-4= 2.060.000+

Sampling III

Pengenceran 10-1

• Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-2

• Koloni tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-3

• Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-4

• Tidak dapat dihitung karena pertumbuhan bakteri yang saling menumpuk sehingga dianggap sebagai tak terhingga.

Pengenceran 10-5

• Dipilih cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni 25-250 koloni/mL

Dipilih cawan petri pada pengenceran 10-5 Pengenceran 10-5= 24.200.000

Karena hanya pengenceran 10-5yang masuk dalam range, maka dapat langsung disimpulkan hasil akhir 24.200.000 2,4 x 107koloni/mL

Lampiran 7. Pengambilan sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A :Coolboxyang digunakan sebagai tempat sampel

B : Sampel jamu uyup-uyup yang ditempatkan dalamcoolbox

C : Sampel yang ditempatkan dalam botol kaca steril yang ditutup rapat

Lampiran 8. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi hari ke-5

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni C : AKK pada Pengenceran 10-1

D : AKK pada Pengenceran 10-2 E : AKK pada Pengenceran 10-3 F : AKK pada Pengenceran 10-4 G : AKK pada Pengenceran 10-5

Lampiran 9. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi hari ke-5

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni C : AKK pada Pengenceran 10-1

D : AKK pada Pengenceran 10-2 E : AKK pada Pengenceran 10-3 F : AKK pada Pengenceran 10-4 G : AKK pada Pengenceran 10-5

Lampiran 10. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling III pada inkubasi hari ke-5

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni C : AKK pada Pengenceran 10-1

D : AKK pada Pengenceran 10-2 E : AKK pada Pengenceran 10-3 F : AKK pada Pengenceran 10-4 G : AKK pada Pengenceran 10-5

Lampiran 11. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi 48 jam

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni C : ALT pada Pengenceran 10-1

D : ALT pada Pengenceran 10-2 E : ALT pada Pengenceran 10-3 F : ALT pada Pengenceran 10-4 G : ALT pada Pengenceran 10-1

Lampiran 12. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi 48 jam

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni C : ALT pada Pengenceran 10-1

D : ALT pada Pengenceran 10-2 E : ALT pada Pengenceran 10-3 F : ALT pada Pengenceran 10-4 G : ALT pada Pengenceran 10-5

Lampiran 13. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling III pada Inkubasi 48 jam

Keterangan: A : Kontrol media PCA, tidak tumbuh koloni B : Kontrol dari pelarut PDF, tidak tumbuh koloni C : ALT pada Pengenceran 10-1

D : ALT pada Pengenceran 10-2 E : ALT pada Pengenceran 10-3 F : ALT pada Pengenceran 10-4 G : ALT pada Pengenceran 10-5

Lampiran 14. Uji tahap pengkayaan sampel jamu uyup-uyup inkubasi 24 jam

Keterangan: A : Hasil uji tahap pengkayaan sampel I pada media ECB B : Hasil uji tahap pengkayaan sampel II pada media ECB C : Hasil uji tahap pengkayaan sampel III pada media ECB K+ : Kontrol positif dari biakan murniE.coliATCC 3251 P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

Lampiran 15. Uji tahap isolasi sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 24 jam

Keterangan: A : Hasil uji tahap isolasi sampel I pada media TBX B : Hasil uji tahap isolasi sampel II pada media TBX C : Hasil uji tahap isolasi sampel III pada media TBX K+ : Kontrol positif biakan murniE.coliATCC 3251 P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

Lampiran 16. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel I B : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel II C : Hasil Uji Fermentasi Karbohidrat Pada Sampel III K+ : Kontrol Positif dari biakan murniE.coliATCC 3251 1 : Hasil uji glukosa pada media glukosa

2 : Hasil uji laktosa pada media laktosa 3 : Hasil uji manitol pada media manitol 4 : Hasil uji maltosa pada media maltosa 5 : Hasil uji sukrosa pada media sukros

Lampiran 17. Uji indol pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil uji indol sampel I pada media SIM agar B : Hasil uji indol sampel II pada media SIM agar C : Hasil uji indol sampel III pada media SIM agar K+ : Kontrol positif dari biakan murniE.coliATCC 3251 P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

Lampiran 18. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil uji metil merah sampel I pada media MR-VP agar B : Hasil uji metil merah sampel II pada media MR-VP agar C : Hasil uji metil merah sampel III pada media MR-VP agar K+ : Kontrol positif dari biakan murniE.coliATCC 3251 P : Perlakuan untuk sampel jamu uyup-uyup

Lampiran 19. Uji Voges-Proskauer pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil uji Voges-Proskauer sampel I pada media MR-VP agar B : Hasil uji Voges-Proskauer sampel II pada media MR-VP agar C : Hasil uji Voges-Proskauer sampel III pada media MR-VP agar K+ : Kontrol positif dari biakan murniE.coliATCC 3251

Lampiran 20. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil uji Sitrat sampel I pada mediaSimmon’s citrateagar B : Hasil uji Sitrat sampel II pada mediaSimmon’s citrateagar C : Hasil uji Sitrat sampel III pada mediaSimmon’s citrateagar K+ : Kontrol positif dari biakan murniE.coliATCC 3251

Lampiran 21. Hasil pengecatan gram pada sampel jamu uyup-uyup

Keterangan: A : Hasil pengecatan gram pada sampel I B : Hasil pengecatan gram pada sampel II C : Hasil pengecatan gram pada sampel III

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Theresia Nurida Ambarwulan, merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Matius Tukiran Mangku Sutrisno dan Ibu Yasinta Daryanti. Penulis lahir di Sleman pada tanggal 30 Mei 1992. Penulis mulai menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak Indriyasana pada tahun 1997 sampai 1998 dan melanjutkan di Sekolah Dasar Kanisius Babadan pada tahun 1998 sampai 2004. Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama di SLTP N 1 Ngemplak. Pendidikan menengah tingkat atas dilanjutkan di SMA N 2 Ngaglik dari tahun 2007 hingga 2010. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta jurusan farmasi dari tahun 2010 sampai 2014.

Selama menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan diantaranya adalah HGT (Herbal Garden Team), PKM lolos didanai Dikti serta menjadi bendahara dalam acara Kampanye Informasi Obat.

Dokumen terkait