• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

9 BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG PENGENDALIAN INTERN

A. Pengertian Sistem

Pengertian sistem yang diuraikan oleh beberapa pakar akuntansi pada dasarnya mempunyai persamaan. Suadi Arief memberikan definisi sistem sebagai berikut ini.

Sistem adalah sekelompok komponen yang masing-masing saling menunjang, saling berhubungan maupun tidak yang keseluruhannya merupakan sebuah kesatuan (Suadi Arief, 1995 : 1).

Adapun pengertian sistem menurut Mulyadi adalah “Sekelompok elemen yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya, yang berfungsi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1989 : 5).

Kesimpulan yang dapat diambil dari dua pengertian di atas adalah bahwa sistem merupakan sekelompok elemen atau komponen yang merupakan sebuah kesatuan dan berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Pengertian Pengendalian

Definisi pengendalian menurut Anthony dan Dearden adalah “mengarahkan seperangkat variabel (mesin, manusia, peralatan) ke arah tercapainya sasaran atau tujuan.” Pengertian pengendalian yang hampir sama dengan Anthony yaitu “Proses untuk membuat sebuah organisasi mencapai tujuan (Suadi Arief, 1995 : 1).

Pengertian yang diberikan oleh pakar-pakar akuntansi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian merupakan suatu proses untuk menjalankan seperangkat variabel yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan.

C. Pengertian Pengendalian Manajemen

Sebagai salah satu pakar akuntansi, Anthony dan Dearden memberikan pengertian pengendalian manajemen berikut ini.

Pengendalian manajemen adalah semua metode, prosedur dan siasat, termasuk sistem pengendalian manajemen, yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategi dan kebijaksanaan organisasi (Suadi Arief, 1995 : 1).

Adapun pengertian pengendalian manajemen menurut Suadi Arief adalah berikut ini.

Semua usaha yang menjamin sumber daya perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan atau proses untuk mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu (Suadi Arief, 1995 : 1).

Dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian manajemen merupakan semua usaha yang digunakan untuk menjamin bahwa organisasi melaksanakan strategi tertentu untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

D. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen

Supriyono dan Mulyadi memberikan definisi sistem pengendalian manajemen adalah ”Sistem yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi anggota organisasi lain guna melaksanakan strategi perusahaan secara efektif dan efisien.” (Supriyono dan Mulyadi, 1998 : 26).

11

Adapun pengertian sistem pengendalian manajemen yang diberikan oleh Suadi Arief adalah berikut ini.

Sebuah sistem yang terdiri dari beberapa anak sistem yang saling berkaitan, yaitu pemrograman, penganggaran, akuntansi, pelaporan dan pertanggung jawaban untuk membantu manajemen mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan agar mau mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif dan efisien (Suadi Arief, 1995 : 2).

Dua pengertian tersebut pada dasarnya tidak mempunyai perbedaan yang berarti, yang intinya sumber daya manusia merupakan alat pengendalian yang baik bagi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan dalam proses sebagai perencanaan strategis. Dalam perencanaan strategis ini manajemen menetapkan tujuan perusahaan dan memutuskan beberapa strategi untuk mencapai tujuan tersebut, yang dalam hal ini manajemen memerlukan suatu sistem untuk mengalokasikan penggunaan sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Efektifitas menjelaskan kesesuaian antara sistem keluaran dengan tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan efisiensi menjelaskan rasio antara masukan dengan keluaran sistem tersebut.

Sistem pengendalian paling sedikit terdiri dari empat komponen sebagai berikut ini (Maulana Agus, 1991 : 5).

1. Alat pengamatan yang mendeteksi atau mengamati dan mengukur atau menggambarkan kegiatan-kegiatan atau kejadian-kejadian lain yang dikendalikan. Alat ini disebut observer atau detector.

2. Alat untuk menilai hasil suatu kegiatan dan mengidentifikasikan keadaan atau kegiatan yang tidak dapat dikuasai. Alat ini disebut evaluator assesor atau selector.

3. Alat modifikasi perilaku untuk mengubah prestasi bila diperlukan. Alat ini disebut dengan director atau efector.

4. Alat untuk menyebarluaskan informasi ke alat-alat lain atau disebut dengan jaringan komunikasi.

Suatu sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses. Struktur pengendalian manajemen meliputi pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba dan pusat pertanggungjawaban. Proses adalah seperangkat tindakan yang dilaksanakan dalam konteks sistem pengendalian manajemen, proses adalah seperangkat tindakan yang dilaksanakan oleh manajer atas dasar informasi yang mereka terima. Dalam proses pengendalian manajemen dikenal dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal meliputi tahap penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisa. Komunikasi informal terjadi melalui memo, pertemuan-pertemuan, percakapan-percakapan dan sering melalui tanda-tanda seperti ekspresi raut wajah, sedangkan struktur adalah pengaturan organisasi yang mengalir antar unit-unit tersebut.

Untuk mendukung berjalannya proses pengendalian manajemen, suatu organisasi atau perusahaan menggunakan manajer sebagai sasarannya, yaitu sebagai pelaksana pengendalian manajemen yang mempengaruhi orang lain agar mencapai tujuan perusahaan. Para manajer saling berinteraksi dan memutuskan tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai organisasi dan menjamin bahwa kegiatan-kegiatan tersebut sudah terorganisasi dengan baik. Atas dasar uraian di atas dapat kita menarik kesimpulan bahwa sistem pengendalian manajemen diperlukan dalam semua jenis organisasi, baik organisasi yang berorientasi laba maupun yang tidak berorientasi pada laba.

Perbankan sebagai organisasi yang menghimpun dan menyalurkan dana juga memerlukan pengendalian manajemen untuk mengendalikan usaha-usaha yang dikelola, serta mempengaruhi karyawan untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan yang diharapkan.

13

Pengertian bank dan Bank Perkreditan Rakyat menurut UU Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 adalah berikut ini.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Fungsi bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 2 adalah sebagai perhimpun dan penyalur dana masyarakat.

Adapun tujuan bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 3 adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Usaha yang dilakukan oleh BPR menurut pasal 13 UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah berikut ini.

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. Perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi masyarakat utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

E. Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen

Pengendalian meliputi tindakan untuk menuntut dan memotivasi usaha pencapaian tujuan maupun tindakan untuk mendeteksi pelaksanaan pengendalian manajemen secara efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen yang diperlukan untuk yang satu dengan yang lain berbeda, namun semua sistem tampaknya mempunyai karakteristik yang sama sebagai berikut ini.

1. Sistem pengendalian manajemen dipusatkan pada program-program dan pusat-pusat pertanggungjawaban.

Suatu program dapat berupa proyek-proyek, lini produk, penelitian dan pengembangan, atau kegiatan-kegiatan serupa yang dilakukan organisasi untuk mencapai tujuannya.

2. Informasi yang diproses dalam sistem pengendalian manajemen terbagi dalam dua jenis, yaitu data yang terencana yang berupa program, anggaran dan standar, serta data aktual (data sesungguhnya), yaitu data yang benar-benar terjadi, baik dalam organisasi maupun dari luar organisasi.

3. Sistem pengendalian manajemen adalah sistem organisasi total yang merangkum semua aspek dalam operasi organisasi. Fungsinya adalah membantu manajemen memelihara keseimbangan di antara bagian-bagian operasi dan mengoperasikan organisasi secara terkoordinasi. 4. Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen

cenderung mengikuti pola dana jadwal tertentu.

5. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang terkoordinasi dan terpadu, di mana data yang terkumpul digabungkan untuk saling dibandingkan setiap saat pada setiap unit organisasi. 6. Sistem pengendalian manajemen biasanya berhubungan erat dengan

struktur keuangan di mana kegiatan-kegiatan dan sumber daya organisasi dinyatakan dalam satuan uang (Suadi Arief, 1995 : 2).

F. Proses Pengendalian Manajemen

Proses pengendalian manajemen adalah seperangkat tindakan yang dilaksanakan manajer atas dasar informasi yang diterima. Tahap-tahap utama dalam proses pengendalian adalah penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisa (Supriyono dan Mulyadi, 1998 :75).

15

1. Penyusunan Program

Penyusunan program atau pemrograman adalah proses pengambilan keputusan mengenai program-program yang akan dilakukan untuk melaksanakan strategi perusahaan dan taksiran pemakaian sumber-sumber yang akan digunakan dalam setiap program tersebut. Sedang pemrograman adalah kegiatan pokok yang direncanakan organisasi untuk melaksanakan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategi.

a. Hubungan penyusunan program dengan perencanaan strategi

Perencanaan strategik disusun terlebih dahulu sebelum penyusunan program. Dalam proses perencanaan strategik, manajemen memutuskan tujuan organisasi, mengubah tujuan organisasi yang perlu dan menentukan strategik pokok untuk mencapai tujuan tertentu. Secara konseptual, penyusunan program didasarkan pada tujuan dan strategi yang telah ditentukan dalam proses perencanaan strategik, sehingga penyusunan program terbatas pada penentuan program-program yang disusun untuk melaksanakan strategi dan mencapai tujuan secara efektif.

b. Hubungan penyusunan program dengan penyusunan anggaran.

Penyusunan program dan penyusunan anggaran merupakan proses perencanaan, tetapi penyusunan program mempunyai beberapa perbedaan dengan penyusunan anggaran.

Perbedaan penyusunan program dan penyusunan anggaran adalah sebagai berikut ini.

1) Penyusunan program dipusatkan pada jangka waktu beberapa tahun sedangkan penyusunan anggaran dititikberatkan pada jangka waktu satu tahun.

2) Penyusunan program mendahului penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran berdasarkan program yang telah disyahkan dan memandang program sebagai sesuatu yang telah ditentukan terlebih dahulu.

3) Program biasanya disusun sesuai jenis atau kelompok produk, sedangkan anggaran disusun menurut pusat pertanggungjawaban. Proses penyusunan program terdiri dari tiga kegiatan pokok yang meliputi berikut ini.

a) Analisa usulan program baru.

Usulan program baru dapat bersifat reaktif dan proaktif jika program tersebut sebagai reaksi terhadap tantangan yang dihadapi, sedangkan program bersifat proaktif jika perusahaan berinisiatif merencanakan kesempatan-kesempatan baru.

Usulan program baru dapat berasal dari semua jenjang organisasi, seperti pimpinan, staf perencana atau dari karyawan. Karena kesuksesan suatu organisasi sebagian besar bergantung atas kemampuan untuk menentukan dan mewujudkan program-program baru, maka manajemen perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan ide-ide tersebut dapat terlaksana.

Untuk organisasi yang berorientasi pada laba tetapi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, usulan program baru diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan

17

organisasi yang mencari laba dan diarahkan pada program-program yang mendukung tercapainya laba maksimal.

b) Analisa program yang sedang berjalan.

Analisa program yang sedang berjalan (on going program review) adalah peninjauan secara kesinambungan dan sistematik untuk menjamin bahwa kondisi lingkungan luar yang baru telah diprediksikan dan tindakan yang tepat telah ditetapkan.

Penelaahan program yang sedang berjalan biasanya menggunakan penelahaan dasar nol (zero based review) yaitu penentuan sumber atau biaya program yang sudah dikeluarkan sampai saat ditelaah. c) Sistem penyusunan program formal.

Setiap organisasi harus menelaah program yang sedang berjalan dan membuat keputusan pengusulan program baru yang sebaiknya melalui sistem penyusunan program yang formal. Program formal dimaksudkan untuk dapat tersusunnya program ke dalam satu kesatuan rencana organisasi sehingga hasilnya dapat mengoptimalkan pemanfaatan organisasi secara keseluruhan. Langkah-langkah dalam proses penyusunan program formal meliputi tiga tahap, yaitu “penyusunan asumsi-asumsi dan pedoman, penyusunan rencana, serta penyajian dan persetujuan rencana (Mulyadi, 1989 : 33).

(1) Penyusunan asumsi-asumsi dan pedoman

Proses penyusunan program secara formal dimulai dengan penyajian garis besar dan asumsi-asumsi yang terpengaruh atas

penyajian program. Garis pedoman dibuat oleh manajemen puncak yang terdiri dari tujuan organisasi asumsi lingkungan luar dan kebijaksanaan yang harus diikuti dalam penyajian program. Kemudian garis pedoman ini dikirim kepada manajer unit untuk dipelajari yang barangkali ada usulan perbaikan, setelah diskusi, asumsi dan pedoman yang telah diperbaiki disebarluaskan.

(2) Penyusunan rencana

Atas dasar garis pedoman dan asumsi yang telah ditetapkan, setiap unit kemudian menyusun rencana program untuk beberapa tahun yang akan datang. Sebagai titik awal dimulainya, dapat diambil pedoman dari program yang telah disusun tahun-tahun lalu. Pada tahap inilah diterima usulan program baru dan menganalisa program yang telah berjalan serta memperkirakan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.

(3) Penyajian dan persetujuan rencana

Rencana yang disusun divisi atas dasar pedoman, asumsi dan kebijakan yang telah ditentukan oleh Kantor Pusat selanjutnya ditelaah oleh manajemen puncak dan didiskusikan antara manajemen puncak dengan manajer divisi yang bersangkutan. Setelah selesai didiskusikan, staff kantor pusat menggabungkan rencana yang disusun oleh semua divisi yang ada pada

19

perusahaan sebagai kesatuan. Penggabungan ini dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan timbulnya kesenjangan perencanaan (planning gap). Kesenjangan perencanaan atau planning gap adalah suatu kondisi gabungan perencanaan devisi yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya sistem penyusunan program formal adalah sebagai berikut (Supriyono dan Mulyadi, 1998 : 75).

(1) Manajemen puncak memiliki dasar yang lebih baik untuk membuat perhitungan mengenai keseimbangan menyeluruh di antara berbagai bagian dalam suatu perusahaan.

(2) Implikasi atau konsekuensi masa depan yang ditunjukkan oleh sistem formal dapat digunakan sebagai titik awal dalam menganalisis usulan program baru.

(3) Dapat menyediakan kerangka acuan penyusunan anggaran tahunan.

(4) Dapat mendorong manajer pada semua tingkat untuk berpikir lebih mendalam dan sistematik mengenai masa depan dan menghindarkan mereka dari kecenderungan hanya mengutamakan masalah yang mendesak.

2. Penyusunan Anggaran

Pengertian anggaran menurut Supriyono (1987 : 94) berikut ini.

Suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan

diperoleh dan lingkungan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun.

Pada penyusunan anggaran, program-program diterjemahkan ke dalam anggaran sesuai dengan tanggung jawab tiap-tiap manajer dalam melaksanakan program-program atau bagian dari program dalam proses penyusunannya manajer puncak pertanggungjawaban berperan serta dalam menyusun usulan program serta mengadakan negosiasi dengan manajer di atasnya yang memberikan peran kepadanya. Oleh karena itu anggaran yang telah disyahkan merupakan kesanggupan atau komitmen manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran.

a. Fungsi dan manfaat anggaran.

Sebagai alat pengendalian, anggaran dipakai pegangan oleh manajer puncak pertanggungjawaban dalam menjalankan operasi untuk mengadakan penilaian dari hasil-hasil yang dicapainya.

Fungsi anggaran menurut Suadi Arief (1995 : 81) adalah berikut ini. 1) Perbaiki program, strategi, sasaran dan tujuan perusahaan.

2) Menentukan wewenang dan tanggung jawab pusat pertanggung jawaban.

3) Memaksa pusat pertanggungjawaban untuk melakukan koordinasi. 4) Menjadi dasar untuk menilai kinerja pusat pertanggungjawaban.

Manfaat penyusunan anggaran bagi organisasi atau perusahaan antara lain berikut ini (Supriyono dan Mulyadi, 1998 : 81).

1) Membantu manajemen dan mengkoordinir rencana jangka pendek. 2) Alat untuk mengkomunikasikan rencana kepada berbagai manajer

21

3) Memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan atau sasaran pusat pertanggungjawaban yang dipimpin.

4) Alat pengukur pengendalian kegiatan yang sedang berjalan.

5) Dasar penilaian prestasi pusat pertanggungjawaban dan para manajer. 6) Alat pendidikan manajer.

b. Keunggulan, keterbatasan dan syarat-syarat anggaran

Anggaran dihasilkan oleh proses penyusunan anggaran. Pemakaian anggaran memberikan beberapa keunggulan pada organisasi atau unit organisasi sebagai berikut (Mulyadi, 1989 : 94).

1) Menyediakan suatu pendekatan disiplin untuk menyelesaikan masalah. 2) Membantu manajemen membuat studi awal terhadap masalah-masalah

yang dihadapi oleh suatu organisasi dan membiasakan manajemen untuk mempelajari dengan seksama suatu masalah sebelum diputuskan.

3) Menyediakan cara-cara untuk memformulasikan usaha perencanaan. 4) Menutup kemacetan potensial sebelum kemacetan tersebut terjadi. 5) Membantu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan penyusunan

rencana operasi berbagai bagian yang ada pada organisasi sehingga keputusan akhir dan rencana-rencana tersebut dapat terintegrasi dan komprehensif.

6) Mengembangkan iklim “sadar laba” dalam perusahaan, mendorong sikap kesadaran terhadap pentingnya biaya dan memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber perusahaan.

7) Mengkoordinasikan, menghubungkan dan membantu mengarahkan investasi dan semua usaha-usaha organisai ke saluran yang paling menguntungkan.

8) Mendorong suatu standar prestasi yang tinggi dengan membangkitkan semangat bersaing yang sehat, menimbulkan perasaan berguna, dan menyediakan perangsang (insentif) untuk pelaksanaan yang efektif. 9) Menyediakan tujuan atau sasaran yang merupakan alat pengukur atau

standar mengukur prestasi dan ukuran pertimbangan manajemen dan sikap eksekutif secara individual.

10) Memberikan kesempatan kepada organisasi untuk meninjau kembali secara sistematis terhadap kebijaksanaan dan pedoman dasar yang sudah ditentukan.

Meskipun anggaran memiliki banyak keunggulan, namun anggaran juga memiliki keterbatasan sebagai berikut ini (Supriyono, 1998 : 346).

Ketidaktepatan estimasi mengakibatkan manfaat perencanaan tidak optimal.

2) Anggaran disusun berdasarkan kondisi dan situasi tertentu.

Jika kondisi dan asumsi yang mendasarinya berubah maka perencanaan dan anggaran harus dikoreksi.

3) Anggaran berfungsi sebagai alat manajemen hanya jika semua pihak terutama para manajer terus bekerjasama dan berusaha mencapai tujuan.

4) Perencanaan dan anggaran tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan pertimbangan manajemen.

Anggaran dapat berhasil jika memenuhi syarat-syarat berikut ini (Supriyono, 1998 : 348).

1) Adanya organisasi yang sehat yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan arus wewenang dan tanggungjawab secara tegas. 2) Terdapat sistem akuntansi memadai.

Sistem ini meliputi berikut ini.

a) Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat memperbandingkan dan dihitung penyimpangannya.

b) Pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi anggaran.

c) Laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban. d) Adanya penelitian dan analisa.

Hal ini diperlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisa prestasi.

c. Jenis Anggaran

Anggaran dapat dibuat untuk setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan. Dalam

manajemen dikenal istilah anggaran induk atau master budget, yaitu jaringan kerja yang berisi

berbagai macam anggaran yang terpisah namun saling berhubungan satu sama lain.Anggaran

induk terbagi menjadi tiga, yaitu “Anggaran kas dan anggaran pengeluaran modal” (Suadi

Arief, 1995 : 151).

1) Anggaran Operasi.

Anggaran ini menunjukkan rencana operasi tahun mendatang dan meliputi anggaran pendapatan, biaya, persediaan dan elemen modal kerja lainnya.

23

Penyusunan anggaran operasi merupakan proses akuntansi dan manajemen. Proses akuntansi merupakan studi terhadap mekanisme, prosedur pengumpulan data dan penyusunan anggaran, sedangkan proses manajemen merupakan proses penentuan peran manajer dalam melaksanakan program atau bagian dari program.

2) Anggaran Kas.

Digunakan untuk tujuan perencanaan keuntungan organisasi atau unit organisasi.

3) Anggaran pengeluaran modal.

Merupakan daftar rencana yang telah disetujui oleh manajemen puncak mengenai proyek pemilihan fasilitas dan peralatan baru serta taksiran biaya setiap proyek-proyek dan saat pengeluaran modal tahun anggaran.

3. Pelaksanaan dan Pengukuran

Pelaksanaan dan pengukuran merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh manajer pusat pertanggungjawaban setelah anggaran disyahkan oleh manajer puncak. Pelaksanaan dan pengukuran anggaran meliputi berikut ini (Supriyono dan Mulyadi, 1998 : 87).

a. Pelaksanaan anggaran di dalam kegiatan sesungguhnya.

b. Pengukuran dan pencatatan sumber-sumber yang sesungguhnya dipakai dan penghasilan yang sesungguhnya diperoleh.

c. Pelaporan dan pelaksanaan anggaran tersebut kepada manajer yang bertanggungjawab dalam bentuk perbandingan antara program, anggaran dan realisasi.

d. Analisa terhadap penyimpangan realisasi dari anggaran-anggaran untuk menemukan penyebab terjadinya penyimpangan tertentu. Analisa ini dipakai sebagai dasar penilaian terhadap para manajer pusat pertanggungjawaban.

Dalam rangka evaluasi pelaksanaan program dan penilaian prestasi pusat pertanggungjawaban, akuntasi menggolongkan informasi menurut program.

Kegiatan ini berhubungan dengan pengukuran efisiensi dan efektivitas penggunaan bahan, tenaga kerja dan sumber keuangan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Anggaran pada dasarnya merupakan patokan (standar) yang akan dipakai sebagai alat untuk mengukur sejauh mana unit-unit kerja tersebut berhasil atau gagal dalam melaksanakan kegiatannya.

Dalam pengukuran dan pencatatan pelaksanaan anggaran, data mengenai biaya dan penghasilan dikelompokkan menjadi dua yaitu berikut ini.

a. Data yang berhubungan dengan program

Data yang dikelompokkan menurut program akan digunakan sebagai dasar untuk di masa yang akan datang.

b. Data yang berhubungan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban.

Data ini digunakan untuk mengukur prestasi manajer pusat-pusat pertanggungjawaban dengan organisasi di mana ia bekerja serta hubungan dengan masyarakat.

Efisiensi dan efektifitas dalam mengalokasikan sumber daya perusahaan dalam mencapai tujuan diukur dalam tahap ini. Pengukuran merupakan perbandingan antara angka hasil realisasi dengan angka-angka patokan yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah prestasi pusat-pusat pertanggungjawaban tertentu memuaskan atau tidak. Proses pengukuran meliputi langkah-langkah yaitu menetapkan tujuan berdasarkan kesempatan

25

yang ada dan kondisi-kondisi yang diharapkan akan terjadi kemudian menetapkan suatu sistem pengukuran dan pengembangan ukuran-ukuran yang sesuai hasil yang terjadi, kemudian dibandingkan dengan standar, diukur dan diinterprestasikan. Tindakan perbaikan dilakukan bila perlu, oleh karena itu setiap perusahaan mempunyai sistem pengukuran yang berbeda-beda dan ada banyak ukuran tentang suatu perusahaan maka yang menjadi pertimbangan

Dokumen terkait