• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada pihak terkait dengan penelitian ini agar memperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian ini, yakni sebagai berikut :

1. Diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat khususnya teknik pengumpulan data untuk penyandang disabilitas.

79

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A.E.Y. (2015) Tinjuan Viktimologis Kejahatan Kekerasan dan Penghinaan Terhadap Penyandang Cacat (Studi Kasus di Kota Makasar). Skripsi (Tidak Diterbitkan). Makasar: Universitas Hasanuddin.

Aziz, S. (2015). Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:Penerbit Gava Media.

BKKBN. (2009). Pelecehan Seksual: Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Kantor Perwakilan Unesco

Boeree, C.G. (2016). Personality Theory : Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Prismasophie.

Chaerizanisazi. (2017). Urgensi Per-UU Kekerasan Seksual Terhadap Difabel. Diakses pada tanggal 05 Juni 2018 19: 40 WIB dari,

http://ciqal.blogspot.com/

Collier, R. (1992). Pelecehan Seksual: Hubungan Dominasi Mayoritas dan Minoritas. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Creswell, John.W, (2013). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset, Terjemahan Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka belajar.

Depkes. (2014). Penyandang Disabilitas Pada Anak. (Infodatin. Pusat Data dan Informasi Kementrian RI). Diakses pada tanggal 24 Desember 2017 16:49 WIB dari, www.depkes.go.id

Desiningrum. D.R. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Psikosain

Guf. (2017). Perlindungan Perempuan disabilitas terhadap kekerasan. Diakses

pada tanggal 05 Juni 2018 19:45 WIB dari

http://berita360.com/perlindungan-perempuan-disabilitas-terhadap-kekerasan/

Kemenkumham, R.I. (2014). Peraturan Perundang-undangan. Diakses pada tanggal 02 Oktober 2018 19:06 WIB dari http://peraturan.go.id

Kurnianto, M.A. (2016). Deskripsi Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja dan Prediksi Munculnya Psikosomatis Akibat Pelecehan Seksual. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Diakses pada tanggal 05 Juni 2018 19:50 WIB dari, https://repository.usd.ac.id/

Komnas Perempuan (2017). Siaran Pers Lembar Fakta Catahu 2017. Diakses

pada tanggal 05 Juni 2017 19:46 WIB dari,

https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/2017%20Siaran%20Pers/ Lembar%20Fakta%20Catahu%202017.pdf

Krjogja. (2017). Kekerasan Seksual Penyandang Disabilitas Meningkat. Diakses pada tanggal 06 Juni 2018 15:45 WIB dari, https://www.krjogja.com

Moleong, L.J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Moleong, L.J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Santrock, J.W. (2007). Adolescence. Jilid 1, edisi kesebelas (terjemahan Benedictine Widyasinta). Jakarta: Erlangga.

Soleh, A. (2016). Aksesibilitas penyandang disabilitas terhadap perguruan tinggi. Yogyakarta:PT.LkiS Pelangi Aksara.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kebijakan. Bandung: Alfabeta.

Sumanto. (2014). Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori. Yogyakarta: CAPS. Suwandi, M.A. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap Tunagrahita Sebagai Korban Tindak Pidana Perkosaan Dalam Sistem Peradilan Pidana. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Muhammadyah Yogyakarta Unicef. (2013). Anak Penyandang disabilitas. Diakses pada tanggal 5 Desember

2017 19:25 WIB dari,

81

Lampiran 1

Hasil Observasi

1. Observasi saat responden di Rumah

Hari/tanggal Inisial Responden Deskripsi Interpretasi Sabtu, 12 Januari 2019 14.00-15.30 WIB

AE Observasi dilakukan di rumah terhadap responden AE. AE memiliki warna kulit sawo matang, saat dirumah tidak menggunakan kerudung, postur tubuh tidak pendek tetapi tidak terlalu tinggi. Selama dirumah responden bermain hp kemudian mengobrol bersama dengan ibunya. Responden nampak dekat sekali dengan ibunya. Responden sedikit pemalu dan takut-takut bila bertemu dengan orang baru termasuk saat bertemu dengan peneliti.

Dekat dengan ibu. Pemalu bila baru kenal.

Hari/tanggal Inisial Responden Deskripsi Interpretasi Sabtu, 12 Januari 2019 15.45-16.15 WIB

AE Observasi dilakukan mulai dari rumah responden sampai di taman glugut hingga responden pulang ke rumah. Responden awalnya malu-malu untuk berinteraksi dengan peneliti namun setelah proses pendekatan pun responden nampak nyaman dengan peneliti. Responden senang menceritakan hal-hal yang disekitarnya. Responden juga orang yang humoris. Ketika ingin pergi ke suatu tempat yang jaraknya jauh ataupun dekat, responden meminta peneliti maupun ibunya untuk menemani responden. Responden memiliki ketertarikan pada anak-anak. Hal ini nampak ketika

Tidak mudah dekat dengan orang baru. Takut sendiri. Menyukai anak-anak. Bercerita suatu hal dengan acak, kurang terstruktur.

Memiliki emosi yang labil.

83 responden melihat anak-anak yang bermain di taman glugut

dan ketika responden menceritakan keponakannya maupun cita-citanya yang ingin menjadi guru tk. Alur yang diceritakan responden saat menceritakan suatu hal selalu lompat-lompat. Cepat bosan. Responden kesulitan dalam menceritakan apa yang hendak dikatakannya. Seringkali responden bercerita dengan tidak runtut dan lompat-lompat. Responden kurang dapat mengatur cerita mana yang akan diceritakan lebih dahulu.

Lampiran 2

Lembar Verbatim Wawancara

A. Responden AE

Waktu : Sabtu, 12 Januari 2017 ; 16.20-18.05 WIB Tempat : Taman Glugut, Bantul

Peneliti : “Bentuk pelecehan seksual seperti apa yang telah adek alami?

AE : “Pemerkosaan dan penipuan mbak”

Peneliti :“Bagaimana adek mengalami pelecehan seksual tersebut?”

AE : Aku dijak lungo mbek pacarku ke pantai ning ternyata lungone ning losmen. Kan pertamanya diajak ke pantai dan posisinya aku lagi di sekolah, ehh ternyata aku diajak ke losmen mbak. Aku udah nolak tapi dipaksa dan pas udah di losmen, pihak losmennya ngelarang kami masuk mbak, aku masih pake baju sekolah. Habis itu aku diajak keliling-keliling sebentar terus balik ke losmen itu lagi tapi pake jaketnya. Ya udah aku diajak berhubungan mbak, tapi sebetulnya aku ndak mau. Aku takut dosa mbak. Aku wedi.

Peneliti : “Apa saja dampak-dampak pelecehan seksual yang adek alami?”

AE : Ya banyak mbak, dampaknya ke perasaanku, pikiranku, badanku, keluargaku dan juga ngaruh kelingkunganku mbak.

85

Peneliti : “uhm, ok, lalu dampak psikologis seperti apa yang muncul?”

AE : Mamah dan bapak shock mbak. Hampir tiap hari mamah nangis. Keluarga jadi terpukul mbak. Aku jadi takut mbak. Apalagi gelap, karna waktu kejadian di losmen itu gelap. Aku jadi trauma tiap mau ketemu laki-laki baru dan takut ke sekolah. Padahal 3 bulan setelah kejadian itu aku harus ikut UN mbak.

Peneliti : “Adakah dampak fisik seperti apa yang muncul?” AE : Ada mbak, anu.. waktu itu selangkanganku kerasa sakit

mbak. Kalau jalan rasanya kayak pegel banget. Yang terutama si aku udah gak perawan lagi.

Peneliti : “Lalu, Dampak sosial apa saja yang muncul yang kiranya sangat mempengaruhi hidupmu?”

AE : Dampak sosialnya ya ada mbak. Aku sempet gak masuk sekolah beberapa minggu, aku takut ketemu temen-temen. Aku juga jadinya musuhan sama temenku yang ngenalin aku ke mantan pacarku itu mbak. Tapi, Aku senengnya temen-temen gak ada yang tau mbak. Cuma kepala sekolahku tau. Jadi kalau aku dipanggil ke ruang kepsek buat bahas kasus itu, teman-teman suka kepo, nanya-nanya kenapa aku di panggil kepala sekolah. Warga ndak ada yang tau mbak. Pas keluarga mantanku dateng ke rumah aja, dikiranya sodara mbak.

Peneliti : “Coba ceritakan dampak pribadi dan sosial seperti apa yang kemudian muncul?”

AE : Dampaknya ke pribadiku si …Hmmm, ada mbak. Karena

masalah itu aku jadi trauma kemana-mana, kalau pergi mesti ada temennya dan waktu itu jadinya gak masuk sekolah beberapa minggu, padahal bulan-bulan itu aku lagi persiapan UN. Ganggu pelajaran juga mbak. Aku gak fokus. Sedih terus. Tapi kalau ke cita-cita aku sekarang lagi fokus buat masuk kuliah di PG-PAUD. Walaupun pingin bunuh diri mbak. Aku ngerasa gak berharga lagi. Pikirku ahh nggo ngopo urip ki. Hahaa.. kadang aku juga minder karna udah ndak perawan lagi dan kalau udah gitu ya aku nangis lagi. Itu juga ngaruh ke kehidupan sosialku mbak, nanti siapa yang mau sama aku padahal aku udah gak perawan lagi. Aku jadi jaga jarak sama laki-laki mbak.

Peneliti : “Baiklah, lalu perlawanan apa saja yang adek lakukan saat mengalami pelecehan seksual?”

AE : Ya otomatis aku nolak mbak, aku ra gelem, aku sayang sama dia tapi ndak mau kalau sampai melakukan hubungan seksual. Aku takut dosa mbak. Nah pas udah di losmennya itu aku tetep nolak tapi aku dah ndak bisa ngapa-ngapain mbak.

Peneliti : “Selain itu, bentuk perlawanan yang seperti apa yang keluarga adek lakukan?”

AE : Setelah kejadian itu kan jam 1 aku di anterin pulang ke sekolah dan disitu ada bapakku. Bapak kaget mbak, karena pakaianku udah berantakan. Akhirnya aku diperiksa sama mama sama bapak dan ketauan kalau aku habis diperkosa. Mama dan bapak shock. Mereka nangis-nangis. Setelah tau, bapak sama mamah ngumpulin bukti dan sehari setelah itu aku di visum terus lapor ke kantor polisi. Jadi perlawanannya ya lapor polisi buat menjaraain dia mbak. Selain itu pas keluarga dia minta maaf atau mediasi, kami tetep nolak.

Peneliti : “Bagaimana cara adek melawan?”

AE : Ya selain menolak ajakan pas di losmen itu aku coba telfon bapak tapi hapeku direbut. Aku gak bisa ngelawan ditambah lagi karena aku gak berdaya dan badan dia itu besar.

Peneliti : “Ok, setelah kejadian itu kan pasti ada kesulitan yang adek alami, nah, bagaimana adek berjuang menghadapi kesulitan pasca pelecehan seksual?”

AE : Ya, nangis mbak biar lega. Selain itu ya berjuang buat nyelesaiin kasusnya di kantor polisi. Waktu itu prosesnya juga susah mbak, pak polisi lebih dukung pelaku. Masak aku ditanyain pas diperkosa enak apa nggak, disitu aku jengkel banget. Untung ada mamah, bapak sama bu pendamping. Pokoknya semua sama-sama berjuang supaya dia masuk penjara mbak. Bahkan waktu pelaku minta mediasi dan dateng dateng kerumah pun gak kami terima. Ya intinya supaya dihukum seberat-beratnya dan setelah dia di penjara aku jadi lega.

Peneliti : “Selain itu, bagaimana adek mengelola pengalaman tersebut agar sehat secara psikologis?”

87

AE : Pertama ya nerima mbak. Lebih nurut sama orang tua, karena selama pacaran sama dia aku jadi suka nurut sama mantan pacarku ketimbang dengerin mamah. Terus lebih belajar Ikhlas dan fokus ke masa depan. Setelah dia di penjara aku jadi lega mbak, sekarang aku bahagia. Walaupun pingin bunuh diri dan alasannya ya kayak yang aku ceritain tadi mbak. Aku ngerasa gak berharga lagi. Pikirku ahh nggo ngopo urip ki. Akhirnya ya, aku nangis mbak. Mikir kalau aku mati nanti siapa yang nemenin bapak sama mamah, kan mbak jauh di luar kota. Aku milih untuk ndak jadi bunuh diri mbak. Lebih mendekatkan diri ke Allah dan nrimo apa yang sudah terjadi dan sekarang aku bahagia walaupun kadang kalau ingat kejadian itu masih suka nangis. Terus mbak, biar ngerasa lega ya aku nangis dan setiap kali ingat pengalaman itu, pengalaman itu selalu kutulis terus dikirim ke pendamping.

Peneliti : “Apa saja kesulitan yang adek alami selama mengelola pengalaman tersebut?”

AE : “Pas aku inget kejadian itu ya jadi sedih terus dan pasti akhirnya nangis-nangis. Selain itu ya kesulitannya pas nulis kejadian itu mbak. Aku kadang lupa-lupa ingat

kejadian itu.”

Peneliti : “Nah, dari kesulitan-kesulitan yang adek alami itu, apa sih dukungan yang adek harapkan agar dapat mengelola pengalaman tersebut?”

AE : Ya di support mbak. Awalnya mamah masih suka bahas status keperawananku dan aku jadi gak suka. Tapi lama-kelamaan Mamah, bapak dan mbak jadi selalu mendukung cita-citaku mbak. Mereka mendukungku untuk terus mengolah pengalaman ini. Dukungan yang aku harapkan ya lebih ke dukungan dari orangtua.

Peneliti : “Nah, yang terakhir nih dek, apa yang adek rasakan saat berhasil mengelola pengalaman tersebut?”

AE : Lega mbak. Aku bahagia bisa ngelewatin ini dan dia bisa di penjara. Aku merasakan keadilan buat aku sendiri. Sekarang aku juga gak takut lagi buat bersosialisasi ke masyarakat. Karna kan masyarakat juga pada gak tau kasusku. Walaupun kadang aku minder karna udah ndak

perawan tapi aku tetap merasa bahwa diriku juga berharga dan berhak bahagia mbak.

B. Informan (Pendamping)

Waktu : Kamis, 24 Januari 2017 ; 12.56- 13.20 WIB Tempat : Mrican, Yogyakarta

Peneliti : “Baik bu, apa saja bentuk pelecehan seksual yang dialami AE?”

Informan : Jadi AE itu hanya mengalami kasus perkosaan tidak mengalami bentuk kekerasan seksual non verbal yang lain. Peneliti : “Bagaimana AE mengalami pelecehan tersebut?” Informan : Uhmm.. kronologinya panjang itu. AE itu berawal kenalan

sama pelaku. Pelaku itu dikenalkan sama teman sekolahnya. Terus mereka tukeran nomer HP. Terus wa-nan gitu. Waktu itu janjian jemput AE diajak ke pantai itu. Itu AE belum pacaran. Gak pacaran. Jadi AE itu tidak tau siapa pelaku itu sebenernya. Cuma dikenalkan, kenalkan aja, karena kan disabilitas grahita kayak gitu. Siapa orang yang mengajak kemana, dia ya ikut aja. Pelaku dan AE itu cuma wa-nan berapa kali. Di WA-nya aja nada-nadanya pelaku udah mesum kok. Tapi AE kan gak tau. AE gak bisa memahami kata-kata itu gitu lho. Taunya ya diajak main ke pantai main gitu aja. Yang lainnya gak tau, dibawa ke losmen itu juga gak rencana, gak tau si AE. Pelaku menjemput disekolah jam 11 siang terus dikembalikan ke sekolah lagi jam 1. Nah pas ketahuan itu, tiba di sekolah itu kan AE dijemput bapaknya. Nah itu udah dalam keadaan acak-acakan begitu diturunin di sekolah pelaku langsung kabur. Terus AE di bawa pulang. Di tanyain, di lucuti bajunya sampai AE

89

telanjang, dilihat ohh ternyata AE diperkosa karena ditemukan bercak darahnya. Besoknya langsung di visum dan bukti-bukti dikumpulkan kemudian lapor polisi.

Peneliti : “Apa saja dampak-dampak pelecehan seksual yang AE alami?”

Informan : Dampaknya itu ya setiap kali ketemu orang ya nangis. Setiap kali mengurus kasusnya ke polisi juga nangis dulu baru biasa aja. Perubahan emosinya kadang cepat. Tiba-tiba nangis kalau ingat kejadian itu. Kalau sudah gak ingat ya biasa aja kayak gak terjadi apa-apa. Tapi setiap kali ketemu dengan laki-laki yang badannya agak besar pasti dia langsung takut dan nangis.

Peneliti : “Dampak psikologis seperti apa yang muncul?”

Informan : Dampak psikologisnya ya itu, dia takut setiap kali melihat laki-laki yang badannya besar. Kemana-mana harus ditemani, ndak berani sendiri.

Peneliti ; “Kalau dampak fisik yang muncul apa saja ya bu?” Informan :Yang pasti ya selangkangannya sakit tak lama setelah

kejadian itu. Selebihnya ya selaput daranya sudah robek. Peneliti : “Dampak sosial apa saja yang muncul?”

Informan :Setelah mengalami kejadian itu, AE jadi berhenti sekolah seminggu lebih. Dia takut ketemu banyak orang. Padahal saat itu menjelang UN.

Peneliti : “Baiklah bu, lalu dampak pribadi dan sosial seperti apa yang muncul pada diri AE?

Informan : AE proses belajarnya jadi terganggu kan setelah kejadian dia jadi shock dan gak berangkat sekolah. Tapi ya karena AE tunagrahita dan kebetulan teman-teman sekolahnya gak ada yang tau jadi saat AE kembali ke sekolah ya seperti tidak terjadi apa-apa. Warga juga gak ada yang tau karena

memang kejadian ini kami rahasiakan supaya tidak memperburuk proses pemulihan AE.

Peneliti : “Saat kejadian perlawanan apa saja yang coba dilakukan oleh AE?”

Informan : Perlawanan yang AE lakukan saat itu ya tentu saja menolak untuk berhubungan kemudian AE mencoba menelfon bapaknya tetapi HP AE direbut.

Peneliti : “Bentuk perlawanan yang seperti apa yang keluarga AE lakukan?”

Informan : “Ya, keluarga langsung mengumpulkan bukti-bukti kemudian lapor polisi. Saat pelaku meminta untuk melakukan mediasi pun keluarga tetap menolak karena jika keluarga bersedia untuk mediasi maka pihak yang diuntungkan adalah polisi dan pelaku. Jadi ya tetap berusaha melawan dengan tetap memproses kasus tersebut melalui hukum yang berlaku.”

Peneliti : “Bagaimana cara AE melawan?”

Informan :Perlawanan yang AE lakukan saat itu ya tentu saja menolak untuk berhubungan kemudian AE mencoba menelfon bapaknya tetapi HP AE direbut. ya intinya setelah kejadian itu ya bentuk perlawanannya melalui jalur hukum. Setelah kejadian itu, keluarga mengumpulkan bukti dan lapor polisi lalu paginya saya dipangil untuk mendampingi AE. Setelah lapor, ditanyain kronologisnya bagaimana. Lalu besoknya gelar perkara atau rekonstruksi ke losmen. Kemudian dibuat catatan surat laporan, kemudian dibuat BAP, penyelidikan selanjutnya dan lalu pencarian pelaku. Yaa terus setelah itu di proses-proses. Sampai berapa bulan lah hamper 3 bulan nggak di proses sama polisi. Terus aku ke kantor polisi Tanya kok gak segera di proses katanya bukti-bukti belum lengkap. Kan itu tugas polisi untuk

91

menyelidiki pikirku saat itu. Akhirnya di proses kemudian pelaku dijatuhi hukuman penjara tetapi tidak terlalu ringan karena alasan pelaku adalah pelaku tidak tahu kalau korban adalah seorang disabilitas.

Peneliti : “Bagaimana AE berjuang menghadapi kesulitan pasca pelecehan seksual?”

Informan : ya itu, dia belajar untuk menerima keadaannya. Apalagi dia disabilitas tunagrahita yang artinya tidak mudah baginya untuk mengolah pengalaman yang sudah dia alami. Terutama saat melewati proses hukum. Dia tetap berjuang ditengah keterbatasannya.

Peneliti : “Bagaimana Ibu membantu AE mengelola pengalaman tersebut agar sehat secara psikologis?”

Informan : “ Ya saya mengingatkannya untuk rajin beribadah, lalu

membantunya dengan menyuruh AE menuliskan setiap ingatan maupun perasaan tentang kejadian perkosaan yang muncul itu kemudian setelah selesai ditulis baru saya memintanya untuk mengirimkan via WA maupun e-mail. Karena AE kan seorang grahita ringan yang artinya tidak mudah baginya untuk mengingat kejadian-kejadian yang dialami sehingga terkadang kejadian yang menyakitkan sering tiba-tiba muncul jadi ya sebaiknya itu di olah supaya tidak mengganggu masa depan.”

Peneliti : “Apa saja kesulitan yang ibu alami selama membantu AE dalam mengelola pengalaman tersebut?”

Informan : ya kesulitannya itu kadang si AE mengirimkan tulisannya hanya beberapa kalimat saja. Itupun tidak terstruktur. Kadang cerita yang ditulis tidak nyambung satu kalimat dengan kalimat yang lain. Jadi ya harus tetap di olah. Saya paham karena ini juga termasuk dalam keterbatasan disabilitas grahita sehingga ya di beri pengertian supaya

menuliskan pengalaman yang dialami dengan yang ditulis bisa berurutan dan sesuai.

Peneliti : “Apa dukungan yang ibu berikan kepada AE agar dapat mengelola pengalaman tersebut?”

Informan : hmm.. dukungan yang saya berikan kepada AE tentu saja mendampingi dari awal proses jalur hukum sampai sekarang. Kita tidak bisa selesai proses hukum langsung lepas. Jadi ya mendampingi, menemani dan mendukung sampai tuntas dan AE menjadi pribadi yang lebih tangguh. Peneliti : “Apa yang AE rasakan saat berhasil mengelola

pengalaman tersebut?”

Informan : Tentu saja senang. Saat AE kembali bangkit dan memperjuangkan masa depannya. Saat ini AE sedang persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi jurusan PG-Paud. Jurusan yang juga diminati AE karena AE menyukai anak-anak.

93

Lampiran 3

Lembar Koding Wawancara

A. Responden AE

No. Urut

Data Teks Koding

001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033

“Bentuk pelecehan seksual seperti apa yang telah adek alami?

Pemerkosaan dan penipuan mbak

“ceritanya adek ngalamin pemerkosaan itu gimana?”

aku dijak lungo mbek pacarku ke pantai ning ternyata lungone ning losmen. Kan pertamanya diajak ke pantai dan posisinya aku lagi di sekolah, ehh ternyata aku diajak ke losmen mbak. Aku udah nolak tapi dipaksa dan pas udah di losmen, pihak losmennya ngelarang kami masuk mbak, aku masih pake baju sekolah. Habis itu aku diajak keliling-keliling sebentar terus balik ke losmen itu lagi tapi pake jaketnya. Ya udah aku diajak berhubungan mbak, tapi sebetulnya aku ndak mau. Aku takut dosa mbak. Aku wedi.

nah, kalau dampak yang adek alami?”

Ya banyak mbak, dampaknya ke perasaanku, pikiranku, badanku, keluargaku dan juga ngaruh kelingkunganku mbak.

“uhm, ok, lalu dampak perasaan atau pikiran yang

adek dan orang tua adek rasakan apa ya?”

Mamah dan bapak shock mbak. Hampir tiap hari mamah nangis. Keluarga jadi terpukul mbak. Aku jadi takut mbak. Apalagi gelap, karna waktu kejadian di losmen itu gelap. Aku jadi trauma tiap mau ketemu laki-laki baru dan takut ke sekolah. Padahal 3 bulan setelah kejadian itu aku harus ikut UN mbak.

“Adakah dampak fisik seperti apa yang muncul?”

Ada mbak, anu.. waktu itu selangkanganku kerasa sakit mbak. Kalau jalan rasanya kayak pegel banget. Yang terutama si aku udah gak perawan lagi.

“Lalu, kejadian itu ngaruh atau berdampak nggk ke

lingkungan sosial kayak ke sekolah atau masyarakat

I.a.AE -Perkosaan, penipuan. I.b.AE -Dibohongi, Menolak, Mengelabui II.a.AE

Dokumen terkait