• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT), DAN IDENTIFIKASI Escherichia coli DALAM JAMU

UYUP-UYUP DARI PENJUAL JAMU RACIK“X” DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Theresia Nurida Ambarwulan

NIM : 108114126

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT), DAN IDENTIFIKASIEscherichia coli DALAM JAMU

UYUP-UYUP DARI PENJUAL JAMU RACIK“X” DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Theresia Nurida Ambarwulan NIM : 108114126

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

J a dila h k ua t be t a pa pun pa ra hnya k e sa la ha n,

be t a pa pun sulit nya pe pe ra nga n,

be t a pa pun la m a nya pe na nt ia n,

ja nga n pa t a h se m a nga t , t e rusla h be rjua ng!

Esok pa st i t e rde nga r sora k nya nyia n...

-Babcock

Kupersembahkan karyaku ini kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Ayahku tercinta Matius Tukiran Mangku Sutrisno

Ibuku tercinta Yasinta Daryati

Suamiku tercinta Eko Ari Wibowo

Malaikat kecilku Viola Natasya Wibowo

Kakak Q tercinta Christina Febriana Mayasari

Adikku tercinta Filipus Rosarianto Pamungkas

Terima kasih atas segala doa, dukungan, kepercayaan serta waktu

(6)

v

(7)

vi

(8)

vii

PRAKATA

Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas seluruh

berkat dan anugrah serta kehendakNya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total

(ALT), dan Identifikasi Escherichia coli dalam Jamu Uyup-uyup dari Penjual

Jamu Racik “X” Di Yogyakarta dengan baik dan tepat waktu. Penulisan skripsi

ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang

mudah tentunya banyak kendala yang dihadapi. Berkat segala bantuan dan

dukungan yang diberikan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Yohanes Dwiatmaka, S. Si., selaku dosen pembimbing yang telah

berkenan membimbing, mengarahkan serta memberikan saran kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., atas bantuannya yang telah berkenan

membimbing, mengarahkan serta memberikan saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si.,Apt selaku dosen penguji atas kritik dan

(9)

viii

5. Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku dosen penguji atas kritik dan

saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Keluargaku tercinta atas kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril

maupun materil.

7. Sahabat-sahabatku angkatan 2010, khusunya: Anas, Oric, Tika, Ribka atas

segala saran, kebersamaan, keceriaan dan dukungannya selama ini.

8. Seluruh staf serta karyawan dari Balai Laboratorium Kesehatan Daerah

Istimewa Yogyakarta atas bantuan serta kerjasamanya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak skripsi ini

jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi

ini lebih mendekati sempurna.

Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

baik mahasiswa, lingkungan akademisi, masyarakat, serta dapat memberikan

sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kefarmasian.

(10)

ix

INTISARI

Jamu uyup-uyup merupakan jamu yang berkhasiat untuk melancarkan produksi Air Susu Ibu (ASI) yang dikonsumsi oleh ibu-ibu menyusui. Adanya Angka Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT) yang melebihi batas yang ditentukan oleh KEPMENKES nomor 661 tahun 1994 akan membahayakan kesehatan ibu serta bayinya. Escherichia coli merupakan bakteri yang hidup di tanah dan air. Keberadaannya dapat mengkontaminasi jamu uyup-uyup karena bahan baku yang digunakan berupa rimpang yang berasal dari tanah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui AKK, ALT dan mengidentifikasi

E.coli dalam jamu uyup-uyup yang diproduksi penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif exploratif. Penelitian yang dilakukan meliputi penentuan dan pemilihan tempat pengambilan sampel, pangambilan sampel jamu uyup-uyup, pengujian AKK, pengujian ALT, identifikasi bakteriE.coliserta analisis hasil.

Hasil pengujian yang dilakukan pada jamu uyup-uyup dari penjual jamu

racik “X” di Yogyakarta diperoleh nilai AKK sebesar 7,5 x 104CFU/ml sampai dengan 4 x 105CFU/ml. Nilai ALT sebesar 8 x 104CFU/ml sampai dengan 2,4 x 107 CFU/ml. Hasil uji identifikasi menunjukkan bahwa pada jamu uyup-uyup telah tercemar oleh bakteriE.coli.

(11)

x

ABSTRACT

Jamu uyup-uyup is believed to expedite the production of breast milk (ASI) consumed by breastfeeding mothers. The existence of the Number of Mold/ Yeast (AKK), Total Plate Count (ALT) exceeding the limit specified by KEPMENKES no 661 of 1994 would endanger the health of the mother and her baby. Escherichia coli is a bacteria that lives in soil and water. Its presence can contaminate jamu uyup-uyup because that raw materials used in the form or rhizomes from the soil.

The purpose of research were to determine the AKK, ALT and identify the

E.coliinjamu uyup-uyupthat produced byjamu racikseller “X” in Yogyakarta.

This research was non-experimental research with the framework of descriptive explorative. Research was conducted on the determination and selection of the sampling, sampling ofjamu uyup-uyup, testing of AKK, testing of ALT,E.colibacteria identification and analysis of result.

Results of tests performed on jamu uyup-uyup that produced by jamu racikseller “X” in Yogyakarta AKK values as 7,5 x 104 CFU / mL up to 4 x 105. ALT values as 1 x 106CFU / mL up to 2,4 x 107CFU / mL. The test results show that the identification of jamu uyup-uyup been contaminated by the E.coli

bacteria.

(12)
(13)

xii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Obat Tradisional... 7

B. Jamu Uyup-uyup... 8

C. Angka Kapang/Khamir (AKK)... 11

D. Angka Lempeng Total (ALT)... 13

E. Media... 17

F. Escherichia coli... 19

G. IdentifikasiEscherichia coli... 23

H. Landasan Teori... 26

I. Hipotesis... 27

BAB III. METODE PENELITIAN... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 28

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 28

1. Variabel Utama... 28

1. Pemilihan Sampel dan Pengambilan Sampel... 30

2. Penangan Wadah/Kemasan Penyiapan Sampel... 31

3. Tahap Pra-Pengkayaan... 31

(14)

xiii

5. Uji ALT... 33

6. Uji IdentifikasiEscherichia coli... 34

F. Analisis Hasil... 38

1. Uji AKK... 38

2. Uji ALT... 39

3. IdentifikasiEscherichia coli... 42

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 43

A. Penentuan dan Pemilihan Sampel... 43

B. Pengambilan Sampel... 43

C. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel... 44

D. Uji AKK... 45

E. Uji ALT... 48

F. IdentifikasiEscherichia coli... 50

1. Tahap Pengkayaan... 50

2. Tahap Isolasi... 53

3. Tahap Identifikasi dan Konfirmasi... 54

4. Pengecatan Gram... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 67

A. Kesimpulan... 67

B. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA... 68

LAMPIRAN... 72

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC pada identifikasi

E.coli(Holtet all., 2000)... 42

Tabel II. Nilai AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari

ke-5... 46

Tabel III. Nilai ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam... 49

Tabel IV. Hasil uji biokimia dan pengecatan gram dalam sampel jamu

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Uji pengkayaanE.colipada media ECB... 52

Gambar 2. Uji isolasiE.colipada media TBX... 54

Gambar 3. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyup... 56

Gambar 4. Uji motilitas bakteri terlihat adanya pertumbuhan di sekitar tusukan dan permukaan media sebelum penambahan reagen Kovac’s... Gambar 5. Uji Indol pada sampel jamu uyup-uyup... 60

Gambar 6. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup... 61

Gambar 7. Uji Voges-Voskauer pada sampel jamu uyup-uyup... 62

Gambar 8. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup... 63

Gambar 9. Hasil pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif) dan berbentuk batang... 65

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta... 73

Lampiran 2. Hasil uji MPN E.coli dari Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta... 74

Lampiran 3. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5... 75

Lampiran 4. Perhitungan AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi

hari ke-5... 76

Lampiran 5. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 48 jam... 79

Lampiran 6. Perhitungan ALT sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi

48 jam... 80

Lampiran 7. Pengambilan sampel jamu uyup-uyup... 83

Lampiran 8. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi

hari ke-5... 84

Lampiran 9. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi

hari ke-5... 85

Lampiran 10. Uji AKK sampel jamu uyup-uyup sampling III pada inkubasi

(18)

xvii

Lampiran 11. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling I pada inkubasi

48 jam... 87

Lampiran 12. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling II pada inkubasi 48 jam... 88

Lampiran 13. Uji ALT sampel jamu uyup-uyup sampling III pada inkubasi 48 jam... 89

Lampiran 14. Uji tahap pengkayaan sampel jamu uyup-uyup inkubasi 24 jam... 90

Lampiran 15. Uji tahap isolasi sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi 24 jam... 91

Lampiran 16. Uji fermentasi karbohidrat pada sampel jamu uyup-uyup... 92

Lampiran 17. Uji indol pada sampel jamu uyup-uyup... 93

Lampiran 18. Uji metil merah pada sampel jamu uyup-uyup... 94

Lampiran 19. Uji Voges-Proskauer pada sampel jamu uyup-uyup... 95

Lampiran 20. Uji sitrat pada sampel jamu uyup-uyup... 96

(19)

1

BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang

Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu jamu,

obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM RI, 2004). Jamu merupakan obat

asli Indonesia yang harus tetap dilestarikan dengan fokus utama pada aspek

keamanan (safety), mutu, dan khasiat jamu sebagai obat tradisional (Wasito,

2011). Menurut PERMENKES RI No. 003/MENKES/PER/I/2010 Jamu adalah

obat tradisional Indonesia. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan

persyaratan yang khusus untuk itu, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data

empiris yang ada, dan memenuhi persyaratan mutu khusus untuk itu. Jamu sudah

menjadi budaya masyarakat Indonesia dibuktikan berdasarkan data hasil Riset

Kesehatan Dasar 2010, hampir setengah (49, 53%) penduduk Indonesia berusia 15

tahun ke atas, mengkonsumsi jamu. Sekitar lima persen (4,36%) mengkonsumsi

jamu setiap hari, sedangkan sisanya (45,17%) mengkonsumsi jamu sesekali

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Salah satu jamu yang banyak digemari masyarakat adalah jamu racikan.

Alasan utama masyarakat lebih memilih jamu daripada obat sintetik adalah karena

jamu mempunyai efek samping yang jauh lebih kecil, harganya yang terjangkau,

bahan baku jamu lebih mudah ditemukan, serta dari beberapa hasil penelitian

yang sudah dilakukan ternyata jamu memang memiliki khasiat pengobatan secara

(20)

Asi sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi diantaranya adalah sebagai

nutrisi bagi bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi dari berbagai penyakit,

meningkatkan kecerdasan, serta menyusui dapat meningkatkan jalinan kasih

sayang antara ibu dan anak (Roesli, 2000). Produksi ASI yang cukup mempunyai

peranan penting dalam tumbuh kembang bagi bayi. Jamu uyup-uyup atau jamu

gepyokan adalah jamu yang dipilih mereka karena dipercaya berkhasiat sebagai

pelancar ASI bagi ibu yang sedang menyusui dan tersedia banyak di pasar-pasar

tradisional. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu uyup-uyup

bervariasi, namun secara umum terdiri dari empon-empon yaitu kencur, jahe,

bangle, laos, kunyit, temulawak, puyang, dan temu giring (Suharmiati, 2003).

Salah satu Grand Strategi Pengembangan Jamu yang dikeluarkan oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah meningkatkan keamanan, mutu

dan efikasi jamu. Usaha jamu racikan merupakan usaha yang tidak wajib memiliki

ijin edar, oleh karena itu keamanan serta jaminan mutu kualitas jamu racikan

masih cukup rendah. Salah satu parameter jaminan keamanan dan mutu dari jamu

yang diatur dalam KEPMENKES no 661 tahun 1994 adalah tidak boleh

mengandung mikroba patogen, Angka Kapang/Khamir (AKK) tidak lebih dari 103

dan Angka Lempeng Total (ALT) tidak lebih dari 104.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai AKK, ALT, dan

mengidentifikasi adanya bakteri patogen E.coli dalam jamu uyup-uyup dari

penjual jamu racik “X” di kota Yogyakarta. Adanya AKK yang melebihi batas

pada jamu uyup-uyup ini dapat membahayakan bagi ibu yang sedang menyusui

(21)

uyup-uyup adalah Aspergilus flavus, Candida albicans dan Cryptococcus

neoformans. Ketiga mikroba patogen ini ditemukan di tanah dan air. Aspergilus

flavusmemproduksi mikotoksin yaitu aflatoksin. Salah satu aflatoksin yang paling

berbahaya yaitu aflatoksin B1 yang dapat disekresikan melalui ASI dan bersifat

karsinogenik karena dapat menyebabkan hepatotoksik dan kanker hati

(Abdulrazaq et al., 2003). Bahan baku yang digunakan disimpan di bawah

kandang burung yang kemungkinan besar terkontaminasi khamir Cryptococcus

neoformans yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru karena Cryptococcus

neoformans juga ditemukan pada kotoran burung. Sementara itu, Candida

albicansdapat menyebabkan kandidiasis pada mulut yaitu sariawan terutama pada

bayi serta dapat menyebabkan vulvovaginitis atau keputihan pada wanita

mengingat jamu uyup-uyup dikonsumsi oleh ibu-ibu (Jawetz, 1996).

Adanya ALT yang melebihi batas juga dapat membahayakan ibu dan bayi,

karena dalam ALT yang tinggi kemungkinan terdapat bakteri patogen diantaranya

adalahSalmonella, E.coli, dan Shigelladan Pseudomonas aeruginosa yang dapat

menyebabkan demam dan diare berat pada ibu terutama bayinya karena sistem

imun bayi yang belum sempurna dan rentan terkena penyakit (Radji, 2011;

Jawetz, 1996).

Identifikasi E.coli dipilih karena bakteri ini merupakan indikator dari

sanitasi yang buruk pada saat pembuatan jamu. Selain itu, menurut Radji (2011)

bakteri E.coli Uropatogenik dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

pada 90% wanita serta diare sehingga ibu yang mengkonsumsi jamu uyup-uyup

(22)

menjaga kebersihannya maka bayinya akan tertular diare melalui fekel oral rute

karena bayi sangat rentan terkena penyakit. Penyebab utama diare pada bayi yaitu

E.colienteropatogenik danE.colienterotoksigenik (Radji, 2011).

Jamu uyup-uyup dipilih karena merupakan jamu pilihan utama untuk

membantu memperlancar produksi ASI. Konsumsi jamu pelancar ASI didasari

berbagai alasan, diantaranya adalah karena harga dari susu khusus ibu menyusui

yang cukup mahal dan sebagian dari mereka tidak menyukai susu (Rengga, 2013).

Jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” juga banyak dikonsumsi oleh

banyak warga bukan hanya warga Jogja tetapi juga warga di luar kota Jogja.

Penjual jamu racik “X” menjual jamu uyup-uyup dari jam 06.00 pagi hingga jam

19.30 WIB dengan sekali pembuatan dengan cara manual yaitu memakai tangan

dan ditumbuk menggunakan peralatan sederhana seperti lumpang dan alu. Hal ini

akan memicu adanya pertumbuhan jamur dan bakteri patogen. Selain itu, bahan

yang digunakan adalah rimpang yang berasal dari tanah yang merupakan habitat

dari jamur serta bakteri termasuk bakteriE.coli.

1. Rumusan masalah

a. Berapa AKK dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta?

b. Berapa ALT dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta?

c. Adakah cemaran bakteri patogen Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup

(23)

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka penulis, publikasi penelitian tentang “Uji

AKK, Uji ALT dan identifikasi Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari

penjual jamu racik “X” di Yogyakarta” belum pernah dilakukan. Penelitian

yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah:

a. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan

IdentifikasiEscherichia colidalam jamu cekok dari penjual jamu racik

“X” di Yogyakarta oleh Susetyo (2014).

b. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan

IdentifikasiSalmonelladalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik

“X” di Yogyakarta oleh Purwaningsih (2014).

c. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan

IdentifikasiSalmonelladalam jamu cekok dari penjual jamu racik “X”

di Yogyakarta Oleh Kartika (2014).

d. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) dan

Identifikasi Staphylococcus aureus dalam jamu cekok dari penjual

jamu racik “X” di Yogyakarta oleh Oktavori (2014).

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai AKK,

ALT dan ada tidaknya bakteri Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup

(24)

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penjual jamu serta

masyarakat dalam memberikan informasi mengenai salah satu parameter

kualitas dan keamanan terkait AKK, ALT dan ada tidaknya bakteri

Escherichia coli pada jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta.

B. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai AKK, ALT dan ada

tidaknya cemaran bakteri Escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari penjual

(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Obat Tradisional

Obat tradisional sebagaimana tercantum dalam PERMENKES Nomor 007

tahun 2012 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut

yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan Republik

Indonesia, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu,

obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM RI, 2004). Jamu adalah obat

tradisional Indonesia. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang

telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan

bahan bakunya telah distandardisasi. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam

yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik

dan klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi (BPOM, 2005).

KEPMENKES nomor 661 tahun 1994 menyebutkan bahwa cairan obat

dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam

air; bahan bakunya berasal dalam dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan

digunakan sebagai obat dalam.

Jamu merupakan cairan obat dalam, sesuai dengan KEPMENKES Nomor

661 tahun 1994 bahwa untuk cairan obat dalam nilai AKK tidak boleh lebih dari

(26)

B. Jamu Uyup-uyup

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

007 Tahun 2012, usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot

jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran

sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung

kepada konsumen.

Cara pembuatan jamu uyup-uyup yang diproduksi oleh penjual jamu racik

“X” di Yogyakarta adalah dengan mencuci semua bahan yang digunakan dengan

air dan disikat, kemudian menumbuknya sampai halus menggunakan lumpang dan

alu. Hasil tumbukan dimasukkan dalam kantong plastik bening, esok paginya

direbus dan disaring, kemudian jamu dijual ke konsumen dari pagi hingga malam

hari.

Menurut Suharmiati (2003), jamu uyup-uyup atau jamu gepyokan adalah

jamu yang digunakan bagi ibu-ibu pasca melahirkan untuk membantu

memproduksi banyak asi bagi bayinya. Bahan baku dari jamu uyup-uyup

berbeda-beda antar penjual jamu, namun pada umumnya yang digunakan berupa

empon-empon meliputi:

1. Kunyit (Curcuma domesticaVal. )

Rimpang kunyit mengandung senyawa kurkuminoid. Selain itu, dalam

rimpang kunyit juga mengandung minyak atsiri berupa sesquiterpen, tumeron,

tumeon, zingiberen, dan garam-garam mineral. Khasiat dari rimpang kunyit yaitu

untuk memperlancar ASI, mengobati diabetes melitus, disentri, sakit keputihan,

(27)

2. Kencur (Kaempferia galangaL.)

Senyawa yang terkandung dalam rimpang kencur adalah amilum (4,14%)

mineral (13,73%) dan minyak atsiri (0,02%) terdiri dari sineol, asam

metilfumarat, dan pentadekana, ester etil sinamat, borneol, kamfena, asam anisik,

alkaloid, dan gom. Khasiat dari rimpang kencur ini adalah untuk mengobati

masuk angin, diare, sakit kepala, influenza pada bayi, batuk memperlancar haid,

menghilangkan lelah, muntah-muntah, dan lain-lain (Agoes, 2010)

3. Temulawak (Curcuma xanthorrhizaRoxb.)

Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid berupa kurkumin,

demetoksikurkumin serta minyak atsiri terdiri dari alfakurkumin dan xantorizol

yang berkhasiat sebagai antibakteri, koleretik (menstimulasi produksi empedu dari

hati) dan sebagai antipiretik (menurunkan panas). Temulawak mempunyai banyak

khasiat di antaranya yaitu memperlancar ASI, mengobati asma, sakit maag,

menambah nafsu makan, meredakan nyeri haid dan lain-lain (Latief, 2012).

4. Lempuyang wangi (Zingiber aromaticumVal.)

Jenis temulawak ini juga sering disebut sebagai lempuyang emprit.

Kandungan zat aktifnya meliputi zerumbon, suatu senyawa yang berkhasiat

sebagai antikejang. Selain itu, juga terdapat limonen yang berkhasiat sebagai

karminatif (mengeluarkan gas) dari saluran cerna. Khasiat lain dari lempuyang

yaitu mengobati kaki bengkak setelah melahirkan, wasir, gatal-gatal, anemia,

cacingan, kolik karena kedinginan, serta untuk menambah nafsu makan (Latief,

(28)

5. Temu ireng (Curcuma aeruginosaRoxb.)

Rimpang temu ireng mengandung senyawa tanin, kurkumol,

isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, β-g-elemene,

linderazulene, kurkumin, dan bisdemethyoxykurkumin. Ciri khas dari rimpang ini

yaitu mempunyai rasa pahit, tajam dan sifatnya mendinginkan. Rimpang ini

berkhasiat sebagai pengencer dahak, karminatif (memicu flatus), stomakik

(meningkatkan nafsu makan), antihelmintik, dan pembersih darah setelah

melahirkan atau setelah haid ( Agoes, 2010).

6. Temu giring (Curcuma heyneana)

Temu giring mengandung zat pati, minyak atsiri, dan piperazin sitrat yang

dapat membunuh cacing gelang. Khasiat lain dari temu giring adalah mengatasi

bau badan, gelisah atau cemas, menguruskan badan, disentri, sembelit, jantung

berdebar-debar serta dapat digunakan sebagai lulur pengantin (Agoes, 2010).

7. Pepaya (Carica papayaL.)

Bagian yang digunakan dalam jamu uyup-uyup ini adalah bagian daun

yang mempunyai ciri khas rasanya yang pahit. Kandungan dari daun pepaya ini

meliputi enzim papain, alkaloid karparin dan pseudokarpain, glikosida, karposida,

dan saponin. Khasiat dari daun pepaya yaitu untuk melancarkan ASI, mengobati

malaria, flu, mencegah demam nifas, menambah nafsu makan, mengatasi

(29)

C. Angka Kapang/Khamir (AKK)

Tujuan dilakukannya uji AKK adalah memberikan jaminan bahwa sediaan

obat tradisional tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang ditetapkan

karena mempengaruhi stabilitas dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan.

Prinsip dari uji AKK ini adalah penentuan adanya kapang/khamir secara

mikrobiologis dinyatakan dalam koloni/ml ( Depkes RI, 2000).

Khamir atau yeast adalah kelompok fungi uniseluler yang bersifat

mikroskopik. Ada beberapa genus khamir yang dapat membentuk miselium

dengan percabangan. Khamir dapat bersifat patogen pada manusia dan binatang

bersel satu. Khamir tersebar di alam, tetapi tidak seluas daerah penyebaran

bakteri. Pada umumnya khamir mempunyai ukuran sel-sel yang lebih besar

dibandingkan bakteri. Ukuran khamir sekitar 1-5 mikron lebar dan panjangnya

sekitar 5-30 mikron (Tarigan, 1988). Khamir tidak mempunyai flagel dan

organel lain untuk melakukan pergerakan. Beberapa bentuk khamir yaitu bulat

(spheroid), elips atau bulat telur dan batang atau silindris. Bentuk sel khamir tetap

sehingga dapat membantu dalam melakukan identifikasi (Jutono, 1972).

Beberapa kelompok khamir yang dominan ditemukan dalam air dan

ekosistem tanah adalah genus Cryptococcus, Candida dan Debaryomyces (Kanti

2005). Candida albicans adalah flora normal selaput mukosa saluran pernafasan,

saluran pencernaan dan genitalia wanita. Kadang-kadang Candida menyebabkan

penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau sistem imunnya

tertekan.Candida albicansdapat menyebabkan infeksi mulut (sariawan), terutama

(30)

bercak-bercak putih yang sebagian besar terdiri atas pseudomiselium dan epitel yang

terkelupas dan hanya terdapat erosi minimal pada selaput. Candida albicansjuga

dapat menyebabkan vulvovaginitis atau keputihan pada wanita. Penyakit ini

menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan

pengeluaran sekret. Dalam keadaan pH normal yang asam bakteri vagina tidak

menimbulkan penyakit, namun karena hilangnya pH asam merupakan predisposisi

timbulnya vulvovaginitis kandida. Cryptococcus neoformans juga ditemukan

pada kotoran burung. Cryptococcus neoformans menyebabkan infeksi yang

disebut kriptokokosis yang bersifat opportunistik. Infeksi pada manusia terjadi

malalui saluran pernafasan dan dapat bersifat asimtomatik, infeksi paru-paru dapat

menyebar secara sistemik dan menetap dalam susunan saraf pusat dan

organ-organ lainnya (Jawetz, 1996).

Kapang atau mold merupakan jamur yang berbentuk menyerupai benang,

multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi jaringan.

Spesies kapang yang non-patogen meliputi spesies-spesies yang melakukan

perombakan bahan-bahan organik di tanah, dan perusakan pada serat-serat kayu

dan bahan-bahan lain. Kapang hidup di dalam tanah, buah-buahan, dalam air, dan

pada bahan-bahan makanan. Kapang dapat bersifat saprofit dan parasit pada

tanaman, manusia, dan hewan (Jutono, 1972). Tubuh kapang terdiri dari

kumpulan benang-benang halus berwarna putih yang disebut hifa. Hifa-hifa ini

dapat terus tumbuh dan bercabang membentuk miselium. Setiap hifa mempunyai

(31)

Adanya kapang dalam makanan atau minuman sangat berbahaya karena

kapang menghasikan mikotoksin. Mikotoksin adalah metabolit sekunder dari

kapang yang bersifat sitotoksik, merusak struktur sel, seperti membran dan

merusak proses pembentukan sel yang penting bagi tubuh. Penyakit yang

disebabkan oleh mikotoksin disebut dengan mikotoksis. Ada 5 jenis mikotoksin

yang berbahaya bagi kesehatan yaitu, aflatoksin, fumonisin, okratoksin,

trikotesena, dan zearalenon. Aflatoksin terutama dihasilkan olehAspergilus flavus

dan Aspergilus parasiticus. Terdapat enam jenis aflatoksin yang sering dijumpai

dan bersifat toksik, yaitu aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1 dan M2 (Ahmad, 2009).

Aspergilus flavusditemukan di air, udara dan tanah (Davidet all., 2001)

Salah satu jenis aflatoksin yang paling toksik adalah aflatoksin B1 yang

banyak ditemukan pada makanan dan minuman. Apabila aflatoksin ini masuk ke

dalam tubuh manusia terutama pada wanita yang sedang menyusui, maka akan

disekresikan melalui ASI dalam bentuk hidroksilasinya yaitu aflatoksin M1.

Aflatoksin M1 ini dapat terkonsumsi oleh bayi melalui ASI dan dapat

menyebabkan hepatotoksik dan kanker hati (Abdulrazzaq, 2003).

D. Angka Lempeng Total (ALT)

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang

ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total

(ALT). Uji ALT dan lebih tepatnya ALT bakteri aerob mesofil atau anaerob

mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni bakteri

(32)

ml/g atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang,

cara tetes dan cara sebar (BPOM RI, 2008).

Bakteri merupakan organisme yang tidak memiliki membran inti sel,

prokariota dan mikroskopik (berukuran kecil). Bakteri adalah salah satu penyebab

infeksi pada manusia. Banyak infeksi yang disebabkan oleh bakteri bersifat

patogen dan asimtomatik. Penyakit terjadi jika bakteri atau reaksi imunologik

terhadap keberadaannya menyebabkan cukup kerusakan pada seseorang (Jawetz,

1996).

Habitat bakteri merupakan tempat tinggal yang spesifik bagi bakteri untuk

tumbuh. Habitat alam mikroorganisme berupa tanah, air dan udara. Bakteri

patogen yang berada di tanah meliputi Clostridium tetani, Clostridium

perfringens,Clostridium botulinum, danBacillus antracis. Bakteri yang berasal di

air meliputi Salmonella, shigella, Vibrio cholerae, Legionella, dan Escherichia

coli. Bakteri E.coliini biasanya digunakan sebagai indikator dari pencemaran air

oleh tinja. Udara sangat jarang menjadi habitat bakteri karena adanya efek

pengeringan, ozonisasi, dan radiasi sinar UV. Namun, udara dalam ruangan

kemungkinan mengandung mikroba patogen yang berasal dari tangan, kulit,

pakaian, dan saluran napas atas manusia (Radji, 2011).

Patogenesis merupakan kemampuan dari suatu mikroorganisme untuk

menyebabkan penyakit mulai dari mikroorganisme masuk dalam sel hospes dan

berkembang biak. Kemampuan mikroorganisme dalam menimbulkan penyakit ini

dipengaruhi dari sistem imun hospes yang sedang terganggu serta faktor virulensi

(33)

Faktor virulensi mikroorganisme patogen ditentukan oleh toksin yang

diproduksi yaitu berupa endotoksin (toksin lipopolisakarida) dan eksotoksin

(toksin protein). Eksotoksin merupakan protein toksin yang termolabil dan

dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu: sitotoksin (membunuh sel inang atau

mempengaruhi fungsi sel), neurotoksin (terlibat dalam transmisi normal impuls

saraf), enterotoksin (mempengaruhi sel-sel pada saluran pencernaan). Endotoksin

merupakan toksin yang tahan panas dan dihasilkan oleh bakteri gram negatif

selama masa pertumbuhan terutama pada saat sel mengalami lisis. Pada saat sel

lisis, disintegrasi dinding selnya mengakibatkan pelepasan toksin LPS.

Endotoksin yang dilepaskan pada peredaran darah dapat menyebabkan syok

kerena terjadi penurunan tekanan darah dan kegagalan fungsi banyak organ

(Pratiwi, 2008).

Clostridium tetani merupakan bakteri tanah patogen yang menghasilkan

neurotoksin berupa tetanospamin. Tetanospamin dapat mencapai sistem saraf

pusat dan terikat pada sel saraf menyebabkan kontraksi otot yang tidak terkendali,

menghasilkan kontraksi otot spasmodik tetanus. Bakteri Clostridium botulinum

juga menghasilkan neurotoksin berupa toksin botulinum. Neurotoksin ini akan

menghambat transmisi impuls saraf ke sel otot. Toksin ini terikat kuat pada sel

saraf dan menghambat pelepasan neurotransmiter yaitu asetilkolin (berperan

dalam menginduksi kontraksi otot). Akibatnya terjadi penghambatan kontraksi

otot (Pratiwi, 2008). Clostridium perfringens menularkan penyakit dari makanan

atau minumam yang terkontaminasi tanah dan tinja. Bakteri ini menghasilkan

(34)

menyebabkan hipersekresi air dan klorida dan menghambat reabsorpsi natrium.

Akibatnya terjadi diare, kram perut, dan kadang-kadang terasa mual disertai

muntah (Radji, 2011).

Bakteri air seperti E.coli dapat menyebabkan diare dan infeksi saluran

kemih. Penyebab utama diare pada bayi yaitu E.colienterohemoragik dan E.coli

enterotoksigenik (Dupont, 1971). Bakteri Salmonellamenyebabkan salmonellosis

pada manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Salmonella

menghasilkan endotoksin yang dapat merangsang pelepasan zat pirogen dari

sel-sel makrofag dan sel-sel polimorfonuklear sehingga mengakibatkan demam.

Salmonella juga menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin yang menyebabkan

diare. Shigella menghasilkan endotoksin yang dapat menyebabkan demam dan

eksotoksin berupa enterotoksin, neurotoksin serta sitotoksin. Enterotoksin yang

dihasilkan olehShigellaini dapat menyerang kolon sehingga mengakibatkan diare

berair atau disentri, sedangkan neurotoksin dan sitotoksin belum diketahui pasti

peranannya pada shigellosis, tetapi diduga menyebabkan kejang pada anak-anak.

Bakteri Legionella tidak hanya berasal dari air tetapi juga infeksi diperoleh

melalui inhalasi udara atau melalui debu. Gejala klinik dari infeksi Legionella

yaitu berupa demam tinggi, menggigil, diare, dan batuk (Radji, 2011). Toksin

kolera merupakan enterotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang

dapat menginduksi pembentukan cyclic cAMP dari ATP pada sitoplasma.

Akibatnya, sel epitel mengeluarkan sejumlah besar cairan dan elektrolit serta

mengganggu kontraksi otot normal sehingga berakhir dengan diare disertai

(35)

air. P. aeruginosajuga dapat dijumpai pada daerah lembab (Levinson & Jawetz,

2003). P.aeruginosa melekat dan membentuk koloni pada selaput mukosa atau

kulit, menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemik.

Lipopolisakarida pada P.aerugenosa berperan langsung dalam menyebakan

demam, syok oligouria, leukositosis, dan leukopenia.

Pengenceran dari sampel sangat penting untuk menghindari koloni bakteri

atau kapang/khamir yang saling menumpuk karena konsentrasi sangat pekat

sehingga didapatkan koloni yang terpisah dan dapat dihitung dengan mudah.

Pengenceran ini sangat membantu terutama untuk sampel dengan cemaran sangat

tinggi (BPOM RI, 2008).

E. Media

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah bahan yang tersusun dari

bermacam-macam zat makanan atau nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan

mikroorganisme dalam menyusun komponen sel-selnya (Aulia, 2012). Mikroba

membutuhkan banyak nutrisi untuk dapat melakukan sintesa protoplasma dan

bagian-bagian sel lainnya. Setiap nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme dapat

berbeda karena sifat fisiologi setiap mikroorganisme juga berbeda (Sumarsih,

2007). Media dapat berupa cairan seperti kaldu dan dapat pula berupa padatan

seperti agar dan gelatin. Media harus mengandung sumber karbon, nitrogen,

sulfur, fosfor, dan faktor pertumbuhan organik (Radji, 2011). Proses pembuatan

media harus dilakukan proses sterilisasi dan selalu menerapkan perilaku aseptis

(36)

Medium pertumbuhan dapat digunakan untuk hal-hal berikut :

1. isolat mikroorganisme menjadi kultur murni,

2. memanipulasi komposisi media pertumbuhannya,

3. menumbuhkan mikroorganisme,

4. memperbanyak jumlah,

5. menguji sifat-sifat fisiologisnya

6. menghitung jumlah mikroba (Aulia, 2012).

Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah Potato Dextrose

Agar (PDA). Media ini menyediakan nutrisi untuk menstimulasi pertumbuhan

konidium pada jamur (Murray, 1996). Media yang digunakan untuk pengujian

ALT adalah Plate Count Agar (PCA) yang mengandung tripton, glukosa dan

yeast extractuntuk nutrisi pertumbuhan bakteri (Bridson, 2006).

Identifikasi bakteri patogen misalnya E. coli menggunakan media selektif

yaitu media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih mikroorganisme

tertentu, tetapi akan menghambat/mematikan jenis lainnya. Salah satu media

selektif untuk identifikasi bakteri E.coli adalah E.coli Broth (ECB) merupakan

media yang memfasilitasi bakteri Coliform yaitu E.coli, Enterobacter aerogenes

dan Citrobacter fruendii untuk memfermentasikan laktosa. Hasil positif

ditunjukkan dengan adanya pembentukan gas (Cappucino, 2008).

Media differensial adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan

mikroba tertentu serta untuk menentukan sifat-sifatnya. Media Tryptone Bile

X-Glucuronide (TBX) adalah media yang mengandung agen kromogenik x-β

(37)

pada E.coli. Bakteri E.coli akan menyerap agen kromogenik x-β-D-glukoronide

dan akan terjadi interaksi dengan enzim glukoronidase. Setelah terjadi proses

fermentasi maka agen kromogenik akan disekresikan ke luar sel yang akan

menimbulkan warna hijau-kebiruan sehingga memudahkan dalam proses

identifikasiE.coli(Bridson, 2006).

F. Escherichia coli

Escherichia coli termasuk dalam golongan gram negatif yang berbentuk

batang, berbentuk rantai membentuk koloni, dan bergerak mengunakan flagel.

Sebagian besar dari bakteri E.coli menghasilkan toksin berupa eksotoksin yang

tidak tahan pada panas, eksotoksin ini dapat menyebabkan hipermotilitas karena

peningkatan sekresi air dan klorida ke dalam lumen usus dan menyebabkan diare

pada anak-anak ( Jawetz, 1996). Pada saluran pencernaan, E. coli mampu

memfermentasikan laktosa pada suhu tubuh normal 35-37ºC (Chandra, 2007).

E.coli dapat tumbuh baik pada temperatur 8º-46ºC. Bakteri yang berada sedikit di

atas temperatur minimum atau sedikit di atas temperatur maksimum, tidak akan

mati melainkan berada dalam keadaan tidur atau dormancy ( Melliawati, 2009).

BakteriE.colidapat tetap bertahan pada suhu 70oC (Anonim, 2014).

Bakteri E.coli merupakan flora normal yang berada pada saluran

pencernaan manusia. Namun apabila keberadaannya berlebih tentu justru akan

membahayakan kondisi tubuh. Selain itu, ada beberapa dari galur bakteri E.coli

(38)

meningitis, diare yang disertai darah, kejang perut, demam, dan terkadang dapat

menyebabkan gangguan pada ginjal (Radji, 2011).

Escherichia coli adalah golongan Enterobacteriaceae yang sebenarnya

tidak banyak dijadikan sebagai indikator dari kontaminasi fekal, tetapi lebih

menunjukkan sebagai indikator dari sanitasi yang buruk pada saat proses produksi

jamu dikarenakan bakteri ini tahan pada suhu tinggi maupun suhu rendah,

kekeringan, serta tahan terhadap detergen atau disinfektan (BPOM, 2008).

Berdasarkan sifat virulensi,E.colidikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. E.coliyang menyebabkan infeksi intestin

a. E.coliEnteropatogenik (EPEC)

EPEC ini menyebabkan diare berat pada bayi bisa bertahan

lebih dari 2 minggu dalam tubuh inang dan mengakibatkan

kematian jika terjadi dehidrasi berat. Pada orang dewasa,

penyakit ini ditandai dengan diare berat, mual, muntah, kram

perut, sakit kepala, demam, dan menggigil. Waktu timbulnya

penyakit diare adalah 17 sampai 72 jam dengan durasi 6 jam

sampai 3 hari. Strain ini menyebabkan penyakit diare pada

orang-orang di negara berkembang ketika ditransmisikan dalam

air yang terkontaminasi oleh tinja (Dupont, 1971).

b. E.coliEnteroinvasif (EIEC)

EIEC mirip dengan shigellosis dan disebabkan oleh penetrasi

bakteri yang mengakibatkan kerusakan mukosa usus. Gejala

(39)

perut, dan diare cair. Penyakit ini terjadi 8 sampai 24 jam

setelah konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri

ini (Dupont, 1971)

c. E.coliEnterotoksigenik (ETEC)

Penyebab utama pada “diare wisatawan” serta penting

menyebabkan diare pada bayi di negara berkembang. ETEC

termasuk strain yang menghasilkan enterotoksin yaitu toksin

LT (tidak tahan panas) dan toksin ST (tahan panas) ketika

berkembang biak di usus menyebabkan diare dan gangguan

absorpsi klorida dan natrium serta menurunkan motilitas usus

halus. Penyakit ini ditandai dengan diare berat, yang

menyebabkan dehidrasi. Diare dapat bertahan hingga 19 hari.

Biasanya tidak ada demam. Onset penyakit dapat terjadi 8-44

jam setelah konsumsi (Dupont, 1971)

d. E.coliEnterohemoragic (EHEC)

Gejala ditandai dengan kram perut parah (namun tidak selalu)

diikuti dengan diare berdarah (kolitis hemoragik). Beberapa

individu hanya menunjukkan diare dan muntah tidak disertai

demam. Masa inkubasi biasanya sekitar sekitar 3 sampai 9 hari.

Mikroorganisme ini menghasilkan verotoksin yang

menyebabkan sindrom uremik hemolitik dan gagal ginjal pada

anak-anak yang sering membutuhkan dialisis dan akhirnya

(40)

e. E.coliEnteroagregatif (EAEC)

Penyebab utama diare akut dan kronis pada masyarakat

berkembang. EAEC menyebabkan diare tidak berdarah, tidak

menginvasi, dan tidak menyebabkan inflamasi pada mukosa

intestin. EAEC juga menghasilkan hemolisin yang dapat

menyebabkab infeksi saluran kemih (Radji, 2011).

2. E.coliyang dapat menyebabkan infeksi extraintestin

a. E.coliUropatogenik (UPEC)

UPEC menyebabkan infeksi saluran kandung kemih pada 90%

wanita. Kemungkinan wanita mengalami infeksi UPEC ini

dikarenakan wanita mempunyai saluran uretra yang lebih

pendek dibandingkan pria. Bakteri yang berkolonisasi berasal

dari tinja atau daerah perineum saluran urin yang masuk ke

dalam kandung kemih (Radji, 2011).

b. E.colimeningitis neonatus (NMEC)

NMEC merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang

baru dilahirkan. Infeksi terjadi setelah E.coli masuk ke dalam

pembuluh darah melaui nasofaring atau saluran gastrointestinal

dan kemudian masuk ke dalam sel-sel otak. Faktor utama

(41)

G. Identifikasi Escherichia coli

Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis

Mikrobiologi (MA PPOM 73/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloniEschericia

coli pada media lempeng selektif dan dilanjutkan dengan konfirmasi melalui

uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli digunakan Tryptic Soy

Broth (TSB) sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen Blue

(EMB) sebagai media lempeng selektif.

Uji yang digunakan untuk mengetahui keberadaan bakteri E.coli

didalam contoh adalah uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC (uji Indol,

Methyl Red, Voges-Proskauer, dan Citrate) yang menjadi ciri keberadaan

bakteriE.coli(Holtet all., 2000). Berikut uji identifikasi keberadaanE.coli:

1. Uji fermentasi karbohidrat

Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari serangkaian

reaksi enzimatik dari substrat seperti karbohidrat. Organisme yang menggunakan

karbohidrat berbeda-beda tergantung dari enzim yang dimilikinya. Beberapa

organisme dapat memfermentasikan gula salah satunya adalah glukosa secara

anaerob. Bakteri fakultatif anaerob seperti E.coli dapat memfermentasikan

glukosa dalam keadaan aerob maupun anaerob. Fermentasi karbohidrat secara

anaerob menghasilkan asam organik seperti asam format, asam laktat, asam asetat

disertai gas hidrogen dan karbon dioksida (Cappuccino, 2008).

Karbohidrat yang sering digunakan yaitu glukosa, laktosa, manitol,

maltosa dan sukrosa. Media yang digunakan mengandung glukosa dan

(42)

warna media dari merah menjadi kuning. Gas yang terbentuk terjebak dalam

tabung Durham (Lay, 1994).

2. Uji indol

Bakteri E.coli mampu menggunakan triptofan sebagai sumber karbon.

E.coli memiliki enzim triptofanase yang mengkatalisasikan penguraian gugus

indol dari triptofan. Pembentukan Indol diketahui dengan adanya cincin warna

merah muda di permukaan media karena penambahan reagen Kovac’s (Lay, 1994).

3. Uji metil merah

Pada umumnya glukosa merupakan sumber energi bagi mikroorganisme.

Sebagian besar mikroorganisme enterik seperti E.coli memfermentasikan glukosa

dengan memproduksi asam organik. Adanya penambahan indikator pH metil

merah dapat mendeteksi adanya asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme

ditandai dengan penurunan pH dari 6 menjadi 4 dan perubahan warna media dari

kuning menjadi merah (Cappuccino, 2008).

4. Uji Voges-Proskauer

Uji Voges-Proskauer dapat mengetahui beberapa mikroorganisme yang

menghasilkan produk non asam atau bersifat netral, seperti asetilmetilkarbinol

dari asam organik yang dihasilkan pada metabolisme glukosa. Reagen yang

digunakan yaitu reagen Barritt’s yang berisi alkohol α-naftol dan KOH 40%. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks warna merah seperti bunga

(43)

menit, terbentuknya warna merah mengindikasikan adanya asetilmetilkarbinol

(Cappuccino, 2008).

5. Uji sitrat

Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu mikroorganisme

dalam menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Warna

media akan berubah dari hijau menjadi biru karena asam dihilangkan dan terjadi

peningkatan pH, karena mikroorganisme menggunakan sitrat sebagai sumber

karbon dan energi. Perubahan warna media dikarenakan adanya indikator pH

brom timol biru pada media (Lay, 1994).

6. Pengecatan gram

Pengecatan gram merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam

klasifikasi bakteri. Metode ini dapat memisahkan menjadi 2 kelompok besar yaitu

bakteri gram positif dan gram negatif (Hadioetomo, 1985).

Zat warna yang digunakan yaitu kristal violet (biru) dan safranin (merah).

Prosedur laboratorium dimulai dengan melapisi spesimen dengan zat warna kristal

violet. Mikroorganisme kemudian dicuci dan diberi zat warna safranin.

Berdasarkan karakteristik dinding selnya, mikroorganisme gram positif akan

menyerap zat warna kristal violet ke dalam dinding sel dan mempertahankannya

selama pencucian sehingga akhirnya akan berwarna biru. Mikroorganisme gram

negatif tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada saat pencucian

(44)

H. Landasan Teori

Obat Bahan Alam Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu jamu, obat herbal

terstandar serta fitofarmaka. Jamu termasuk dalam cairan obat dalam yang harus

memenuhi persyaratan sesuai KEPMENKES RI No. 661 Tahun 1994 yaitu tidak

boleh mengandung bakteri patogen, AKK tidak lebih dari 103dan ALT tidak lebih

dari 104.

Jamu uyup-uyup merupakan jamu yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang

menyusui dan berkhasiat untuk meningkatkan produksi ASI. Jamu uyup-uyup ini

terbuat dari empon-empon berupa kunyit, kencur, temulawak, lempuyang, temu

ireng, temu giring, dan daun pepaya.

Pada penelitian ini dilakukan uji AKK, ALT serta Identifikasi bakteri

Escherichia colipada jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

Uji AKK dan uji ALT bertujuan untuk menghitung jumlah mikroba patogen yang

berada pada sampel jamu uyup-uyup dan dinyatakan dalam koloni/mL sesuai

dengan PPOMN tahun 2006.

Tanah dan air merupakan habitat bagi mikroba patogen diantaranya adalah

Clostridium tetani, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Bacillus

antracis, Salmonella, shigella, Vibrio cholerae, Legionella, dan E. coli. Apabila

mikroba patogen tersebut masuk ke dalam tubuh manusia maka akan

menimbulkan penyakit diantaranya adalah demam, diare, muntah bahkan dapat

menyerang sistem saraf terutama bagi ibu-ibu yang sedang menyusui yang dapat

(45)

Faktor-faktor yang dapat menyebakan tingginya jumlah AKK, ALT dan

keberadaan bakteri E.coli adalah bahan baku yang digunakan oleh penjual jamu

racik “X” di Yogyakarta adalah berupa rimpang yang berasal dari tanah yang

kemungkinan mengandung banyak mikroba patogen. Pencucian bahan baku yang

kurang bersih karena bahan baku hanya dicuci menggunakan sikat yang

memungkinkan bakteri patogen masih tertinggal di rimpang tersebut. Selain itu,

bahan baku disimpan di dekat kamar mandi yang kondisinya lembab, serta

ditempatkan di bawah kandang burung yang kemungkinan dapat terkontaminasi

oleh mikroba patogen Cryptococcus neoformans. Mikroba patogen ini ditemukan

pada kotoran burung dan dapat menyebabkan infeksi paru-paru pada manusia.

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan jamu uyup-uyup adalah

menggunakan lumpang dan alu yang tidak dicuci menggunakan sabun, dan dalam

keadaan yang lembab dapat memicu adanya pertumbuhan mikroba patogen.

Penjual jamu racik “X” buka dari pukul 06.00 WIB hingga 19.30 WIB, akibat

jamu yang didiamkan terlalu lama akan memicu pertumbuhan mikroba yang

semakin banyak karena air merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan

bakteri dan jamur. Apabila air yang digunakan oleh penjual jamu racik “X”

tercemar bakteri E.coli maka akan mengkontaminasi pada saat pembuatan jamu

uyup-uyup.

I. Hipotesis

Pada sampel jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta

mengandung AKK lebih dari 103, ALT lebih dari 104serta terdapat bakteri

(46)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan

deskriptif exploratif. Penelitian ini akan mendeskripsikan nilai AKK dan ALT

serta mengidentifikasi keberadaan bakteri Escherichia coli dalam sampel jamu

uyup-uyupdari penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Variabel utama

a. Variabel bebas: waktu produksi jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik

“X” di Yogakarta.

b. Variabel tergantung: AKK, ALT, dan keberadaan bakteriE. coli.

2. Variabel Pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: media pertumbuhan yaitu Potato Dextrose

Agar (PDA) dan Plate Count Agar (PCA), suhu inkubasi 35ºC untuk uji

ALT dan 25ºC untuk uji AKK, waktu inkubasi 24-48 jam untuk uji ALT

dan 3-5 hari untuk uji AKK. Media selektif yaitu media E.Coli Broth

(ECB), TBX (Tryptone Bile X-Glucoronide), media glukosa, laktosa,

manitol, maltosa dan sakarosa (uji fermentasi karbohidrat), media Simmon

Citrate Agar, media MR-VP, suhu inkubasi (37-44ºC), waktu inkubasi

(47)

b. Variabel pengacau tak terkendali: kualitas bahan yang digunakan.

3. Definisi operasional

a. Jamu uyup-uyup adalah jamu yang terbuat dari kencur, kunyit, lempuyang,

temulawak, temu giring, temu ireng dan daun pepaya yang dipercaya

berkhasiat untuk memperlancar ASI. Jamu uyup-uyup yang digunakan

berasal dari penjual jamuracik “X”di Yogyakarta.

b. AKK adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan dengan menghitung

jumlah kapang dan atau khamir yang terdapat dalam jamu uyup-uyup

dengan metode dan analisis hasil berdasarkan PPOMN tahun 2006.

c. ALT adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan dengan menghitung

jumlah bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam jamu uyup-uyup dengan

metode menurut PPOMN TAHUN 2006.

d. Uji identifikasi E.coliadalah uji fermentasi karbohidrat, uji IMViC dan

pengecatan gram untuk mengidentifikasi keberadaan bakteriE.coli dalam

jamu uyup-uyup menurut PPOMN tahun 2006.

C. Bahan Penelitian

1. Cairan jamu uyup-uyup yang diperoleh dari penjual jamu racik “X” di

Yogyakarta.

2. Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah media Potato Dextrose

Agar (Oxoid). Media yang digunakan dalam pengujian ALT adalah plate count agar(Oxoid). Media selektifE.coli yaitu mediaE.Coli Broth(Oxoid),

Tryptone Bile X-Glucoronide (Oxoid). Media untuk uji identifikasi E.coli

(48)

sakarosa (Oxoid) (IMVIC) menggunakan media Sulfur Indol Motility

(Oxoid), Methyl-Red Voges Proskauer (Oxoid), Simon’s Citrate agar

(Oxoid).

3. Kloramfenikol (Brataco Chemika), Pepton Dilution Fluid (Oxoid) aquadest

steril, etanol 70%, reagenKovac’s (Merck), larutan metil merah, larutan α -naftol, larutan KOH 40%.

D. Alat Penelitian

Laminar Air Flow, autoklaf (model: KT-40 No.108049 Midorigaoka

Japan), inkubator (WTC binder), oven (Memmert model 400), stomacher 400

circulator (Seward), mikropipet (Iwaki), mikroskop, pipet tetes, tabung reaksi,

tabung Durham, gelas sediaan, cawan petri, pipet volume, Beaker glass (Pyrex),

gelas ukur (Pyrex), Bunsen, neraca analitik (Precition Balance Model AB-204,

Metter Taledo) , Erlenmeyer, penangas air dan jarum ose.

E. Tata Cara Penelitian 1. Pemilihan dan Pengambilan Sampel

Sampel jamu yang dipilih adalah jamu uyup-uyup diambil dari penjual

jamu racik “X” di Yogyakarta. Sampel jamu selanjutnya diuji AKK, ALT dan

identifikasiEscherichia coli. Pengambilan sampel dilakukan setiap hari senin jam

06.00-07.30 karena pada jam tersebut paling banyak pembeli jamu uyup-uyup.

Sampel jamu uyup-uyup diambil tiga kali dengan jarak pengambilan satu

(49)

2. Penanganan Wadah/Kemasan Penyiapan Sampel

Sumbat atau tutup botol dibersihkan dengan kapas beralkohol 70%, lalu

dipanaskan di api bunsen sebentar. Sumbat dibuka secara aseptis.

3. Tahap Pra-Pengkayaan

a. Homogenisasi sampel untuk uji AKK

Sampel jamu uyup-uyup dipipet sebanyak 25 mL secara aseptis,

dimasukan ke dalam plastik steril yang telah berisi sebanyak 225 mL

larutan pengencer PDF kemudian dihomogenkan dengan bantuan

stomacher, sehingga diperoleh pengenceran 10-1.

b. Homogenisasi sampel untuk uji ALT

Sampel jamu uyup-uyup dipipet sebanyak 25 mL secara aseptis,

dimasukan ke dalam plastik steril yang telah berisi sebanyak 225 mL

larutan pengencer PDF kemudian dihomogenkan dengan bantuan

stomacher, sehingga diperoleh pengenceran 10-1.

c. Pengenceran sampel untuk uji AKK

Labu ukur 10 mL disiapkan sebanyak 4 buah yang masing-masing

telah diisi sebanyak 9 mL PDF. Sampel dipipet sebanyak 1 mL

pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah

berisi PDF secara aseptis hingga diperoleh pengenceran 10-2lalu dikocok

homogen dengan vortex. Pengenceran dibuat sampai 10-5.

d. Pengenceran sampel untuk uji ALT

Labu ukur 10 mL disiapkan sebanyak 4 buah yang masing-masing

(50)

homogenisasi pada penyiapan sampel dipipet sebanyak 1 mL dengan cara

aseptis dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah diisi

sebanyak 9 mL PDF hingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian

dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Pengenceran selanjutnya

dibuat hingga 10-5(PPOMN, 2006).

4. Uji AKK

a. Pembuatan larutan kloramfenikol 1%

Kloramfenikol sebanyak 1 gram dilarutkan ke dalam 100 mL

aquadest steril.

b. Pembuatan mediaPotato Dextrose Agar(PDA)

Serbuk PDA sebanyak 39 gram disuspensikan dalam 1000 mL

aquadest, kemudian dilarutkan dengan pemanasan dan diaduk hingga

merata, dimasukkan dalam wadah yang sesuai. Kloramfenikol 100

gram/L ditambahkan dalam media dan dicampur hingga merata. Sterilisasi

dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C, setelah itu dituang ke

dalam cawan petri atau tabung reaksi steril dan dibiarkan memadat.

c. Uji AKK

Suspensi bakteri dari masing-masing pengenceran dipipet sebanyak

1 mL dengan cara aseptis ke dalam cawan petri steril dan dibuat duplo.

Media PDA yang telah dicairkan (suhu 45±1oC) sebanyak 20 mL

dituangkan ke dalam cawan petri dan digoyangkan sehingga campuran

tersebut merata. Cawan petri dibalik setelah agar membeku dan

(51)

Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke-5. Koloni kapang dan

khamir dihitung setelah 5 hari.

Uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan media PDA

dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Uji sterilitas pengencer

dilakukan dengan cara menuangkan media PDA yang ditambahkan

sebanyak 1 mL pengencer (PDF) lalu dibiarkan memadat (PPOMN, 2006).

5. Uji ALT

a. Pembuatan mediaPlate Count Agar(PCA)

Sebanyak 7,05 g PCA ditimbang dan dicampurkan dengan 300 mL

aquadest steril, pH diatur 7,0 dan dipanaskan hingga larutan jernih.

Selanjutnya disterilkan dengan autoclaf selama 15 menit pada suhu

121oC.

b. Uji ALT

Masing-masing dari pengenceran dipipet sebanyak 1 mL secara

aseptis ke dalam cawan petri steril dan dibuat duplo. Media PCA sebanyak

15 mL yang telah dicairkan yang bersuhu 45±1oC dalam waktu 15 menit

dari pengenceran pertama dituangkan pada setiap cawan petri . Cawan

petri digoyangkan dengan hati-hati agar sampel tersebar merata dengan

media dan biarkan hingga memadat. Uji kontrol dilakukan untuk

mengetahui sterilitas media dan pengencer. Uji sterilitas media dilakukan

dengan cara menuangkan media PCA dalam suatu cawan petri dan

(52)

menuangkan media PCA yang ditambahkan sebanyak 1 mL pengencer

PDF lalu dibiarkan memadat.

Seluruh cawan petri diinkubasi terbalik pada suhu 35oC selama 24

jam hingga 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.

Dihitung Angka Lempeng total dalam 1 mL contoh dengan mengkalikan

jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang

digunakan (PPOMN, 2006).

6. Uji IdentifikasiEscherichia coli

a. Uji Pengkayaan

Suspensi hasil homogenisasi contoh dipipet sebanyak 1 mL dan

diinokulasikan pada 9 mL ECB. Kemudian diinkubasi pada suhu 44oC

selama 24 jam. Timbulnya gas pada tabung Durham dan kekeruhan pada

media yang menunjukkan karakteristikE.coli(PPOMN, 2006)).

b. Isolasi

Hasil dari biakan pengkayaan diinokulasikan pada permukaan

TBX dengan cara streak plate dan diinkubasi dengan posisi lempeng

terbalik pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Koloni spesifik E.coli yang

tumbuh dengan ciri-ciri bentuk bulat, diameter 2-3 mm, berwarna hijau

dengan kilap logam dan bintik biru kehijauan ditengahnya (PPOMN,

2006).

c. IdentifikasiE.colidengan uji biokimia

Satu koloni spesifik dipilih pada media TBX dan ditanam pada

(53)

Simmon’s citrate agar kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam sebagai berikut :

1. Uji fermentasi glukosa

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

glukosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange

kemerahan menjadi kuning (PPOMN, 2006).

2. Uji fermentasi laktosa

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

laktosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange

menjadi kuning (PPOMN, 2006).

3. Uji fermentasi manitol

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

manitol dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange

kemerahan menjadi kuning (PPOMN, 2006).

4. Uji fermentasi maltosa

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

maltosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Hasil

positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange

(54)

5. Uji fermentasi sukrosa

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

maltosa dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam

diinokulasikan pada media sukrosa dan diinkubasi pada suhu

35-37oC selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya

perubahan warna media dari orange menjadi kuning (PPOMN,

2006).

6. Uji indol

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media SIM

dan diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 24 jam. Setelah

diinkubasi, ditambahkan 1 mL pereaksi indol (Reagen Kovac’s) ke

dalam masing-masing tabung dan dikocok beberapa menit. Warna

merah muda yang membentuk cincin pada permukaan biakan

menunjukkan reaksi indol positif (PPOMN, 2006).

7. Uji metil merah

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan dalam media

MR-VP dan diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 48 jam.

Setelah diinkubasi tambahkan 5 tetes larutan metil merah dan

dikocok homogen selama beberapa menit. Warna kuning

menunjukkan reaksi negatif dan warna merah menunjukkan reaksi

(55)

8. Uji Voges-Proskauer

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

MR-VP dan diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 48 jam.

Ditambahkan 12 tetes larutan alfa naftol dan 4 tetes larutan KOH

40%, dikocok kemudian didiamkan selama 2-4 jam. Perubahan

warna biakan menjadi merah muda hingga merah menyala

menunjukkan reaksi positif (PPOMN, 2006).

9. Uji Sitrat

Satu sengkelit biakan TBX diinokulasikan pada media

Simmon’s citrate agar lalu diinkubasikan pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam. Perubahan warna media dari hijau menjadi biru

menunjukkan reaksi positif (PPOMN, 2006).

d. Uji konfirmasi keberadaanE.colidengan pengecatan gram

Sediaan dibuat di atas kaca alas. Kemudian dikeringkan di udara

dan difiksasikan dengan panas. Sediaan diwarnai dengan larutan crystal

violet-ammonium oksalat selama 1 menit. Selanjutnya sediaan dicuci

dengan air dan ditiriskan. Larutan larutan lugol (gram iodine) dibubuhkan

selama 1 menit. Selanjutnya sediaan dicuci dengan air dan ditiriskan.

Warna dihilangkan dengan dicuci menggunakan alkohol 95% selama 30

detik. Sediaan dicuci dengan air dan ditiriskan kemudian dibubuhkan

larutan safranin selama 10-30 detik. Sediaan dicuci dengan air dan

(56)

dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran

1000 kali (PPOMN, 2006).

F. Analisis Hasil 1. Uji AKK

Perhitungan Angka Kapang/Khamir sesuai dengan MA PPOMN No.

96/MIK/00 sebagai berikut:

Cawan petri yang dipilih yaitu cawan petri dari suatu pengenceran yang

menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni. Jumlah koloni dari kedua

cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan

petri dari 2 tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara

10-150 koloni, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran,

kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang/khamir

dalam tiap gram atau ml sampel (PPOMN, 2006).

Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan di atas,

maka diikuti petunjuk sebagai berikut:

i. Bila hanya salah satu di antara kedua cawan petri dari

pengenceran yang sama menunjukkan jumlah antara 10-150

koloni, jumlah koloni dari kedua cawan dihitung dan dikalikan

dengan faktor pengenceran (PPOMN, 2006).

ii. Bila ada tingkat pengenceran yang lebih tinggi di dapat jumlah

koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada

pengenceran di bawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran

(57)

pada pengenceran 10-3 diperoleh 30 koloni, maka dipilih

jumlah koloni pada pengenceran 10-2yaitu 60 koloni).

Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni

kurang dari dua kali jumlah koloni pengenceran di bawahnya,

maka diambil angka rata-rata dari jumlah koloni dari kedua

pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai Angka

Kapang/Khamir dalam tiap gram sampel (Misal: pada

pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni dan pengenceran 10-3

diperoleh 10 koloni, maka Angka Kapang/Khamir adalah :

6 + 10 x 103= 8 x 103

(PPOMN, 2006).

iii. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang

menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka

sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung

sebagai Angka Kapang dan Khamir Perkiraan (PPOMN, 2006).

iv. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan

disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang dan

Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor

pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah)

Gambar

Tabel I.Uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC pada identifikasi
Gambar 1.Uji pengkayaan E.coli pada media ECB......................................
Tabel I.  Uji fermentasi karbohidrat dan uji IMViC pada identifikasi E.coli (Holt et al., 2000)
Tabel II. Nilai AKK sampel jamu uyup-uyup pada inkubasi hari ke-5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh tiga partisipan ditemukan hasil bahwa masing- masing subjek memiliki dinamika psikologis yang berbeda dalam menghadapi

Menurut saya pengertian dari segitiga sama sisi adalah suatu bidang datar yang dibatasi pleh tiga buah garis lurus” [Lalu mengambil segitiga sama sisi warna pink] “Tiga

Menimbang, bahwa berdasarkan relaas Panggilan untuk Tergugat dimana Jurusita Pengganti Pengadilan Agama Pangkalpinang telah memanggil Tergugat secara resmi dan

Penggunaan PLTMH sebagai energi alternatif yang cost friendly, user friendly, environment friendly, and material friendly diharapkan dengan peran Puslitbang

Dalam melakukan penelitian perlu adanya desain penelitian terlebih dahulu. 6) desain penelitian merupakan rencana untuk memilih sumber-sumber data dan data yang akan dipakai untuk

Teman-teman KLAbers angkatan 2011 ada Kak Nila Anggreiny yang sudah memberikan waktu untuk memperhatikan kami, mengontrol, memberi semangat dan nasihat untuk kebaikan penulis

Penyimpangan yang terjadi antara anggaran biaya operasional dengan realisasi pengeluarannya berdampak pada perolehan laba perusahaan, dimana perolehan laba perusahaan lebih kecil Rp

Peringkat 4 : Jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi Komisaris kurang sesuai dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank serta pemenuhan terhadap