• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

6.2. Saran

1. Masukan kepada pihak rekam medis RSUP H Adam Malik Medan agar meningkatkan kualitas dalam pencatatan rekam medis pasien sehingga baik dalam penelitian yang menggunakan rekam medis juga dalam follow up pasien menjadi lebih baik lagi.

2. Penelitian ini diharapkan nantinya dapat diteliti lebih lanjut sebagai pendukung kemajuan dalam bidang keilmuan.

18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menginvasi tubuh yang menyerang kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga bila dibiarkan dalam jangka lama penderita yang terserang HIV akan jatuh kedalam keadaan AIDS. HIV termasuk kedalam golongan lentivirus atau retrovirus. Virus ini termasuk virus RNA. Dalam penyebarannya virus ini membutuhkan enzim reverse transkriptase agar dapat berplikasi dan menginfeksi tubuh manusia. HIV yang menginvasi tubuh manusia akan terus bereplikasi dan akan terus menyerang sel kekebalan tubuh manusia. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia melalui reseptor CD4 yang terdapat pada sel-sel kekebalan tubuh. Virus HIV terdiri dari 2 subtipe yaitu HIV1 dan HIV2. HIV1 merupakan jenis yang paling banyak menginfeksi manusia (Sudoyo A.W. et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).

2.2 Pengertian AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Bila ditinjau dari segi bahasa Acquired berarti didapat bukan penyakit turunan. Immuno berarti sistem kekebalan tubuh. Deficiency artinya kekurangan dan syndrome adalah kumpulan gejala. Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik pengertian bahwa AIDS adalah kumpulan gejala maupun penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah diserang penyakit lain yang dapat berakibat fatal (Soanes, C., 2001).

Berdasarkan Kamus Kedokteran Dorland (2006), AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik, menular yang disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus), yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas selular, dan mengenai kelompok risiko tertentu yang terinfeksi virus tersebut. Dari pengertian tersebut jelaslah dapat kita ambil suatu kesimpulan berupa AIDS adalah suatu kumpulan gejala maupun penyakit yang dihasilkan dari

19

manifestasi infeksi virus HIV yang menyebabkan depresi berat kekebalan tubuh manusia.

2.3 Epidemiologi

Saat ini HIV/AIDS merupakan penyakit pandemi dimasyarakat dunia. HIV/AIDS merupakan masalah yang sangat mendunia dan sangat kompleks. Lebih dari jutaan orang yang terkena HIV/AIDS dan hal ini sangat berpotensi untuk menyebarkan kepada orang lain. HIV/AIDS pertama kali dilaporkan oleh Center For Disease Control (CDC) di Amerika Serikat pada sekelompok kaum homoseks di California dan New York City pada tahun 1981. Sampai saat ini kasus HIV/AIDS ini masih terus berkembang dan penyebarannya juga masih terus terjadi sehingga tingginya kasus HIV/AIDS yang dijumpai pada saat ini (CDC, 2014).

2.3.1 HIV/AIDS di Dunia

HIV/AIDS dimata dunia sudah dianggap sebagai penyakit yang sangat pandemik. Setiap tahunnya kasus HIV/AIDS semakin bertambah. Hal ini sangat meresahkan dunia kesehatan internasional karena penyakit yang berstatus pandemi ini sudah menginfeksi lebih dari jutaan orang. Menurut laporan terbaru setiap tahunnya jumlah kasus HIV/AIDS diseluruh dunia terus meningkat. Hal ini tentunya sangat mengejutkan masyarakat dunia akan cepatnya infeksi penyakit ini. Menurut perkiraan WHO sekitar 6300 kasus baru infeksi HIV perhari pada tahun 2012. Tercatat 35,3 juta orang yang hidup dengan HIV, 2,3 juta orang dengan infeksi baru, dan 1,6 juta orang mati pada tahun. Sub-Saharan Afrika adalah negara yang menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah penderita HIV/AIDS tertinggi. Sub-Saharan Afrika tercatat memiliki 25 juta orang hidup dengan HIV/AIDS pada tahun 2012. Tingginya prevalensi HIV/AIDS di dunia yang telah dikemukakan oleh WHO/UNAIDS sangat mengkhawatirkan, walaupun telah dilakukan upaya pencegahan namun penyebarannya masih tetap terjadi dan bertambah setiap tahunnya (WHO/UNAIDS, 2012).

20

Tabel 2.1 Epidemiologi HIV/AIDS (WHO/UNAIDS, 2012)

Dari tabel diatas didapati bahwa Sub-Saharan Afrika merupakan negara

yang paling tinggi yang diprediksi oleh WHO/UNAIDS pada tahun 2012. Sub-Saharan Afrika merupakan suatu negara bagian yang terdapat di Benua Afrika. Hal ini tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja. Kebudayaan masyarakat, faktor geografis, faktor sosial, faktor kurangnya pengetahuan masyarakat akan HIV/AIDS, kurangnya kesadaran akan infeksi HIV/AIDS, serta kemajuan teknologi merupakan faktor – faktor yang diduga sebagai penyebab masih tingginya penyebaran HIV/AIDS. Asia Tenggara dan Asia Selatan pada tabel diatas dapat kita lihat menduduki peringkat kedua dalam jumlah infeksi HIV/AIDS. Asia Tenggara sendiri memiliki negara-negara anggota yang terdiri dari 11 negara. Hal ini dapat kita lebih cermati pada Indonesia yang merupakan salah satu anggota Negara Asia Tenggara. Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, bahkan Indonesia merupakan negara ketiga penduduk terbanyak di dunia. Nantinya pada bagian yang selanjutnya akan dibahas mengenai epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia (WHO/UNAIDS, 2012).

2.3.2 HIV/AIDS di Indonesia

Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Adults And Children Living With HIV

Adults And Children Newly Infected With

HIV

Adult Prevalence (15-49) [%]

Adult & Child Death Due To

AIDS

Sub-Saharan Africa 25.0 Million 1.6 Million 4.7% 1.2 Million

Middle East And

North Afrika 260 000 32 000 0.1% 17 000

South And

South-East Asia 3.9 Million 270 000 0.3% 220 000

East Asia 880 000 81 000 <0.1% 41 000

Latin America 1.5 Million 86 000 0.4% 52 000

Caribbean 250 000 12 000 1.0% 11 000

Eastern Europe

And Central Asia 1.3 Million 130 000 0.7% 91 000

Western And

Central Europe 860 000 29 000 0.2% 7600

North America 1.3 Million 48 000 0.5% 20 000

Oceania 51 000 2100 0.2% 1200

TOTAL 35.3 Million 2.3 Million 0.8% 1.6 Million

21

Human Immunodeficiency Virus (HIV) sudah ada di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan tahun 1987. Sampai saat ini kasus HIV/AIDS telah dilaporkan oleh 341 dari 497 kabupaten/kota di 33 provinsi di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu Negara Asia dengan penyebaran HIV/AIDS yang berkembang paling cepat (UNAIDS, 2012), dan merupakan negara dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi, karena terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada subpopulasi tertentu, dan prevalensi HIV tinggi pada populasi umum 15-49 tahun terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat (2,4%).

Gambar 2.1 Jumlah Kasus HIV/AIDS Serta Kematian Karena HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2005-September 2012 (Direktorat PP&PL, Kemenkes,

2012) 859 7195 6048 10326 9793 21591 21031 9883 2162 3439 4434 5134 5458 6476 6178 3541 574 760 825 937 960 1185 825 514 0 5000 10000 15000 20000 25000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Kasus HIV Jumlah Kasus AIDS Jumlah Kematian Akibat AIDS

22

Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan. Penghitungan kembali terhadap data-data mengenai infeksi HIV/AIDS pun terus dilakukan. Pada tahun 2013 didapati peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS. Hal ini jelas terlihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Jumlah HIV/AIDS Yang Dilaporkan Pertahun Sampai Dengan Maret 2013 (Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013)

Dari gambar diatas kita dapat membandingkan dengan tahun sebelumnya dimana terjadi perubahan jumlah pasien yang didapati menderita HIV/AIDS. Pada grafik 2.1 pada tahun 2012 didapati jumlah pasien yang terkena HIV berjumlah 9.883 orang sedangkan menurut data kemenkes tahun 2013, jumlah pasien yang menderita HIV pada tahun 2012 berjumlah 21.511 orang. Hal ini terjadi karena diadakannya validasi data oleh pihak pengumpul untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Pada tahun 2013 sampai bulan Maret, sudah ditemukan sekitar 5.369 orang yang terkena HIV dan 460 orang yang menderita AIDS. Hal ini dapat menjadi gambaran perkiraan kita akan potensi semakin bertambahnya kasus HIV/AIDS sampai akhir tahun 2013 dan sampai tahun 2014.

23

Tabel 2.2 Jumlah Infeksi HIV Sampai Maret 2013 (Ditjen PP&PL,Kemenkes RI, 2013)

Tabel 2.3 Jumlah Penderita AIDS Sampai Maret 2013 (Dinkes Provinsi, 2013) No. Provinsi Tahun Jumlah s.d. 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 NAD 2 26 31 26 13 98 2 Sumatera Utara 49 566 511 626 677 1.374 1.251 1.337 417 6.781 3 Sumatera Barat 224 212 132 133 38 739 4 Riau 119 112 337 439 314 228 1.549 5 Jambi 40 86 105 203 56 490 6 Sumatera selatan 52 126 32 149 119 226 265 230 55 1.254 7 Bengkulu 29 55 33 40 2 159 8 Lampung 27 93 295 335 27 777 9 Bangka Belitung 12 85 103 132 25 357 10 Kep. Riau 456 311 743 674 792 200 3.176 11 DKI Jakarta 2.393 1.584 3.145 2.679 5.186 4.012 3.926 867 23.792 12 Jawa Barat 69 641 736 605 726 1.535 1.429 1.416 464 7.261 13 Jawa Tengah 47 382 266 343 443 993 1.057 1.11 380 5.021 14 DI Yogyakarta 66 126 121 306 179 310 310 272 3 1.693 15 Jawa Timur 88 983 63 1.576 1.222 2.731 2.715 2.912 737 13.599 16 Banten 48 348 572 299 182 400 433 395 84 2.761 17 Bali 11 730 717 1.628 1.557 1.737 439 6.819 18 NTB 12 39 65 48 41 93 132 110 34 574 19 NTT 2 32 57 133 144 360 352 242 9 1.331 20 Kalimantan Barat 227 547 387 463 379 643 499 465 114 3.724 21 Kalimantan Tengah 21 68 46 1 136 22 Kalimantan Selatan 21 83 88 22 214 23 Kalimantan Timur 13 133 81 112 180 392 429 392 146 1.878 24 Sulawesi Utara 18 423 469 155 94 186 222 212 15 1.794 25 Sulawesi Tengah 38 37 86 24 185 26 Sulawesi Telatan 65 89 132 484 375 692 611 524 144 3.116 27 Sulawesi Tenggara 6 49 71 8 134 28 Gorontalo 6 11 8 2 27 29 Sulawesi Barat 21 5 7 33 30 Maluku 216 440 295 42 993 31 Maluku Utara 14 46 92 5 157 32 Papua Barat 86 100 77 160 192 390 356 535 1.896 33 Papua 17 256 323 453 687 2.499 2.85 3.028 768 10.881 Nasional 859 7.195 6.048 10.362 9.793 21.591 21.031 21.511 5.369 103.759 No. Provinsi Tahun Jumlah 1987-2009 2010 2011 2012 2013 1 NAD 42 17 32 27 12 130 2 Sumatera Utara 487 22 6 - - 515 3 Sumatera Barat 424 128 130 120 - 802

24

Berdasarkan kedua tabel diatas kita dapat melihat provinsi dimana saja yang masyarakat paling banyak mederita HIV/AIDS. Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa provinsi dengan jumlah HIV/AIDS tertinggi yaitu DKI Jakarta, Papua, dan Jawa Timur. Ketiga provinsi ini merupakan provinsi yang membutuhkan perhatian yang lebih untuk mencegah berkembangnya penyebaran HIV/AIDS di Indonesia. 4 Riau 449 132 118 128 32 859 5 Jambi 204 45 47 62 26 384 6 Sumatera selatan 219 - 41 62 - 322 7 Bengkulu 91 40 18 6 5 160 8 Lampung 144 37 11 - - 192 9 Bangka Belitung 152 30 34 28 14 258 10 Kep. Riau 182 63 31 99 7 382 11 DKI Jakarta 3.008 1,310 1.332 649 - 6.299 12 Jawa Barat 2.963 471 480 18 33 4.131 13 Jawa Tengah 970 501 546 798 175 2.99 14 DI Yogyakarta 290 215 34 243 - 782 15 Jawa Timur 4.118 908 1.052 822 - 6,900 16 Banten 349 109 188 205 34 885 17 Bali 1.543 584 567 650 - 3.344 18 NTB 132 43 81 123 - 379 19 NTT 236 99 41 44 - 420 20 Kalimantan Barat 1.187 263 160 89 - 1.699 21 Kalimantan Tengah 40 19 20 14 - 93 22 Kalimantan Selatan 66 30 16 22 - 134 23 Kalimantan Timur 125 82 91 34 - 332 24 Sulawesi Utara 258 117 133 144 41 693 25 Sulawesi Tengah 38 7 21 43 18 127 26 Sulawesi Selatan 861 167 212 206 21 1.467 27 Sulawesi Tenggara 28 11 66 56 - 161 29 Sulawesi Barat - - - 3 - 3 28 Gorontalo 28 4 8 14 2 56 30 Maluku 192 - 3 117 31 343 31 Maluku Utara 19 24 42 38 - 123 32 Papua Barat 58 27 76 17 9 187 33 Papua 4.449 1.34 1.367 639 - 7.795 Nasional 23.352 6.845 7.004 5.686 460 43.347

25

2.3.3 HIV/AIDS di Sumatera Utara

Sumatera merupakan suatu pulau di sebelah barat dari Indonesia yang terdiri atas beberapa provinsi. Pada bagian ini akan lebih dibahas pada Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara memang belum memasuki provinsi yang penyebarannya tinggi. Pada tahun 2010 jumlah kasus baru untuk HIV (+) yaitu 171 kasus dan AIDS sebanyak 468 kasus (Dinkes Provsu). Penambahan kasus baru pada tahun 2011 menyebabkan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS secara keseluruhan menjadi 3.237 kasus. Pada tahun 2012, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat tajam menjadi 6.430 kasus dengan rincian, 2.189 kasus HIV dan 4.241 kasus AIDS(Dinkes Provsu, 2012). Penderita baru HIV/AIDS 3 tertinggi tahun 2012 secara berturut-turut adalah Kota Medan yaitu 506 kasus atau sekitar 34,56%, Kabupaten Karo 347 kasus (23,70%), dan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 172 kasus (11,75%) dari total seluruh penderita baru (Dinkes Provsu, 2012).

Gambar 2.3 Jumlah Kasus HIV/AIDS Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 1994-2012 (Dinkes Provsu, 2012)

26

Gambar 2.3 menunjukkan jumlah kumulatif pasien HIV/AIDS dari tahun 1994 sampai tahun 2012. Dari gambar tersebut jelas dapat kita lihat bahwasannya terdapat 4241 total pasien AIDS yang ditemukan sampai tahun 2013. Total pasien HIV pada gambar juga dapat kita lihat sebanya 2189 orang dari tahun 1994 sampai 2013. Jumlah tersebut termasuk pasien dengan infeksi baru, orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dan kematian akibat penyakit ini.

Gambar 2.4 Jumlah Infeksi Baru HIV/AIDS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 (Dinkes Provsu, 2012)

27

Dari gambar 2.4 dapat kita lihat bahwa Medan merupakan kota yang menduduki peringkat pertama sebagai kota yang jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi di Provinsi Sumatera Utara. Sebanyak 506 orang yang dideteksi telah terjangkit penyakit HIV/AIDS. Medan merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Utara. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk menurunkan tingkat penyebaran virus ini agar jumlah pasien yang terjangkit tidak akan terus bertambah di kemudian hari.

2.4 Transmisi

Setiap benda asing yang merusak tubuh manusia memiliki jalan masuk tertentu agar dapat menginvasi tubuh dan berinteraksi dengan tubuh. Seperti halnya HIV, virus ini tentunya memiliki jalan masuk untuk menginfeksi tubuh manusia. HIV dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui kontak langsung dengan darah ataupun cairan tubuh seperti cairan semen, secret vagina, cairan serviks, dan cairan otak. Namun virus ini juga dapat masuk melalui air mata, urin, keringat, dan ASI, tetapi hanya dalam jumlah yang sangat sedikit (Sudoyo A.W. et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).

Sebelumnya telah berkembang dimasyarakat bahwasannya transmisi penyebaran HIV/AIDS melalui gigitan nyamuk dapat terjadi. Belum ada literatur maupun jurnal yang dapat membuktikan hal tersebut, namun hal tersebut sudah dapat dibantah. Belum ada pasien yang tercatat menderita HIV/AIDS melalui gigitan nyamuk baik di Indonesia maupun di dunia. Berikut ini terdapat beberapa cara penularan HIV yaitu :

1. Melalui hubungan seksual baik secara vaginal, oral maupun anal dengan pengidap HIV. Ini adalah cara yang paling umum terjadi yaitu meliputi 80 – 90% total kasus didunia.

2. Kontak langsung dengan darah, produk darah atau jarum suntik. Hal ini meliputi transfusi darah yang tercemar, pemakaian jarum suntik yang tidak steril dan penyalahgunaann narkoba dengan jarum suntik yang dipakai secara bersamaan. Kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan juga salah satu cara penularan melalui kontak langsung dengan darah.

28

3. Pembuatan tatto yang dilakukan tidak dengan alat-alat yang steril, penggunaan pisau cukur yang tidak diganti pada saat bercukur di salon. 4. Transmisi secara vertikal dari ibu pengidap HIV kepada bayinya, (selama

proses kelahiran dan melalui ASI). (Sudoyo AW et al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).

2.5 Etiologi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya HIV merupakan suatu virus golongan lentivirus subklas retrovirus yang menyerang sisitem kekebalan tubuh manusia yang dapat menyebabkan turunnya daya tahan tubuh penderita sampai muncul gejala-gejala maupun sindrom yang dapat memungkinkan infeksi penyakit lain (infeksi oppurtinistik) yang disebut dalam keadaan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom). Luc Montagnier dkk. tahun 1983 telah menemukan LAV ( Lymphadenopathy Associated Virus). Pada tahun 1984 sejenis virus yang disebut HTVL 3 (Human T cell Lymphotropic Virus Type 3) ditemukan dari pasien AIDS di Amerika Serikat oleh Robert Gallo dkk. Kemudian didapati bahwa kedua virus ini sama, dan oleh committee taxonomy international pada tahun 1985 disebut sebagai HIV (Human Imuno-deficiency Virus). Pada tahun 1994 dikenal terdapat 2 jenis virus HIV yaitu HIV 1 dan HIV 2 (Sudoyo A.W. et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).

HIV1 dan HIV2 merupakan suatu virus RNA yang termasuk kedalam retrovirus. HIV1 penebarannya lebih luas dibandingkan dengan HIV 2. HIV1 penyebarannya hampir diseluruh dunia , sedangkan HIV 2 ditemukan pada pasien-pasien Portugal dan Afrika Barat. HIV2 lebih mirip dengan monkey virus yang disebut SIV (Simian Imunodeficiency Virus). Kedua jenis virus HIV ini sebenarnya memiliki banyak kemiripan. Kedua virus ini memiliki inti yang mirip, tetapi kedua virus ini memiliki selubung luar yang berbeda.

2.6 Patogenesis

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah golongan lentivirus yang merupakan subgroup dari retrovirus. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, terdapat dua jenis virus HIV yang ditemukan yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV1 merupakan jenis yang paling banyak menginfeksi manusia.

29

HIV menginfeksi tubuh manusia dengan menempel pada sel-sel yang mempunyai molekul CD4 sebagai reseptor utama yaitu limfosit T4. Adapun sel lain yang memiliki reseptor CD4 yaitu sel monosit, sel makrofag dan sel – sel dendritik, sel retina, sel leher rahim serta sel langerhans. Gp120 yang merupakan reseptor permukaan virus yang akan berikatan dengan CD4. Kemudian GP120 akan berinteraksi dengan koreseptor yang tertanam dalam membran sel dan terpapar dengan peptide dari Gp41 dan mulailah terjadi fusi antara virus dan

membrane sel. Setelah fusi, internal virion core akan dilepaskan ke sitoplasma sebagai suatu kompleks ribonukleoprotein (Pathologic Basic of Disease).

Gambar 2.5. Ilustrasi skematik struktur HIV-1 (Pathologic Basic of Disease )

HIV memiliki partikel ikosahedral bertutup (envelope) yang berukuran sangat kecil dengan ukuran 100-140 nanometer. Inti virus terdapat untaian RNA serta enzim reverse transcriptase, integrase, dan protease yang dibutuhkan untuk

30

replikasi virus. Selubung virus tersusun oleh lapisan bilayer yang mempunyai tonjolan - tonjolan yang tertanam pada permukaan selubung lipid dan terdiri dari glikoprotein Gp120 dan Gp41. Gp120 berperan pada pengikatan HIV dengan reseptor CD4 dari sel. GP41 mengadakan fusi antara virus dengan membran sel host pada saat virus masuk ke sel host. Struktur genom RNA yaitu struktur pasang basanya terdiri dari 3 gen utama yang mengkode pembentukan struktur – struktur virus yaitu gen gag, pol, dan env. Selain itu, terdapat gen tambahan yaitu tat, rev, dan nef. Struktur polipeptida utama dari inti virus adalah p24. Polipeptida lain adalah p17 yang ada di sekeliling inti dan p15 yang membentuk kompleks dengan RNA virus.

Gambar 2.6. Mekanisme HIV Menginfeksi Sel (Pathologic Basic Of Disease )

HIV pada sitoplasma selnya memiliki enzim reverse transcriptase. Enzim inilah yang nantinya akan mengubah RNA virus menjadi DNA. DNA yang terbentuk ini akan masuk kedalam inti sel inangnya dan dengan bantuan enzim integrase akan berintegrasi dengan DNA sel host dan akan membentuk provirus. Integrasi materi genetik ini biasanya akan terjadi dalam kurun waktu 2-10 jam setelah infeksi. Setelah terjadi integrasi, DNA provirus mengadakan transkripsi dengan memanfaatkan bantuan enzim polymerase yang dimiliki sel host yang diinfeksinya menjadi mRNA untuk selanjutnya mengadakan translasi dengan protein – protein struktural sampai terbentuk protein mRNA. Genomik RNA dan protein virus ini akan membentuk partikel virus, yang nantinya akan menempel

31

pada bagian luar sel. Melalui proses budding pada permukaan membran sel, virion akan dikeluarkan dari sel host dalam keadaan matang (Pathologic Basic of Disease).

Segera setelah infeksi HIV, sebagian virus yang bebas maupun yang berada dalam sel – sel CD4 T yang terinfeksi akan mencapai kelenjar limfe regional dan akan merangsang imunitas seluler dan humoral dengan cara antara lain merekrut limfosi – limfosit. Pengumpulan sel limfosit ini justru akan menyebabkan sel – sel CD4 yang terinfeksi akan semakin banyak. Pada akhinya monosit dan limfosit yang terinfeksi akan beredar ke seluruh tubuh dan menyebarkan virus ke seluruh tubuh. HIV juga dapat memasuki otak melalui monosit Yang terdapat dan beredar di otak ataupun melalui infeksi sel endotel pada otak (Pathologic Basic of Disease).

Gambar 2.7 Mekanisme Kehilangan sel CD4 Pada Infeksi HIV/AIDS (Pathologic Basic Of Disease )

Pada beberapa hari setelah manusia terinfeksi HIV, akan terjadi penurunan kadar CD4 di dalam darah. Akibat berkurangnya CD4 di dalam darah dapat dijumpai keadaan limfopenia. Selama periode awal ini, virus – virus bebas dan protein virus p24 dapat dideteksi dalam kadar yang tinggi dalam darah dan jumlah sel – sel CD4 yang terinfeksi HIV meningkat. Pada fase ini, virus berkembang

32

biak dengan cepat. Cepatnya replikasi sel virus tidak dapat diimbangi dengan respon tubuh terhadap perkembangan virus. Setelah 2-4 minggu akan terjadi peningkatan jumlah limfosit total yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah sel CD8 T (sel sitotoksik) yang merupakan bagian dari respon imun terhadap virus (Harison, 2005).

Adanya sel T sitotoksik merupakan tanda rangsang neutralising antibodi. Antibodi akan terbentuk setelah minggu kedua atau ketiga namun kadang – kadang terjadi sampai beberapa bulan. Penurunan virus bebas dan sel yang terinfeksi disebabkan oleh lisis sel yang terinfeksi HIV oleh CD8 T. Sel CD8 yang teraktivasi pada individu yang terinfeksi HIV juga memproduksi sejumlah sitokin terlarut yang dapat menghambat replikasi virus dalam sel – sel CD4 T tanpa menyebabkan lisis sel. Setelah itu, jumlah sel CD4 akan kembali ke kadar semula seperti sebelum terinfeksi HIV. Selama fase akut, kebanyakan kasus menunjukkan gejala infeksi virus akut pada umumnya yaitu berupa demam, letargi, mialgia dan sakit kepala serta gejala lain berupa faringitis, limfadenopati dan ruam (Pathologic Basic of Disease).

Setelah terserang fase akut, selanjutnya akan memasuki fase asimtomatik yang nantinya akan terjadi penurunan kadar CD4 secara perlahan – lahan. Hal ini dapat terjadi selama berbulan-bulan maupun bertahun-tahun tergantung dari kondisi kekebalan tubuh orang yang terinfeksi. Menurunnya imunitas seseorang dapat dilihat dari kadar CD4 dalam darah. Oleh karena itu pada fase asimptomatik ini jumlah virus dalam darah dan sel – sel perifer yang dapat dideteksi dalam kondisi yang rendah. Penurunan jumlah CD4 dalam darah rata – rata 65 sel/ul setiap tahun. Didapatkan kerusakan pada sistem imun tapi tidak bersifat laten dan masih dapat mengalami perbaikan terutama dalam limfonoduli. Penurunan jumlah sel CD4 T selama infeksi HIV secara langsung dapat mempengaruhi beberapa reaksi imunologik yang diperankan oleh sel CD4 T seperti hipersensitivitas tipe lambat, transformasi sel muda limfosit dan aktivitas sel limfosit T sitotoksik. Munculnya strain HIV yang lebih pathogen dan lebih cepat bereplikasi pada host merupakan faktor utama dalam mengontrol kemampuan sistem imun. Dikatakan juga bahwa jumlah dan fungsi sel T sitotoksik akan menurun bila jumlah sel CD4

33

menurun sampai < 200 sel/ul. Karena sel – sel ini berperan dalam mengontrol sel yang terinfeksi virus dan membersihkan virus pada tahap awal infeksi sehingga dikemukakan hilangnya aktivitas sel ini mempunyai dampak dalam peningkatan jumlah virus. Kemungkinan lain disebabkan karena terjadi mutasi dari virus sehingga tidak dikenal oleh sel T sitotoksik (Sudoyo A.W. et.al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).

2.7 Manifestasi klinis

Gejala klinis terdiri dari 2 gejala menurut Sudoyo et. Al.,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2009) yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

Gejala mayor:

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan. b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan. c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis. e. Demensia/ HIV ensefalopati.

Gejala minor:

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan. b. Dermatitis generalisata.

c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang. d. Kandidias orofaringeal.

e. Herpes simpleks kronis progresif. f. Limfadenopati generalisata. g. Retinitis virus Sitomegalo.

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

34

a. Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit

Dokumen terkait