• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

Mengingat hasil penelitian belum maksimal menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu melakukan pemberian ASI Eksklusif, maka dengan ini disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi petugas kesehatan di wilayah Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo diberikan pelatihan supaya memiliki kesadarn yang tinggi untuk melaksanakan IMD setelah ibu melahirkan dan memberitahukan kepada Ibu akan pentingnya pemberian IMD dan pemberian ASI Eksklusif melalui penyuluhan langsung ataupun secara individu.

2. Bagi masyarakat khususnya kepada ibu yang mempunyai anak bayi dibawah umur 6 bulan agar dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

3. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan skala penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan hasil penelitian terbaru yang lebih akurat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Kristiyansari, 2009). Sedangkan ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula) yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia enam bulan (Sulistyawati, 2009).

ASI Eksklusif adalah ASI (air susu ibu) tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui ASI (Yuliarti, 2010). Pemberian ASI Eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Menurut Hubertin (dalam Purwanti, 2004) menyatakan bahwa tidak ada makanan di dunia ini yang sempurna seperti ASI. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual (Roesli, 2004)

Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai dengan bayi berumur enam bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu susu

formula, air matang, jus buah, air gula, dan madu. Vitamin, mineral, maupun obat dalam bentuk tetes atau sirup tidak termasuk dalam makanan tambahan (Dee, 2007; Pearl et all, 2004 dalam Pertiwi, 2012).

2.1.2 Klasifikasi ASI

ASI dibedakan dalam 3 (tiga) stadium yaitu: kolostrum, air susu transisi, dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan ASI matur (Maryunani, 2012).

1). Kolostrum

Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuning-kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Brown, 2004; Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012)

2). ASI Transisi

ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air, dan semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring

dengan lamanya menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).

3). ASI Matur/matang

ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi menyusui, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et all, 2000; Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).

Tabel 2.1 Komposisi ASI, ASI transisi dan ASI matur

Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur

Energi (Kgkal) 57,0 63,0 65,0

Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0

Protein (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8

Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2

2.1.3 Kandungan ASI

ASI memiliki kandungan nutrisi yang sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung vitamin lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K sehingga setelah lahir biasanya bayi diberikan tambahan vitamin K dari luar (Maryunani, 2012).

ASI memiliki kandungan-kandungan nutrisi antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral, air dan vitamin (Purwanti, 2004).

1). Karbohidrat

ASI mengandung karbohidrat yang relatif lebih tinggi daripada susu sapi. Karbohidrat yang utama terdapat pada ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini akan difermentasi menjadi asam laktat yang akan memberikan kondisi asam dalam usus bayi. Suasana asam ini akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis, memacu pertumbuhan mikoroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin, memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat, serta mempermudah absorbsi mineral seperti kalsium, fosfor, dan magnesium.

Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan kebutuhan nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan mielin (selaput pembungkus sel saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang (Purwanti, 2004) 2). Protein

Protein dalam ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein ASI merupakan kelompok protein whey (protein yang bentuknya lebih

halus). Sulistyawati (2009) menyatakan bahwa jumlah protein dalam ASI pada bulan pertama berkisar 1,3 g/ml dengan rata-rata 1,15 g/100ml dihitung berdasarkan total nitrogen x 6,25.

3). Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi secara otomatis. Lemak selain diperlukan dalam jumlah sedikit sebagai energi, juga digunakan oleh otak untuk membuat mielin, sedangkan mielin merupakan zat yang melindungi sel saraf otak dan akson agar tidak mudah rusak bila terkena rangsangan

4). Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai usia enam bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.

5). Air

ASI terdiri dari 88% air. Air berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi (Soetjiningsih, 2001).

6). Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap, vitamin A, D, dan C cukup, sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam panthothenik kandungannya kurang (Soetjiningsih, 2001).

Berikut ini adalah perbandingan komposisi nutrisi dalam kolostrum, ASI dan susu sapi

Tabel 2.2

Perbandingan komposisi gizi dalam Kolostrum, ASI, dan Susu sapi Zat gizi per 100 ml Satuan Kolostrum ASI ( > 30 hari) Susu Sapi

Energi Kka 58 70 65 Protein Gr 2,3 1,1 3,3 Casein Mg 0,5 0,4 0,8 Alpha- lactalbumin Mg 140 187 Laktoferin Mg 330 167 Secretory IgA Mg 364 162 Lemak G 2,9 2,9 3,8 Laktosa G 5,3 5,3 4,7 Kalsium Mg 28 28 120 Vitamin A Mg retinol 151 151 40

Sumber: Program Manajemen Laktasi- Perinasia, 2006) 2.1.4 Proses Pembentukan ASI (laktasi)

Ramaiah (2006) mengatakan bahwa proses pembentukan ASI dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

1). Mammogenesis (persiapan payudara)

Selama kehamilan jumlah unit penghasil ASI dalam payudara dan salurannya mengalami pertumbuhan yang cepat. Hal ini terjadi karena pengaruh campuran dari hormon estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh indung. telur, prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari di dalam otak dan hormon

pertumbuhan. Prolaktin adalah hormon yang paling penting dalam proses produksi ASI.

2). Laktogenesis (sintesis dan produksi dari alveolus dalam payudara)

Jumlah kecil produksi payudara mulai terkumpul selama kehamilan, namun pengeluaran ASI yang sesungguhnya akan dimulai dalam waktu tiga hari setelah persalinan. Hal ini terjadi karena selama kehamilan hormon progesteron dan estrogen membuat payudara tidak responsif terhadap prolaktin. Setelah persalinan ketika hormon estrogen dan progesteron berkurang, payudara yang telah berkembang sepenuhnya mengeluarkan ASI sebagai akibat dari tindakan prolaktin

3). Galaktogenesis (pengeluaran ASI dari puting)

ASI yang terkumpul dalam payudara dikeluarkan melalui dua mekanisme yaitu pengisapan oleh bayi dan aliran ASI dari alveolus ke saluran ASI. Meningkatnya prolaktin di dalam darah merangsang kelenjar penghasil ASI dalam payudara untuk menghasilkan lebih banyak ASI. Stimulasi saraf di puting akan mengirimkan pesan refleks ke bagian belakang kelenjar pituitari, berespon dengan mengeluarkan suatu hormon yang disebut oksitosin. Oksitosin menggerakkan otot dan jaringan di sekitar kelenjar penghasil ASI. Hasilnya adalah alveolus berkontraksi dan ASI dikeluarkan ke saluran ASI.

4). Galaktopoiesis (pemeliharaan ASI)

Prolaktin adalah hormon terpenting untuk kelangsungan dan kecukupan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran prolaktin tergantung pada bayi yang

mengisap payudara, penting bagi ibu untuk memberikan ASI selama 6 bulan setelah bayi lahir

2.1.5 Tujuan Pemberian ASI Eksklusif

Tujuan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dalam Roesli (2012). Tujuan dari MDGs tersebut adalah:

1). Membantu mengurangi kemiskinan Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia disusui ASI secara Eksklusif 6 bulan maka akan mengurangi pengeluaran biaya akibat pembelian susu formula:

2). Membantu mengurangi kelaparan pemberian ASI Eksklusif membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi sampai usia 2 tahun

3). Membantu mengurangi angka kematian anak balita Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui.

2.1.6 Tahap Pemberian ASI Eksklusif

Tahap pemberian ASI Eksklusif berdasarkan rekomendasi WHO dan UNICEF Tahun 2006 dalam Maryunani (2012) adalah: menyusui dalam satu jam setelah kelahiran: menyusui secara eksklusif hanya ASI, artinya tidak ditambah makanan atau minuman lain bahkan air putih sekalipun; menyusui kapanpun bayi meminta, sesering yang bayi mau, siang dan malam; tidak menggunakan botol susu maupun empeng; mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah

dengan tangan, disaat tidak bersama anak; mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.

2.1.7 Manfaat Pemberian ASI

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur sedikitnya dua tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu, maupun masyarakat pada umumnya.

1. Bagi Bayi

Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama Immunoglobullin A (IgA) yang melindungi bayi dari berbagai infeksi terutama diare, membantu pengeluaran meconium (Hegar, Suradi, Hendarto, & Partiwi, 2008); kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan perkembangan kecerdasannya; pertumbuhan sel otak secara optimal terutama kandungan protein khusus, yaitu taurin, selain mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak susu sapi/kaleng; mudah dicerna, penyerapan lebih sempurna, terdapat kandungan berbagai enzim untuk penyerapan makanan, komposisi selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi; protein ASI adalah spesifik species sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia; membantu pertumbuhan gigi; mengandung zat antibodi mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh; mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Ini akan menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya berpotensi untuk mengasihi orang lain; bayi tumbuh optimal dan sehat tidak kegemukan atau terlalu kurus (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011); mengurangi resiko terkena

penyakit kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung; menunjang perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli (2004)

2. Bagi Ibu

Manfaat bagi ibu yakni: mudah, murah, praktis tidak merepotkan dan selalu tersedia kapan saja; mempercepat involusi/memulihkan dari proses persalinan dan dapat mengurangi perdarahan karena otot-otot di rahim mengerut, otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan akan segera berhenti; mencegah kehamilan karena kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon FSH dan ovulasi, bisa mencapai 99 %, apabila ASI diberikan secara terus-menerus tanpa tambahan selain ASI; meningkatkan rasa kasih sayang dan membuat rasa lebih nyaman; mengurangi penyakit kanker, mekanisme belum diketahui secara pasti ibu yang memberikan ASI Eksklusif memiliki resiko kanker ovarium lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011); membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan, menurunkan risiko DM Tipe 2 ( WHO, 2010; Aprilia, 2009 dalam Jafar, 2011).

3. Bagi keluarga

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah untuk merebus air, susu, dan peralatannya; jika bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan; penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi LAM (The Lactation Amenorrhea Methods) dari ASI; jika bayi sehat berarti

menghemat waktu keluarga; menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia dan keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, air panas dan lain sebagainya ketika berpergian (Prasetyono, 2012).

4. Bagi Masyarakat

Menghemat devisa Negara lantaran tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lainnya; bayi sehat membuat negara lebih sehat; penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit; memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka kematian; melindungi lingkungan karna tidak ada pohon yang digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya dan ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus diproduksi (Prasetyono, 2012).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah faktor- faktor internal dan eksternal. Faktor- faktor internal meliputi pengetahuan, sikap pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan sedangkan faktor eksternal adalah faktor budaya, dukungan suami (keluarga) dan Inisiasi Menyusui Dini (Dogkson, 2003, WHO, 1998).

2.2.1 Faktor Pengetahuan

Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI Eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif.

2.2.2 Faktor Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).

Sikap merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu. (Pretty,1986 dalam Azwar, 2005). Menurut Rusli, 2000, dengan menciptakan sikap yang positif mengenai ASI dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif.

2.2.3 Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam

pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI Ekslusif.

Berdasarkan hasil penelitian Novita (2008) menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi biasanya memiliki kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya (Pertiwi, 2012). Pendidikan tentunya erat kaitannya dengan pengetahuan. Banyak ibu yang masih belum paham mengenai proses menyusui dan manfaatnya. Pengetahuan yang cukup akan memperbesar kemungkinan sukses dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi (Damayanti, 2010).

Pernyataan ini didukung juga dengan hasil penelitian Saleh (2011) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif dimana ibu-ibu dengan pendidikan tinggi cenderung lebih cepat memberikan prelaktal dan MP-ASI dini kepada bayinya daripada ibu dengan pendidikan rendah. Dia mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi tanpa disertai pengetahuan ASI Eksklusif dapat mempengaruhi pemberian ASI

Eksklusif. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh hasil penelitian Hartatik tahun 2010, terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif, kedua faktor tersebut adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan. 2.2.4 Faktor Pekerjaan

Bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan tidak terkecuali ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui (Siregar, 2004).

Menurut Prasetyono (2012) faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah karena ibu bekerja di luar rumah sehingga tidak dapat memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada bayinya. Ibu yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga saat ini banyak sekali. Peraturan jam kerja yang ketat, lokasi tempat tinggal yang jauh dari tempat kerja, atau tidak ada fasilitas kendaraan pribadi menjadi faktor yang menghambat ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Faktor lainnya adalah ibu yang bekerja secara fisik pasti akan cepat lelah, sehingga merasa tidak punya tenaga lagi untuk menyusui, di tempat kerja jarang tersedia fasilitas tempat untuk memerah ASI yang memadai. Banyak ibu yang memerah ASI di kamar mandi, yang tentunya kurang nyaman (Damayanti, 2010).

Menurut Satoto (1990), pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya.

Secara ideal tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki “tempat penitipan bayi/anak”. Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila kondisi tidak memungkinkan maka ASI perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2000).

2.2.5 Faktor Ekonomi Keluarga (Pendapatan )

Penelitian Ambarwati (2004) berkaitan dengan kegagalan pemberian ASI Eksklusif di wilayah binaan Puskesmas Padangsari, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, disimpulkan bahwa kegagalan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah tingkat pendapatan keluarga. Faktor ekonomi (pendapatan) rumah tangga juga diduga berpengaruh pada pemberian ASI Eksklusif.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rahayu (2010), yang meneliti hubungan antara pendidikan ibu dan pendapatan orang tua dengan lama pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Pucangan Kecamatan Kartasura Surakarta. Hal yang sama

juga dikonfirmasikan oleh hasil penelitian Ernawati (2006) bahwa faktor sosial ekonomi meliputi pendapatan keluarga, pendidikan ibu, serta pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif.

2.2.6 Faktor Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. Faktor budaya yang turut memberi pengaruh terhadap keputusan ibu memberi ASI Eksklusif adalah terkait dengan aspek norma-norma kebiasaan, keyakinan dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat. Salah satu kebiasaan di tengah masyarakat yang mendorong ibu tidak memberikan ASI Eksklusif adalah karena adanya kebiasaan setelah bayi lahir, memberi makanan/ minuman berupa madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberi susu formula sejak dini. Orang tua dan keluarga juga masih terbiasa menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula. Sedangkan faktor kepercayaan yang mendorong ibu tidak memberi ASI Ekslusif adalah adanya kepercayaan bahwa kalau menyusui dapat merusak payudara dan adanya kepercayaan memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama (Afifah, 2007).

Ada beberapa ciri khas dalam kehidupan masyarakat di Desa Sukadame antara lain yaitu :

1. Menyirih

Menyirih adalah kegiatan mengunyah daun sirih yang ditambah dengan kapur, gambir dan buah pinang. Ibu-Ibu di Desa Sukadame sebagian besar memiliki

kebiasaan menyirih. Menyirih merupakan kebudayaan Suku Karo.( Pendataan Provil desa dan kelurahan tahun 2015)

2. Merokok

Merokok merupakan kebiasaan yang dilakukan sebagian besar bapak-bapak dan pemuda di Desa Sukadame. Rokok selalu disediakan dan ditawarkan di setiap upacara adat atau pesta yang diadakan sebagai tanda penghormatan. Selain itu, Desa Sukadame yang merupakan daerah dataran tinggi dan

Dokumen terkait