• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Bagi masyarakat di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang agar menggunakan penyaringan yang terdiri atas media pasir, karbon aktif dan zeolit terlebih dahulu sebelum menggunakan air karena efektif dalam menurunkan kadar kadmium (Cd).

2. Bagi pemerintah setempat agar melakukan promosi dan penyuluhan mengenai air bersih dan metode pengolahannya, serta memfasilitasi pengadaan pasir, karbon aktif dan zeolit pada masyarakat di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas pasir, karbon aktif

dan zeolit dalam menurunkan/menghilangkan zat-zat kimia yang berbahaya lain dalam pengolahan air bersih.

2.1 Pengertian Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Berdasarkan Permenkes RI No. 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, pengertian air minum dan air bersih adalah sebagai berikut:

“Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum langsung. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.”

2.2 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri merupakan suatu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang dilaluinya, mulai dari proses evaporasi, kondensasi uap air, presipitas, penyebaran air di permukaan bumi, penyerapan air ke dalam tanah, sampai berlangsungya proses daur ulang (Chandra, 2006).

Menurut Surawiria tahun 1985, 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Sekitar 97% dari

10

sumber air terdiri dari air laut, 2,5% merupakan bentuk salju abadi dan dalam keadaan cair dapat digunakan.

Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi. Menurut Chandra tahun 2006, secara umum, pergerakan air di alam terdiri dari berbagai peristiwa, yaitu :

1. Penguapan air (Evaporasi) 2. Pembentukan awan (Kondensasi)

3. Peristiwa jatuhnya air ke bumi/hujan (Presipitasi) 4. Aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah

Penjelasan lebih lanjut, dapat diterangkan sebagai berikut air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang berada di lapisan tanah bagian atas (evaporasi), air yang berada di dalam tumbuhan (transpirasi), hewan dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfir. Di dalam atmosfir uap ini akan menjadi awan dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam permukaan (runoff), ada yang meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah, baik yang dangkal maupun yang dalam dan ada juga yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan, air tanah dangkal dan air yang berada dalam tubuh akan menguap kembali menjadi awan, maka siklus hidrologis akan kembali berulang (Mulia, 2005).

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi (Soemarto, 1987)

Air mempunyai karakteristik sebagai pelarut yang universal karena molaritasnya yang tinggi sehingga mengakibatkan hampir semua senyawa dapat larut dalam air baik dalam bentuk terlarut, tersuspensi, koloid maupun yang mudah diendapkan (Soemirat, J., 1994). Menurut Mulia tahun 2005, siklus hidrologi merupakan aspek penting untuk menyuplai daerah daratan dengan air. Siklus hidrologi merupakan salah satu proses alami untuk membersihkan air dari pencemar dengan syarat bahwa kualitas udara cukup bersih.

12

2.3 Sumber Air

Menurut Peraturan Pemerintah PP Nomor 82 tahun 2001 sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk dan muara. Menurut Sutrisno tahun 2004, sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air permukaan, dan air tanah.

2.3.1 Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 2004).

2.3.2 Air Atmosfir

Air atmosfir atau air hujan merupakan sumber utama air bumi. Meskipun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfir. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan amonia (Chandra, 2006).

Air angkasa (hujan) merupakan penyubliman uap air menjadi air murni (H2O). Air murni ini sewaktu turun ke bumi melalui udara akan dapat melarutkan benda-benda yang ada di udara, di antaranya gas (O2, CO2, N2, dan lain-lain), jasad-jasad renik dan debu (Effendi, 2003).

Air hujan merupakan sumber ketersediaan air tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah, sedangkan secara tidak langsung air hujan terkumpul pada aliran sungai atau danau (Bouwer, 1978).

Menurut Sutrisno tahun 2004, sifat-sifat air angkasa adalah sebagai berikut:

1. Bersifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan).

2. Bersifat lunak/kurang mengandung larutan garam dan mineral sehingga terasa kurang segar dan boros terhadap pemakaian sabun.

2.3.3 Air Permukaan

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 tahun 2008, air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Pada umumnya air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagai. Jenis dan jumlah pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya merupakan kotoran fisik, kimia dan mikrobiologi.

Menurut Effendi tahun 2003, perairan permukaan diklasifikasiakan menjadi dua kelompok utama, yaitu:

14

1. Badan air tergenang (standing waters atau lentik)

Perairan tergenang meliputi danau, kolam waduk (reservoir), rawa (wetland), dan sebagainya. Perairan tergenang khusunya danau, biasanya mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan suhu pada kolom air yang terjadi secara vertikal.

2. Badan air mengalir (flowing waters atau lotik)

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1-1,0 m/detik. Pada perairan sungai, biasanya terjadi percampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik.

Menurut Sutrisno tahun 2006, udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap ke dalam air permukaan. Panjangnya daerah perusakan ini tergantung pada :

1. Sifat dan banyak pengotoran

a. Aliran sungai (cepat atau lambat) b. Suhu/temperatur

2. Kadar Oksigen yang terlarut

Menurut Chandra tahun 2006, air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor- faktor yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Mutu atau kualitas baku 2. Jumlah atau kuantitasnya 3. Kontinuitasnya

Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Sumber-sumber air permukaan antara lain, sungai, selokan, rawa, parit, bendungan, danau, laut, dan air terjun. Air permukaan meliputi air sungai dan air rawa/danau. Air permukaan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Air Sungai

Pada umumnya, air sungai mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali sehingga dibutuhkan tingkat pengolahan sebelum digunakan. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno, 2006).

2. Air Rawa / Danau

Adanya zat-zat organis yang telah membusuk membuat kebanyakan air rawa berwarna misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali. Apabila kandungan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh alga (lumut) dikarenakan adanya sinar matahari dan O2. Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu, misalnya dibagian tengah agar endapan-endapan

16

Fe dan Mn tidak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada pada permukaan rawa/telaga (Sutrisno, 2006).

2.3.4 Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian dan kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral seperti magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi yang menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa (Chandra, 2006).

Menurut Effendi tahun 2003, karakteristik perbedaan air tanah dan air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time). Daerah di bawah tanah yang terisi air disebut daerah saturasi (zona saturation). Pada daerah saturasi, setiap pori tanah dan batuan terisi air yang merupakan air tanah (groundwater). Batas atas daerah saturasi disebut water table yang merupakan peralihan antara saturasi yang banyak mengandung air dan daerah belum saturasi/jenuh (unsaturatedose zone) yang masih mampu menyerap air. Jadi, daerah saturasi berada di bawah daerah unsaturated (Gambar 2.2)

Permukaan Tanah Daerah Unsaturated (tak jenuh) Water table Air tanah/Groundwater (Daerah saturasi) Lapisan tanah bagian bawah

Gambar 2.2 Penampang melintang tanah dan posisi air tanah (groundwater) di dalam tanah (modifikasi Miller, 1992)

2.3.4.1 Kedudukan air tanah

Menurut Sutrisno (2004), air tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terdapat pada lapisan dengan kedalaman 15 meter. Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.

Air tanah dangkal diperoleh dari sumur dangkal. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari

18

kegiatan masak-cuci-kakus (MCK). Keadaan ini dapat menjadi sumber pencemaran air sehingga persayaratan sanitasi yang ada perlu diperhatikan.

Hal-hal yang harus diketahui dalam pembuatan sumur dangkal ini adalah: 1. Sumur harus diberi tembok rapat air 3 meter dari muka tanah, agar

pengotoran oleh air permukaan dapat dihindarkan.

2. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1-1,5 m untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.

3. Pada lantai harus diberi saluran pembuangan air kotor, agar air kotor dapat tersalurkan dan tidak mengotori sumur.

4. Pengambilan air sebaliknya dengan pipa kemudian air dipompa keluar. 5. Pada bibir sumur hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 m.

Air tanah dangkal sebagai air minum bila ditinjau dari segi kualitas sedikit kurang baik. Kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim.

2. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam atau air artesis adalah air yang berada pada kedalaman 100-300 meter. Air ini terdapat diantara dua lapisan kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Jika tekanan air tanah ini besar maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur

ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

Pada umumnya, kualitas dari air tanah dalam lebih baik dari air dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapisan tanah yang dilalui. Kualitas pada air tanah secara umum mencukupi (tergantung pada lapisan keadaan tanah) dan sedikit pengaruh oleh perubahan musim.

3. Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam. Mata air biasanya mempunyai kualitas yang baik jika air itu berasal dari suatu akuifer dan bukannya rembesan air sungai yang baru menempuh jarak pendek. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memelihara atau mempertahankan kualitas air yang baik ini dengan cara melindungi mata air dan sekelilingnya dari kontaminasi kotoran manusia dan binatang.

Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng dan umbul dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran. Berdasarkan keluarnya mata air dapat dibedakan atas :

20

b. Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu dataran.

2.3.4.2 Kualitas Fisik Air Tanah

Kualitas fisik air tanah akibat penyaringan secara alamiah akan tergantung pada:

a. Porositas tanah, yaitu semakin besar porositas tanah semakin besar kemampuan lapisan tanah untuk menyimpan air dan semakin besar pori-pori tanah semakin mudah dilalui air tanah.

b. Permeabilitas tanah, semakin besar permeabilitas tanah semakin mudah lapisan tanah itu dilalui air tanah, sehingga bahan-bahan kimia yang terlarut ataupun tersuspensi dalam air tanah lolos melalui pori-pori tanah.

c. Jenis batuan dalam tanah, karena batuan tersebut dapat mengandung berbagai bahan kimia, diantaranya ada yang mudah larut dalam air. Larutan zat kimia tersebut dalam air tanah dapat memengaruhi kualitas air tanah. Misalnya lapisan tanah yang mengandung zat besi yang berlebihan sehingga air tanah dapat berbau, berwarna dan berasa (Sutrisno T, 2006).

2.3.4.3 Kualitas Kimia Air Tanah

Susunan unsur-unsur kimia air tanah tergantung pada lapisan-lapisan tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah karena

mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. Jika melalui batuan granit maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO2dan Mn(HCO)3(Sutrisno, 2006).

2.4 Pengertian Sumur

Sumur merupakan bentuk upaya manusia untuk mendapatkan air bersih dengan cara menyadap air tanah melalui lubang yang digali vertikal dari permukaan hingga mencapai lapisan air tanah/akuifer. Air sumur merupakan air tanah yang disadap melalui lubang yang digali vertikal dari permukaan hingga mencapai lapisan air tanah/akuifer (Kusnaedi, 2000).

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan merupakan kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah sedangkan sumur air minum berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan (Kusnaedi, 2000).

2.4.1 Pengertian Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan. Sumur gali biasanya mempunyai kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Dari segi kesehatan, penggunaan sumur gali kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan. Menurut Chandra tahun 2006, untuk membuat sumur sanitasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

22

1. Lokasi

Langkah pertama adalah menentukan tempat yang tepat untuk membangun sumur. Sumur harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya.

2. Dinding sumur

Dinding sumur harus dilapisi dengan batu yang disemen. Pelapisan dinding tersebut paling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah. 3. Dinding parapet

Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur.

4. Lantai kaki lima

Lantai kaki lima harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1 meter ke seluruh jurusan melingkar sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat ke arah tempat pembuangan air (drainase).

5. Drainase

Drainase atau saluran pembuangan air harus dibuat menyambung dengan parit agar tidak terjadi genangan air di sekitar sumur.

6. Tutup sumur

Sumur sebaiknya ditutup dengan penutup terbuat dari batu terutama pada sumur umum. Tutup semacam itu dapat mencegah kontaminasi langsung pada sumur.

7. Pompa tangan/listrik

Sumur harus dilengkapi dengan pompa tangan/listrik. Pemakaian timba dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi. 8. Tanggung jawab pemakai

Sumur harus dijaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat karena kontaminasi dapat terjadi setiap saat.

9. Kualitas

Kualitas air perlu dijaga melalui pelaksanaan pemeriksaan fisik, kimia, maupun pemeriksaan bakteriologis secara teratur.

2.5 Kegunaan Air

Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan (Sutrisno, 2004).

Menurut Wardhana tahun 2004, air digunakan sebagai : 1. Air untuk minum

2. Air untuk keperluan rumah tangga 3. Air untuk industri

4. Air untuk mengairi sawah

5. Air untuk kolam perikanan, dan lain-lain

Menurut Alamsyah tahun 2007, manfaat air bagi tubuh manusia adalah : 1. Membantu proses pencernaan

24

3. Mengangkut zat-zat makanan 4. Menjaga keseimbangan suhu tubuh

2.6 Hubungan Air dan Penyakit

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya, yaitu:

1. Waterborne disease 2. Waterwashed mechanism 3. Water-bashed mechanism

4. Water-related insect vector mechanism

2.7 Persyaratan Air 2.7.1 Syarat Kuantitas

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam semesta berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga, diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007). Jadi untuk negara yang sudah maju kebutuhan air pasti lebih besar dari kebutuhan air negara berkembang (Sutrisno, 2006).

2.7.2 Syarat Kualitas

Air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib diuji kualitas airnya. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, radioaktif dan kimia tertera pada lampiran 1 dan 2.

2.7.2.1 Parameter Mikrobiologi

Menurut Sutrisno tahun 2006, air minum dan air bersih tidak boleh megandung bakteri-bakteri patogen sama sekali dan tidak mengandung bakteri golongan Coli melebihi batas yang ditentukan yaitu 0 Coli/100mL air. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (feaces) dan tanah. Bakteri patogen yang memungkinkan ada alam air antar lain adalah :

1. Bakteri typhsum 2. Vibrio colerae 3. Bakteri dysentriae 4. Entamoba hystolotica 5. Bakteri enteritis

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologis, tidak langsung apakah air itu mengandung bakteri patogen tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli.

Menurut Fardiaz tahun 1992, air merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan. Jumlah dan jenis

26

mikroorganisme yang terdapat di dalam air bervariasi tergantung dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sumber air

Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air tersebut, misalnya air atmosfir, air tanah, air permukaan, air tergenang, air laut dan sebagainya.

2. Komponen nutrien dalam air

Air, terutama air buangan sering mengandung komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Seperti contoh, air yang mengandung besi dalam jumlah tinggi sering ditumbuhi oleh bakteri besi yaitu Ferrobacillus (F. ferrooxidans). Mikroorgansime yang bersifat saprofit organiktrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan. Semua air secara alamiah juga mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan mikroogranisme di dalam air.

3. Komponen beracun

Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air tesebut. Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari sampah-sampah organik bersifat beracun bagi ganggang dan mikroorganisme lainnya. Komponen-komponen metalik, asam-asam organik maupun anorganik, akolhol, antibiotik, khlorin, dan sebagainya dapat membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainnya di dalam air.

Dokumen terkait